Jumat, 31 Desember 2021

Naze Boku no Sekai wo Dare mo Oboeteinainoka? Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 Chapter 5 – Tenma dan Lelaki Muda

Volume 1
Chapter 5 – Tenma dan Lelaki Muda


Kota Urzak. Ibukota Federasi Urza, yang menempati bagian utara benua. Menurut sejarah yang Kai ketahui, kota ini adalah kota yang paling maju dalam hal otomatisasi. Jendela gedung-gedung tingginya memantulkan cerah langit biru. Jalan dengan pepohonan hijau yang membentang di seluruh kota yang terpelihara dengan baik. Dan kemudian ada istana pemerintah dengan gedung kembar yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Pemandangan ini masih begitu jelas tergambar dalam ingatannya.

"Di siang hari, jendela istana pemerintah akan tampak berwarna biru seakan memantulkan langit itu sendiri. Dan saat petang tiba, seiring matahari terbenam, warnanya berubah menjadi merah. Itu sangat indah."

Rel kereta api terminal bawah tanah. Di dalam terowongan itu, beberapa lusin mobil lapis baja melaju di atas rel kereta api. 

"..Mengenai istana pemerintah ini, aku ragu kita akan punya waktu untuk menikmati pemandangan disana."

"Selama iblis masih berterbangan, kita tidak dapat meluncurkan drone. Dan istana pemerintah saat ini sudah seperti rumah berhantu, jadi aku menantikan penyerangan kita disana."

Ashlan, yang duduk di kursi pengemudi, tampak tersenyum pahit.

"Tetap saja aku terkejut tentang stasiun pribadi raja Urza ini dan fakta bahwa itu terhubung dengan kereta bawah tanah yang sudah lama ditinggalkan. Ditambah lagi jalur lurus ini langsung mengarah ke istana pemerintah?"

"Benar. Dan juga Fairin telah pergi untuk memeriksanya kemarin."

Saki, yang sedang mengunyah permen karet, menjawabnya. Tak seperti biasanya, kali ini dia memilih untuk duduk di kursi belakang.

"Dari sana, kita akan menyerang istana pemerintah. Dan kita akan menyelesaikannya dengan mengalahkan pemimpin iblis."

"Benar sekali..."

Dari kursi pengemudi, Ashlan memperhatikan Saki melalui kaca spion. Dan melihat rekannya itu malah menempel pada Rinne di sebelahnya.

"Hei, kenapa kau menempel pada Rinne?"

"Karena aku takut!"

Saki menjawab Ashlan dengan suara yang kuat, tetapi tidak cukup keras untuk didengar semua orang di sekitar mereka.

"Semua prajurit Resistance akan berkumpul dan mengambil alih istana pemerintah. Di sana, di ruang bawah tanah, kita akan menyelamatkan para tahanan. Ada kemungkinan besar kita akan berhasil, jika kita menggunakan serangan mendadak."

"Dan itu akan menjadi kesempatan besar bagi kita untuk menunjukkan kemampuan kita."

"Lalu di aula besar di lantai 10, Jeanne-sama dan pengawalnya akan menahan pengikut Vanessa. Ini tentu berbahaya, tapi aku yakin Jeanne-sama dan Fairin-sama akan melakukannya. Tapi, jika kau bertanya padaku bagian mana dari rencana kita yang membuatku khawatir, itu adalah..."

"Apa itu?"

"Kenapa kita dipilih untuk menyerang Vanessa...!?"

"...Eh?"

Rinne bersuara, dia tidak menyangka Saki adalah manusia yang sangat suka memeluk seseorang.

"Saki punya hobi memeluk wanita?"

"Tidak masalah apakah itu pria, wanita atau boneka, aku hanya ingin berpegangan pada seseorang!" - Kata Saki dengan suara menangis.

"Aku tidak percaya hanya ada empat orang. Baik aku dan Ashlan akan mendukung Kai dan Rinne, dan hanya itu saja! Jika dalam perjalanan kita ditemukan oleh iblis... Ah, ibu, ayah, maafkan aku. aku. Aku tidak akan hidup melewati musim dingin ini!"

Saki kembali memejamkan matanya. Rinne pun mulai membelai kepalanya dnegan lembut.

"...Rinne?"

"Apa kau merasa lebih baik?"

Rinne mencoba menghibur manusia? Menyaksikan pemandangan ini, Kai kembali memfokuskan pandangannya dengan pemikiran seperti itu.

"Aku melakukannya karena aku mendengar kalau... Kai mengenalmu. Itu sebabnya kau pengecualian, aku tidak akan melakukannya pada manusia lain."

Meskipun masih terlihat sedikit rasa enggan. Wajah Rinne tampak seperti anak kecil yang mencoba mengulurkan tangannya ke arah anjing besar.

"Tidak perlu khawatir, aku sangat kuat. Mungkin selain Vanessa, aku tidak akan kalah dari siapa pun."

"Itu sangat keren... tapi masalah sebenarnya kita akan melawan Vanessa, kan?"

"..."

"Kenapa terdiam!?"

"Serahkan padaku! Demi Kai, bahkan jika aku terpojok sekalipun, setidaknya aku akan mengalahkan Vanessa bersamaku."

"Jangan gegabah!"

Saki, yang telah memeluk Rinne sampai sekarang, mendadak memisahkan diri darinya dengan panik.

"Sebaliknya, Kai... Sejak kemarin kau tampak begitu tenang. Maksudku, kali ini kita hanya berempat saja..."

Unit penyerang yang hanya terdiri dari empat orang. Inilah buah hasil diskusi kemarin. Hanya Kai dan Rinne yang akan melawan Dark Empress Vanessa. Dan jika seseorang harus membantu mereka, yang muncul di pikiran Kai adalah orang-orang yang dia kenal secara pribadi di Tentara Resistance.

"...Dan Ashlan, kelihatannya kau juga cukup tenang?"

"Aku tidak sama sekali merasa tenang. Selama ini tanganku gemetaran saat memegang stir mobil."

Rekan Saki di kursi pengemudi, menjawab dengan sedikit keluhan. Rencananya sudah diputuskan tiga hari sebelumnya. Petinggi meja bundar juga menyetujui rencana itu, dan kemudian Saki dan Ashlan baru diberitahu tentang hal itu kemarin malam.

"Ashlan, bagaimana kabar Neo Vishal?"

"Aku menghubungi mereka pagi ini, dan sepertinya disana masih aman. Yah, nasib kota itu sudah ada di tangan Vanessa."

Tangan Ashlan yang gemetaran kembali memegang kemudi mobil.

"Dengar, Saki, kenapa aku masih bisa memegang setir seperti ini karena itu membuatku sedikit tenang. Jika kita akan mengalahkan iblis, kita akan mendapat pujian tinggi dari seluruh dunia. Aku ingin dipuji dan hadiah uang juga. Dan aku ingin membuat dunia sialan ini sedikit lebih baik. Tidak apa-apa."

"... Ashlan."

Kai memandang Ashlan, yang sedang sibuk mengemudi.

"Dibandingkan dengan Ashlan yang aku tahu, kau jauh lebih kuat."

"Hah!? Sudah kubilang aku tidak mengerti ceritamu ini..."

"Aku menaruh harapan tinggi padamu. Ngomong-ngomong Rinne."

Sekali lagi dia berbalik.

"Karena ini penting, aku ingin kembali memastikan. Apa kita yang bepergian dalam jumlah besar ini, tidak akan ditemukan oleh iblis?"

"Ya, manusia tidak memiliki kekuatan sihir jadi iblis tidak akan bisa merasakan apapun."

Misalnya cara mereka bersembunyi mungkin tidak berguna melawan indra penciuman cryptid. Tetapi untuk iblis, yang unggul dalam persepsi sihir, memiliki indera lain yang lebih lemah, mustahil untuk mengetahui pergerakan manusia di bawah tanah.

"Kalau begitu kita akan melanjutkan sesuai rencana."

"Y-yah, kita sudah sampai. Sudah waktunya untuk mengetuk pintu neraka."

Kata Ashlan dengan suara serak. Kemudian dia menunjuk ke depan, mobil di depan mereka perlahan mulai menurunkan kecepatan.

"...Akhirnya waktunya telah tiba.”

Saki yang duduk di belakang, mengambil peluncur granat di dekatnya. Ini adalah bagian tengah ibukota Urzak. Tepat di atas rel kereta api ada pintu rahasia terminal pribadi. Dan begitu dibuka, akan ada istana pemerintah.

[Kepada rekan-rekanku yang berkumpul di sini, aku punya sesuatu untuk disampaikan.]

Semua kendaraan lapis baja berhenti sekaligus. Setiap prajurit dapat mendengar suara Paladin Jeanne dari perangkat komunikasi mereka.

[Pertama aku ingin mengucapkan terima kasih karena percaya dan mau mengikutiku sampai kesini. Teman-temanku, tidak diragukan lagi bahwa kesetiaan dan keberanianmu selama ini telah mengilhami sebuah harapan bagi umat manusia.]

Berulang kali, suara pemimpin mereka bergema melalui terowongan, yang telah diterangi oleh lampu mobil mereka.

[Beberapa dari kalian mungkin gelisah karena persiapan kita hanya tiga hari... Tapi aku ingin kalian mengingat: sudah berapa tahun kita bertarung?]

Semua orang mendengarkan dengan serius.

[Berapa lama sejarah kita melawan iblis yang berkuasa? Aku sudah kehilangan hitungan sudah berapa lama kita melakukannya. Kita sudah berjuang begitu lama. Aku percaya itu adalah persiapan kita hingga hari ini.]

Pemimpin Resistance menyatakan.

[Semua sudah lebih dari cukup sekarang. Keinginan kita untuk bertarung sudah terasah. Sudah waktunya untuk menyerang balik. Teman-temanku, ayo bangkit dari bawah tanah yang gelap!]

Jika saat ini adalah masa yang dipenuhi kedamaian, maka sekarang akan diikuti oleh ledakan tepuk tangan.

Ini dimulai. 

Jika keributan muncul dari bawah tanah, maka iblis di atas tanah akan mulai menyadari kehadiran mereka dan semuanya akan hancur. 

Semua orang memahaminya. Itu sebabnya setiap prajurit malah menunjukkannya dengan menyiapkan senjata mereka.

[Ayo pergi!]


"Rinne, Saki, Ashlan, ikuti aku. Sesuai rencana, kita akan masuk ke dalam."

Atas perintah Jeanne, Kai melompat dari mobil. Tujuan mereka berada di atas tanah. Melewati puluhan tentara, mereka menuju bagian dalam jalur kereta api. Tembok yang ada di sana sudah dibongkar, dan di depannya ada jalan setapak yang dilapisi ubin yang indah.

"Kai, apakah itu terminal pribadi?"

"Sepertinya begitu. Rinne, jangan lepaskan aku... Yah, meskipun itu sudah jelas."

Dengan Drake Nail di punggungnya, dia berlari ke depan. Kai telah dilatih untuk berlari seperti itu tanpa kehilangan kecepatannya, dan Rinne tidak memiliki masalah untuk mengikutinya dan berlari di sisinya. Masalahnya adalah dua orang di belakangnya.

"Hei, tunggu, kau terlalu cepat!"

"Kai, tunggu dulu! Bagaimana kau berlari begitu cepat dengan senapan di punggungmu!?"

"Hei, Kai, bagaimana kalau aku menggendong keduanya dan terbang saja? Dengan cara ini kita tidak akan kehilangan banyak waktu."

"Lebih baik kita simpan itu untuk keadaan darurat. Untuk saat ini, sembunyikan sayapmu."

Rahasia Rinne harus dijaga dari Tentara Resistance sebanyak mungkin. Tapi untuk unit Kai, yang berisikan Saki, Ashlan dan Rinne sendiri, jika nyawa mereka dalam bahaya, maka tak perlu ragu untuk menggunakan sihir. Kai menyampaikan itu pada Rinne sebelumnya.

