Minggu, 31 Oktober 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 14.5 : Chapter 3– Parade Pahlawan Perisai

Volume 14.5
Chapter 3 – Parade Pahlawan Perisai


Setelah menemani Fohl dan Atla menuju kediaman mereka, pada pagi harinya kita mendapatkan pesan dari utusan Siltvelt bahwa mereka berhasil menemukan Pahlawan Tujuh Bintang mereka dan kita pergi kesana menggunakan Portal Shield.

“Kita sampai.”

Tibalah kita di tempat pelatihan kastil Siltvelt yang aku daftarkan sebagai titik portal. Ketika aku melihat sekitar, aku melihat prajurit disana langsung membungkuk tepat setelah mereka melihatku.
Siltvelt sangat berbeda dengan Melromarc. Ini terjadi karena, di kerajaan ini, mereka menjadikan Pahlawan Perisai sebagai Tuhan mereka.

“Akan segera kami panggilkan Tuan Werner kemari!”
“Tidak perlu, aku sendiri yang akan menghampirinya. Tidak baik memanggilnya hanya karena hal sepele.”
“Baiklah.”

Setelah berbicara dengan prajurit Siltvelt, kita menuju ruang kerajaan.

“Pahlawan Tujuh Bintang ini kira-kira seperti apa?” Tanya Raphtalia.
“Kita telah disibukkan oleh urusan Q’Ten Lo, jadi yang aku dengar dia sedang pergi untuk berlatih. Selain itu..... aku merasa ada yang berkata dia adalah Pahlawan Cakar.”

Padahal dunia ini sedang dilanda bencana Spirit Tortoise, namun dia pergi berlatih dan tidak menjawab panggilanku.
Bahkan setelah kepulanganku dari dunia Kizuna..... aku telah memerintahkan seluruh Pahlawan Tujuh Bintang menemuiku, salah satu dari Keempat Pahlawan Suci.
Tapi, tidak seorangpun dari mereka yang menanggapi panggilanku.

Sekarang, kita berhasil mengetahui keberadaan salah satu dari mereka.

“Cakar~?” Kata Filo sambil melambai-lambaikan lengannya.
Aku jadi teringat, dia sering menggunakan morning star baru-baru ini.
Dia juga menggunakan cakar yang dia dapatkan dari master Pak Tua..... Motoyasu#2.
Tapi, jika Pahlawan cakar rajin berlatih, maka, akan bagus untuk memintanya melatih Filo.

“Aku dengar Pahlawan Cakar berasal dari ras Werefur.” Sebut Atla.
“Ras Werefur, huh?” Gumamku.
“Dari cerita yang aku dengar, orang-orang bilang dia memiliki wajah tampan dan indah yang selaras dengan bulu biru dan tubuh berototnya. Aku ingin segera menemuinya. Dia juga disebut sebagai prajurit terbaik Siltvelt,” jelas Fohl.
“Dia hanya orang tidak berpendidikan, yang lebih mengutamakan latihan daripada membantu Keempat Pahlawan Suci,” aku berpendapat. Ini gambaran paling cocok untuknya.

Itu berarti, Keempat Pahlawan Suci seharusnya berada diatas Pahlawan Tujuh Bintang.... tapi dia sedang berada diluar jangkauan untuk menerima panggilan dariku. Apapun permasalahannya, itu sudah tidak penting.

“Tak kusangka dia akan beralasan tidak mengetahui ada panggilan dari Tuan. Naofumi, kebodohan itu ada batasnya,” kata Atla dengan kesal.
“Itu bukan karena dia tidak mengetahuinya, melainkan dia kesulitan untuk menjawabnya.....” Raphtalia memberikan alasan logis terhadap perkataan Atla.

Dia akan menemui salah satu Keempat Pahlawan Suci, aku berharap dia berpikir untuk menemui salah satu dari kami secepatnya.
Ya, kebanyakan orang dunia ini tidak mengetahui bahwa setiap pahlawan bisa menerapkan penguatan senjata mereka kepada senjata lain.
Dan pemanggilan pahlawan secara sekaligus merupakan hal yang jarang terjadi, jadi itu sudah tidak bisa dipermasalahkan lagi?

“Apapun yang terjadi. Kita akhirnya bisa menghubunginya, jadi ayo kita temui dan ajak bicara dia.”

Aku hanya mendengar rumor-rumor mengenai Pahlawan Cakar. Tanpa melihatnya secara langsung, itu semua hanya rumor belaka.
Aku harus bisa memutuskan Pahlawan Cakar bisa dipercayai atau tidak, jika tidak, aku tidak akan memberitahu fakta bahwa peningkatan kekuatan setiap pahlawan bisa diterapkan oleh pahlawan lain.

