Jumat, 26 Januari 2018

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 1-10 Mari Berdansa Dengan Demon! [Final Part]

Chapter 1-10. Mari Berdansa Dengan Demon! [Final Part]


“Salam dari medan perang, komentator Suzuki Ichirou, akan digantikan olehku, Satou.”

Berharap mendapatkan lebih banyak skill dengan meningkatkan ketegangan, Satou disini.
Sambil berpura-pura mati dibalik mantel, aku mengaktifkan banyak skill, tetapi...
Aku tak mengharapkan hal ini mengakibatkan situasi seperti itu!

Ya sudah, ayo kita mulai “Mari berdansa dengan Demon! [Final Part]”


Aku mengeluarkan pedang dua tangan dari balik bayangan mantelku.
Pada waktu yang bersamaan, para magician mulai melancarkan serangan balik, setelah menunggu dibelakang formasi mereka.

Fireball, Firestorm, Wind Blade, Lightning.Tiga serangan magic dilancarkan secara sistematis satu persatu, dan itu juga mengenaiku yang terlihat membatu didekat demon.

Selanjutnya, serangan lainnya pun datang setelahnya. Stone Bullet, Sandstorm, Water Ball, Snowsotrm.

Ya, skill yang terakhir itu bentuknya seperti pilar cahaya yang menembus langit.

>[Fire Magic Skill Acquired]
>[Wind Magic Skill Acquired]
>[Lightning Magic Skill Acquired]
>[Fire Resistance Skill Acquired]
>[Wind Resistance Skill Acquired]
>[Earth Magic Skill Acquired]
>[Water Magic Skill Acquired]
>[Ice Magic Skill Acquired]
>[Earth Resistance Skill Acquired]
>[Water Resistance Skill Acquired]
>[Ice Resistance Skill Acquired]
>[Light Magic Skill Acquired]
>[Light Resistance Skill Acquired]

Log mengalir dengan cepat.

Mungkin karena levelku, damagenya tak terlalu banyak, tetapi sesuatu yang terasa tidak enak tetap tidak enak.

Si demon sepertinya memikirkan hal yang serupa, dan mengembalikan lightning menuju para magician.
Mungkin sudah memprediksinya, magician bertahan sebelum serangan mengenai mereka dengan mengeluarkan barier.

Setelah terkena serangan magic barusan, aku pecahkan mantel dan perisaiku yang membatu.
Menjauh dari demon, aku berdiri dan langsung melompat untuk memperkecil jaraknya. Mengarah pada kepala demon, aku mengayunkan pedang dua tangan.
Karena demon memiringkan kepalanya, seranganku tidak sepenuhnya mengenai dia, tetapi aku berhasil memotong salah satu tanduknya.

>[Two-Handed Sword Skill Acquired]
>[Helm Splitter Skill Acquired]
>[Air Battle Skill Acquired]
>[Weapon Destruction Skill Acquired]

Tentara melihat kesini sambil mengatakan sesuatu.
Mungkin mereka terkejut karena seseorang yang mendapat rentetan tembakan magic bisa bertarung dengan tenang.

Dengan rambut pirang yang acak-acakan tertiup angin dibelakang dan topeng silver yang memantulkan cahaya, aku menghadapi si demon.
Aku pikir hanya dengan mantel pun cukup, tetapi ini adalah keputusan yang bagus untuk menyiapkan penyamaran tambahan.

Setelah menerima banyak serangan terkonsentrasi sebanyak itu, si demon akhirnya terkena sekitar 20% damage.

Aku membawa pedang dua tangan ke pundakku. Aku tak ada masalah saat memegangnya, tetapi sulit untuk menyeimbangkannya karena berat. Memang bagus aku menjadi lebih muda, tetapi sejak tubuhku menjadi lebih ringan juga, mungkin ini menjadi kekuranganku dalam pertempuran.

Sekarang, demon posisinya terlalu dekat dengan tempat magician. Jika aku tidak membawanya menjauh dari plaza.

Aku tak mau kau salah paham, ini bukan karena tindakan kepahlawanan yang tak ingin ada korban. Alasannya simpel. Mereka memberi damage walaupun sedikit, jadi akan menjadi masalah jika mereka musnah.

Demon menyerangku saat aku memikirkannya. Berlari di tanah, cakar beracun bergerak menuju kearahku!

Walaupun aku mencoba menjauhkan demon dengan pedang dua tangan, dia dengan berani menutup jarak denganku dan tak membiarkanku kabur.

Aku melemparkan pedang dua tangan ke demon untuk menghindari cakar beracunnya, lalu mengeluarkan kapak dari dalam mantel dan menggunakannya untuk memotong demon.