"Ini eskalatornya. Saki, Ashlan, setelah kita menaikinya, kita akan berada di permukaan."

Eskalator tertutup debu. Mereka berlari melalui eskalator yang tak dialiri listrik selama beberapa dekade sekarang. Di sana, dua puluh meter di atas bawah tanah, ada pintu keluar stasiun pribadi.

"Kai, sini!"

"Jeanne! Maaf membuatmu menunggu."

Siang hari bisa dilihat melalui celah di langit-langit. Cahaya ini menerangi Jeanne dan pengawalnya. Dan Fairin yang mengintip dari pintu keluar untuk memeriksa situasi.

"Fairin, bagaimana kondisi di pintu masuk istana?"

"Ada tiga iblis, tapi sepertinya mereka hanya lewat begitu saja. Mereka tidak akan menimbulkan masalah."

"Seperti yang kita duga, iblis tidak pernah mengira kalau manusia akan menyerang istana pemerintah."

Sang Paladin mengangkat tangannya, dan seketika semua orang di sekitar mereka menjadi sunyi. Keheningannya seakan membuat merinding, tapi setelah itu….

"...Lakukan."

Ledakan. Sejumlah bahan peledak digunakan untuk menghancurkan pintu stasiun rahasia yang tampak seperti langit-langit menjadi berkeping-keping. Dari ledakan itu, kepulan asap hitam tebal keluar.

"Ayo pergi!"

Menembus debu dan kabut asap, Kai melompat keluar dari bawah tanah. Awan gelap terlihat di atasnya. Dan seolah memantulkan warna gelap ini, sebuah gedung tinggi menjulang di sekelilingnya.

********

Istana Pemerintah Urza.

"Ini...!?"

Bangunan terbesar di ibukota yang telah ditempati oleh iblis. Setengah dari menara di gedung kembar telah hancur. Sebagian besar kaca jendelanya telah pecah dan retakan menutupi dindingnya seperti jaring laba-laba.

"Manusia!?"

Di tangga besar yang mengarah ke gedung pemerintah, iblis hitam legam raksasa meraung melihat Kai keluar dari asap. Ini mirip dengan Daemon yang dia temui di Terminal 9, ia memiliki tanduk melengkung dan sayap hitam legam yang sama. Iblis ini tidaklah lemah seperti gargoyle, dia bisa menggunakan berbagai mantra sihir dengan kekuatan yang sangat besar.

"Kenapa kau terkejut?"

Dengan Drake Nail di tangannya, dia dengan cepat bergegas menuju tangga pintu masuk.

"Pada awalnya ini semua milik manusia. Tidak ada yang perlu diherankan."

"Freeze!"

Lingkaran sihir hitam muncul dan angin dingin mulai bertiup. Pegangan tangga dengan cepat menjadi pilar es dan tangga itu sendiri menjadi tertutup es tipis. Iblis itu terus merangkak diatas tanah, tapi sebelum bisa menyentuh kakinya, Kai melompat ke udara.

"Aku tahu sihir ini."

Di antara cuplikan rekaman pertempuran sebelumnya di MDA, ada juga rekaman sihir yang ditemui manusia di masa lalu. Kai mengingat semua kekuatan dan efeknya di kepalanya. 

"Kau bajingan...!?"

"Ayo pergi."

Sambil mengarahkan sihir berikutnya dengan tangannya, Kai mengayunkan Drake Nail miliknya. Peluru Drake itu meledak. Tapi saat asap dari ledakan mulai menutupi tubuh Daemon, Kai mendengar teriakan dari belakang.

"Kai, di atas! Ada sekelompok gargoyle!"

Di atas sana, di mana Saki menunjuk, di atap gedung-gedung pemerintah ada patung batu yang tampak seperti hiasan... Kemudian dari belakang mereka sepasang sayap terbentang, dan bersamaan dengan teriakan aneh, makhluk tersebut melompat ke arah mereka.

"Sepertinya tidak akan mudah untuk menerobos mereka..."

"Apa yang akan kita lakukan... Kita tidak bisa membuang waktu di sini, kan!?"

"Mari kita selesaikan semuanya sekaligus."

Sementara masih ada asap yang keluar dari moncongnya, Kai mengarahkan Drake Nail.

"Peluru Kilat"

Menerapkan prinsip arus tellurik, dengan bentuk lembing pendek, ditembakkan oleh Kai dan mengenai semua gargoyle yang terbang, membuat mereka semua jatuh. Kai berlari menuju pintu masuk, seolah mengabaikan tontonan ini.

"Itu keren! Hei, Kai, apa itu!?"

"Peluru ini dibuat di duniaku untuk digunakan melawan musuh berkelompok. Tapi jumlahnya sangat terbatas jadi aku menyimpannya sebagai cadangan."

"Wow, wow, jika kau memiliki sesuatu yang keren seperti itu, maka kau harus mengatakannya dari awal!"

"...Yah begitulah."

Tentu saja Saki dan Ashlan tidak menyadarinya. Hal yang sama tampaknya berlaku untuk unit Jeanne. Di belakang Kai ada Rinne yang sombong. Dengan penuh bangga  dia meliriknya, seolah berkata: "Puji aku nanti, oke?" Tidak ada yang namanya peluru kilat. Sebenarnya itu hanya nama yang Kai gunakan untuk menutupi sihir Rinne. Tidak ada yang akan meragukan mereka jika dia hanya mengatakan itu adalah varian lain dari peluru Elf.

"Kita baik-baik saja sejauh ini."

Dari belakang mereka muncul Jeanne dengan baju besi peraknya.

"Apakah tidak sulit untuk berlari dengan baju besi seperti itu?"

"Ketebalannya cukup pas menurutku, jadi tidak masalah... Semuanya, menyebar!"

Batalion pertama yang mengikuti pimpinan Jeanne, menerobos masuk ke lantai satu. Dan batalion kedua mengepung istana pemerintah untuk mencegah masuknya iblis.

"Itu peluru yang cukup menarik." kata Fairin hampir seperti berbisik.

Selain Kai yang berlari menuju pintu masuk, muncul sosok prajurit wanita jangkung berlari. Sambil membawa Shamshir, pedang melengkung yang tidak begitu dia kenal.

"Serangan kilat dengan jangkauan yang begitu luas. Benda itu memiliki kekuatan yang hebat."

"Yah, aku sudah menyimpannya selama ini."

"Tapi kau tidak menarik pelatuknya. Saat kau mulai menariknya, kau berhenti di tengah jalan. Itu pasti tidak ditembakkan olehnya, kan?"

"..."

"Gadis itu, namanya Rinne kurasa? Sejak awal aku merasa dia aneh."

Apakah dia melihatnya? Dari jauh di belakang, sementara semua orang fokus pada gargoyle, pengawal wanita ini mengawasi tangan Kai. Tidak hanya penglihatannya yang sangat bagus, tetapi intuisinya juga tepat.

"Aku hanya ingin mendengar satu hal darimu. Kau dan gadismu itu mengatakan bahwa kau akan melawan Vanessa. Kau tidak berencana untuk menarik kembali kata-katamu?"

"Tidak."

"Dimengerti."

Dia tidak punya keinginan untuk bertanya lebih lanjut. Setelah mengatakan itu, dia berlari ke arah tuannya.

Seperti yang diharapkan dari prajurit yang sudah melawan iblis begitu lama. 

Tidak heran Jeanne menjadikannya pengawal pribadi. 

Komandan dan pengawalnya memimpin serangan. Mengikuti mereka di belakang adalah lusinan tentara Perlawanan yang berhenti di aula lantai satu. Pasukan ini akan bertanggung jawab untuk mencegat iblis yang akan mencapai tempat ini.

"Kapten, aku meninggalkan tempat ini untukmu."

"Ya!"

Tanpa sedikitpun melirik prajurit yang memberi hormat, pengawal Jeanne berlari melalui tangga darurat. Mengikuti di belakang mereka, Kai mempercepat pergerakannya dan mengejar Jeanne.

"Jeanne, apakah kita menuju tempat yang benar?"

"Tidak salah lagi. Lift pusat dan tangga akan membuat kita menonjol. Jadi mengambil jalan memutar dengan tangga darurat adalah satu-satunya cara."

"...Tentu saja, tidak ada tanda-tanda iblis."

Dari lantai tiga ke lantai empat. Kemudian mereka berlari dari sana ke lantai lima. Unit Kai mengincar lantai atas, sementara Jeanne dan pengawalnya menuju pusat gedung pemerintah, lantai 10. Dengan terus melakukannya, mereka akan dapat mencapai tujuan mereka dalam beberapa menit. Tapi bagi Kai, malah merasa khawatir karena semuanya berjalan dengan lancar.

"Rinne, bagaimana?"

"Uhm, aku tidak merasakan kehadiran sihir yang kuat. Tapi itu agak mengejutkan. Ketika aku mendeteksi Vanessa, dia pasti akan memancarkan hawa sihir yang kuat..."

Setelah melompati satu anak tangga, Rinne mendongak. Tatapannya terfokus pada satu titik di angkasa di atas.

"Kai, lihat di sana!"

"Imp!?"

Tubuhnya hanya beberapa puluh sentimeter dan iblis itu melihat mereka dari atas. Sesuai dengan tubuhnya yang kecil, imp adalah iblis yang cukup lemah dan memiliki sedikit kekuatan sihir. Selain itu, iblis itu hanya bisa menggunakan satu mantra. Tapi Kai tahu bahwa mantra ini adalah yang terburuk.

"Ini buruk... Jeanne, cepatlah! Mereka akan datang!"

Mantra pemanggilan. Mantra yang hanya ada di antara ras iblis. Imp hanya bisa memanggil satu iblis, tetapi dia bisa memanggil iblis yang jauh lebih kuat. Lingkaran hitam muncul di dinding. Mendengar suara dinding retak, Kai dengan Rinne bersama-sama melompat dari tangga lantai 5 ke lantai 6. Tak lama tembok itu pun runtuh, diikuti dengan hancurnya tembok besar itu, dari sana muncul sebuah tangan yang setebal kayu gelondongan.

"Iblis besar!?"

Itu adalah iblis peringkat tinggi, yang tidak hanya memiliki tubuh titan, tetapi juga memiliki kekuatan sihir yang sangat besar. Dengan tangan itu, ia meraih salah satu pengawal yang berlari di belakang Jeanne.

[Suara teriakan]

Jeritan yang dipenuhi ketakutan. Iblis besar itu tampak seolah-olah menangkap serangga, meraih tentara dengan tangannya. Pada saat itu.

"Lambat"

Jari-jari tangan raksasa itu terputus. Tentara yang ditangkap dengan mudah terlepas dari telapak tangan. Fairin, yang berdiri di atas saluran ventilasi di dekat dinding, menangkap tengkuk lehernya.

"....Manusia !"

Raungan iblis besar bisa terdengar. Dengan cemoohan di wajahnya, Fairin mengangkat tangan kanannya. Shamshir, yang baru saja memotong jari iblis, menunjuk ke arah leher iblis.

"Jeanne-sama, pergilah lebih dulu."

"Fairin!"

"Tubuhnya kuat dan tebal. Yang memiliki afinitas buruk dengan senjata. Aku tidak menyangka aku harus pergi dari sisimu, tapi aku harus melakukannya."

Dia memelototi monster setinggi 10 meter ini.

"Ini hanya boneka kayu. Aku akan menanganinya dengan cepat dan mengejar ketertinggalanku. Tidak perlu khawatir."