Senjata yang sama juga ada di dunia Kizuna.
Mereka menyebut senjata Pahlawan Tujuh Bintang sebagai Vassal Weapon. Penggunanya disebut Pahlawan Vassal, jika penggunanya adalah bajingan seperti Kyo, maka kita sendiri yang akan mendapat bahaya.
Ada kemungkinan dia bukan orang yang cocok untuk diberitahukan mengenai metode peningkatan sesama pahlawan.
Jika memang begitu, maka aku tidak perlu memberitahunya.
Aku harap dia tidak seperti si bajingan Kyo, tapi aku merasa dia memiliki sifat yang serupa dengan Glass.

“Pada saat kita menemui Pahlawan Tujuh Bintang, biar aku saja yang berbicara. Jika kita salah bicara, maka kejadian Kyo mungkin terulang kembali,” kataku kepada yang lain.
“Iya. Aku mengerti, kita memang harus berhati-hati mengenai itu,” kata Raphtalia.
“Iya! Firo mengerti!”
“Kalau tidak salah, orang yang Tuan. Naofumi maksud adalah Pahlawan Bodoh yang berasal dari dunia lain, bukan? Jika benar, maka sesuai perintah Tuan. Naofumi, aku akan diam layaknya batu meskipun ada yang bertanya padaku,” Atla menjelaskan.
“Atla. Kau selalu memikirkan hal yang berlebihan dan ide yang berbahaya, jadi kau memang harus terus diam,” kataku kepada Atla.
“Kau! Kau pikir adikku itu apa!? Suara Atla itu sangat menyejukkan!” Fohl selalu memamerkan adiknya berlebihan. Aku harap dia bisa mengendalikan sifat sisconnya.
“Fohl, kau pikirkan baik-baik. Atla, selalu mengatakan hal yang mengundang marabahaya, jadi dia memutuskan untuk diam atas perintahku. Bukankah kau sendiri yang selalu kesulitan akibat perkataannya itu?” jelasku pada Fohl.
“Ugh.....” keluh Fohl.

Sepertinya dia mengerti apa yang aku maksud. Sekarang dia berhenti berkata.

“Itu berarti aku tidak bisa berbicara denganmu, Tuan. Naofumi? Aku tidak mau itu terjadi!” Atla mulai merasa cemas.
“Bukankah sebelumnya kau bilang perkataanku adalah perintah?” Tanyaku padanya.
“Sebagai bawahanmu, aku akan memberitahukan hal yang bisa aku lakukan dan tidak. Karena memang itulah cara terbaik menjadi pengikut Tuan. Naofumi,” jawabnya.
“Kau juga mengatakan Tuhan tidak pernah membuat kesalahan, kan? Namun, kau sendiri selalu menginginkan segala hal yang kau inginkan.....” sebutku.
“Iya, dia memang seperti itu.....” keluh Raphtalia.

Ya ampun..... mau sampai kapan Atla ingin semua hal berjalan sesuai keinginannya.

“Tuhan tidak mungkin melakukan kesalahan, tapi aku tidak memaafkan perlakukan kasar terhadap Tuan. Naofumi!”
“Kaulah yang mengundang perlakuan kasar itu,” kataku padanya.
“Aku tidak mengundang perlakuan kasar, aku hanya melakukan apa yang kupercayai!” Bantah Atla.
“Ya, terserah. Lagipula, pemikiranmu akan diterima sepenuhnya oleh Siltvelt. Tapi jangan berpikiran kau bisa berbuat segalanya. Jika sampai melampaui batas, maka kau tidak ada bedanya dengan Gereja Tiga Pahlawan,” peringatku pada Atla.

Kepercayaan Siltvelt dan pemahaman Atla sama-sama berbahaya.
Aku hanya bisa berharap mereka tidak melampaui batas layaknya Gereja Tiga Pahlawan.

“Iya.... itu benar. Aku berharap mereka tidak sama dengan Gereja Tiga Pahlawan....” kata Raphtalia.

Atla membusungkan dadanya kemudian dia berlagak penuh wibawa sebelum berhadapan dengan Raphtalia.
Ya, Raphtalia dan Fohl berusaha keras menjadi penghalang Atla. Di Siltvelt, perkataan kasar Atla bisa membuat orang bodoh diam.
Namun itu bisa bergantung dari cara aku menggunakannya, dengan begitu aku bisa mengakali keadaannya.

“Jika kau benar-benar menyayanginya, kau harus bisa mengendalikan adikmu, Fohl,” kataku pada Fohl.
“I-iyah!” Jawabnya.

Atau mungkin, aku yang telah membuat Fohl lebih diam dari sebelumnya?
Setelah makan malam kemarin, tatapan ganasnya padaku mulai memudar tanpa aku ketahui.

“Rafuu~!”

Selagi kita membicarakan itu semua, akhirnya kita sampai di ruang tahta.

“Selamat datang, Tuan Pahlawan Perisai.”
“Hohoho.”

Werner dan Tetua Genmu menyambut kedatangan kami.
Setelah menyelesaikan penaklukan Q’Ten Lo, aku meminta kepada Raphtalia untuk segera mengembalikan mereka berdua ke Siltvelt.