>[One-Handed Axe Skill Acquired]

Saat tanganku kosong, aku bertukar pukulan dengan demon sambil mundur kebelakang. Terkadang, aku mengambil senjata yang dijatuhkan tentara untuk menambah damage. Karena aku belum mengaktifkan skill yang berhubungan dengan serangan fisik, damage yang aku berikan sedikit.

Haruskah aku memecahkan situasi ini segera?

Kebanyakan ksatria terluka disekujur tubuhnya, hanya beberapa dari mereka yang tak terluka. Tak ada serangan dari para magician lagi walaupun tak berguna seperti tadi, sepertinya mereka kehabisan magic power.

Sepertinya, bukan hanya aku yang berpikir seperti itu, dari gate istana beberapa kuda menarik sebuah meriam.

Aku memposisikan diriku untuk mengalihkan perhatian demon dari gerbang sampai meriamnya siap untuk ditembakkan.

Dibalik reruntuhan, aku mengganti senjataku. Aku menaruh palu blacksmith dipinggangku, dan memegang kapak dua tangan dan palu besar disetiap tangan.

Ini tak terlalu praktis, tetapi terimakasih STR maksimalku, aku bisa menggunakannya dengan baik. Mungkin karena aku terlihat menyeramkan, ekspresi demon menjadi tidak menyenangkan.

Aku melompat dari balik kereta. Pertama ayo serang dengan palu besar!
Si demon bertahan dengan kedua tangannya tetapi tanpa menghiraukannya aku menebasnya dari arah berlawanan dengan kapak dua tangan.
Kapaknya berhasil memotongnya, dan tangannya terjatuh!

...Aku ingat, dari suatu manga, tentang bagian tangan yang terpisah dari badan demon menyerang sendiri. Mari waspada dengan tangan itu...

>[Two-Handed Axe Skill Acquired]
>[Two-Handed Hammer Skill Acquired]
>[Dual Wielding Skill Acquired]
>[Herculean Strength Skill Acquired]
<TLN : Two-Handed Axe = kapak 2 tangan, Two-Handed dua Hammer = palu dua tangan, Dual Weilding = dual pedang, Herculean Strength = kekuatan luar biasa>

Walapun ceritanya akan berbeda dengan serangan mendadak, soalnya bertarung dengan palu besar dengan satu tangan itu sulit, aku memfokuskan diri bertarung dengan kapak dua tangan.
Meriamnya masih belum siap juga.

Si demon menghirup banyak udara.
Magic!

Aku memperkecil jaraknya. Tetapi itu langkah yang buruk.

Si demon mengeluarkan nafas beracun.

Walaupun aku sudah melihatnya sekali! Aku benar-benar lupa dengan serangan seperti itu!
Aku  menahannya dengan kapak yang langsung hancur, wig dan jubahku juga ikut terbakar.
“Ouch, ouch, ouch!”

Aku pergi ke perlindungan terdekat, melempar jubahku dibalik patung perunggu, dan menggunakan mantel baru. Aku menggunakan baju biasa didalam jubahnya tetapi ada lubang besar juga disana.

Kalau permukaan kapanya tidak besar, wajahku pasti sudah terbakar juga...

>[Decay Resistance Skill Acquired]
>[Quick Dressing Skill Acquired]

Aku mengalokasikan skill poin ke [Decay Resistance] dan [Quick Dressing].
<TLN : Decay resistance = ketahanan terhadap pembusukan, Quick Dressing = mengganti baju dengan cepat>

Aku penasaran ada variasi skill apa saja, aku mau wiki.

Karena kapaknya tidak bisa digunakan lagi, aku membuangnya. Aku mencoba menyerang sekali dengan palu blacksmith dipinggangku. Karena tak terlihat efektif, aku meletakkan kembali palunya setelah mendapatkan skill.

>[One-Handed Hammer Skill Acquired]
>[Blacksmith Skill Acquired]

Aku pikir blacksmith itu sedikit berbeda dari ini...
<TLN : Blacksmith = pandai besi>

Sementara itu, persiapan meriamnya telah selesai, tetapi sepertinya masih membutuhkan waktu lagi sebelum bisa ditembakkan.

Aku mengambil palu besar yang kulepaskan tadi.
Tentu saja demon tidak menghentikan serangannya, tetapi mungkin karena skill [Evasion], atau karena aku menjadi terbiasa bertarung, aku sampai ke titik dimana aku memiliki kebebasan melakukan hal lain didalam pertarungan ini.