"...Aku akan menunggu di lantai 10"

Paladin dan pengawalnya mulai berlari lagi. Dari bawah bisa terdengar suara kehancuran, tapi itu bukan hanya milik Fairin dan pertarungan iblis besar. Prajurit Resistance di lantai satu juga sudah menyerang iblis. Dari ketujuh ke delapan, dan kemudian ke lantai sembilan. Saat mendaki dalam diam Jeanne tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah Kai, yang ada di belakang.

"Hanya memberitahumu: tidak perlu khawatir tentang diriku."

"..."

Sepertinya dia mengetahui kekhawatirannya. Sementara pengawalnya, Fairin, bertarung, jika Jeanne menghadapi bawahan terpercaya Vanessa sendirian rasanya akan terlalu berbahaya. Inilah yang membuat Kai bertanya-tanya apakah dia harus mengatakannya atau tidak.

"Bahkan jika kita dengan mudah sampai di lantai ini, aku dan pengawalku akan bisa membela diri."

"...Bahkan tanpa Fairin?"

"Tentu saja. Sebagai pemimpin, aku harus menjadi yang paling berani!"

Dia dengan cepat bergegas ke depan, melompat ke lantai 10 dan masuk ke lorong, yang mengarah ke aula besar, tanpa menunggu Kai atau pengawalnya.

"Tunggu, Jeanne!?"

Bagi Kai, tindakannya barusan itu sangat ceroboh, mengingat posisinya sebagai seorang komandan. Jika iblis telah berencana menyergap mereka di sana, maka kemungkinan besar mereka akan menghadapi serangan sihir. Sepertinya pengawal tidak ada artinya bagi komandan yang bergegas pergi sendirian ke medan pertempuran.

"Kai" - kata Rinne, yang berada tepat di belakangnya, dan membuka matanya lebar-lebar - "...Aku merasakan kekuatan sihir yang kuat, berbahaya di sana!"

"Jeanne, berhenti!"

Paladin, yang menginjakkan kakinya ke aula, langsung tersambar petir dari puluhan lingkaran sihir ungu tua. Sama seperti saat Rinne menggunakan sihirnya, aula itu langsung dipenuhi kilatan cahaya. Jadi, apa yang akan terjadi pada manusia yang berani masuk? Jawabannya sudah jelas, dan karena itulah Kai meragukan matanya sendiri.

"Kai, bahkan setelah itu kau masih khawatir?"

Sambaran petir itu telah berakhir. Sisa-sisa sihir menari-nari seperti salju yang turun. Sang komandan, yang mengenakan baju besi ksatria, dengan tenang berdiri di sana.

"...Pakaian roh Elf!?"

"Tepat sekali."

Paladin menjawab keheran Rinne, sambil mengedipkan mata.

"Kami mengambil Holy Light Garments dari desa elf dalam pertempuran dengan cryptid. Ini adalah harta dengan resistensi sihir yang tak tertandingi."

Sihir yang kuat adalah simbol dari ras iblis. Tak diragukan lagi kalau seseorang yang tidak takut akan hal itu, adalah sosok yang pantas menjadi ksatria yang membebaskan Federasi Urza.

"Pergilah."

Dari dalam bagian dalam Aula Besar, Daemon bertangan empat merangkak keluar. Sambil menatapnya tajam, Jeanne menunjuk ke arah lorong di sisi yang berlawanan.

"Kemunculan bawahannya membuktikan bahwa Vanessa sendiri ada diatas. Dan kaulah yang akan mengalahkannya, bukan, Kai?"

"... Aku serahkan padamu kalau begitu."

Tanpa melihat kembali ke Jeanne dan pengawalnya, Kai bergegas menuju tangga darurat. Dia fokus menuju lantai atas.

"Saki, Ashlan, tempelkan ini dilengan kalian, selagi kalian memakainya, iblis tidak akan bisa menemukanmu."

Dia melemparkan sepasang armband ke arah keduanya di belakang.

"Rinne, dengan itu seharusnya baik-baik saja, kan?"

"Ya, karena itu adalah sihir angel barrier... Maksudku, itu adalah alat manusia yang meniru angel barrier."

Sebenarnya armband itu juga merupakan sihir Rinne. Menggunakan kekuatan sihir itu akan membantu menyembunyikan penggunanya dari dunia luar. Mungkin tidak begitu efektif melawan cryptid dengan naga yang memiliki indera penciuman yang sangat baik. Tapi melawan iblis dan roh, itu bisa bekerja dengan sangat baik.

"Saki, Ashlan, jangan berpisah dariku dan Rinne. Meski hanya beberapa meter, tapi armband itu akan kehilangan fungsinya."

Lantai 15, lantai 16, dan akhirnya mereka berhenti di lantai 17. Mengikuti sepanjang lorong, tujuan mereka ada di utara lantai ini.

"Hei, Saki, ini tempatnya, kan?"

"Yah, jika cetak biru bangunan berusia 30 tahun itu benar, maka iya."

Saki menggenggam peta itu dengan erat, dan di belakangnya juga ada Ashlan yang berjalan bersamanya. Tempat itu masih memiliki penerangan. Lantainya tampak dipoles dengan sangat indah sehingga pantulan sosok mereka tampak disana. Berbeda dengan reruntuhan bangunan di luar, interior bangunan ini terlihat indah. Tidak hanya mewah dalam tampilannya, secara fungsional pun bangunan ini masih memadai. Sebuah hal yang tidak diharapkan dari markas iblis.

"...Kalau kupikir-pikir lagi, semua tepat seperti perkiraan Jeanne. Karena bagian gedung ini masih dialiri listrik."

Bagian lantai ini diterangi dengan listrik. Ditambah lagi, lift yang seharusnya tidak ada seorangpun yang menggunakannya pun masih menyala.

"Pembangkit listrik disini masih hidup. Tapi aku yakin mereka dikelola oleh manusia yang ditangkap, bukan para iblis. Aku telah diberitahu bahwa ada unit lain yang akan menyelamatkan mereka."

Lanjut Ashlan yang membawa senapan mesin.

"Jadi, Kai, kita akan mengambil alih pembangkit listriknya... T-tunggu, apa itu!?"

Tiba-tiba mereka bisa merasakan gemuruh hebat. Apakah itu pertarungan kelompok Jeanne? Namun tidak ada tanda-tanda gemuruh itu akan berakhir. Dug, dug... dentuman itu mendekati mereka seakan-akan memiliki kesadaran sendiri. Seketika makhluk bertubuh besar memenuhi seisi lorongnya. Monster seperti badak muncul dari ujung lorong. Magical beast Jabberwock. Monster itu adalah binatang milik iblis dengan kekuatan sihir yang sangat besar. Kepalanya yang lebih rendah memiliki tanduk yang bengkok, dan suara gemuruh kian mendekat bersamaan dengan binatang itu.

"!?" 

"Tunggu, Saki."

Rinne segera menghentikan gadis yang meletakkan jarinya di pelatuk peluncur granat.

"Tidak apa-apa, dia tidak akan menemukan kita."

"...B-benarkah?"

"Jika kita ketahuan, kita harus cepat berlari. Berdiam diri disini hanya akan membuat kita hancur."

Mereka pun berhenti dan bersandar erat ke dinding. Di depan mata mereka ada monster seperti gajah raksasa, yang berjalan berdampingan dengan suara gemuruh. Bahkan jika kau tahu bahwa itu tidak bisa melihatmu, itu masih menakutkan.

"Seperti yang diharapkan dari markas Vanessa. Monster seperti itu bisa berkeliaran dengan bebas..."

Jabberwock menghilang di tikungan di belakang mereka. Begitu mereka yakin bahwa suara langkah kaki itu menghilang, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke arah dimana Jabberwock datang, yaitu ruang pembangkit listrik. Begitu mereka memasuki ruangan dengan mesin berdebu, mereka segera menutup pintu masuknya.

"Ah sial... aku cukup yakin aku baru saja kehilangan 3 tahun hidupku."

Gadis yang memegang peluncur granat itu tampak pucat dan bersandar ke dinding.

"Yah, kita sudah sampai di tujuan. Ashlan, aku serahkan padamu."

"Ya, aku bisa melakukannya bahkan dengan mata tertutup."

Ashlan melihat ke papan saklar listrik. Di sana ia memegang tuas yang mengendalikan seluruh catu daya gedung. Menarik tuas saklarnya ke bawah akan memutus aliran listrik seisi bangunan.

"Ini untuk pelarian diri kita, kan? Jika ternyata tidak mungkin untuk mengalahkan Vanessa, kita akan memutus aliran listrik untuk membuat kekacauan di antara para iblis dan melarikan diri. Tidak masalah kan, Kai?"

"Ya, Kau akan mendapatkan sinyal dariku."

"Berikanlah sinyalnya pada waktu sebaik mungkin. Kita hanya perlu menarik tuasnya tapi... Apakah itu sungguh tidak apa-apa?"

"Ya." Jawab Rinne yang berdiri di dekat pintu.

"Aku bersama dengan Kai, akan pergi sekarang. Kalian berdua harus menunggu di sini. Kemungkinan besar jika kau tetap diam di sini dan tak membuat kegaduhan, iblis tidak akan menemukanmu. Kurasa."

"Jangan bertindak gegabah. Hanya itu yang ingin aku dan Saki katakan."

Kedua rekannya memberi hormat kepadanya dengan cara tentara Resistance. Kai, bersama dengan Rinne, keluar dari ruang pembangkit listrik melalui pintu. Mereka kembali berada di lorong lantai 17.

Gedung ini memiliki 20 lantai, dan ruangan raja Urza berada di lantai 20. 

Kemungkinan besar Vanessa akan ada di sana.

Dia menelan ludahnya. Jantungnya berdegup kencang. Usai berhasil menenangkan diri, Kai berbalik ke arah Rinne.

"Terima kasih, Rinne. Aku tahu itu sangat sulit bagimu."

"Ya?"

"Aku tahu kau tidak suka berada di dekat manusia lain. Sampai saat ini, kita selalu bersama orang-orang Resistance dan juga Saki maupun Ashlan."

"...Jika Kai akan memujiku, aku bisa menahannya, tahu?"

Dia menjawab dengan cara yang agak memalukan. Kemudian dia merentangkan kedua tangannya, dan sepasang sayap muncul dari punggungnya.

"Ya, bagaimanapun juga aku merasa lebih baik begini."

"Kalau begitu, ayo pergi."

Dia mengintip lorong didepan dari sudut dinding. Tidak ada satupun iblis atau magical beast. Jika sesuatu yang tidak terduga akan terjadi, dengan sihir penyembunyian Rinne mereka tidak akan ditemukan. Tapi saat mereka mulai melangkah maju, suara sirene menusuk telinga mereka. Suara itu hanya akan berbunyi ketika sistem keamanan mendeteksi adanya kehadiran penyusup di dalam bangunan. Dan di situasi kali ini, mereka adalah para penyusupnya.

"Apa!? Penghalangku tidak berfungsi!?"

"Bukan... Peralatan pengawasannya masih menyala!"

Sihir Rinne mampu menciptakan kamuflase dengan menghalangi cahaya. Sama seperti bagaimana sihir ini tidak berguna untuk menghindari indera penciuman cryptid, sihir kamuflase ini juga tidak berguna jika dihadapkan dengan sensor inframerah yang dapat mendeteksi suhu tubuh. Meskipun Kai sadar betul tentang hal itu, dia tidak menyangka bahwa sensor itu masih berfungsi normal setelah sekian lama ditinggalkan.

Peralatan pemantauan itu adalah produk dari kemajuan teknologi kami. 

Tanpa seseorang yang memeliharanya, seharusnya mereka akan berhenti bekerja setelah beberapa bulan. 

Ditambah lagi, sistem keamanan itu pun tak menggubris kehadiran Jabberwock yang berlalu-lalang di lorong selama ini.

"Trik manusia kadang-kadang berguna juga."

