Kamis, 31 Mei 2018

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 4-3 Berbagai Hal dan Flag

Chapter 4-3. Berbagai Hal dan Flag


Disini Satou. Apa kau merasa seperti sedang menari di telapak tangan seseorang ?
Aku merasa seperti Son Goku dari Saiyuki…


“Ada apa Master ? punggungmu membungkuk~”
Pikiranku yang sedang berputar telah berhenti, Arisa berdiri sambil membawa koper besar.

“Perutmu sakit ?”
“Sakit-desu ?”

Aku merubah arah pandangku ke arah dimana jubahku ditarik, ada Pochi dan Tama yang terlihat cemas sambil duduk didekat kakiku.
Liza berdiri dengan tenang, tapi kekhawatirannya menyebar keluar.

“Aku baik-baik saja, aku hanya kelelahan karena kesibukan dari dua hari kemarin.”

Aku mengusap kepala Pochi dan Tama.
Aku telah gagal menjadi orang tua karena membuat mereka khawatir. Jika dipikirkan, rasa bersalah dan takut yang tadi menghantui pikiranku sekarang sudah pergi bagai pasang surut.

… aku men-cek log siapa tahu ada pesan baru, namun ternyata tidak ada.

Aku benar-benar harus bicara dengan Arisa malam ini. Aku berbisik kearah Arisa, “Malam ini setelah Lulu tidur, luangkan waktumu”, tapi, “Eh~ bukankah itu terlalu cepat?”, yang keluar adalah jawaban penuh kesalahpahaman. Aku menganggapnya sebagai OK untuk sekarang.

Ketika aku bertanya tentang bagaimana belanjanya, Pochi dan Tama dengan gembira mulai mengeluarkan pakaian dari dalam tas, aku menghentikan mereka. Karena sudah diputuskan akan mengeceknya setelah sampai di penginapan. Liza meminta maaf karena pengeluaran yang banyak, tapi aku memberitahunya bahwa kita memerlukannya, jadi jangan dipikirkan lagi.

Walaupun dengan kecepatan pengeluaran uang yang sekarang, dilihat dari uang kerajaan Shiga yang aku punya, akan memakan waktu 2- 3 tahun agar itu habis, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Dalam perjalanan pulang, aku mendengarkan pengalaman Arisa dan para gadis dalam berbelanja.
Pochi dan Tama membicarakan tentang pengalaman pertama mereka dalam berbelanja dengan gembira dari awal hingga akhir, mereka menceritakan seberapa menyenangkannya saat itu.
Aku meminta Liza agar membagi barang bawaan dan pakaian Lulu agar aku bawa, namun dia menolak dengan halus.


Sebelum sampai dipenginapan, aku melihat punggung yang tidak asing. Dia berjalan sedikit goyah.
Martha-chan dan gadis pembantu dari penginapan sedang membawa banyak sekali kayu bakar.

“Martha-chan, apa kau baru selesai bertugas ?”
“Ah Satou-san, apakah kencannya sudah berakhir ?”
“Sayang sekali, Zena-san memiliki pekerjaan saat sore hari?”

Sambil berbicara, aku mengambil sebagian kayu bakar dari Martha-chan dan gadis yang satunya. Ini mungkin tugas mereka, namun tujuan kita sama. Jadi tak apa jika aku membawa sebagian.
Liza meminta untuk membawanya, tapi aku menolak karena kedua tangannya sudah penuh. Pochi dan Tama juga berkata “Berikan kepada kami ~”, tapi tidak ada gunanya jika mengambil dari gadis kecil dan memberikannya kepada gadis kecil lainnya, dan mereka menyerah.

Ini tidak terlalu berat, mungkin sekitar 2 – 3 kilo. Ini tidak benar untuk membiarkan gadis membawa dua ikat kayu. Biasanya ada yang mengantar, mungkin karena hari ini jumlahnya tidak cukup untuk latihan jadi mereka pergi untuk membelinya.

Kita masuk ke halaman lewat pintu belakang dekat dengan kandang kuda. Aku meletakan kayu bakar ini sesuai dengan tempatnya.

>[Carriage Skill Acquired]

“Terimakasih Satou-san. Karena kau kita selamat~ “
“Terimakasih banyak, Tamu-san.”
“Jangan dipikirkan.”

Martha-chan pergi ke dapur sambil membawa beberapa kayu bakar. Gadis pembantu, dia bernama Yuni. Aku memutuskan untuk melihat Yuni yang akan merawat kuda para tamu.
Aku tahu bahwa ada kuda dari kemarin, namun aku tidak pernah melihat bagaimana kuda-kuda itu dirawat, sehingga aku tertarik. Ini sama sekali bukan alibi.
<EDITOR: I know you're lolicon Satou, just admit it>

Yuni berdiri di atas bangku, dan melakukan yang terbaik agar tubuh kecilnya mencapai kuda dan dia dapat menyikatnya. Aku menawarinya bantuan, tapi dia bilang dia akan dimarahi oleh pemilik penginapan jika membiarkan tamu membantunya.

Setelah menyimpan barang bawaan mereka di bawah jerami, Pochi dan Tama kembali. Pochi dan Tama mulai membantu Yuni. Liza memberitahuku bahwa mereka juga membantunya saat malam dan pagi. Apa tidak apa-apa jika mendapatkan bantuan dari Pochi dan para gadis ?

Melihat tiga gadis melakukan yang terbaik untuk merawat kuda-kuda, aku merasa seperti orang tua yang datang ke pekan olahraga untuk menyemangati anaknya, Aku kembali sehat.
Sebelum aku menyadarinya gadisnya sudah menjadi 4, tapi Arisa tidak terlihat termotivasi.
“Karena pakaian yang baru aku beli akan menjadi kotor ~” dan dia berbicara sambil memperlihatkan pakaian gadis kota yang berada di balik mantelnya.

“Liza, aku akan pergi ke pos militer sementara untuk mengambil tombak dan uang magic core, apa kau mau ikut ?”
“ya, aku akan menemanimu Master”
“Aku juga ! aku juga ikut”

Pochi dan Tama berhenti membantu dan berlari kemari.
“Kau mau pergi ?”, “Mau pergi~desu ?”, kata mereka saat datang, tapi karena akan menjadi gangguan jika semuanya pergi, aku meminta mereka untuk tetap membantu.
“Ay!”, “Nano desu~”, dan mereka kembali bekerja sambil membawa makanan kuda. Aku bertanya kenapa mereka terlihat senang namun penuh misteri?.


“Bagaimana kondisi Lulu ?”
“Dia terlihat baik-baik saja. Aku memberinya pakaian ganti dan pakaian dalam, jadi jika kau pergi sekarang kau akan mendapatkan pemandangan langka.”