“Kalau begitu, silakan Tuan duduk di kursi tahta....” pinta Werner.
“Jangan buat aku duduk disana,” aku menolak keinginannya.

Aku memang disembah oleh orang-orang Siltvelt, tapi aku tidak ada niatan untuk menjadi raja disana.
Rupanya, semua penduduk Siltvelt, termasuk Werner ingin aku menduduki kursi tahta.

“Sudah, langsung ke intinya saja. Aku dengar kalian berhasil menghubungi seorang Pahlawan Tujuh Bintang yang mewakili Siltvelt?” Tanyaku pada Werner.
“Benar, kami berhasil menemukan keberadaannya saat ini,” jawabnya.
“Lalu?” Aku melihat sekitar.

Aku tidak menemukan orang yang sesuai dengan penggambaran Atla dan Fohl.

“Dimana Pahlawan Tujuh Bintang itu?” Lanjutku.
“Begini.... kami memang berhasil mengetahui keberadaannya, namun masih diperlukan beberapa hari untuk dia sampai di kastil....” jawab Werner dengan tampak gelisah.

Sial, kita harus menunggu lagi? Mau sampai kapan waktu yang kita miliki dia habiskan?

“Kami dengar dia sedang menuju kemari secepat mungkin..... selama itu, maukah anda menunggu beberapa hari sampai dia datang?” Tanya Werner.
“Dan juga, perwakilan Pahlawan Tujuh Bintang kami tidak memiliki skill teleportasi seperti dirimu, Tuan Pahlawan Perisai..... Jadi kami mohon maaf atas kesalahan kami,” kata Tetua Genmu.

Ya, aku memang menggunakan kereta Filo untuk bepergian sebelum memiliki skill teleportasi.
Aku bisa mengerti keadaan itu.

“Baiklah. Aku memang berencana untuk pulang. Jadi, setelah kita memutuskan jadwal pertemuan dengan Pahlawan Tujuh Bintang itu, aku akan menjemput orang-orang yang kami tinggalkan di Q’Ten Lo setelah itu kami akan kembali ke desa,” aku menjelaskan.
“Benar sekali. Mari kita jemput mereka dan pulang ke desa,” kata Raphtalia.

Sadeena, Ren, Itsuki dan yang lainnya mengatakan kekacauan yang terjadi di Q’Ten Lo mereda setelah kita kuasai. Menurutku sudah waktunya membuat penduduk sana yang mengatasi sisanya.
Penelitian ekologi yang dilakukan Rat, Wyndia, S’yne dan Gaelion seharusnya sudah selesai juga sekarang.

“Mengenai itu, sebenarnya....” Werner menunduk atas kelancangannya, kemudian berlutut dan melihat kepadaku.
“Ada apa lagi?” Tanyaku padanya.
“Penduduk Siltvelt sangat bergembira ketika mendengar kedatangan Tuan Pahlawan Perisai disini, dan suara sorakan mereka semakin hari semakin keras,” jawabnya.
“Itu juga berkat anda yang membuat Q’Ten Lo menerima dunia luar, dan sekarang Tuan Pahlawan Perisai sedang berada disini untuk sementara waktu, jadi menurut Penguasa Siltvelt ada baiknya untuk menunjukkan diri ke masyarakat agar ketidakpuasan mereka terpenuhi,” tambah Tetua Genmu.

Uwah! Menyebalkan sekali!

“Sampai Pahlawan Tujuh Bintang kami datang, maukah kau melakukan itu untuk beberapa hari kedepan?” Tanya Werner.

Melakukan hal seperti itu sangat menyebalkan, tapi aku mengerti keuntungan yang akan didapat jika aku melakukan itu.
Memang benar penduduk Siltvelt tidak puas dengan kenyataan Pahlawan Perisai yang mereka yakini sedang mengembangkan hubungan Demi-Human di wilayah Melromarc.
Aku yakin mereka memiliki keimanan yang tinggi, tapi beberapa dari mereka ada yang tidak puas dengan ketidakhadiranku disisi mereka.
Lalu, aku harus berterima kasih pada dukungan Siltvelt dalam membantuku menguasai Q’Ten Lo..... Jika aku mengabaikan mereka sekarang, maka akan ada dari mereka yang berpikiran “Pahlawan Perisai hanya menyerahkan masalahnya kepada orang lain dan tidak berbuat apapun! Pahlawan Perisai yang tidak memikirkan pemikiran penduduk kerajaan ini bukanlah Pahlawan Perisai! Dia adalah musuh! Apapun yang Pahlawan palsu itu lakukan harus kita halangi!” dan akhirnya mereka tidak terkendali......
Werner dan Tetua Genmu akan menghentikan itu jika terjadi.....
Namun, hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena waktu untuk membuat kepala mereka dingin sangat lama.
Masih ada permasalahan Jaralis juga.
Apa mereka ingin memperlihatkan kekuatan Pahlawan Perisai kepada orang-orang yang tidak puas itu?
Jika menurutku itu sangat menyusahkan akan aku tolak.