Seakan dilemparkan ke dalam laut sedingin es, sebuah hawa dingin menjalar di seluruh tubuh Kai.

"Benda ini bisa mendeteksi suhu tubuh, kan? Itu dapat mendeteksi roh yang melewati dinding, dan bahkan menembus angel barrier. Tapi siapa yang mengira kalau manusia itu sendiri terperangkap di dalamnya."

Terdengar suara yang menyeramkan. Seluruh langit-langit lorong perlahan meleleh seperti mentega yang dipanaskan. Dan dari sana, iblis Daemon muncul.

"... Kai."

Suara Rinne bergetar. Dan sejauh yang Kai tahu, ini adalah pertama kalinya dia melihat Rinne gemetar di hadapan iblis.

"Iblis ini cukup berbahaya."

"Ya... Hanya dengan melihatnya saja, aku bisa mengerti."

Miasma abu-abu yang menyebar dari seluruh tubuhnya menunjukkan betapa kuatnya iblis itu.

"Sayap apa itu?"

Daemon menatap sayap Rinne.

"Kaulah yang membimbing manusia ini ke sini dengan sihirmu? Sayapmu seperti milik para malaikat? Tapi kenapa ada bagian dari ras kami bercampur pada sayapmu itu... Apa maksud perihal membingungkan ini..."

"Jika kau sangat suka berbicara, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Untuk menyembunyikan keberadaan Rinne, Kai melangkah maju di depannya.

"Apakah kau yang mengubah sistem pemantauan gedung?"

"Itu adalah kebijaksanaan dari Yang Mulia Vanessa"

Dengan bangga Daemon merentangkan kedua tangannya.

"Kota ini dipenuhi dengan jaringan pemantau, benda itu juga mampu melihat menembus angel barrier dan bahkan mendeteksi roh yang sedang menyerang. Semua ini sungguh terbuang sia-sia pada manusia, jadi kami menggunakannya."

"..."

"Dan pengelolaan peralatan ini bisa dengan mudah dilakukan oleh manusia."

Tak salah lagi bahwa bangunan ini adalah benteng yang tangguh. Itu sebabnya para iblis memutuskan untuk menetap di sini. Dengan menggunakan tenaga insinyur yang tertangkap, mereka dapat terus menjalankannya hingga sekarang.

"Selain itu, Yang Mulia sangat senang mendengar tentang invasimu. Mengapa kau bergegas menuju kematianmu sendiri adalah pertanyaan yang cukup menarik baginya. Itu menarik minatnya."

"Lalu bagaimana kalau kau menuntun kita ke tempat Vanessa?"

"Mainan yang menarik sepertimu ada di hadapanku."

Kabut Miasma dipancarkan oleh seluruh tubuh iblis.

"Tidak ada alasan untuk membiarkanmu lewat."

"Ah, aku mengerti kalau begitu."

Asap putih bersih menyelimuti koridor. Dia menggunakan granat asap. Kai melemparkannya untuk menghalangi iblis yang akan mengeluarkan sihir.

"Ck, apa ini...!?"

"Pertama kali melihat granat asap? Di dalam gedung, ini sangat efektif melawan iblis."

Kebingungan iblis hanya berlangsung beberapa saat. Kai berlari ke arah yang berlawanan dengan ruang pembangkit listrik. Setelah suara alarm yang menusuk tidak lagi terdengar, sebuah aura membunuh yang membuatnya menggigil muncul.

"Dia mengejar kita!? Rinne, kamuflase!"

"...Aku ceroboh, mereka memberi tanda pada sihirku."

Sambil menggigit bibirnya sendiri, Rinne melanjutkan:

"Setiap kali aku mencoba bersembunyi di gedung ini, mereka akan dapat menemukanku."

"Kalau begitu ayo naik."

Mereka bergegas menuju tangga darurat. Di sana mereka pergi dari 17 ke 18 dan kemudian ke lantai 19. Di sana, di tangga lantai 19, Kai membuka matanya lebar-lebar. Dinding seisi lantai itu terbakar. Tangganya pun terbungkus api yang menyala-nyala. Percikan api muncul dimana-mana.

"Ada imp juga...!"

Ada banyak iblis kecil berwarna merah cerah. Dan tidak hanya satu atau dua. Kai melihat puluhan lingkaran sihir muncul secara bersamaan. Mantra pemanggilan ini akan memunculkan iblis peringkat tinggi.

Mereka tahu kita akan kesini. 

Apa yang harus kita lakukan... Jika kita tidak keluar dari sini entah bagaimanapun caranya, kita akan dikepung. 

Ada dua tangga darurat. Satu sudah hancur, dan hanya satu yang tersisa dan mengarah ke koridor.

"Kita pergi ke sana!"

Dia meraih tangan Rinne dan berlari.

"Berhenti, Kai, ini berbahaya!"

Dari belakang dia didorong hingga jatuh lebih jauh ke dalam. Dia membungkuk karena dorongannya barusan. Setelah itu, dia melihat lorong itu terhalang oleh tumpukan es yang besar. Jika Rinne tidak menyadarinya, dia pasti sudah ditelan es itu sekarang. Kini bongkahan es itu memisahkan mereka berdua.

"Rinne!?"

"...Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja."

Gadis yang berhadapan dengan gerombolan iblis itu menganggukan kepalanya padanya.

"Pergilah, Kai. Kalau aku bersamamu, mereka akan terus mengejar kita kemanapun kita pergi. Pergilah duluan dan aku akan segera menyusulmu. Setelah itu kita akan mengalahkan Vanessa bersama."

"Tapi..."

"Tolong, lakukanlah!"

Kata-kata terakhirnya, hampir seperti teriakan permohonan.

Aku mengerti. 

Rinne benar. 

Bahkan saat ini Jeanne dan tentara Resistance terus menahan iblis di bawah. Dia tidak bisa berhenti di sini.

"Kau benar-benar harus menyusulku! Berjanjilah padaku!"

Dia berbalik dan mengepalkan tangannya dengan kuat sampai kukunya hampir menembus kulitnya. Dia menggigit bibirnya dan bergegas melanjutkan perjalanannya

********

Manusia muda itu telah pergi. Dia tidak meninggalkannya atau melarikan diri darinya. Di atas sana ada Vanessa dan dia berlari untuk mengalahkannya. Itu adalah janji mereka.

Benar, kan, Kai? 

Kau percaya padaku dan akan menungguku di sana, kan? 

Bagi Rinne semuanya menjijikkan. Dia membencinya. Dia membenci sifat pengkhianat iblis. Di antara 5 ras lain, hinaan mereka terhadap ras lain sangatlah ekstrem. Dia membenci kebiadaban para cryptid. Di antara 5 ras mereka adalah yang paling kasar dan vulgar. Dia membenci ras roh yang sifatnya aneh. Di antara 5 ras merekalah yang paling sulit untuk dipahami. Dia membenci kekeraskepalaan Foreign gods. Di antara 5 ras merekalah yang paling sombong. Dia membenci rapuhnya manusia. Di antara 5 ras, mereka adalah yang terlemah dan pengecut. Dan kemudian... Menjadi seorang campuran dari setiap ras lain, dia paling membenci dirinya sendiri. Namun Kai tidak seperti itu. Dia tidak memandangnya dengan rasa takut, dan tidak memiliki ekspresi jijik. Berkebalikan dari mereka...

[Tunggu sebentar sampai dirimu tenang]

Dia memeluknya. Itu sebabnya dia ingin bersamanya. Itu sebabnya dia ingin sekali lagi merasakan kehangatan tubuhnya.

Aku benci itu, Kai. 

Jika kau mati sebelum aku datang... Aku benci itu. 

Dia menoleh ke sana. Ada Daemon yang menghancurkan pintu darurat tangga. Dan selain itu dari bagian dinding dan langit-langit yang meleleh muncul iblis yang tampak aneh. Mereka berhenti di depannya, seolah-olah mereka melihat hal teraneh yang pernah ada.

"Aku merasakannya, baunya seperti malaikat."

"Tapi ada juga bau iblis....?"

"Tidak, ada juga elf. Dan bahkan bau dwarf."

"Draong, bahkan bau roh."

"Apa ini? Makhluk apa kau sebenarnya...? Perpaduan bau dan kekuatan sihir yang luar biasa..."

Niat membunuh iblis muncul.

"Itulah yang ingin aku dengar. Siapa kau sebenarnya, katakanlah padaku."

Menghadap para iblis. Rinne terus berbicara, sambil melihat ke arah iblis peringkat tinggi.

"Aku sendiri tidak mengerti apa aku ini. Tapi aku tahu satu hal - aku sangat membenci kalian!"

Dia melebarkan sayap Tenma-nya. Gadis bernama Rinne itu mulai memancarkan kekuatan sihir dari seluruh tubuhnya. Kekuatan yang berasal dari semua ras. Semua itu bercampur dalam harmoni dan menciptakan kilauan unik yang hanya dimiliki dirinya seorang.

"Aku ingin bersama Kai! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka yang menghalangiku!"

********

Istana pemerintah, lantai 10. Iblis bertangan empat meraung.

"Makhluk lemah!"

Lengan kanannya, yang setebal kayu gelondongan, menghantam salah satu pengawal ke dinding. Sambil menerima beberapa tembakan dari senapan mesin. Meskipun dia tidak sepenuhnya kebal seperti gargoyle, tapi iblis itu diselimuti oleh sihir yang mengikis peluru yang mendekat sebelum mereka bisa mengenainya. Sehingga yang dia rasakan hanyalah seperti peluru karet. Karena damage dari peluru berkurang, tubuhnya bahkan tidak tergores sedikitpun. Untuk melawan itu...

Pedang Paladin Jeanne, memotong lengan iblis yang menjadi seperti cambuk.

"!?"

"Hanya luka dangkal? Meskipun luka itu dibuat dengan sihir malaikat [Divine punishment]. Aku tidak menyangka itu bisa disembuhkan dengan mudah."

"Alat sihir malaikat!?"

Iblis itu tidak mencoba menghindari pedang Jeanne. Sebaliknya, dia mengulurkan dua tangannya ke arah pedang yang mengayun dan menangkapnya.

"Cih"

"Lemah. Bahkan jika kalian manusia menggunakan pedang sihir malaikat, itu bukanlah ancaman besar... Biar kutunjukkan padamu kekuatan yang sebenarnya."

Dari telapak tangan iblis muncul kobaran api merah. Api itu membentuk sesuatu yang menyerupai kapak besar. Serangan seperti itu seharusnya dapat menembus armor Jeanne dan membakarnya hidup-hidup... Atau setidaknya itulah yang seharusnya terjadi. Namun, sihir pedang api itu segera menghilang. Dan saat pedang tersebut menyentuh Jeanne, bilah api berubah menjadi sekumpulan bunga api dan hilang seketika.

"Armor!? Tidak, di bawahnya ada pakaian roh Elf!"

"Kau menyadarinya."

Kata pemimpin Resistance yang melompat menjauhinya. Setelah menerima serangan pedang api barusan, sebuah gaun sutra tipis terlihat di bawah baju besi miliknya. Kainnya tipis seperti kertas, tetapi pakaian ini mampu menghapus sihir iblis apa pun. Armor itu sendiri hanya berfungsi sebagai penyamarannya menjadi seorang pria. Pelindung sebenarnya adalah gaun sutra di bawahnya. Gaun itu adalah pakaian holy light battle dan harta terbesar bagi elf, yang memiliki ketahanan sihir tertinggi. Ini berfungsi sebagai perwujudan Paladin (Ksatria Cahaya Suci) dan kartu truf dalam melawan iblis.

"Apakah kau ingin bunuh diri, manusia!"

"..."

Hanya ada satu jawaban untuk itu.

"Batalkan penyamaran. [Moon bow]."