Aku memukul kepala Arisa karena berkata yang tidak-tidak. Apa kau benar-benar kakak tiri dari gadis itu ?

“Hentikan itu~”

Aku melakukan itu lalu pergi ke serikat pekerja.

“Halo Nadi-san”
“Ara, Selamat datang Satou-san. Kau bersama gadis manis hari ini”

Saat kita datang, Nadi-san memberi salam dengan sopan dari sisi lain konter. Di sana juga ada orang tua, yang terlihat seperti pemilik toko, tapi dia selalu tidur ketika aku datang. Apa dia benar benar bekerja ?

Aku berbicara kepada Nadi-san mengenai pengantaran kenang-kenangan dari para almarhum.
Dari pada orang misterius sepertiku, orang dari kota ini seperti Nadi-san akan lebih baik. Ngomong-ngomong, aku mencoba untuk bertanya kepada orang yang berada pada pos militer sementara, namun aku di tolak begitu saja.

“Apa kau juga ingin aku mendapatkan hadiahnya atas namamu ?”
“Hmm ? Hadiah apa ?”

Setelah menyampaikan informasi seputar almarhum ke Nadi-san yang bersedia mengantarkan, aku mendengar hal aneh.
Sepertinya dia ingin tahu apakah dia juga harus menjadi agen untuk menerima hadiah dari mengantarkan kenang-kenangnan. Aku sangat sibuk, aku tidak memerlukan hadiah.

“Bagaimana jika menerima hadiah jika keluarganya orang kaya ? orang seperti itu akan mencurigai orang yang mengantarkan kenang-kenangan tanpa menerima hadiah.”

Jadi, seperti itu, telah diputuskan untuk memberikan upah pada batas maksimum kepada serikat pekerja.

“Nadi-san, aku memiliki masalah lagi yang ingin aku bicarakan…”

Karena aku berniat membeli atau merental rumah, aku menanyakan harga pasarannya. Pada akhirnya, aku tidak menanyakan tentang perantara, itu bukan karena aku tidak mampu membelinya.

Nadi-san berkata, “banyak orang yang tidak suka bertetangga dengan demi-human, tentu saja ini berlaku di dinding dalam, tapi walaupun di distrik barat, aku tidak berpikir kalau ada orang yang akan menjual rumahnya untukmu. Kau dapat menemukannya di jalan timur jika kau menginginkannya, tapi karena tatanan politik yang buruk, dan jika orang makmur seperti Satou-san tinggal disana, maka pencuri pasti akan menyerang rumahmu pada esok paginya.”, jadi aku diberi informasi



“Tolong tanda tangani dokumen transaksi ini. Dan juga, biaya untuk menilai tombak telah dikurangi dari harga pembelian. Pengaman tombak telah diverifikasi jadi kau dapat membawanya ke dalam kota, tapi tolong hati-hati untuk tidak memberikan demi-human senjata.”

Aku menandatangani dokumen yang dibuat secara resmi, dan mendapatkan tombak itu kembali. aku bungkus tombak itu dengan pakaian yang aku beli.

Seluruh magic core berharga 17 koin silver. Biaya penilaian 2 koin silver, aku bertanya, apa itu jumlah yang layak ? Sejujurnya, aku berpikir bahwa kau bisa hidup hanya dengan menjadi penilai.
Hanya dengan pergi ke labirin dalam sehari kami ber-empat bisa mendapatkan 6 arisa… <TLN : maksud dari 6 arisa adalah mereka mendapatkan uang sejumlah 3 kali harga jual Arisa>, tunggu, Satuan itu aneh. Itu tidak bisa untuk membeli skill holder atau budak yang berpengetahuan tapi jika ini untuk budak pekerja maka akan sangat membantu.
Jika aku mendistribusikan untuk 4 orang, dengan biaya hidup kami yang sekarang, itu akan cukup untuk setengah bulan.

“Eh~ labirin sangat menguntungkan~”
“Kau juga mempertaruhkan nyawamu juga”

Arisa yang diam saat di dalam pos militer sementara kembali ceria ketika keluar. Matanya sungguh bersinar.

“Hey, Master, bisakah kau mendengarkanku ? apa kau ingin menetap di kota ini ?”
“Tidak, aku tidak memiliki niat seperti itu”

Karena kita menghalangi orang yang ingin masuk, kita meneruskan pembicaraan sambil berjalan.

“Tapi, tapi, bukannya kau ingin membeli rumah tadi ?”
“Aku tidak ingin membiarkan Liza dan yang lainnya tinggal di kandang, jadi aku ingin membeli satu, tapi ternyata tidak mungkin. ~”

Liza ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi karena semangat Arisa.

“Pacar-san yang tadi itu adalah istri lokalmu ?”
“Jangan bilang seperti itu walaupun aku ingin lebih dekat, dia juga bukan pacarku. Kami bertemu baru dari 3 hari yang lalu tahu ?”

“Kalau begitu ~ aku ingin pergi ke kota labirin”

Arisa mengatakannya sambil mengangkat tangannya dan berpose dengan seluruh bandannya itu hampir seperti mengeluarkan SFX.
Labirin lagi.

“Kota labirin, disana pasti ada labirin kan ? tidakkah kau merasa muak dengan itu ?”
“Uuun, tentu saja ada kenangan yang tidak menyenangkan yang ingin muncul tapi yang lebih penting! Aku ingin menaikan level ku!”

Ini bukan game.
Tidak, justru karena ini bukan game, dia ingin level up.

“Apa yang kau inginkan setelah level up ?”
“Sebentar lagi akan ada musim demon lord, jadi aku ingin menaikan levelku agar dapat bertahan ! selagi aku di dalam, aku ingin meningkatkan sihir yang juga dapat menyelesaikan permasalahan Geass.”

Musim Demon Lord, mereka bukan kubis ataupun terong tahu…
Karena itu adalah kata yang aneh, aku tidak peduli dan tidak memperhatikannya.




TL: LoliLover
EDITOR: Isekai-Chan

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 4-2 Gadis Kecil Berbelanja

Chapter 4-2. Gadis Kecil Berbelanja


“Oke~ Mari kita mulai~. Semuanya, Ikuti aku~.”

Menuruti perintah Arisa, Pochi dan Tama mengikutinya.
Arisa berbicara seolah dia bukan budak tetapi seorang tuan. Aku tidak mungkin bisa melakukannya, tapi aku juga berpikir untuk tidak melakukannya.
Meskipun jika seorang Master membolehkannya, sebagai seorang budak aku tidak boleh mengganggunya...