Sebelum aku melakukan itu, tanpa kusadari Raphtalia memegang pundakku “Mari kita lakukan!” Serunya.
“Rafuu~!”
“Raphtalia?” Sambil menatap pakaian Miko yang Raphtalia kenakan secara perlahan, aku merasa dia mendapatkan sesuatu kesempatan yang langka.
“Atla-san, sebenarnya aku tidak enak meminta ini padamu. Tapi ini kesempatan yang tepat untuk memperluas pengaruh Tuan Naofumi dan mendapatkan kepercayaan orang-orang kepadanya. Maukah kau bekerja sama untuk memberitahukan pengaruh baik Tuan Naofumi?” Kata Raphtalia seperti sedang memberi tantangan pada Atla.
“Kak!?” Fohl terlihat terkejut.

Setelah mendengar perkataan Raphtalia, Atla membuka mulutnya sejenak kemudian menutupnya kembali. Lalu aku melihat dia tersenyum tanpa ragu.

“Hmm.... Aku merasa akan setuju dengan pendapatmu, Raphtalia-san, lagipula tidak ada alasan lain untuk menolak permintaanmu,” Atla menerima tantangan Raphtalia.
“Hmmm!?” Filo melihat mereka berdua penuh penasaran.
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Tanyaku.

Raphtalia dan Atla sepemikiran? Apa yang terjadi disini?

“Jadi, Tuan Naofumi. Kau tidak perlu khawatir. Mari kita buat mereka berjanji memberikan waktu luang ketika melakukan parade. Jika tidak, aku tidak akan menerimanya. Bukankah kau memikirkan hal yang sama, Atla-san?” Tanya Raphtalia.
“Tentu saja, semuanya demi kepentingan Tuan. Naofumi,” kata Atla.
“Apa yang sedang kalian putuskan?” Aku bertanya kembali.
“.... Apa kau benar-benar tidak mengerti?” Terheran Raphtalia.

Pakaian Miko dan rambut Raphtalia terlihat mengembang dan melayang di udara.
Setelah melihat Raphtalia seperti itu, Fohl menarik nafasnya kemudian mundur beberapa langkah.

“Diadakannya sebuah parade bisa menjadi bukti penyebaran pengaruh Tuan Naofumi, bukan? Lagipula, kita sudah melakukan hal seperti ini berkali-kali di Q’Ten Lo.” Kemudian Raphtalia tersenyum dan tertawa, apa ini bukti dia memiliki dendam kepadaku?
Memang benar, pakaian Miko Raphtalia memiliki semacam pengaruh misterius, jadi aku membuatnya melakukan paradenya setiap hari selama kita berada di Q’Ten Lo. Jangan bilang, Raphtalia mengatakan aku harus melakukan itu sekarang?

“Aha..... Raphtalia? Tidak usah bercan—“ sebelum aku selesai.
“Apa? Bagaimana?” Dia menyela perkataanku.
“Ini tidak terlihat seperti candaan,” aku melanjutkan.
“Oh jelas. Ini demi perdamaian dunia, ini bukan masalah besar selama ini dilangsungkan beberapa hari sebelum Pahlawan Tujuh Bintang kerajaan ini sampai, bukan?” Dia bertanya.


Dia ingin aku melepaskan stres para penduduk sini?
Sial..... sebelumnya aku sudah melakukan ini, kan? Sebelum pergi kita ke Q’Ten Lo.
Meskipun begitu, aku harus melakukannya lagi?

“Jika tidak dilaksanakan, ada kemungkinan Siltvelt menjadi Q’Ten Lo selanjutnya,” dengan terus terang Raphtalia berkata.

Ugh.... aku tidak bisa menyangkal kemungkinan itu.....

“Aku akan memberitahukan pengaruh baik Tuan. Naofumi terhadap orang-orang sekitarnya dan membuktikan kehebatannya!” Atla juga terlihat sangat bersemangat dan memberikan pemikiran yang serupa dengan Raphtalia.

Fohl terlihat tidak berdaya, lalu dia mengalihkan perhatiannya padaku, Raphtalia dan Atla bergantian. Sepertinya aku tidak akan mendapatkan bantuan dari siapapun.

“Ada parade lagi~? Berarti Firo bisa menarik kereta yang ditunggangi oleh Master?”

Tentunya aku tidak bisa bergantung pada Filo, dan Raph-chan yang sedang memiringkan lehernya.
Jadi memang tidak ada yang bisa aku andalkan, ya.

“..... Baiklah. Aku hanya perlu melakukannya saja?”

Perbuatan baik Siltvelt sangat membantu kami. Mengirimkan banyak prajurit bukanlah hal yang mudah.
Prajurit yang dikerahkan saat itu seperti disiapkan untuk melawan Phoenix, jadi aku rasa perlu untuk menaikkan rasa semangat mereka dengan melakukan parade ini.
Dengan kecepatan kaki Filo, kita bisa bergerak dengan pesat dalam Siltvelt. Dan aku bisa menggunakan skill teleportasi jika perlu.