Pedang Jeanne diselimuti cahaya. Dari pedang itu, terpancar cahaya sihir malaikat. Dan pedang itu berubah menjadi busur yang indah dengan banyak permata tertanam di permukannya.

"Tembuslah!"

Panah sihir menembus tubuh iblis besar seolah-olah memotong udara tipis dan menancapkannya ke dinding. Tapi sebelum dia bisa memahami situasinya, rasa pusing yang hebat tiba-tiba membuat Jeanne jatuh berlutut.

"Jeanne-sama!?"

"...Aku baik-baik saja, Kapten, pertahankan posisimu!"

Pengawalnya bergegas untuk mendukung pemimpin mereka. Sementara itu keringat bercucuran di pipi Jeanne. Keringat yang sangat dingin.

"Bunuh diri, katamu?"

Sambil memaksa tubuhnya yang masih gemetar, sang Paladin mulai berdiri.

"Itu benar, tanpa tekad seperti itu, tidak ada cara bagi kami manusia untuk mengalahkan kalian para iblis!"

Busur malaikat dan pakaian roh elf adalah alat sihir yang kuat, yang cocok digunakan untuk ras yang menggunakan sihir. Untuk manusia, yang tidak memiliki kekuatan sihir, menggunakannya akan merenggut semua stamina mereka. Bahkan alat sihir itu juga bisa menggerus kehidupan itu sendiri. Dia seperti mengenakan pakaian pemakaman yang bisa merenggut nyawanya. Jeanne terus bertarung berdampingan dengan kematian, dan semua orang di antara prajurit Resistance mengetahuinya. Begitulah cara dia mendapatkan rasa hormat.

"Ini bukan apa-apa, dibandingkan dengan pertarungan dengan pahlawan iblis ..."

Dia memikirkan Rinne dan Kai yang berasal dari dunia dengan sejarah yang berbeda. Sebenarnya Jeanne masih belum sepenuhnya percaya dengan cerita Kai. Bagaimana sejarah sampai ke titik di mana umat manusia akan menang dalam Perang Besar? Tapi dia mengatakan bahwa dia akan menunjukkan bukti. Dengan menantang pahlawan iblis. Dibandingkan dengan kecerobohan gila itu, mengenakan pakaian roh yang menghabiskan hidupnya sendiri bukanlah apa-apa. Jeanne sudah memutuskan ini semua.

"Jeanne-sama!"

Tiba-tiba dia mendengar teriakan bawahannya. Dan ada tanda sesuatu dari atas. Langit-langit tiba-tiba pecah karena kebisingan. Dari sana tiba-tiba muncul monster berbentuk anjing. Cerberus. Itu adalah monster yang menyerupai magical beast legendaris. Taringnya yang beracun mengarah ke bagian atas kepala Jeanne.

"Maaf membuatmu menunggu, Tuanku."

Dalam sekejap Shamshir melintas dan taringnya berakhir hanya mengenai udara kosong. 

"Perjalananku kesini agak macet, jadi aku harus bersih-bersih sedikit saat menuju ke sini."

"... Aku sudah mandi keringat, kau tahu."

Fairin, pengawal dari pemimpin Resistance, dan tak disangka juga merupakan ajudan Jeanne. Dia yang bertugas menjaga Jeanne, nyaris tidak berhasil tepat waktu.

"...Kau, bajingan... aku pernah mendengar tentangmu..."

Suara teredam dari magical beast bisa terdengar. Taringnya hancur dan ia memandang Fairin, yang memegang Shamshir di kedua tangannya, dengan jijik.

"Ada manusia yang mempunyai kekuatan besar... Dragoon!"

"Mungkin."

Shamshir, yang bilahnya berwarna merah cerah, terbuat dari taring drake. Drake Nail bayonet Kai paling-paling hanyalah tiruannya. Tapi pedang yang ada di tangan Fairin adalah benda sebenarnya. Itu adalah pedang kelas tertinggi yang terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari cryptid. Karena menyerupai taring naga, dia dikenal sebagai Dragoon di antara para iblis, yang takut akan hal itu.

"Tentara kita masih bertahan di lantai bawah. Tapi mereka juga mulai mencapai batasnya."

"...Kita akan bergantung pada hasil dari lantai atas."

"Ya, Jeanne-sama berdirilah di belakangku, aku akan pergi."

Prajurit terkuat Urza berkata dan menyiapkan Dragon Fang-nya lagi.

********

Istana Pemerintah Urza, lantai 20. Membuat langkah terakhirnya setelah memanjat, napas Kai menunjukkan campuran kelelahan di dalamnya.

"Akhirnya..."

Akhirnya dia berada di lantai atas. Sementara Resistance menggunakan semua kekuatan mereka untuk menarik perhatian iblis, Kai akhirnya berada di depan tempat kediaman Dark Empress.

Tidak ada tanda-tanda aku dibuntuti mereka, sepertinya aku lolos dari mereka. 

Sekarang aku harus menunggu Rinne. 

Untuk membiarkan Kai melarikan diri, Rinne harus mengambil risiko dengan bergerak secara terpisah. Ada tangga darurat di utara dan selatan. Kai datang melalui tangga selatan, sementara Rinne, yang telah dikelilingi oleh iblis, harus menerobos tangga utara.

"Rinne... Ayo..."

Keduanya berjanji untuk mengalahkan Dark Empress Vanessa bersama-sama. Melangkah keluar dari tangga darurat, dia mengikuti ke koridor lantai 20.

"Apa!?"

Suara terkejut keluar dari mulutnya. Tidak ada dinding atau koridor. Sebaliknya seluruh lantai 20 menjadi satu aula besar. Dan di aula besar ini Kai bisa melihat satu sosok iblis. Di bawah lampu, di mana dulunya adalah dinding yang sekarang menjadi puing-puing di lantai, berdiri singgasana tunggal yang indah. Singgasana yang pernah menjadi kursi sang raja, kini menjadi kursi iblis ini. Dark Empress Vanessa.

"Selamat datang, manusia."

"...Kau..."

"Jangan terlalu kaku. Seluruh ruangan ini adalah tempatku sendiri. Keberadaan bawahanku hanya akan membuatnya sempit, jadi tidak ada satupun penjaga disini."

Suara iblis wanita dengan martabat dan entah mengapa terdengar aneh, dan juga daya pikat feminim yang luar biasa. Succubus... Dia terlihat cantik. Di bawah cahaya, rambut indahnya memiliki pantulan ungu gelap, dan dia memiliki mata dan bibir merah. Pada pandangan pertama, orang pasti akan melihatnya sebagai seorang iblis pemikat (succubus).

Sosok yang menangkap raja manusia dan menghancurkan negara sejak lama. 

Tidak banyak iblis dengan legenda seperti itu ... 

Pahlawan iblis. Dia yang juga dikenal sebagai Ratu, terkekeh melihat Kai.

"Apakah kau akan menurunkan senjatamu?"

"...Apa katamu?"

"Tidak ada yang berpikir bahwa succubus adalah iblis terkuat. Semua orang mengharapkan Daemon atau magical beast, tetapi hanya dengan melihatku. manusia kehilangan semua keinginan untuk bertarung. Mengatakan sesuatu seperti 'aku tidak bisa mengarahkan senjata ke gadis cantik seperti itu'. Bagaimana? Daripada membuang waktu untuk membunuhmu, kau bisa berpose untuk memujaku."

"..."

"Apa itu?"

"Itu tidak benar. Sifat aslimu adalah..."

Mengarahkan Drake Nail ke arahnya, suara Kai bergema di seluruh aula. Dia mendengar dari Rinne, iblis macam apa yang disebut Dark Empress Vanessa.

"Kaulah yang berdiri di atas Daemon dan magical beast yang tidak menyenangkan itu. Dan sebenarnya kau berpura-pura menjadi succubus belaka untuk mengelabui manusia. Pada kenyataannya kau adalah maniak pertempuran yang siap menyerang ras lain di setiap kesempatan. . Itulah sosok sejatimu."

Succubus itu menatap Kai dengan ekspresi bingung.

Jika bukan karena Rinne, aku akan memikirkan hal yang sama. 

Aku bertanya-tanya seperti apa penampilan mengerikan yang dimiliki Dark Empress Vanessa. 

Di luar dia hanyalah seorang wanita cantik.


Celah di pakaiannya yang tampak asing memperlihatkan belahan dadanya, dan kakinya yang bersilang juga sangat indah. Bahkan rasanya agak menakutkan membayangkan berapa banyak manusia yang kehilangan jiwa dan martabat mereka karena keindahan yang mempesona ini.

"Fuh... Ahahahaha, kau lucu juga ya?"

Vanessa tertawa sambil memegangi tubuhnya.

"Maniak pertempuran, katamu? Tidak, tidak, tentu saja meskipun aku tidak membenci pertarungan yang menyenangkan, aku masih seorang succubus, kau tahu? Dan aku cukup percaya diri dengan kecantikanku sendiri. Aku cukup yakin bahwa aku akan menaklukkan dan membuat pria mana pun memujaku. Jawabanmu benar-benar tak terduga."

Vanessa menukar kakinya yang bersilang. Dan seolah-olah sengaja dia hampir sepenuhnya mengekspos area paha dalam saat menukarnya.

"Ah tapi aku ingat ada beberapa pemberontak manusia. Dari bawahanku, aku mendengar beberapa kabar tentang Paladin, atau sesuatu seperti itu. Dan menurut mereka dia memiliki pakaian roh elf. Apakah kau orangnya?"

"Maaf, tapi itu adalah orang lain."

"Lalu kau bawahannya?"

"Tidak. Tentu saja aku datang untuk mengambil kembali kekuasaan ibukota darimu, tapi aku tidak ada hubungannya dengan tentara Resistance."

"Tidak berhubungan?"

Mendengar kata-kata tak terduga ini, iblis yang sangat cantik itu memiringkan kepalanya.

"Apakah kau berasal jauh dari luar Urza?"

"Bahkan lebih jauh dari itu."

Ekspresi pahlawan iblis tetap tidak berubah. Dark Empress Vanessa tetap diam di atas singgasana raja. Dan untuk menghapus kesombongannya dia berkata...

"Aku datang dari dunia di mana kau telah dikalahkan."

Kai menjawab dan mengangkat Drake Nail ke arahnya.

"....Baiklah"

Keheningan yang cukup tidak menyenangkan datang. Tatapan succubus legendaris saja bisa menghisap nyawanya.

"Dunia di mana aku telah dikalahkan? Sayangnya bagimu, tapi dunia seperti itu tidak bisa ada. Dan bahkan tidak akan pernah ada."

"Ini bukan dunia masa lalu atau masa depan. Ini adalah dunia yang berbeda dengan sejarah yang sama sekali berbeda."

"Delusi yang luar biasa."

"Ya, aku juga berpikir itu hanyalah mimpi. Percaya atau tidak, aku adalah manusia yang tersesat dari dunia yang berbeda. Dari sudut pandangku, sejarah yang aku ingat adalah benar. Di sana kita sudah mengakhiri Perang Besar Lima Ras."

Vanessa tetap diam sekali lagi. Tapi kali ini keheningannya cukup singkat.

"Lalu, di duniamu itu, aku kalah dari ras mana? Ras mana yang menguasai dunia?"

"Manusia."

"....Ha! Ahahahaha! Aku bertanya-tanya ras mana yang harus kuperhatikan, tapi manusialah menang?"

Tawanya yang menawan bergema di seluruh ruangan. Dia terus tertawa lepas bahkan dadanya mulai bergetar.

"Bukan cryptid, bukan Foreign gods, bukan roh, tapi manusia! Ah, maaf, itu benar-benar lucu, aku cukup banyak tertawa hari ini. Siapakah yang mengalahkanku?"

"Prophet Sid."

Pahlawan manusia tidak ada di dunia ini. Itu sebabnya Dark Empress Vanessa tidak bereaksi sama sekali... Itu wajar.

"..."

"Vanessa?"

Prophet Sid. Mendengar nama ini, senyum iblis wanita segera menghilang. Seolah lupa bahwa Kai ada di sini, dia membuat tatapan kosong. Dan kemudian bibirnya yang indah seakan berbicara sendiri.

"Sid. Sid? ...Manusia....Pedang..."

Sikap Vanessa berubah total. Dia tampak... Seperti orang yang kehilangan ingatan. Seolah-olah dia berusaha mati-matian untuk mengingat memori yang hilang ini.

"Sid... Makam... Code Holder... Segel... Reinkarnasi Dunia..."

"Eh?”

Apa yang baru saja dia katakan sekarang. Makam, Code Holder? Baik makam dan pedang Sid hanya ada di dunia yang sebenarnya. Seorang pahlawan iblis dari dunia lain ini tidak  seharusnya mengetahui itu. Meskipun begitu... [Reinkarnasi Dunia]. Kai yakin dia baru saja mengatakan itu..

"Vanessa! kau, apa yang kau...!?"

".......Tidak."

Pahlawan iblis menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba senyum menawannya kembali. Dan kemudian dia berdiri dengan niat membunuh yang membuatnya merinding.

"Aku sudah meluangkan cukup banyak waktu. Tapi, untuk beberapa batas tertentu itu cukup menyenangkan. Sebagai hadiah, aku memberimu dua pilihan. kau bisa menghabiskan sisa hidupmu dengan menghiburku. Atau aku bisa mengubahmu menjadi arang sekarang."

"Maaf, tapi aku tidak akan memilih keduanya."

"Itu sangat disesalkan. Aku pasti akan menyambutmu sebagai seorang succubus."

Tangannya terangkat dan di bawah kakinya, kerikil dan pasir mulai berkumpul di sekelilingnya hampir seperti menciptakan pusaran air.

"Maka kau bisa menjadi debu."

"Batalkan!"

Suara mereka saling tumpang tindih. Vanessa menembakkan panah cahaya ungu, melihat panah yang mendekat, Kai mengarahkan Drake Nail dan menarik pelatuknya. Peluru Elf. Penemuan setelah era Perang Besar, bertabrakan dengan sihir dan menghancurkannya.

"Apa!?"

Teriakan heran keluar dari mulut Vanessa. Simplified Elf bullet adalah sesuatu yang tidak ada di dunia ini. Dan peluru yang bisa menghapus sihir adalah pilihan yang jelas untuk melawan iblis.

"Kau terlalu meremehkan manusia, iblis."

Saat dia terkejut karena sihirnya menghilang, Kai segera menerjang dan melompat ke arahnya.

Terlepas dari seberapa kuat sihirnya. 

Dia masih seorang succubus, dan peluru drake saja sudah cukup untuk menjatuhkannya. 

Dark Empress Vanessa kembali tersadar. Tapi itu sudah terlambat. Drake Nail-nya sudah datang untuknya. Saat dia menyerang bahunya, peluru Drake yang ia tembak meledak.

Huh?!

Pedang Kai memotong tubuhnya yang menggairahkan dengan mudah. Tetapi seakan itu adalah fatamorgana, tubuh sang iblis wanita menghilang. Dan Drake Nail miliknya hanya mengenai singgasana Raja yang ditinggalkan iblis itu. Dan diikuti dengan ledakan, akibatnya peluru drake hanya menghancurkan singgasana.

"Ilusi!?"

"Tentunya kau tidak lupa bahwa aku seorang succubus?"

Dia mendengar suara iblisnya. Suara itu terdengar sangat dekat, dan dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang ingin mencengkram lehernya dari belakang.

"Itu Pesonaku. Ini bekerja dengan baik untuk memikat manusia."

"...Ck!"

Kai melemparkan dirinya ke depan bahkan tanpa melihat ke belakang. Menuju puing-puing di depannya. Sementara Dark Empress Vanessa memandang rendah dirinya yang tertutup debu, dia kembali berdiri.

"Oh? Itu reaksi yang sangat cepat. Bukankah kecepatan itu seperti milik Beast-man?"

Jari Vanessa menunjuk ke arah bayonet Kai.

"Dan peluru milikmu ini yang bisa menghapus sihir. Ini hal yang cukup menarik. Apakah itu senjata dari duniamu?"

"Apakah kau merasa seperti mempercayaiku sekarang?"

"Makhluk yang begitu tidak bijaksana."

Vanessa menjawab dengan tatapan sinis.

"Spesies yang lemah, apakah kau benar-benar percaya bahwa kau bisa menghentikan sihirku dengan trik murahan seperti itu?"

Rambut Succubus mulai bergerak. Satu per satu bagian rambutnya bergerak seperti ular. Sepertinya rambut itu sendiri bereaksi terhadap kekuatan sihir yang muncul di tubuhnya.

"Gloria [Api Penyucian]"

Bidang penglihatannya menjadi merah sepenuhnya. Dan tangannya, yang masih menggenggam Drake Nail, membeku di depan kristal panas yang indah ini. Rasa menggigil menjalari tulang punggungnya. Seluruh tubuhnya bermandikan keringat dan di waktu yang bersamaan keringat itu menguap karena panas disekitarnya. Rasa dingin itu datang dari perasaannya bahwa ajal akan segera menjemputnya.

"Hanguslah dalam apiku."

"...Ck!"

Kai bahkan tak lagi berpikir untuk menembak peluru elf dan langsung membuang semua niatnya untuk menyerang balik. Sebaliknya, dia segera bersiap-siap untuk keluar dari lintasan serangan apinya. Rentetan api meledak menembus dinding baja dengan mudahnya. Kobaran apinya terus menyala berkat hembusan angin dari luar gedung.

Bahkan persenjataan MDA yang paling kuat pun tidak akan bisa menghasilkan daya ledak sebesar itu. 

Jadi begitu… Pahlawan iblis sedang serius. 

"Oh? Ya ampun, aku mencoba mengendalikan apiku supaya tak merusak benteng berhargaku, tapi sayang sekali."

Demonness kembali menatap manusia yang masih berlutut di sisi lain ruangan itu.

"Ah ya, manusia, izinkan aku memberi tahumu satu hal yang menarik."

Dia menatap bayonet Kai.

"Senapan milikmu yang mampu menghancurkan singgasanaku. Mainan berisi bahan peledak itu cukup menarik."

"...Apa maksudmu?"

“Ada berbagai macam sifat ras. Misalnya sisik para cryptid sangatlah keras, bahkan itu bisa menahan apiku. Dan roh akan dengan mudah meniadakan Daya tarik dan Pesonaku. Lalu ada juga Foreign gods dengan ketahanan tinggi mereka terhadap sihir. Melawan tingkat ketahanan mereka itu sungguh merepotkan."

Vanessa melanjutkan monolognya tanpa henti.

"Tapi ada cara untuk mengatasi semua kesulitan itu, dan itu adalah [Ledakan]. Senjatamu itu menggunakan bahan peledak karena alasan yang sama, bukan? Inilah yang ingin aku katakan."

Di punggungnya mulai muncul sepasang sayap. Sekilas, sayap itu memiliki bentuk yang sama seperti milik kelelawar. Sayap itu adalah bentuk perwujudan iblis milik sang pahlawan iblis.

"Dan sihir favoritku adalah [Blast]"

Sang pahlawan iblis merasa iba pada manusia itu. Tiba-tiba, seluruh permukaan lantai tempat Kai berpijak bersinar oleh lingkaran sihir raksasa.

"...!"

Tidak ada cara baginya untuk melarikan diri. Sihirnya akan meledakkan semua yang ada di lantai ini. Itu adalah situasi yang buruk baginya. Di bawah kakinya muncul sumber kehancuran mutlak. Seolah melihat masa depan, Kai sudah bisa melihat pemandangan api yang melahap semua yang ada di sini, termasuk dirinya.

"Inilah akhirnya, manusia. Takdirmu untuk mati akan segera terpenuhi."

Vanessa merentangkan kedua tangannya dan melihat ke atas. Namun setelah mendengar satu kata itu membuat Kai teringat saat ia bertemu Rinne.

"Code Holder memutuskan semua takdir. Sekarang, bersihkan dunia dari takdir kematian yang sia-sia."

"Code Holder!"

Dia mengangkat bayonet hitamnya di atas kepalanya dan memanggil namanya. Nama pedang pahlawan. Pada saat yang sama, sihir yang dirapalkan Vanessa mulai tercipta.

"Gloria [Wahai surgaku, meledaklah]"

Lantai besinya mulai memanas dan permukaan yang terlukiskan lingkaran sihir diatasnya mulai meledak. Semburan api yang tercipta membentuk lubang di langit-langit bangunan dan dinding istana pemerintah. Dari sana juga muncul beberapa pilar api yang menyala-nyala. Permukaan lantainya mulai meleleh oleh api neraka ini. Setelah apinya mereda, sosok Dark Empress Vanessa yang masih berdiri bisa terlihat.

"Tak akan ada sedikitpun bagianmu yang tersisa, kecuali jika kau salah satu dari empat pahlawan ras, tidak ada cara bagimu untuk lolos dari kematian."

Tidak ada debu atau puing yang tersisa disana. Semuanya hangus terbakar dilahap api membaranya.

"Meskipun aku mengatakan itu, mengapa kau masih hidup?"

Sedikit kekesalan terdengar dalam suara Vanessa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, sang pahlawan iblis dibuat kesulitan oleh seorang manusia.

"Aku bahkan rela meledakkan seluruh langit-langit bentengku. Namun ketika aku mengaktifkan sihirku, sebagian besar kekuatannya tiba-tiba menghilang begitu saja. Hei, manusia, apa pedang ini milikmu?"

"...Entahlah."

Code Holder bersinar terang layaknya matahari. Yang ada di tangan Kai sekarang adalah pedang milik Prophet Sid dan bukan Drake Nail lagi.

Aku berhasil lolos dari kematianku sendiri. 

Pedang ini... Sekali lagi, menyelamatkanku. 

Pedang yang menghancurkan segalanya bahkan takdir itu sendiri. Seolah-olah secara fisik memotong peristiwa yang akan menyebabkan kematiannya. Meskipun Kai masih tidak sepenuhnya percaya dengan itu, tapi dia yakin kalau pedangnya mampu menembus sihir Rinne dan Vanessa.

"Sesaat sebelumnya kau hanya memegang sepucuk senapan hitam. Kapan kau mengeluarkan pedang itu?"

"Itu..."

"Kai, mundur!"

Dari bawah lantai muncul beberapa panah listrik. Semuanya tertuju pada Vanessa dari segala sisi untuk menyerangnya dan memanggangnya hidup-hidup.

"Rinne!?"

Tiba-tiba gadis bersayap itu muncul. Tampak beberapa bekas Luka bakar di pipi dan bahunya. bahkan sedikit bagian ujung sayapnya ikut terbakar.

"Lukamu..."

"Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit memaksakan diri."

"Kau tidaklah baik-baik saja saat kau harus memaksakan dirimu... Dan lukamu ini."

"Aku sangat senang melihat Kai baik-baik saja."

"Aku?"

"Ledakan barusan terasa begitu kencang jadi aku takut akan kehilanganmu Kai."

Suara Rinne terguncang. Rasa takut dan amarah bercampur dalam dirinya.

"Dan itu tidak bisa dimaafkan. Datanglah padaku, Vanessa! Aku akan menjadi lawanmu!"