“Pertama-tama, pakaian dalam! Jadi pakaian dalam macam apakah yang kalian para gadis pakai?”

Sembari berkata, Arisa menarik ke atas baju dan rok Pochi untuk mengkonfirmasinya.
Walaupun rasnya berbeda dan dia adalah seorang gadis, Aku pikir dia harus lebih berhati-hati, tapi mungkin itu karena dia masih kecil?

“Bohong~ Kau tidak mengenakannya! Jangan bilang, kau juga Liza-san?”
“Ya, aku tidak mengenakan pakaian dalam.”

Arisa berkata, “Aku tidak percaya ini~” dengan kedua tangannya berada diantara mulutnya yang terbuka. Semacam sebuah ekspresi, tapi karena kita berasal dari ras yang berbeda, kita tidak terlalu mengerti artinya.

“Kita akan membeli pakaian dalam untuk semuanya~ sekarang, mari kita pergi!”
“Oou~”
“Oou~, nano desu~.”

Seperti melupakan sesuatu, Arisa memimpin Tama dan Pochi dengan bergandengan tangan sembari berjalan bersama. Karena ketiganya adalah anak-anak, mereka bisa menjadi mangsa dari copet atau penjahat, jadi aku mengikuti mereka.

“Tapi, di negeri ini celana dalamnya berbentuk celana tanggung. Jadi aku harus mebuat sendiri jika aku ingin bra atau celana pendek imut~”

Dia kelihatan tidak puas dengan pilihan yang ada di toko. Aku tidak mengerti dengan bahasa yang aneh, tapi mungkin itu sejenis pakaian dalam?

“Setidaknya itu lebih baik daripada tidak memiliki pakaian dalam sama sekali, Liza-san, mohon maaf sebentar.”

Setelah berkata, Arisa memeluk pinggulku. Sepertinya dia sedang mengukurku.

“Paman, tolong beri aku 9 dari ukuran ini, dan 3 untuk ini dan itu. Berapakah harganya?”

Dia dengan percaya diri mencoba untuk menawar harga 10 koin tembaga besar yang ditawarkan penjual, dan dia menawar sampai 6 koin tembaga besar. Selain itu, dia juga mendapatkan 5 tali hiasan sebagai bonus. Apakah dia mempunyai skill negosiasi dan menawar?
Tidak heran dia dipercayai untuk berbelanja oleh Master.

Pakaian dalam yang berjumlah 15 dimasukkan ke dalam tas. Pekerjaan fisik adalah peranku.


“Kuh~ aku kalah terhadap bau manis itu~.”
“Baunya enak~.”
“Nano desu~.”

Aku menghentikan tiga orang yang goyah dan membawa mereka menjauh dari kios dengan bau yang manis dan kita kembali berbelanja. Walaupun kelihatannya bisa diandalkan, dia juga masih anak kecil.

“Kira-kira apa ya yang tersedia untuk baju~? Bahannya terbuat dari kapas atau linen huh~ Uwa, ada baju dari rajutan rumput juga! Semuanya, baju apa yang kalian suka?”

Pochi dan Tama bingung. Para gadis ini belum pernah memilih sendiri baju mereka sebelumnya. Aku hanya punya baju yang dipesan khusus saat aku masih bersama suku ku, tapi selain itu aku selalu memakai pakaian bekas dari orang lain. Dia mungkin berasal dari keluarga kaya.

“Aku tak peduli jenisnya apa, yang penting itu bisa dipakai. Karena aku bertarung dengan tombak, baju yang kokoh sepertinya bagus.”

“Baiklah, ayo kita cari sebuah baju untuk pejuang yang kelihatan lucu! Aku bersemangat!”
“Terbakar~”
“Nano desu”

Aku pikir baju itu tidak harus lucu, tapi tidak hanya Arisa, Pochi dan Tama kelihatan senang juga. Mereka mungkin terbawa dengan suasana.

“Bagaimana dengan baju ini? Warna hijaunya sangat cantik, dan dekorasi mansetnya sangat lucu juga~ terlebih lagi, punggungnya terbuka, jadi saat kau menyisir rambut, kau bisa menggoda laki-laki dengan satu hempasan~.”
“Arisa, aku senang kau mencarikanku baju yang lucu, tapi aku memilih jubah dan celana ini. Akan kelihatan mudah digunakan saat bertarung dan benangnya tebal jadi akan tahan lama.”

Dia kelihatannya tidak menyukai pilihanku, Arisa menggaruk kepalanya yang tertutupi mantel. Aku heran, tidak seperti kami yang merupakan setengah manusia, kenapa dia yang seorang manusia menyembunyikan kepalanya dengan mantel? Sungguh misterius.

Pada akhirnya, selain Arisa, semuanya membeli dua set baju dan celana, dan sebuah gaun yang direkomendasikan Arisa.

“Arisa, kita sudah puas hanya dengan satu set baju. Aku tidak ingin membuang uang Master...”
“Ini buka membuang uang! Jika kita berpakaian dengan jelek, kita membuat Master malu! Tidak perlu baju yang mahal, tapi kita butuh untuk mengganti baju kita!”

Arisa dengan tegas mendeklarasikannya. Seorang gadis yang ras nya sama dengan Master bersikeras sejauh ini. Mungkin memang perlu.

Kami membeli dari 4 kios, dan seperti yang diduga, 15 potong baju memang sangat tebal.
Karena tidak mungkin muat dalam satu tas, kami membeli karung untuk tiap orang membawa barang mereka sendiri. Tentu saja aku membawa bagian dari Lulu, yang sedang tidur di penginapan.

Kami menghabiskan 4 koin perak dan 2 koin tembaga besar sejauh ini. Apakah tidak apa-apa untuk budak menghabiskan uang sebanyak ini?


“Selanjutnya, sepatu~”
“Sepatu~?”
“Kita punya sepatu nodesu.”

Tama memiring kan kepalanya, Pochi menunjuk ke arah kaki bersandalnya sendiri.
Tidak hanya bagi budak, bahkan warga miskin pun tidak memakai sepatu.

“Tidakkah kau pikir sepatu cadangan terlalu mewah?”

Kami menghabiskan uang dalam jumlah besar seolah itu normal. Aku takut ini terlalu boros. Aku tidak takut untuk dihukum, tapi jika aku berpikir bahwa Master akan menjadi muak kepadaku, hatiku membeku.

“Jika kau menggunakan tubuhmu untuk bertarung, maka sandal akan berbahaya tau? Sepatu bot atau sepatu dari kulit tebal seharusnya lebih baik.”

“Kulit kita cukup tebal, jadi tidak apa-apa.”

Arisa menggelengkan kepalanya.