“Kalau begitu, sampai Pahlawan Tujuh Bintang kami tiba disini, kita akan melaksanakan parade di kota-kota besar Siltvelt selama beberapa hari kedepan.” Kata Werner dengan penuh semangat.
“Tunggu dulu, Shusaku.” Tetua Genmu menyela percakapan.

Apa yang ingin dia katakan?

“Aku dengar Tuan Pahlawan Perisai akan menjemput Pahlawan Suci lainnya. Sepertinya Tuan Pahlawan Perisai mencegah mereka agar tidak mengunjungi Siltvelt, demi mengamankan keadaan kerajaan kami. Tapi, mereka memiliki skill teleportasi seperti dirimu, Tuan Pahlawan Perisai. Bagaimana jika Tuan Pahlawan Perisai meminta bantuan kepada mereka?” Tetua Genmu bertanya padaku.
“Bagaimana katamu!? Meskipun aku memahaminya, akan aku katakan sekarang. Kau hanya ingin mempersingkat waktu dengan menggunakan Ren dan Itsuki sebagai taksi untuk diriku!” Tanggapku dengan kesal.

Ketika parade dilangsungkan, dia ingin meminta Ren dan Itsuki untuk mempersiapkan titik teleportasi di berbagai tempat, dengan begitu parade ini bisa dilaksanakan diseluruh kota besar Siltvelt!

“Hm? Aku dengar Tuan Pahlawan Perisai memiliki kerja sama yang baik dengan Pahlawan Suci lainnya?” Guam Tetua Genmu.
“Apa yang akan terjadi jika titik teleportasi itu tersedia di Q’Ten Lo juga.....” bisikku.

Parade Raphtalia direncanakan akan diadakan dibanyak kota Q’Ten Lo..... Awalnya aku penasaran bagaimana caranya dia bisa melaksanakan banyak parade dalam beberapa jam saja. Namun, rencana itu akhirnya dibatalkan, tapi aku tidak mengira rencana itu akan terpikirkan kembali dan malah menyulitkanku sekarang!?

“Itu ide bagus! Jika kita meminta bantuan dari Pahlawan Suci, maka kita bisa mengumumkan “Keempat Pahlawan Suci lain ikut membantu juga”. Menurutku itu akan memberikan pengaruh baik kepada masyarakat Siltvelt.” Kata Werner dengan penuh semangat.
“Meskipun itu rencananya, aku masih ragu untuk membawa Ren dan Itsuki ke Siltvelt.”
“Apa Pahlawan Busur ikut menaiki kapal yang menuju Q’Ten Lo?” Tetua Genmu Bertanya.
“Iya, dia ikut....” jawabku.

Dalam perjalanan menuju Q’Ten Lo, kami menjemput Itsuki setelah meninggalkan Siltvelt.
Bagaimanapun juga, aku mengira dia akan baik-baik saja selama dia tidak berada di Siltvelt.
Meskipun orang-orang Siltvelt menyerangnya karena dia Pahlawan Busur, aku yakin Rishia bisa melawan balik tanpa masalah.

“Menurut legenda, dia tidak disukai sebesar Pahlawan Perisai, tapi Pahlawan Busur lebih dikasihani oleh orang-orang,” jelas Werner.
“Apa itu benar?” Tanyaku.
“Ada kisah Pahlawan Busur yang muncul dalam sejarah Siltvelt, jadi aku menganggap orang-orang disini tidak membenci Pahlawan Busur sebesar mereka membenci Pahlawan Pedang dan Pahlawan Tombak,” jawabnya.

Hmm.... bisa dibilang aku tahu sedikit alasan mengapa hal itu terjadi.
Gelombang adalah fenomena penggabungan antar dunia. Dari penjelasan itu, kita bisa beranggapan dimasa lalu terjadi pemanggilan Keempat Pahlawan Suci. Melihat apa yang terjadi di dunia Kizuna, ada kemungkinan kerajaan pendukung Pahlawan Perisai dan Pahlawan Busur memiliki hubungan yang baik.

“Jika seperti itu, maka ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengurangi rasa kebencian Siltvelt terhadap Pahlawan Suci lain. Bukankah ini hal yang bagus, Tuan Naofumi?”

Kemudian Raphtalia tersenyum menakutkan. Sepertinya dia benar-benar memiliki dendam padaku.
‘Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya’ Mungkin itulah yang menyebabkan Raphtalia menjadi mirip denganku.
<TLN: Pohon disini adalah Naofumi>

“Baiklah.... akan aku tanyakan ini pada Ren dan Itsuki nanti.”
“Baiklah kalau begitu, mari kita siapkan keperluan parade Tuan Pahlawan Perisai!” Kata Werner dengan penuh antusias.
“Bagus! Aku akan membantu juga! Aku tidak akan membiarkan Tuan. Naofumi diambil pihak lain!” Atla tidak mau kalah dari Werner.
“Atla. Berdasarkan keadaan kerajaan saat ini, akan menjadi masalah jika kau, sebagai Hakuko berada dekat denganku,” peringatku.
“Aku tidak peduli,” tanggapnya.
“Itu akan merepotkan, jadi hentikan.” kataku padanya.
“Jika Tuan. Naofumi sampai mengatakan seperti itu, maka aku dengan senang hati akan menahan diri.” Tanggapnya.
“Tanggapanmu terdengar mencurigakan. Kau pasti tidak akan menepati janjimu, kan?” Kataku dengan kesal.