Setelah kilatan petirnya mereda, pahlawan iblis yang menawan itu masih berdiri tanpa terluka sedikitpun, meskipun raut wajahnya tampak lebih muram lagi. Tetapi, kesuraman itu tidaklah ditujukan pada Kai atau Rinne. Sebaliknya, dia melihat ke arah langit-langit yang baru saja ia ledakkan dengan apinya.

"Siapa disana?"

Seolah menanggapi pertanyaannya, hal yang aneh terjadi. Sesuatu muncul di belakang punggung Vanessa yang tampak waspada. Sebuah pusaran kegelapan tiba-tiba muncul. Di depan mata Kai dan Rinne, pusaran kegelapan itu melebar, dan di sana terlihat bayangan yang tampak seperti manusia.

[Ketidakstabilan pada kondisi mental pahlawan iblis terdeteksi. Penyebabnya adalah kata tabu ‘Sid’.]

[Memulai reset dengan rasterrizer] 

Makhluk itu terlihat aneh dan asing baginya. Mereka terlihat seperti boneka yang hancur. Ditambah lagi, bagian atas monster itu tampak seperti manusia, tetapi bagian bawahnya menyerupai ular. Dan di belakangnya dia membawa tabung aneh.

Makhluk itu sepertinya sama dengan monster yang dulu menyerang Rinne.

Mungkinkah dia adalah sekutunya? Mereka berhasil mengejar kita sejauh ini?

Rinne terguncang oleh rasa takutnya.

"Kai, m-makhluk ini!"

"Rinne, berdiri di belakangku!"

Kai menyiapkan Code Holder-nya. Tapi monster boneka itu malah diam-diam  menyerang iblis wanita di dekatnya.

"Kau?!"

Sesaat setelah Vanessa berbalik, monster itu sudah menyerang lehernya. Tak peduli sekuat apapun iblis wanita itu berusaha, dia tetap gagal melepaskan taring yang mengunci lehernya yang ramping.

[Dampak pada dunia, menganalisis]

"Dasar rendahan! Aku paham sekarang... rasterrizer! Ini adalah ulah Alfreya!"

[Melaksanakan Zero Code. Menghapus kode pahlawan Vanessa dari dunia.]

Sama seperti yang terjadi pada Rinne sebelumnya, pusaran hitam muncul di dekat Vanessa. Pusaran hitam itu terus bergerak ke arahnya dan mulai menelan Vanessa dalam kecepatan yang luar biasa.

"!?"

Vanessa mulai berteriak. Apakah dia akan mati? Sang pahlawan iblis akan mati di bawah serangan monster asing itu?

"Gloria Sequence [Kemuliaan bagi darah, daging, dan jiwaku]"

"Jangan sombong, dasar sampah!!!!!!"

Pahlawan iblis meraung. Dari punggungnya muncul sepasang sayap dan disamping kepalanya tumbuh sepasang tanduk kecil. Tak hanya itu, di seluruh tubuhnya juga terlihat berbagai tulisan mantra dan tanda sihir. Dia menjelma menjadi perpaduan wanita penyihir dan iblis sesat.

"Aku mendapatkanmu."

[!?]

Vanessa mengulurkan tangannya. Meskipun dia masih berada di bawah pengaruh dari serangan Zero Code, dia malah meraih apa yang disebut monster rasterrizer di lehernya untuk membalasnya.

"Bagi seekor anjing Alfreya, leherku terlalu mewah untuk kalian."

[Parameter Resistansi Dark Empress Vanessa telah meningkat? Kekuatan sihir yang tak terduga. Setelah menyelesaikan Zero Code ...]

"Lenyaplah."

Monster itu pecah menjadi beberapa bagian. Secara umum, sihir ledakan memang bisa digunakan untuk melawan ras apa pun. Ledakan yang dihasilkan di dalam boneka itu telah menghancurkannya sepenuhnya.

"...Luka apa ini? Meski aku sudah memfokuskan semua kekuatan sihirku, aku masih tidak bisa menyembuhkannya."

Dengan napas yang terengah-engah, Vanessa mendecakkan lidahnya.

"Biarlah. Prioritas pertamaku saat ini adalah membersihkan spesies yang lemah di sini."

Pahlawan iblis kemudian melotot ke arah mereka. Seakan tak peduli dengan darah dan luka di tubuhnya, dia melangkah maju dengan senyum gila di wajahnya. Dia terus berjalan mendekati mereka.

Ini adalah wujud asli dari Dark Empress Vanessa. 

Dia bukan lagi succubus yang imut. Dia telah berubah menjadi iblis yang sesungguhnya.

Di depan mata mereka ada mesin pembunuh yang akan menghancurkan segalanya.

"Rinne, apakah kau bertarung dengannya dalam bentuk itu sebelumnya?"

"Tidak..."

Rinne tampak terkejut melihat Vanessa dalam wujud barunya itu.

"...Dia menakutkan. Meskipun aku lebih kuat sebelumnya, tapi ketika aku bertarung dengannya dia tidak terlihat menakutkan..."

Di dunia nyata, Dark Empress mengalami transformasi drastis, tetapi apa seharusnya perubahan ini membuat Rinne sangat ketakutan?


<TLN : Uwahh keren bener illust Vanessa battle-mode, mari beralih jadi simper Vanessa sekarang>

"Larilah!"

Jeritannya yang tegang bergema.

"Kai, pergilah! Tidak ada gunanya, kita tidak bisa menang... Dia tidak hanya kuat... Kita tidak bisa mengalahkannya..."

"Rinne!?"

Rinne bergegas maju untuk bertarung dengan Dark Empress Vanessa. Rinne yang sampai sekarang hanya bisa berdiri di belakangnya, menggertakkan giginya dan berteriak menguatkannya.

"[Shadow Prison]! Aku akan menahan iblis ini!"

"Penghalang roh!? Dasar jalang!?"

Rinne dan Vanessa dipisahkan oleh sebuah kurungan sihir.

"Ada apa dengan sayapmu itu? Dan sihir penghalang roh milikmu... Apa maksudnya ini?"

"Cepatlah, Kai! Penghalang ini tidak bisa bertahan lama, tolong pergilah selagi aku  mengalihkan perhatiannya!"

"Kau mencoba membuatku sibuk?"

Krak dan sebuah retakan merah terang muncul dari kurungan itu.

"Membuatku sibuk, katamu? Apakah kau berniat mengunciku dengan penghalang rapuh ini?"

Dari dalam kurungannya, sebuah api raksasa muncul dan menghancurkannya tanpa bekas. Ledakan itu mementalkan Rinne, dan dia tergeletak di lantai diikuti suara hentakan yang keras. Pahlawan iblis berbalik dan berjalan kearahnya. Tapi kemudian di belakang Vanessa, Kai berteriak.

"Vanessa!"

"...Ini..tak..ada..gu..nanya... Hen…ti..kan... Kai..."

Sambil mengangkat Code Holder di atas kepalanya, Kai menantang Vanessa. Dia tak memiliki rencana apapun. Untuk memberi Rinne kesempatan meskipun itu hanya sedetik pun, dia ingin mengalihkan perhatian iblis pembantai ini. Pada saat itu Kai dengan erat menggenggam pedangnya.

"Kai, larilah...!"

"Kau merusak pemandangan, manusia."

Dia mendengar suara iblis. Itulah hal terakhir yang Kai dengar sebelum dia kehilangan kesadarannya. Tubuh pemuda itu benar-benar habis dilalap ledakan. Di depan mata Rinne, tubuh pemuda itu terhempas jauh akibat serangannya. Code Holder yang dia pegang sebelumnya terlepas dari genggamannya. Tubuhnya terpental begitu jauh hingga menabrak dinding. Saat dia jatuh, tidak ada tanda-tanda dia akan bangkit. Itu bukanlah sekedar ledakan biasa. Meskipun di luar dia tampak baik-baik saja, organ dalam dan tulangnya sendiri telah hancur berkeping-keping. Rinne menyaksikan saat-saat terakhirnya ketika sihir meledak di dalam tubuh Kai.

"... Kai?"

Tidak ada respon. Tentu saja karena tidak ada cara baginya untuk bertahan hidup dari serangan itu. Terlepas dari seberapa besar harapan Rinne padanya untuk bertahan hidup, bau darah menyangkal semua harapannya.

"...Ah..."

"Huh, sayangnya untukmu, manusia itu mati. Apa yang akan kau lakukan sekarang? Apakah kau ingin membalas dendam? Atau apakah kau akan melarikan diri sendiri?"

"..."

"Atau apakah kau terlalu lelah untuk bertarung ..."

Demon menghentikan kata-katanya di tengah jalan. Di depan matanya, luka gadis pendiam mulai menutup.

"...Mustahil!?"

Sihir ledakan Vanessa mengandung kutukan kuat yang mencegah penyembuhan. Bahkan cryptid tidak bisa menyembuhkan lukanya dalam kondisi seperti itu. Belum lagi perlindungan ilahi milik malaikat bahkan tidak dapat membantu banyak dalam situasi seperti itu.

"Vanesaaaaaaaaaa!"


<TLN : Ini illustrator LN nya kalo ngerambar jd illust manga pasti karyanya keren nih>

Rinne berteriak marah.

"Tidak akan kumaafkan! Benar-benar, sangat, sangat... Tidak bisa kumaafkan!"

Sebelumnya tidak ada yang penting dalam hidupnya. Dia tidak memiliki keluarga, kerabat, atau teman.

Dan akhirnya aku menemukan seseorang. 

Kai adalah satu-satunya yang mau menyentuhku. 

Ini adalah pertama kali dalam hidupnya, dia kehilangan seseorang yang berharga baginya.

[■■■] faktor kebangkitan.

Gadis itu menutup matanya dan merentangkan tangannya ke atas. Sayap Tenma-nya tumbuh hampir dua kali lipat dari ukuran sebelumnya.

"Apa yang sedang terjadi..."

Sementara pahlawan iblis kehilangan kata-kata, perubahan pada Rinne terus berlanjut. Rambut emas Rinne mulai bersinar. Itu bukanlah trik cahaya yang diciptakan oleh sihir, bukan, rambut itu sendiri menjadi transparan tanpa kehendaknya dan cahaya pun muncul dari dalam tubuhnya. Selanjutnya di dahi dan lengannya berbagai pola aneh mulai terlihat. Pertumbuhan sayapnya yang abnormal itu disebabkan oleh manifestasi dari ras [Cryptid]. Cahaya, yang muncul dari tubuhnya, adalah manifestasi dari ras [Roh]. Selain karakteristik iblis, dewa asing, dan ras manusia, Rinne sekarang memperoleh ras roh dan cryptid ini.

"Hibrida? Tidak, itu berbeda... Makhluk apa ini? Percampuran dari lima ras...?"

"Diam!"

Dalam sekejap, Rinne menghilang. Dia melompat ke depan dengan kekuatan yang begitu besar sehingga jejak kakinya tampak tertanam di lantai. Kemudian dia meninju tubuh lembut succubus itu. Saat ini, kekuatan lengannya sama seperti seekor naga.

"...Kh...?"

Vanessa membungkuk ke depan dan berlutut.

"Tubuh itu...! Itukah… wujudmu yang sebenarnya...?"

"Diam, diam, diam!"

Menggunakan kekuatan kaki beastmennya, dia melepas tendangan ke rahang Vanessa. Jika dia tidak menggunakan dinding sihir iblis untuk mengurangi dampaknya, mungkin seluruh kepala Vanessa sudah hancur sekarang.

"Vanesaaaaaaaaaa!"

Rinne yang pipinya berlinang air mata, kembali menendangnya. Air mata yang ditinggalkan oleh para roh juga ikut bersinar.

"Hah, Ahahaha!"

Sementara darah mengalir keluar dari mulutnya, pahlawan Iblis itu terus tertawa. Bukan karena rasa sakit atau situasi lucu. Tertawanya adalah bentuk hinaannya terhadap Rinne.