“Serangga dengan gigitan ada yang mempunyai racun, ada hewan yang seperti itu. Jika kakimu terluka, bahkan meski kau pahlawan sekalipun kau masih bisa mati! Maka dari itu, kita harus beli sepatu.”
Dia mendorong kita semua ke dalam toko, tapi penjaga toko menolaknya. Arisa mencoba memaksa masuk, tetapi penjaga toko masih bersikukuh teguh.

“Kenapa kita tidak boleh masuk!”
“Siapa yang mau menyentuh kaki demi-human! Mereka lebih baik tidak bersepatu. Kau mengganggu bisnisku, pergi!”

Karena dia berencana memukul Arisa, aku mengangkatnya dari belakang. Pukulan penjaga toko mengenai perutku, tetapi terlalu lemah pukulannya, sama sekali tidak sakit.

Setelah menghabiskan waktu di labirin bersama Master, sepertinya aku sudah bertambah kuat.

Jika aku diperbolehkan, Aku ingin pergi ke labirin bersama Master lagi. Daging kodok goreng itu sangat enak... tidak, ini bukan untuk daging goreng itu. Aku sangat senang bisa berguna di labirin.


“Sekarang~ setelah aku menenangkan diri, ayo kita ke kebutuhan sehari-hari!”
“Barang~”
“Barang nano desu~.”

Aku brepikir apakah Pochi dan Tama mengerti apa itu barang kebutuhan sehari-hari...

“Arisa, apa yang akan kita beli? Jika itu meja atau peralatan maka kita sudah mempunyainya.”
“Begitukah~ maka, ayo kita hilangkan barang yang mungkin kita tidak butuhkan.”

Arisa mengutip barang-barang bak bernyanyi.

“Manakah yang tersedia~ sisir, cermin tangan, gelas, botol, jarum jahit, benang, gunting kain, handuk, pena dan tinta, dan kertas, sepertinya.”

“Arisa, bukankah cermin tangan terlalu mahal? Lagipula, apa yang kau butuhkan dari alat jahit dan alat tulis itu?”

“Alat tulis adalah pesanan Master. Dan alat jahit ini akan aku gunakan. Karena dulunya aku adalah cosplayer mandiri, bahkan tanpa skill, aku bisa menggunakannya~ aku bisa membuat pakaian dalam yang lucu dan baju untuk datang bulan~.”

Kami selesai mengumpulkan barang sehari-hari dari berbagai toko, tapi kami tidak jadi membeli cermin tangan. Cermin tangan berharga tepat 3 koin perak. Bahkan setelah Arisa menawarnya, masih terlalu mahal.

Dia dengan mudah menyerah untuk membeli gunting dan jarum, tapi dia masih ragu sebelum akhirnya dia menyerah untuk membeli cermin tangannya.


“Baiklah, misi selesai~ selanjutnya adalah cemilan yang ditunggu-tunggu~”
“Cemilan~ Daging~.”
“Daging~ Nano desu~.”
“Walaupun kita baru saja sarapan, kita masih akan makan lagi?”

Aku pikir, makanan itu hanya untuk dimakan pagi dan malam, apakah itu berbeda dengannya?
Tentu saja kami makan banyak saat di labirin, tapi itu adalah khusus untuk mengembalikan kekuatan kita yang telah di terkuras oleh pertarungan yang berturut-turut.

“Manisan sangat dibutuhkan untuk kehidupan yang berbudaya!”

Master telah mengijinkanya, jadi jangan terlalu membantah.
Bahkan saat kita sedang memilih makanan dari kios, dia tidak lupa mengambil buah untuk Lulu. Karena Lulu sepertinya adalah kakaknya, dia adalah adik yang sangat peduli kepada kakaknya.

“Kalian semua, apa yang ingin kalian makan?”
“Daging~!”
“Daging!”
“Daging sepertinya enak.”

Arisa terlihat sedikit kecewa.
Menurutku, tidak ada yang lebih enak dari daging, apakah hal itu berbeda dengan manusia?

“Daging jenis apa?”
“Daging yang di sate~”
“Daging yang di tusuk tulang nano desu~”
“Aku ingin daging kaki burung panggang.”

Setelah mendengar pendapat kami, Arisa berdeklarasi.

“Baiklah, karena budget kita masih banyak, mari kita pergi bergantian~.”

Setelah itu, adalah waktu yang menyenangkan. Dengan garam dan minyak yang sedang, penuh dengan bau yang enak, daging domba gunung panggang, aku tidak tahu jenis apa itu, tapi daging yang menempel di tulang ini mempunyai tekstur kunyah yang kenyal, terasa seperti daging ayam yang digoreng. Tidak salah lagi daging memang enak.

Akhirnya, aku mencoba memakan pasta manis yang di rekomendasikan Arisa, tapi rasanya kalah dengan daging. Selera ras manusia memang beda sepertinya.

Bahkan sebelum aku menjadi budak, aku hanya bisa memakan daging saat festival dan itu hanya sebuah daging ikan. Jika dipikir lagi, aku beruntung bisa menjadi budak Master.




TL: MobiusAnomalous, fan of Aialize
EDITOR: Isekai-Chan

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 4-1 Kesalahpahaman Adalah Bumbu Untuk Komedi Cinta

Chapter 4-1. Kesalahpahaman Adalah Bumbu Untuk Komedi Cinta



Satou disini. Ada sesuatu yang bernama 'Butterfly Dream', dan aku berpikir kalau hal tersebut lebih baik tetap menjadi mimpi, Satou.

Dapatkah aku kembali ke dunia itu suatu hari?

Dari jendela, aku bisa mendengar suara kendaraan dari luar. Apakah aku kesiangan?

Aku bisa mendapatkan berbagai pengetahuan kemarin, dan aku juga sekarang mengerti Arisa yang sebenarnya.
Setelah pagi datang, aku sudah tenang dibanding dengan pada waktu aku mengetahui bahwa dia memaksakku membeli dirinya sendiri dengan magic, dan juga dia sudah mengetahui identitas asliku, jadi akan berbahaya jika aku melepaskannya.
Aku yakinkan diriku sendiri bahwa dia adalah sebuah petunjuk untuk kembali ke dunia asliku.
Mencekik leher dari gadis kecil hanya untuk memastikannya, hal seperti itu sangat tidak mungkin untuk aku lakukan. Aku lebih memilih untuk lari ke ujung dunia.

Saat aku sedang berpikir untuk menyerahkan diri ke kasur dan tidur lagi, pintu terbuka dengan keras.
Tidak ada ketukan sama sekali.