Aku harus segera menyelesaikan ini...
Aku memasukkan poin skill ke [One-Handed Sword].

Meriamnya terlihat sudah siap ditembakkan. Magican dikedua sisinya mulai membaca mantra.

Demon terlihat sangat khawatir dengan meriamnya. Dia hanya pura-pura tangguh.
Dia berlari ke arah meriam saat ada jarak ketika aku menghindari ekornya!

Aku melepaskan palu besar yang berat, dan mengambil pedang yang tergeletak di jalan sambil menyerang si demon.

Demon, dengan kecepatan yang tak cocok dengan badannya, melompati beberapa tentara yang menghalanginya.
Tentara dengan tombak langsung menghalangnya, tetapi mereka menjadi korban dari cakar beracun.

Tetapi demon berhenti.

Seperti dia, aku melompati para tentara dan memotong satu sayap demon, lalu aku menancapkan pedang ke kakinya dan menancapkan ke tanah. Setelah mendapat skill berpedang, aku bisa mengerti dasar berpedang. Dia hanya memiliki sisa 30% dari Hp-nya.
Ditambah lagi, aku menarik tangannya yang tersisa ke tanah.
Aku silangkan tangannya ke kakinya, dan tanganku yang satunya mengambil tombak prajurit tadi untuk menancapkan demon ke tanah.

>[Fighting Skill Acquired]
>[Capture Skill Acquired]

Aku melihat ke orang yang terlihat seperti pemimpin disamping meriam yang memperkirakan waktu untuk menembaknya.

Aku tusuk lagi demon dengan tombak lain dan menganggukkan kepalaku.

Si pemimpin mengayunkan tangannya ke bawah, pada saat yang sama, aku melompat dari jangkauan tembakan.

Meriamnya menembakan peluru yang menyebar-nyebar dan banyak luka muncul padanya Ditambah lagi, sebagai serangan akhir, combo magic seperti tadi mengenainya.

Apakah meriamnya tak bisa menembak berkali-kali? Mereka tidak membunuh demon yang sekarat. Para magician juga sepertinya tidak punya magic power lagi, hanya 3 orang yang membaca mantra.

Aku bisa menyelesaikannya jika aku berlari ke sana dengan pedang, tetapi aku akan memberikan kehormatan itu pada mereka. Seperti yang aku bilang, ini bukan berdasarkan kebaikan. Walaupun musuhnya adalah iblis, aku tak suka membunuh dengan tanganku sendiri. Memang terdengar bodoh, tetapi aku dari lingkungan yang tak berhubungan dengan kekerasan sejak dulu... Walapun aku makan daging dan ikan, aku tak ingin membunuh..

Abaikan hal itu...

Dia menggunakan tangan tercabik-cabik yang terlepas dari tancapanku untuk mengangkat badannya dari tanah, meraung dan menghancurkan meriam dengan lightning magic. Apa tidak ada yang bisa menggunakan barrier lagi?

Lalu para magician yang sedikit terlambat menggunakan magicnya untuk melenyapkan HP demon yang tinggal sedikit.
Ditambah lagi, para ksatria turun dari kudanya dan mengelilinginya sambil menyiapkan pedang panjangnya.

...ini akan berakhir setelah dikeroyok, huh. Amiin~

Akhirnya sudah bisa terlihat, tetapi dia belum menyerah juga.

Tangan yang ditahan oleh para ksatria ditusukkan ke dadanya sendiri, mengeluarkan jantung merah tua. Jantung yang ditaruk mulai berdetak lebih cepat. Menyesuaikan dengan detakannya, cahaya mulai keluar.
Dengan suara ledakan yang besar, jantungnya pecah!

Saat cahaya menghilang, beberapa magician yang memasang barrier telah menjadi tumpukan mayat. Hanya bagian bawahnya saja yang tersisa dari si demon. Tanahnya berlubang dengan bentuk kipas mengikuti arah demon ke gate istana, gatenya sendiri sudah hancur sebagian.

Mayat demon pecah dan berubah menjadi abu hitam.

Aku menyelinap ke gang bersamaan dengan kemeriahan dan menyembunyikan diriku.

>Title [Combat-Ready] Acquired
>Title [Skilled Warrior] Acquired
>Title [One Who Dances With Demons] Acquired
>Title [Hero] Acquired
<EDITOR : Combat-Ready = sudah siap dengan pertarungan, Skilled Warrior = pejuang yang ahli, One Who Dances With Demons = Seseorang yang berdansa dengan demon>

...Aku pikir yang terakhir sedikit sarkasme.

TL : Isekai-Chan
EDITOR : Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar