Chapter 1-10. Mari Berdansa Dengan Demon! [Final
Part]
“Salam dari
medan perang, komentator Suzuki Ichirou, akan digantikan olehku, Satou.”
Berharap mendapatkan lebih banyak skill dengan meningkatkan ketegangan, Satou disini.
Sambil
berpura-pura mati dibalik mantel, aku mengaktifkan banyak skill, tetapi...
Aku tak
mengharapkan hal ini mengakibatkan situasi seperti itu!
Ya sudah, ayo
kita mulai “Mari berdansa dengan Demon! [Final Part]”
◇
Aku
mengeluarkan pedang dua tangan dari balik bayangan mantelku.
Pada waktu
yang bersamaan, para magician mulai melancarkan serangan balik, setelah
menunggu dibelakang formasi mereka.
Fireball,
Firestorm, Wind Blade, Lightning.Tiga serangan magic dilancarkan secara
sistematis satu persatu, dan itu juga mengenaiku yang terlihat membatu didekat
demon.
Selanjutnya,
serangan lainnya pun datang setelahnya. Stone Bullet, Sandstorm, Water Ball,
Snowsotrm.
Ya, skill yang
terakhir itu bentuknya seperti pilar cahaya yang menembus langit.
>[Fire
Magic Skill Acquired]
>[Wind
Magic Skill Acquired]
>[Lightning
Magic Skill Acquired]
>[Fire
Resistance Skill Acquired]
>[Wind
Resistance Skill Acquired]
>[Earth
Magic Skill Acquired]
>[Water
Magic Skill Acquired]
>[Ice Magic
Skill Acquired]
>[Earth
Resistance Skill Acquired]
>[Water
Resistance Skill Acquired]
>[Ice
Resistance Skill Acquired]
>[Light
Magic Skill Acquired]
>[Light
Resistance Skill Acquired]
Log mengalir
dengan cepat.
Mungkin karena
levelku, damagenya tak terlalu banyak, tetapi sesuatu yang terasa tidak enak tetap tidak
enak.
Si demon
sepertinya memikirkan hal yang serupa, dan mengembalikan lightning menuju para
magician.
Mungkin sudah
memprediksinya, magician bertahan sebelum serangan mengenai mereka dengan
mengeluarkan barier.
Setelah
terkena serangan magic barusan, aku pecahkan mantel dan perisaiku yang membatu.
Menjauh dari demon, aku berdiri dan langsung melompat untuk memperkecil jaraknya.
Mengarah pada kepala demon, aku mengayunkan pedang dua tangan.
Karena demon
memiringkan kepalanya, seranganku tidak sepenuhnya mengenai dia, tetapi aku
berhasil memotong salah satu tanduknya.
>[Two-Handed
Sword Skill Acquired]
>[Helm
Splitter Skill Acquired]
>[Air
Battle Skill Acquired]
>[Weapon
Destruction Skill Acquired]
Tentara
melihat kesini sambil mengatakan sesuatu.
Mungkin mereka
terkejut karena seseorang yang mendapat rentetan tembakan magic bisa bertarung
dengan tenang.
Dengan rambut
pirang yang acak-acakan tertiup angin dibelakang dan topeng silver yang
memantulkan cahaya, aku menghadapi si demon.
Aku pikir
hanya dengan mantel pun cukup, tetapi ini adalah keputusan yang bagus untuk
menyiapkan penyamaran tambahan.
Setelah
menerima banyak serangan terkonsentrasi sebanyak itu, si demon akhirnya terkena
sekitar 20% damage.
Aku membawa
pedang dua tangan ke pundakku. Aku tak ada masalah saat memegangnya, tetapi
sulit untuk menyeimbangkannya karena berat. Memang bagus aku menjadi lebih
muda, tetapi sejak tubuhku menjadi lebih ringan juga, mungkin ini menjadi
kekuranganku dalam pertempuran.
Sekarang, demon posisinya terlalu dekat dengan tempat magician. Jika aku tidak membawanya
menjauh dari plaza.
Aku tak mau
kau salah paham, ini bukan karena tindakan kepahlawanan yang tak ingin ada
korban. Alasannya simpel. Mereka memberi damage walaupun sedikit, jadi akan
menjadi masalah jika mereka musnah.
Demon menyerangku
saat aku memikirkannya. Berlari di tanah, cakar beracun bergerak menuju
kearahku!
Walaupun aku
mencoba menjauhkan demon dengan pedang dua tangan, dia dengan berani menutup
jarak denganku dan tak membiarkanku kabur.
Aku
melemparkan pedang dua tangan ke demon untuk menghindari cakar beracunnya, lalu
mengeluarkan kapak dari dalam mantel dan menggunakannya untuk memotong demon.