“Satou-san, apakah kau sudah bangun~? Kekasihmu sudah datang~”

Martha-chan sungguh bersemangat pagi ini. Dibelakangnya, “Aku bukan pac...”, ada Zena-san yang berusaha menutup mulut Martha-chan sembari ber wa-wa.

“Selamat pagi.”

Sembari masih belum sepenuhnya terbangun. Aku angkat tubuh bagian atasku untuk menyapa mereka. Dingin. Aku melepas jubahku setelah aku menyelesaikan bisnisku dan langsung tertidur, tapi... begitu ya, baju yang aku pakai di dalam jubah dilepas oleh Arisa.

“Oh, tubuh yang sangat bagus~.”

Martha-chan memandangi diriku yang setengah telanjang dengan seksama. Zena-san juga melihatnya dari belakang sembari tersipu-sipu.
Aku pikir sebagai prajurit dia sudah terbiasa dengan laki-laki telanjang.

“Maaf sudah membuat kalian melihat sesuatu yang tidak mengenakkan. Aku akan berganti baju dengan cepat.”

Aku letakkan tanganku ke kasur sembari mencoba untuk berdiri. “Ahn♪” ...Rasanya sedikit hangat.
Saat aku melihat ke bawah, ada seorang gadis setengah telanjang di situ. Tanganku menempel pada dadanya yang terbuka... kapan dia masuk?
Melihatku tidur bersama seorang gadis kecil, wajah Zena-san berubah dari merah ke biru.

“...Master ...Jika kau melakukannya sekuat itu ...Aku akan hancur.”

Dari situ, seolah menunggu waktu yang tepat ini, Lulu berbicara dalam tidurnya.
Menghadap ke sana, mungkin karena dia terlempar-lempar di kasur, ada satu gadis lagi. Dia tertidur menyamping dengan punggungnya menghadap ke sini. Karena bajunya yang pendek, pantatnya yang lucu itu menghadap ke sini... aku sadar kalau dia tidak memakai celana dalam.
Selain itu di sprei ada noda merah... huh? Aku tidak menyerangnya okay?

“Me, me, mesum~~~! Satou-san baka~~~!”
<EDITOR: baka=bodoh>

Zena-san berlari ke luar sembari menangis.
Martha-chan menggaruk kepalanya, “Maaf telah mengganggu~ Silahkan nikmati waktumu~”, dan dia menutup pintunya.
Ini pertama kalinya aku disebut mesum di dunia nyata. Rasanya seperti masalah orang lain.

“Master, jika kau mempunyai baju bersih, bisakah kau berikan itu kepadaku? Sepertinya Lulu sedang datang bulan.”

Aku mengambil sebuah pakaian dari tas.

“Terima kasih. Ngomong-ngomong, apakah kau tidak mengejarnya? Jika kau tidak segera pergi, kau tidak bisa memperbaiki kesalahpahaman ini tau~”

Dia bukan kekasihku, tapi aku tidak suka jika seorang teman tetap salah paham menganggapku sebagai lolicon.
Melihat ke radar, dia berada di jalan utama di luar penginapan ini. Seperti yang diharapkan sebagai prajurit, dia sangat cepat. Dia melewati ruangan ini dengan cepat.
...Skill ini sangat berguna, tapi menakutkan jika seorang stalker mendapatkannya.
Sembari berpikiran hal-hal bodoh, aku memakai bajuku dari lantai, karena aku tidak bisa seenaknya melompat setengah telanjang. Tentu saja aku selalu memakai celanaku sejak awal.
Mengukur waktu yang tepat, aku melompat keluar dari jendela ke jalan. Aku mendarat untuk menutup rute Zena-san. Aku menangkapnya yang terkejut, dan menghilangkan momentumnya dengan berputar sekali.

“Zena-san, kau salah paham.”

“Tapi, kau tidur dengan gadis yang imut!”
“Dia masuk ke tempat tidur yang salah saat dia setengah sadar.”

Tidak apa-apa jika aku tidur bersamanya karena dia masih kecil kan?
Aku selalu memakai celanaku dengan benar sejak kemarin. Aku ingin menunjukkan ketidaksalahanku.

Aku bukan lolicon!

“Ada juga gadis lain yang berambut hitam! E, eu...”
“Maksudmu kakaknya dengan posisi tidur yang jelek, dia sedang datang bulan.”

Akhirnya Zena-san melemah..

“T, tapi, seseorang yang membeli budak biasanya membuat mereka melayaninya di malam hari, menurut Lilio!”

Dasar kau, Lilio.

“Tergantung dari orangnya, kau tahu? kedua saudari tersebut adalah pengganti untuk maid. Gadis beastkin bersikap sebagai penjaga, tapi mereka tidak cocok untuk berbelanja.

“...Tapi”

Meskipun dia mengerti, emosinya masih belum menerima huh?
Kalau aku berkata “Jika aku bermaksud untuk melakukannya, aku akan membeli wanita yang seksi.” sekarang, mungkin dia akan tambah marah.

“Hari ini kau menggunakan baju yang berbeda dari kemarin. Ada banyak rumbai hiasan yang rapi, itu cantik. Sangat menunjukkan pesona Zena-chan.”

Di saat seperti ini, lebih baik untuk memujinya dan membuatnya tersipu.
Mengatakan hal seperti “Mana mungkin... itu hanya sebuah baju... “, Zena-san berkata dengan malu namun kelihatan senang.

“Sangat indah, tapi apakah kau tidak kedinginan memakai baju seprti ini?”
“Tidak, karena aku sudah terbiasa, jadi tidak apa-apa.”

Zena-san, wanita tidak akan mengatakan kata-kata seperti itu.
Baiklah, aku seharusnya mengangkatnya dan berkata “Kau akan hangat disini”!

“Benar sekali, ada sebuah toko di depan menjual syal yang cantik. Mari kira lihat bersama-sama!”
“Benarkah? Ayo!”

Yosh, aku berhasil mengalihkan pembicaraan.
Kemudian, setelah memilih lusinan syal dan selendang, aku beri dia syal pink yang dia pilih sendiri sebagai hadiah, mood nya sudah kembali ke normal.
Wanita berbelanja benar-benar lama ya?


Saat kita kembali ke penginapan, Arisa memanggilku dari dekat kandang kuda.

“Selamat datang kembali, tuan. Aku lega kesalahpahaman sepertinya sudah terselesaikan.”

Pelaku utama tersebut yang berkata seolah ini bukan masalahnya, mendapat pukulan di dahinya.

“Aku pulang, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?”
“Kami meminta Liza-san untuk berbagi rotinya karena kita lapar.”
“Jadi, kau sudah selesai makan?”
“Yup, Lulu masih belum selesai makan di dalam, dia sepertinya kurang bernafsu...”