Demikianlah, keputusan yang kami buat untuk meredakan ketidakpuasan masyarakat Siltvelt.

Untuk persiapannya, aku perlu kembali ke Q’Ten Lo sekali lagi untuk menjemput Ren, Itsuki dan yang lainnya. Sekalian menanyakan pendapat mereka berdua yang ternyata itu menjadi bumerang.

“Naofumi, apa yang membuatmu memanggil kami?” Tanya Ren. “Sejauh ini, kekacauan yang disebabkan oleh oposisi revolusioner Q’Ten Lo telah kami basmi, dan sekarang kami semua masih mengawasi pergerakan lain mereka.” Lanjutnya.

Sesampainya di Q’Ten Lo, aku langsung memanggil Ren, Itsuki dan Rishia.
Yang datang bukan hanya mereka, Wyndia, Rat dan S’yne juga kemari bersama Gaelion, mereka baru saja sampai.
Aku harus meminta laporan ekologi mereka nanti.
Gaelion memang cocok menjadi pengirim pesan.

“Kyuaaaa!”
“Firo tidak peduli~ Firo hanya mengunjungi rumah Atla-chan bersama Master~”

Dan, sama seperti biasa, Gaelion dan Filo saling memelototi satu sama lain.
Rupanya, Gaelion mengeluh karena Filo pergi bersamaku di malam hari.

“Kyuakyua!”
“Hei, sudah jangan bertengkar!” Wyndia memperingatinya, namun dia sepertinya tidak mendengarkannya.

Aku meninggalkan sekelompok nyamuk itu, karena aku perlu berbicara dengan Ren dan Itsuki.

“Bagus, dengan begini perang sipil Q’Ten Lo akan segera mereda. Jadi, jika kalian tidak keberatan.... atau ini terserah kalian jika ingin menolak, itu bukan masalah. Tapi sebenarnya, aku tidak mau kalian melakukan ini.”
“Tuan. Naofumi, jangan buat mereka menolak permintaan ini.”

Mengabaikan pandangan dingin Raphtalia, aku mencoba sebisa mungkin agar mereka menolak permintaan ini, tapi Ren, Itsuki dan Rishia, mata mereka terlihat kebingungan.

“Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Ren.
“Ada masalah apa? Selanjutnya kita harus..... melakukan apa?” Itsuki ikut bertanya.
“Fuee?”

Sepertinya masih sulit untuk Itsuki memahami apa yang terjadi saat ini.

“Jadi begini, keberadaan Pahlawan Tujuh Bintang Siltvelt telah ditemukan, namun diperlukan beberapa hari untuk dia sampai di kastil. Jadi, untuk memenuhi waktu luang itu, pemimpin Siltvelt ingin membuat Tuan Naofumi muncul di publik untuk mengurangi ketidakpuasan mereka terhadap Pahlawan Perisai,” jelas Raphtalia.
“Huh.....?” Itsuki memiringkan kepalanya setelah mendengar penjelasan Raphtalia, sepertinya dia belum mengerti.
“Jadi, Naofumi-san akan bepergian ke berbagai tempat dalam waktu singkat? Menurutku, kau tidak perlu terburu-buru.” Kata Rishia yang mungkin memahami niatku sebenarnya.
“Jujur saja, ini sangat merepotkan. Kita tidak memiliki banyak waktu. Dari awal, aku tidak mau menghabiskan banyak waktu begitu saja. Jika kalian keberatan, maka kita akan mengunjungi kota dan desa Siltvelt dalam jumlah yang sedikit.” Aku menyampaikan pendapatku pada Ren, Itsuki dan yang lainnya.
“Jadi kau perlu bantuan kami..... menebak apa yang bisa dilakukan pahlawan saja, mungkin kau perlu skill teleportasi kami?” Ren menanggapi pendapatku sambil menempatkan jarinya di dagu. Sepertinya dia sudah memahami keadaan saat ini.
“Iya, itu benar.” Jawabku pada Ren.
“Jika pihak Siltvelt sudah mempersiapkan kendaraan terbaiknya, maka aku tidak akan menolak, lagipula, di malam harinya kita akan bertemu kembali,” kata Ren.
“Kau bisa menolak ini, Ren.”

Bajingan kau, Ren! Aku rasa dia ingin menjadi murah hati, tapi itu bukan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang.
Jika Ren yang dulu, mungkin dia akan berkata, “Kau mau memanfaatkan kami sebagai taksi untukmu? Mana mungkin aku mau menerima permintaan seperti itu.”