>[One-Handed
Axe Skill Acquired]
Saat tanganku
kosong, aku bertukar pukulan dengan demon sambil mundur kebelakang. Terkadang,
aku mengambil senjata yang dijatuhkan tentara untuk menambah damage. Karena aku
belum mengaktifkan skill yang berhubungan dengan serangan fisik, damage yang
aku berikan sedikit.
Haruskah aku
memecahkan situasi ini segera?
Kebanyakan
ksatria terluka disekujur tubuhnya, hanya beberapa dari mereka yang tak
terluka. Tak ada serangan dari para magician lagi walaupun tak berguna seperti
tadi, sepertinya mereka kehabisan magic power.
Sepertinya,
bukan hanya aku yang berpikir seperti itu, dari gate istana beberapa kuda
menarik sebuah meriam.
Aku
memposisikan diriku untuk mengalihkan perhatian demon dari gerbang sampai
meriamnya siap untuk ditembakkan.
Dibalik
reruntuhan, aku mengganti senjataku. Aku menaruh palu blacksmith dipinggangku,
dan memegang kapak dua tangan dan palu besar disetiap tangan.
Ini tak
terlalu praktis, tetapi terimakasih STR maksimalku, aku bisa menggunakannya
dengan baik. Mungkin karena aku terlihat menyeramkan, ekspresi demon menjadi
tidak menyenangkan.
Aku melompat
dari balik kereta. Pertama ayo serang dengan palu besar!
Si demon
bertahan dengan kedua tangannya tetapi tanpa menghiraukannya aku menebasnya dari
arah berlawanan dengan kapak dua tangan.
Kapaknya
berhasil memotongnya, dan tangannya terjatuh!
...Aku ingat,
dari suatu manga, tentang bagian tangan yang terpisah dari badan demon
menyerang sendiri. Mari waspada dengan tangan itu...
>[Two-Handed
Axe Skill Acquired]
>[Two-Handed
Hammer Skill Acquired]
>[Dual
Wielding Skill Acquired]
>[Herculean
Strength Skill Acquired]
<TLN :
Two-Handed Axe = kapak 2 tangan, Two-Handed dua Hammer = palu dua tangan, Dual
Weilding = dual pedang, Herculean Strength = kekuatan luar biasa>
Walapun
ceritanya akan berbeda dengan serangan mendadak, soalnya bertarung dengan palu
besar dengan satu tangan itu sulit, aku memfokuskan diri bertarung dengan kapak
dua tangan.
Meriamnya
masih belum siap juga.
Si demon
menghirup banyak udara.
Magic!
Aku
memperkecil jaraknya. Tetapi itu langkah yang buruk.
Si demon
mengeluarkan nafas beracun.
Walaupun aku
sudah melihatnya sekali! Aku benar-benar lupa dengan serangan seperti itu!
Aku menahannya dengan kapak yang langsung hancur, wig dan jubahku juga ikut terbakar.
Aku menahannya dengan kapak yang langsung hancur, wig dan jubahku juga ikut terbakar.
“Ouch, ouch,
ouch!”
Aku pergi ke perlindungan
terdekat, melempar jubahku dibalik patung perunggu, dan menggunakan mantel
baru. Aku menggunakan baju biasa didalam jubahnya tetapi ada lubang besar juga
disana.
Kalau
permukaan kapanya tidak besar, wajahku pasti sudah terbakar juga...
>[Decay
Resistance Skill Acquired]
>[Quick
Dressing Skill Acquired]
Aku
mengalokasikan skill poin ke [Decay Resistance] dan [Quick Dressing].
<TLN :
Decay resistance = ketahanan terhadap pembusukan, Quick Dressing = mengganti
baju dengan cepat>
Aku penasaran
ada variasi skill apa saja, aku mau wiki.
Karena
kapaknya tidak bisa digunakan lagi, aku membuangnya. Aku mencoba menyerang
sekali dengan palu blacksmith dipinggangku. Karena tak terlihat efektif, aku
meletakkan kembali palunya setelah mendapatkan skill.
>[One-Handed
Hammer Skill Acquired]
>[Blacksmith
Skill Acquired]
Aku pikir
blacksmith itu sedikit berbeda dari ini...
<TLN :
Blacksmith = pandai besi>
Sementara itu,
persiapan meriamnya telah selesai, tetapi sepertinya masih membutuhkan waktu
lagi sebelum bisa ditembakkan.
Aku mengambil
palu besar yang kulepaskan tadi.
Tentu saja demon
tidak menghentikan serangannya, tetapi mungkin karena skill [Evasion], atau
karena aku menjadi terbiasa bertarung, aku sampai ke titik dimana aku memiliki
kebebasan melakukan hal lain didalam pertarungan ini.
Aku harus segera
menyelesaikan ini...
Aku memasukkan
poin skill ke [One-Handed Sword].
Meriamnya
terlihat sudah siap ditembakkan. Magican dikedua sisinya mulai membaca mantra.