Begitu, untuk orang lambat, daging panggang mungkin terlalu susah. Aku memberikan Arisa beberapa keping koin tembaga untuk membeli buah-buahan.

Aku kembali ke ruanganku untuk berganti baju.
Zena-san menunggu di bar penginapan di lantai satu sembari meminum jus buah.

Kembali ke ruangan, aku menuangkan air ke baskom tembaga di meja dari Hell Water Jug, dan menggunakannya untuk membasuh wajahku. Karena kelihatannya rambutku sudah rapi, aku basahi tanganku sedikit untuk merapikannnya lagi. Sepertinya kita harus mencari penata rambut lain kali.

Aku berganti ke jubah yang bersih, dan memasang sepatu. Saat aku sedang mengikat sepatuku, aku menemukan buah yang kering.
Mungkinkah Arisa yang membuangnya? Walaupun mungkin, Martha-chan akan membersihkannya meski aku biarkan disitu, aku masukkan ke penyimpanan karena ada sesuatu yang ada didalam pikiranku.
Hal tersebut mengingatkanku, aku mencoba mengeluarkan [Piping Hot Meal] yang aku masukkan saat hari pertama aku ke sini, masih terasa hangat. Rasanya juga masih normal.[Piping Hot Meal] dan [Dried-up Fruit]. Karena menarik, mari kita coba tes.
Aku alokasikan 1 skill poin ke skill Item Box dan mengkatifkannya. Aku simpan sisa dari [Piping Hot Meal] ke dalamnya.
Karena mungkin aku akan lupa lagi, aku beri catatan di Notebook di dalam tabel Exchange.


“Terima kasih telah menunggu, Zena-san.”
“Tidak apa-apa, aku juga habis mengobrol dengan Martha-chan.”

“Gangguan ini akan hilang~.”, dan Martha-chan kembali berkerja,

Di tempatnya, Arisa, Liza dan yang lain segera kembali, aku memanggil mereka.

Lulu kelihatannya tidak sehat saat kembali ke ruangan. Aku bertanya kepada maid yang lewat untuk membawakan air ke kamar, dan memberinya beberapa koin tembaga sebagai tip.

Aku pergi ke luar dengan Zen-san, membawa Arisa, Liza dan yang lain.
Memasukkan 10 koin perak di tas kecil, aku berikan ke Arisa untuk mereka membeli baju ganti dan kebutuhan yang lain.
Liza dan yang lain akan bertindak sebagai pengawal dan pembawa belanjaan.

“Master, apakah boleh jika menggunakan koin yang lebih untuk membeli manisan?”
“Asalkan tidak melebihi 1 koin tembaga besar, tidak apa-apa. Karena sebentar lagi waktu makan siang, jangan gunakan semua untuk camilan.”

“Yaa~a” Arisa pergi ke jalan timur sembari mengatakannya. Pochi dan Tama berada di sebelahnya, dia terlihat seperti boss dari geng anak kecil. Liza yang mengikutinya terlihat seperti orang tuanya.

“Dia adalah budak yang sopan bukan?”
“Aku tidak tahu kalau tingkah laku tersebut cocok untuk sebuah budak. Tapi gadis itu adalah orang yang mudah bergaul.”

Aku tidak tahu bagaimana harusnya seorang budak bertindak, tapi jika dia tetap seperti itu dengan sekitarnya, aku percaya bahwa dia akan menjadi manusia yang gagal suatu saat nanti.


Karena cuacanya sangat cukup indah, kami memutuskan untuk berjalan bersama-sama ke taman terdekat sembari mengobrol.

“Apakah kau sedang libur sekarang?”
“Tidak, aku ada tugas nanti sore.”
“Bukankah kau sudah ada pekerjaan malam kemarin?”
“Benar sekali, kami tidak mempunyai orang yang cukup jadi aku hanya bisa libur setengah hari.”

Hmm? Kau rela bertemu denganku meskipun sibuk? Aku tak percaya dia sudah terlalu jatuh cinta, apakah dia mempunyai tujuan lain?

“Tidak, ini tak terlalu penting... itu adalah pengalaman dalam pertarungan yang pertama bagi beberapa orang di pasukan, jadi untuk menenangkan mereka...”

Begitu, aku pikir lagi, walaupun itu adalah sesuatu yang tidak membahayakan hidupku, aku secara penasaran merasa tenang.

Meskipun ada beberapa ingatan yang terngiang tentang pertarungan kemarin...

Tidak, walaupun ketika sedang bertarung dan setelah bertarung dengan iblis itu, Aku baik-baik saja, apakah karena ini berasa tidak nyata?

Dan meskipun aku telah membinasakan seluruh kumpulan atau ras yang seperti Liza, aku sama sekali tidak merasakan rasa menyesal, kenapa begitu?

Aku berpikir mungkin ini efek dari Special Ability yang tidak diketahui?

Pertanyaan masih berada di dalam pikiranku...

Dan terus berputar.

Sebuah bau yang nyaman menggelitik hidungku. Ketika aku membuka mataku, ada sebuah wajah yang khawatir milik Zena-san.

“Apakah kau baik-baik saja? Satou-san.”
“Maaf, aku tadi melamun. Aku tidak apa-apa.”

Walaupun aku memikirkan ini sendiri, jawabannya tidak mau keluar, mungkin aku akan bertanya ke Arisa malam ini...

Kemudian, Aku bertanya ke Zena-san untuk mengajariku untuk chanting spell di taman, tetapi karena aku tidak bisa berkonsentrasi, hal tersebut tidak berhasil. Meskipun begitu, aku terus berlanjut untuk belajar chant bagaikan sedang kabur dari sesuatu. Zena-san dengan sabar membimbingku di kondisiku seperti ini. Kegiatan tersebut berlanjut sampai waktu libur Zena-san habis di sore hari...

TL: MobiusAnomalous
EDITOR: Isekai-Chan

Rabu, 30 Mei 2018

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 3 Intermission : Zena

Chapter 3 Intermission : Zena




Sihir yang ku rapalkan menyelimuti diriku.
Meskipun aku terbiasa dengan sensasi ini, untuk sekarang terasa menjengkelkan.
Untuk memastikan efeknya aku mengambil satu langkah maju.
Okay, ini berjalan dengan baik.
Bersama dengan angin.

Aku berlari.


Aku bertemu dengannya kemarin. Meskipun sekarang belum satu hari penuh sejak saat itu, tapi aku merasa sudah lama sekali.
Aku pikir aku bisa bertahan dari serangan demon dengan sihirku, tetapi tubuhku malah jadi babak belur. Kaki dan tangan ku berdenyut kesakitan, aku seperti boneka, tidak bisa bergerak. Dengan pelan aku menggerakan leherku.