“Aku tidak bisa menolaknya, orang-orang Siltvelt ikut andil besar dalam penguasaan Q’Ten Lo. Jika aku bisa membalas pertolongan mereka sekarang, itu bukan masalah, kan?”
“Ren! Jika ini sangat memberatkan, kau harus menolaknya! Kau ingin segera kembali ke sisi Eclair, kan!?”
“Tuan Naofumi, kau terlalu memaksa,” keluh Raphtalia.
“Jika aku kembali, maka Eclair sendiri yang akan memarahiku karena tidak segera membalas bantuan dari Siltvelt. Oleh karena itu aku akan membantumu.”

Heh! Aku jadi ingat, Eclair adalah ksatria yang ingin mewujudkan kehidupan harmonis bersama Demi-Human.

“Tuan Itsuki, mari kita balas kebaikan orang-orang Siltvelt bersama-sama!” Seru Rishia.
“Baiklah.” Jawabnya.

Sialan kau, Rishia! Aku baru saja ingin mengganti sasaranku, tapi dia berhasil mendahuluiku!
Oh, dia suka menjadi gadis baik hati ya.

“Fueeeeee!”

Oops, apa aku mengeluarkan ekspresi mengerikan? Astaga, Rishia hebat dalam membaca perasaan seseorang.
Ya, memang dia terlalu polos, tapi dia juga memiliki sesuatu yang dimiliki oleh MC.
<EDN: Main Character>

“Aku tahu kau tidak menyukai ini, tapi ini demi mencegah perang sipil terjadi. Aku sudah membuat kesepakatan dengan Siltvelt untuk mempersiapkan segalanya. Kita tidak akan kerepotan, jadi tenang saja.” Sebut Raphtalia padaku.
“Ini sangat merepotkan!” Balasku.
“Ini merupakan permulaan dari penobatan Tuan. Naofumi!” Seru Atla.
“Aku merasa parade ini akan dipenuhi skandal.....” Guam Fohl.

Aku setuju dengan keluhan Fohl.
Demikianlah, cara kami mendapatkan bantuan dari pahlawan lain, dengan begini aku harus hadir dalam acara merepotkan itu setiap harinya.
Parade pertama dilakukan di Ibukota Siltvelt.

“Wasshoi! Wasshoi!”

Mereka menyuruhku duduk diatas kursi mirip Mikoshi yang dihiasi dengan bulu monster misterius, mereka juga membuatkan pakaian yang serupa dengan Barbarian Armor. Ini pakaian yang aku gunakan juga ketika berada Siltvelt sebelumnya.
<TLN: Penjelasan Mikoshi ada disini, https://id.wikipedia.org/wiki/Mikoshi >

Aku merasakan perasaan yang sama dari cara mereka melihatku, ini sama seperti Raphtalia melihatku..... aku akan menyesali ini....
Ngomong-ngomong..... aku teringat dengan perkataan Raphtalia, dia bilang aku sangat keren saat menggunakan Barbarian armor....
Jangan-jangan, cara aku melihat Raphtalia dengan pakaian Miko sama halnya dengan cara dia melihatku dengan Barbarian armor?

“Wasshoi~!”

Tanpa kusadari, Filo ikut memandu Mikoshi ini dalam Wujud Filolial.
Gaelion berjalan didepanku..... kenapa dia terlihat seperti raja?

“Rafuu~”

Ngomong-ngomong, Raph-chan sedang berada di pangkuanku. Hanya makhluk ini saja yang tidak akan aku serahkan kepada orang lain.
Tidak ada yang keberatan dengan kehadiran binatang, jadi aku membawanya tanpa menimbulkan masalah lain.
Tapi.... aku merasa sedang berada dalam parade Romawi Kuno.
Lalu, aku tidak mau membuat Raphtalia dan Atla hadir bersamaku, karena itu akan menyebabkan masalah politik, jadi hanya aku saja yang duduk diatas Mikoshi.
Berbeda dengan parade Raphtalia, kali ini Raphtalia mengenakan pakaian Miko dan berjalan disebelah Mikoshi untuk melindungiku ketika diperlukan. Atla dan Fohl juga hadir dengan mengenakan pakaian tradisional Siltvelt, serta Werner dan Tetua Genmu ikut berjalan bersama mereka....

“Hidup Tuan Pahlawan Perisai!”
“Hidup Kerajaan Siltvelt!”
“““Ooooo!”””

Ketika aku melihat orang-orang mengibarkan bendera, aku merasa tidak nyaman.
Sebelumnya, di Melromarc, ketika aku mengalahkan Gereja Tiga Pahlawan, aku memang melakukan semacam parade kemenangan, namun itu berakhir dengan cepat.
Walaupun bisa dibilang terlambat, namun saat ini aku memahami pemikiran ratu waktu itu.

“Ren dan Itsuki sedang menuju kesana,” kataku.