Demon
terlihat sangat khawatir dengan meriamnya. Dia hanya pura-pura tangguh.
Dia berlari ke arah meriam saat ada jarak ketika aku menghindari ekornya!
Aku melepaskan
palu besar yang berat, dan mengambil pedang yang tergeletak di jalan sambil
menyerang si demon.
Demon,
dengan kecepatan yang tak cocok dengan badannya, melompati beberapa tentara
yang menghalanginya.
Tentara dengan
tombak langsung menghalangnya, tetapi mereka menjadi korban dari cakar beracun.
Tetapi demon berhenti.
Seperti dia, aku melompati para tentara dan memotong satu sayap demon, lalu aku
menancapkan pedang ke kakinya dan menancapkan ke tanah. Setelah mendapat skill
berpedang, aku bisa mengerti dasar berpedang. Dia hanya memiliki sisa 30%
dari Hp-nya.
Ditambah lagi,
aku menarik tangannya yang tersisa ke tanah.
Aku silangkan
tangannya ke kakinya, dan tanganku yang satunya mengambil tombak prajurit tadi
untuk menancapkan demon ke tanah.
>[Fighting
Skill Acquired]
>[Capture
Skill Acquired]
Aku melihat ke
orang yang terlihat seperti pemimpin disamping meriam yang memperkirakan waktu
untuk menembaknya.
Aku tusuk lagi demon dengan tombak lain dan menganggukkan kepalaku.
Si pemimpin
mengayunkan tangannya ke bawah, pada saat yang sama, aku melompat dari
jangkauan tembakan.
Meriamnya
menembakan peluru yang menyebar-nyebar dan banyak luka muncul padanya Ditambah lagi, sebagai serangan akhir, combo magic seperti tadi mengenainya.
Apakah
meriamnya tak bisa menembak berkali-kali? Mereka tidak membunuh demon yang
sekarat. Para magician juga sepertinya tidak punya magic power lagi, hanya 3
orang yang membaca mantra.
Aku bisa
menyelesaikannya jika aku berlari ke sana dengan pedang, tetapi aku akan
memberikan kehormatan itu pada mereka. Seperti yang aku bilang, ini bukan
berdasarkan kebaikan. Walaupun musuhnya adalah iblis, aku tak suka membunuh
dengan tanganku sendiri. Memang terdengar bodoh, tetapi aku dari lingkungan yang
tak berhubungan dengan kekerasan sejak dulu... Walapun aku makan daging dan
ikan, aku tak ingin membunuh..
Abaikan hal
itu...
Dia menggunakan tangan tercabik-cabik yang terlepas dari tancapanku untuk
mengangkat badannya dari tanah, meraung dan menghancurkan meriam dengan
lightning magic. Apa tidak ada yang bisa menggunakan barrier lagi?
Lalu para
magician yang sedikit terlambat menggunakan magicnya untuk melenyapkan HP demon yang tinggal sedikit.
Ditambah lagi,
para ksatria turun dari kudanya dan mengelilinginya sambil menyiapkan
pedang panjangnya.
...ini akan
berakhir setelah dikeroyok, huh. Amiin~
Akhirnya sudah
bisa terlihat, tetapi dia belum menyerah juga.
Tangan yang
ditahan oleh para ksatria ditusukkan ke dadanya sendiri, mengeluarkan jantung
merah tua. Jantung yang ditaruk mulai berdetak lebih cepat. Menyesuaikan dengan
detakannya, cahaya mulai keluar.
Dengan suara
ledakan yang besar, jantungnya pecah!
Saat cahaya
menghilang, beberapa magician yang memasang barrier telah menjadi tumpukan
mayat. Hanya bagian bawahnya saja yang tersisa dari si demon. Tanahnya
berlubang dengan bentuk kipas mengikuti arah demon ke gate istana, gatenya
sendiri sudah hancur sebagian.
Mayat demon
pecah dan berubah menjadi abu hitam.
Aku menyelinap
ke gang bersamaan dengan kemeriahan dan menyembunyikan diriku.
>Title
[Combat-Ready] Acquired
>Title
[Skilled Warrior] Acquired
>Title [One
Who Dances With Demons] Acquired
>Title
[Hero] Acquired
<EDITOR : Combat-Ready = sudah siap dengan pertarungan, Skilled Warrior = pejuang yang ahli, One Who Dances With Demons = Seseorang yang berdansa dengan demon>
<EDITOR : Combat-Ready = sudah siap dengan pertarungan, Skilled Warrior = pejuang yang ahli, One Who Dances With Demons = Seseorang yang berdansa dengan demon>
...Aku pikir
yang terakhir sedikit sarkasme.
TL : Isekai-Chan
EDITOR : Isekai-Chan
EDITOR : Isekai-Chan
0 komentar:
Posting Komentar