Untungnya, sebelum jatuh ke tanah, aku tersangkut di sebuah ranting pohon di pinggir jalan.

…. Untungnya ? apa benar ?
Semangat kehidupanku akan pudar sebelum demon yang sangat kuat itu dikalahkan dan seseorang menemukanku.

Bahkan sekarang darahku mulai menetes sedikit demi sedikit.

Kesadaranku menghilang, namun aku kembali sadar ketika mendengar suara langkah kaki. Aku mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa untuk melihat sekitar.

Ada seseorang yang mengenakan jubah mencolok dan itu membuat matamu sakit.
Aku, yang menganggap hidupku sudah di ujung tanduk, masih sempat berpikir bahwa jubahnya sangat tidak cocok untuk dikenakan sehari-hari.

Aku juga ingin kembali ke kehidupan sehari-hariku.

Meskipun aku merasa lelah melihat jubah mencolok itu, aku memanggilnya sebelum dia pergi. Suaranya terdengar seperti orang yang periang.


Berlari.
Menghindari orang, menghindari kereta, aku berlari.
Maju, meskipun selangkah.
Lebih cepat, meskipun sesaat.
Aku berlari


Apakah aku pingsan, dia berdiri di sampingku tidak lama setelah kupanggil.

Dia anak laki-laki yang sangat tenang, terlihat tidak mungkin menggunakan jubah mencolok itu. Aku tidak menyebutnya tampan, tapi dia memberikan kesan yang baik.

Setelah menangani luka dan patah tulangku, dia dengan hati-hati, ya, dengan sangat hati-hati mengangkatku dengan lengannya.

Jubahnya, yang terlihat baru kotor karena debu dan darahku.
Tapi dia terlihat tidak peduli dengan itu.

Walau dengan tampang yang halus, dia memiliki cukup kekuatan untuk mengangkatku tanpa terlihat kesusahan.

Bagaimana caranya dia membawaku turun dari pohon ?
Dengan sihir ?

Berkebalikan dengan ekspetasiku, dia lompat dari ranting tanpa menggunakan sihir.


Aku berlari melewati sekutu.

Menendang tembok untuk berbelok agar tidak mengurangi momentum.

Menghindari orang yang terkejut dengan gerakanku.

Aku tidak peduli dengan rok ku yang berkibar.

Aku berlari dengan segenap tetes tenagaku.


Aku menutup mataku untuk menahan guncangan yang akan terjadi.
Aku mendengar teriakan yang mengganggu dekat dengan telingaku, tapi ternyata itu suaraku sendiri.

Bagaimanapun, guncangannya tidak terjadi tidak peduli seberapa lama aku menunggu.
Ketika aku mulai membuka mataku, dengan muka yang cemas dia menyapaku dengan lembut.

Sepertinya dia tidak langsung turun ke bawah, namun lompat ke ranting demi ranting lalu naik ke atap.
Orang ini lincah.

Aku akan panggil dia lincah-san untuk sekarang.

Sambil membawaku, dia menaiki beberapa atap, mencari tempat untuk turun.
Dia beberapa kali lompat kesana-sini, tapi dia melakukannya seolah tanpa beban. Seperti memiliki sayap.

Apakah ini rasanya bisa terbang di langit ?


Nafasku habis.

Tapi aku tidak boleh berhenti.

Demi tugas memanggil bala bantuan, dan demi nyawanya.
<TLN : awalnya “agar dia tidak mati” tapi saya ganti “nyawanya” agar lebih dramatis>

Aku mengabaikan jeritan tubuhku.

Karena aku akan mengistirahatkannya selama apapun nanti.

Saat ini aku harus lebih cepat, walaupun selangkah.


Ketika kita melewati rumah yang sempit, dia menjadi sangat hati-hati agar luka ku tidak menyentuh bangunan.

Aku merasa seperti putri setelah menerima perhatian lembut ini.
Hal yang mewah, mengingat aku sudah siap mati tadi.

Setiap dia menghindari bangunan, tubuh kita semakin dekat.
Aku pernah latihan dengan rekan pria, tapi dia berbeda, tidak tercium bau badan seperti binatang. Sebaliknya, yang tercium adalah aroma wangi.
Rambutnya juga lembut, aku ingin menyentuhnya sedikit.

Pertarungan di plaza sudah selesai. Tampaknya mereka menang.
Aku dituntun olehnya untuk menerima perawatan medis.

Dia menyerahkanku kepada tempat bantuan setelah perawatannya selesai, dan pergi untuk menyelamatkan yang lain.
Saat berpisah, dia berbalik dan melambaikan tangannya kearahku.
Aku tidak tahu apa itu untukku, tapi aku merasa sedikit senang.


Hampir sampai di jalan utama.

Tiba-tiba, seorang anak melompat dari pinggir jalan.

Aku tidak bisa menghindar. Aku melompat, dan berguling di udara.

Sedikit memalukan mengingat aku mengenakan rok, tapi saat ini bukan waktunya untuk merasa malu.

Aku meyerahkan keamanan anak itu kepada orang tua terdekat.

Memaksakan kakiku untuk terakhir kalinya.


Sore harinya, Lilio dan temanku mengejek ku ketika melihat aku berbicara dengan lincah-san “Zena pun bersemi…”, katanya.
Aku tidak mengerti cinta walaupun kau memberitahuku.
Kapanpun aku memikirkannya, aku merasa seperti berlari satu putaran.
Jika ini cinta aku paham kenapa lilio, sang maniak cinta, bereaksi dengan cepat.

Besoknya, entah mengapa aku keluar menggunakan rok. Tidak ada alasan khusus.
Sebelum aku pergi ke kuil untuk perawatan, apa aku bisa bertemu dengannya di toko buku tempat dia bekerja kemarin ? aku mempertimbangkannya… pemikiran ini adalah sebuah rahasia.

Ketika aku benar-benar bertemu dengannya di toko buku, aku merasa bahwa ini takdir.
Apa aku berlebihan ?
Lilio pasti akan mengejek “Anak kecil sangat suka dengan takdir ya~”, tidak salah lagi.

Dia berkata tentang pakaianku yang ketinggalan zaman itu “bagus”.
Jangan lupa menulis diary saat aku pulang nanti.


Aku melompat ke jalan utama sambil berguling.
Berlari di jalan, melewati gerobak dengan menyerempetnya.
Nanti aku akan meminta maaf kepada kusir yang tadi mengataiku.
Karena menunggu nafasku kembali itu menjengkelkan, aku merapalakan magic wind, Whisper Wind.
Harusnya ada penjaga gerbang di bagian dalam tembok.