"Ini sangat tidak masuk akal! Hei, kau, peranakan campuran yang bersinar!"

"..."

"Aku yakin kau mengerti! Jika dari awal kau berubah, maka dengan kekuatan ini, setidaknya manusia itu akan bisa melarikan diri dariku!"

"..."

"Tapi tentu saja, kau takut menunjukkannya padanya, kan?"

Wajah Rinne menunjukkan keputusasaan.

"Hah, aku mengerti! Bagaimanapun juga manusia itu rapuh dan pengecut. Mereka takut pada iblis, mereka membenci cryptid, mereka membenci roh dan mereka iri pada Foreign gods. Sosokmu yang bersinar sangat cantik, tapi... Itu terlalu jauh dari manusia, tak serupa dari mereka dan kau takut akan itu! Takut disebut monster!"

Dia ragu-ragu untuk berubah dalam bentuk kekuatan penuhnya. Dan karena keragu-raguan ini, manusia itu kehilangan nyawanya.

"Apakah air mata dan kemarahanmu itu ada karena aku? Tidak, itu tidak benar. Kaulah yang membunuhnya. Jika saja kau segera berubah, maka kau mungkin bisa menyelamatkan hidupnya."

"Ya, kau benar."

Dia sudah memiliki sayap Tenma dan telinga elf, hanya dengan itu saja dia sudah jelas berbeda dari manusia.

Aku ingin tahu apakah dengan lebih banyak [perbedaan] dia akan mulai membenciku. 

Aku ingin tahu apakah setelah itu dia hanya akan menatapku dengan tatapan dingin. 

Itu membuatnya takut.

"Tapi tidak apa-apa. Penyesalanku tidak akan membawa Kai kembali hidup."

Dia meraih sayap Succubus yang berada di udara. Dengan tangan naganya yang kuat, dia menahan keempat sayap Vanessa. Dengan posisinya sekarang, bahkan jika Vanessa akan menembakkan sihir peledakan, dia hanya akan melukai dirinya sendiri. Jadi tidak ada cara jalan lain baginya selain melarikan diri.

"Vanessa, matilah bersamaku."

"Apa!?"

Cakar Rinne menyuntikkan darahnya sendiri ke sayap succubus, dengan darahnya bercampur bersamanya, sihirnya mulai terbentuk.

Solitis Clar "Elmei-l-Nazyu Phenoria" - Mantra [Chaos Patogen]

Cairan berwarna ungu mulai mengalir keluar dari seluruh tubuh Vanessa seperti air terjun.

"Cairan ini telah menjadi nyawamu sendiri. Sekeras apapun kau mencoba, kau tidak bisa lagi bertahan melawannya. Cairan itu akan mengalir sampai energi kehidupmu sendiri menghilang."

"kau...!?"

"Bersama dengan hidupku."

Dari pipi dan dahi Rinne, cairan serupa mulai turun dengan cepat. Melihat pahlawan iblis menangis, dia merasa bahwa itu adalah wajar. Sedikit demi sedikit nyawanya direnggut darinya, tanpa rasa sakit atau luka, dan itulah mengapa dia ketakutan.

"Aku... Oleh makhluk menjijikkan ini..."

"Kau sudah tamat, dengan ini ..."

Hanya beberapa detik lagi, dan hidup mereka berdua akan tamat. Namun tiba-tiba Rinne yang sedang menggendong Vanessa mulai kehilangan kekuatan.

"...Eh?"

Sebelum dia sadar, dia sudah jatuh ke lantai tanpa sedikitpun sisa tenaga. Tapi sebelum itu, mengapa mantra yang seharusnya bertahan sampai nyawa mereka berdua habis itu berhenti...?

"Mantra membutuhkan kekuatan sihir. Inilah mengapa kau gagal, makhluk aneh."

Dark Empress Vanessa mendarat. Dia dengan hati-hati menempatkan dirinya cukup jauh agar siap menghadapi serangan balik.

"Ini adalah markasku, wajar saja bagiku untuk mempersiapkan diri dari invasi oleh ras lain."

"...Tidak mungkin."

"Aku menempatkan kutukan jarak jauh di sini. Kutukan itu akan mengganggu kekuatan sihirmu dan mempengaruhi tiga jenis ras. Roh, Cryptids, dan juga Foreign Gods."

Rinne, yang memiliki kemampuan semua ras di dalam tubuhnya, tentu saja kuat dan mampu melawan lawan mana pun. Tapi itu tidak membuatnya tak terkalahkan. Lagipula, dengan ciri-ciri semua ras, dia juga mewarisi kelemahan mereka.

"Kutukan ini seharusnya mempengaruhi tiga ras. Jadi aku tidak mengerti bagaimana sejak awal kau bisa menggunakan sihir?"

"...Ini...tidak mungkin..."

Setelah menggunakan mantra itu dia tidak bisa lagi menggerakkan tubuhnya, jadi kekuatan naga itu sendiri tidak ada artinya. Dan kutukan Vanessa sudah menghabiskan kekuatan sihirnya.

"Sungguh makhluk yang menyedihkan."

Sambil menunjuk satu jari ke arah Rinne yang terkulai lemas, iblis itu berkata:

"Kau, makhluk yang tak tergolong dari ras mana pun, tidak memiliki tempat di dunia ini. Aku tidak bisa memahami alasan mengapa makhluk sepertimu bisa dilahirkan."

Kata-kata ini, Rinne tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya.

"...Maaf...Kai..."

Itu menjengkelkan, dia mengerahkan segalanya pada Vanessa, namun tidak bisa menjangkaunya.

"Maafkan aku... Maafkan aku...Kai...Aku...sudah berusaha..."

"Bahkan kata-kata terakhirmu menjengkelkan."

Dengan satu lingkaran sihir, Vanessa membentuk api neraka yang menuju ke arah Rinne yang terjatuh. Setelah menelannya bulat-bulat, pilar api muncul ke udara dan beberapa percikan api muncul. Bahkan sisa abunya pun tidak akan tertinggal, atau begitulah yang Vanessa pikirkan. Sebuah pedang bercahaya terlihat. Dengan satu ayunannya, api milik pahlawan iblis itu seketika padam.

"...Tidak mungkin!?"

Terkejut, Vanessa tampak membeku ditempatnya. Untuk seorang manusia, sihir ledakannya seharusnya sudah cukup untuk mengakhirnya. Bagi manusia yang tidak memiliki sihir, seharusnya mustahil untuk bertahan hidup.

"Meminta maaf padaku? Apa yang kau katakan, Rinne?"

Seolah kristalisasi dari cahaya matahari itu sendiri, pedangnya bersinar seperti fajar matahari.

"Pertarunganmu baru saja berakhir dan aku hampir gagal datang tepat waktu untuk melompat ke depanmu."


Gadis muda yang bahkan tak bisa menopang tubuhnya sendiri, melihat sesosok manusia berdiri melawan pahlawan iblis di depannya. Dia melihat Kai Sakuravent, yang memegang Code Holder.

Saat api mulai mereda, angin yang menyejukkan berhembus melalui aula yang sudah hancur lebur.

"...Kai... Kau... Baik-baik saja? Ini bukan... Mimpi?"

Kai menanggapi gadis yang ketakutan itu dengan meraih tangannya. Keduanya saling menggenggam erat tangan satu sama lain. Bahkan jika dia tidak bisa bangun, dia merasakan kehangatan tubuhnya.

"...Hangat..."

"Yah, aku sudah mengatakannya, sepertinya aku datang tepat waktu."

Pada saat yang sama ketika Vanessa meluncurkan sihirnya, Kai memotong sihirnya dengan Code Holder. Bahkan sekarang dia merasakan darahnya sendiri di dalam mulutnya. Dan jika dia terlambat sedetik pun, dia tidak akan bisa menyelamatkannya.

"Apakah kau masih berniat untuk berdiri di hadapanku?"

Pahlawan iblis cemberut pada manusia yang menghalangi jalannya.

"Sepertinya kau masih berniat untuk menantangku."

"Memang itu niatku."

"Manusia kurang ajar! kau hanya bisa lolos dua kali dari sihirku!"

Suara amarah iblis wanita bergema di seluruh aula. Seolah menunjukkan semangatnya, sihir yang kuat mulai menyelimuti tubuh iblis itu.

"Kau adalah seseorang yang bodoh, yang gagal menerima kematiannya, jangan harap kau bisa pergi hidup-hidup."

"... Itu sebabnya ..."

Dia memberikan lebih banyak kekuatan ke lengannya yang memegang Code Holder.

"Itu sebabnya aku tidak punya pilihan selain mengalahkanmu."

Saki, Ashlan dan Jeanne. Dia tidak bisa meninggalkan teman-teman yang dia kenal dari dunia sebenarnya. Itulah yang memotivasinya untuk berjuang di dunia ini.

Tapi masih ada satu alasan lagi. 

Alasanku agar tetap hidup. 

"Rinne mempertaruhkan nyawanya untuk mengalahkanmu. Semua demi aku. Itu sebabnya aku akan melakukan hal yang sama untuknya."

"Hah! Apa kau mungkin punya rencana rahasia? Bisakah aku berharap sesuatu yang hebat darimu?"

Iblis itu merentangkan tangannya. Seolah menampilkan wujudnya yang indah, dia dengan keras menertawakannya.

"Aku cukup tahu cerita tentangmu, manusia. Semua yang kau katakan sama: Betapa manusia itu kuat. Betapa manusia penuh potensi. Bagaimana kau akan menunjukkan masa depan umat manusia. Tapi pada akhirnya itu semua hanya kebohongan."

Roh memiliki pahlawan mereka Spirit Sovereign Rokugen Kyouko 

Foreign gods memiliki pahlawan mereka Heaven Lord Alfreya 

Cryptids memiliki pahlawan mereka Fang King Rath=IE 

Meski saling bermusuhan, bagi Vanessa yang merupakan pemimpin rakyatnya, ketiga pahlawan dari ras lain itu adalah lawan yang layak baginya.

"Manusia tidak memiliki pahlawan."

"..."

"Rasmu tidak memiliki pemimpin yang kuat, atau mungkinkah itu kau?"

Cara dia berbicara seolah sedang menguji. Setengah dari itu adalah cemoohan, tetapi setengahnya lagi karena keinginannya untuk bertemu lawan yang layak.

"Jawab aku, manusia."

"Kau bercanda, aku tidak punya keinginan untuk menjadi pahlawan, atau bahkan menjadi sesuatu semacam itu. Tapi..."

Kai menatap tepat ke matanya.

"Sudah kubilang bahwa aku akan menunjukkannya padamu, Vanessa. Dan aku akan melakukannya."

"Apa? Kekuatan manusia? Potensi? Masa depan?"

"Esensi kami."

Sifat manusia, misterinya, dan batas pikirannya. Segala sesuatu yang kita definisikan sebagai manusia. Dia berlatih keras hanya untuk saat seperti hari ini.

"Seperti yang kau katakan, di dunia ini tidak ada pahlawan bagi manusia. Tapi meskipun begitu... aku akan mengalahkanmu dengan semua yang kumiliki... Itu sebabnya..."

Dia dengan erat menggenggam pedangnya, pedang yang pernah mengakhiri Perang Besar. Dan akan segera mengakhiri perang yang lain lagi.

"Pada saat ini aku akan mewakili umat manusia yang berperang melawan iblis."

Dia mengangkat Code Holder secara horizontal. Di atas Istana Pemerintah Urza. Di pusat Federasi Urza yang luas, yang sekarang menjadi jantung pemerintahan iblis.

"Ayo, pahlawan iblis! Akan kutunjukkan padamu, esensi sejati umat manusia!"

Seorang pemuda, pada saat ini menantang sang pahlawan iblis.




TL: Regent
EDITOR: Isekai-Chan