“Disini magician soldier Zena ! di distrik timur, ungu telah muncul di kota ke 13 dekat dengan tembok luar.”
“Apa kau menggunakan sihir ? aku Mondo dari unit penjaga gerbang. Apa kau yakin kalau itu adalah ungu ?”

Ungu adalah sebutan dari pasukan demon.
Kita tidak boleh menyebut demon pada siang hari.

“Tidak salah lagi, aku sudah melihatnya dengan mataku sendiri. Tolong segera kirim bala bantuan. Aku akan kembali untuk membantu mengevakuasi penduduk”
“Tu-tunggu, sendiri(?)”

Tanpa mempedulikan kata terakhir Mondo-san, aku pergi ke tempat Satou-san.
Di tengah perjalanan, terdengar raungan dan terlihat bangunan hancur dari arah kota itu.

Jantungku berguncang, membayangkan hal terburuk.

Tak apa ! aku menenangkan pikiranku.
Nebiren-sama dari kuil Garleon ada di sana, dia adalah penyihir suci terbaik yang ada di kota Seryu. Jika ada dia, walaupun tidak bisa mengalahkan demon kelas atas, paling tidak dia dapat mengulur waktu.

Aku merapalkan ulang Wind Walk yang efeknya sudah habis.
Aku menguatkan lagi kakiku yang bergetar.
Berlari lagi.
‘tuk kembali ke sisinya.


Aku diberi bunga sebagai hadiah.
Bunga madu musim dingin kecil yang memiliki bau yang lembut.
Apakah dia tahu arti dari nama bunganya?

Kita pergi ke pasar yang Lilio beritahu kepada ku. Dia terkejut dengan berlebihan, walaupun yang aku tunjukan merupakan barang yang biasa.
Ini sedikit menyenangkan.

Kartu andalan yang diajarkan Lilio yang sudah aku siapkan ternyata gagal, sedikit kecewa, tapi sebelum aku menyadarinya kami sudah berpegangan tangan sambil berjalan bersama.
Keramaian yang selalu aku permasalahkan, untuk saat ini, aku berterimakasih kepada mereka.

Bukankan ini yang dinamakan kencan ?

Arti dari bunganya adalah “cinta yang mulai tumbuh”, jika dia tahu artinya..


Aku tiba di kota lebih cepat dari pada dugaanku.

Tapi aku tidak punya waktu untuk melamun.

Karena, yang terlihat hanya lahan kosong…..
Dengan putus asa, aku terjatuh.

Di tengah area itu, ada sebuah batu hitam yang menakutkan tumbuh dengan duri tajam. Aku mendengar suara dari batu itu.
Aku menyeret kakiku yang serasa disiksa, dan terasa sedang protes.

Jika tidak salah, demon mengatakan sesuatu tentang [labyrinth].
Aku tidak mengerti hubungan demon dengan labirin, tapi Satou-san dan yang lain kemungkinan ada di dalam.

Aku akan masuk, walaupun sendirian.

Tapi, aku berhenti tepat di pintu masuk batu hitam. Komandan yang mengendaria kuda, dia seperinya berasal dari dinding dalam saat aku menghubunginya tadi.

Aku di tunjuk untuk menjadi penghubung sementara oleh komandan, untuk mengamankan kota saat pembangunan pos militer.
Karena aku dekat dengan komandan, aku mendapatkan banyak sekali informasi. Area terbuka, dan bangunan yang berada di area ini sepertinya ikut masuk ke dalam labirin. Bersama orang orang.

Aku yakin, si lincah Satou-san bisa menemukan tempat untuk berlindung entah dimana. Untuk saat ini anggaplah seperti itu.

Consul-sama datang saat pos militer telah selesai, terlihat senang luar biasa ketika membicarakan sesuatu tentang labyrinth nucleus (Dungeon Core), tapi aku tidak terlalu paham.


Kita mendapat izin untuk masuk kedalam labirin setelah satu hari terlewati.
Tentu saja aku berada pada grup pertama.

Aku ingin masuk ke dalam labirin sekarang juga, namun Lilio tidak melepaskan tanganku. Meskipun bukan berarti aku akan memisahkan diri dari barisan depan.

Pertama, kami mengamankan area terdekat tempat kami masuk.
Mulai saat ini, rencananya adalah memajukan kekuatan utama setiap kali kami mengamankan suatu area.
Meskipun terlihat sangat hati-hati, nampaknya sudah menjadi aturan yang kuat dalam memasuki labirin.

Kita maju dengan perlahan melewati area demi area, walaupun aku merasa sedikit frustasi.
Suara langkah kaki terdengar dari depan.

Dengan hati-hati aku memeriksa sisi yang lain dengan kaca.
Bohong ! itu Satou-san !

Tanpa memikirkan keberuntungan yang luar biasa, aku sedikit ragu.

Seharusnya aku tidak boleh ragu.
Dari sudut area, aku melihat sosok Satou-san sedang bertarung dengan beast.
Monster yang muncul dari tembok.

Aku melepaskan Lilio yang memegang tanganku.

Seperti saat terkena efek sihir, aku melompat kedepan seakan terbang.

Aku mendarat di dinding bagian sudut dari suatu area.

Monster beast menggigit Satou-san.

Tak apa.

Satou-san berhasil menghindar.

Pikiranku menjadi putih, tapi ini bukan waktunya untuk itu.

Aku merapalkan Air Hammer dan menghempaskan beast itu menjauh. Itu tidak bisa membunuhnya, tapi yang penting menjauhkannya dari Satou-san dulu.

Satou-san juga terkena hempasannya, tapi mereka berhasil terpisahkan.

Sebelum beastnya melancarakan serangan balasan, Nebinen-sama berhasil mengalahkannya seperti yang diharapkan.

Aku, yang lega saat melihat muka Satou-san, mulai menangis dan memeluk Satou-san tanpa membiarkannya pergi.
Lilio-san mengejekku dengan menganggap itu akan menjadi masalah nantinya.

Walaupun dia baru saja keluar dari tempat berbahaya seperti labirin, Satou-san tetaplah Satou-san.

Tapi mungkin aku seharusnya tidak terlalu mengkhawatirkannya.
Karena besok aku libur, aku harus membuatkan sesuatu yang enak untuknya besok pagi.

Lilio terlihat ingin mengejekku lagi.

Sesekali kehidupan biasa yang seperti itu bagus untuk dilaksanakan.


PREVIOUS CHAPTER          NEXT CHAPTER


TL: LoliLover
EDITOR: Isekai-Chan