Mereka berdua menjalankan semua ini dengan baik, meskipun kita menyembunyikan kebenaran mereka adalah pahlawan yang sedang beraksi secara diam-diam.
Aku iri kepada mereka.
Ren terbilang sangat tertarik dengan Siltvelt.
Ketika aku menanyakan alasannya, dia menjawab tempat seperti ini tidak ada di dalam game yang dimainkannya.
Aku akan menanyakan detail lainnya kepadanya dilain waktu.
Siapa tahu pengetahuan game Ren dan Itsuki bisa membantu dunia ini.

“““OOOOOOH”””
“““WAAAAAAAAH!”””

Ya. Seperti yang aku duga, sudah tidak diragukan lagi Siltvelt lebih luas daripada Melromarc.
Dengan pemikiran seperti itu, dari dalam Mikoshi aku melambaikan tangan secara perlahan pada orang-orang dengan senyuman bisnisku.
Namun.... entah ini perlu aku sebutkan atau tidak, tapi ketika memikirkan parade, aku teringat pada peristiwa pembunuhan presiden sebuah negara.
<EDN: Ehm, amerika, yes we’re talking about you>

Penyerangan ketika parade dilaksanakan..... hal seperti itu terjadi di Q’Ten Lo, tapi itu langsung diatasi.
Saat memikirkan kejadian itu, terdengar hantaman dari Meteor Shield yang aku pasang.
Sudah kuduga, sekelompok seperti mereka memang akan datang.
Aku menunjuk arah serangan itu berasal, lalu memerintah untuk segera mengatasi penyerangan ini.
Penyerang itu berkata “Itu hanya tandu biasa, serang!”
Sekarang aku mengerti kenapa ratu selalu waspada dan menggunakan kereta ketika pergi.
Aku merasa bersalah sekarang, sebelumnya aku membuat Raphtalia melakukan parade di penjuru Q’Ten Lo.
Dari awal, pertahananku bisa menahan segala serangan.
Tetapi, mereka mungkin mengincar dan memusnahkan para pengganggu yang sedang berada di publik.
Demikianlah, hari pertama parade selesai..... itu dilaksanakan di Ibukota dan kota besar lain di sekitar Ibukota.
Itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya matahari terbenam dan aku terbebaskan dihari itu.


“Haa.... lelah sekali. Aku ingin pulang ke desa sekarang,” keluhku.

Setelah parade selesai, kita kembali ke Q’Ten Lo untuk menjemput orang desa yang tersisa.
Raphtalia mungkin merasa tidak enak berada disini, tapi bagiku disini terlihat seperti Jepang, contohnya ada penginapan air panas.
Suasana seperti berada di Jepang membuatku sebagai orang Jepang sangat nyaman.
Dan, Q’Ten Lo dimalam hari lebih sunyi daripada Siltvelt.
Aku merentangkan kaki dan tangan dengan lebar sambil tiduran beralaskan tatami.

“Hari ini sangat luar biasa.”
“Terima kasih banyak.”

Kata Atla dan Raphtalia padaku.
Kemana perginya Filo, Raph-chan dan Gaelion? Mereka tidak ada disini.
Sama seperti sebelumnya, S’yne menunggu didepan pintu.
.... Apa dia tertidur? Boneka familiarnya tidak bergerak sedikitpun.
Fohl berdiri didekat Atla, dia melihatku sambil menyilangkan lengannya.
Sebaiknya kau antar Atla ke ruang lain. Aku sedang kelelahan disini.

“Ini akan sangat melelahkan sekali jika aku harus melakukan ini berhari-hari,” aku berguam.
“Kau membuatku terus melakukannya setiap hari, bukan?” Tanya Raphtalia padaku.
“Coba kau pikirkan berapa lama ini akan berlangsung? Aku harus terus melakukan ini sampai hari Pahlawan Tujuh Bintang Siltvelt datang, kau tahu.”

Aku memang tidak melakukan banyak hal disana, tapi aku ingin dia mengerti perasaan seseorang yang terus dibawa berkeliling di atas Mikoshi.
Tapi, aku menduga orang-orang memandu Mikoshi adalah budak, sepertinya bukan.

“Apa yang kau lakukan...?” Tanya mantan penerus Kekaisaran Q’Ten Lo yang baru saja kemari dari ruang sebelah.... dia adalah sepupu Raphtalia.
Oh, benar juga. Dia adalah tahanan rumah dalam kastil Q’Ten Lo sebelum aku mengajaknya pergi ke desa.

“Apa kau tahu kerajaan bernama Siltvelt?” Tanyaku padanya.
“Kalau tidak salah.... itu adalah tempat kelahiran Makina.” Jawabnya.

Ah, itu memang benar.

“Tadi aku menghadiri parade disana, parade itu dilakukan oleh orang-orang yang menyembah Pahlawan Perisai.” Lalu aku memberitahukan bagaimana parade itu dilakukan kepada sepupu Raphtalia.
“Hmm.... itu sangat menarik!”
“Kau belum pernah melakukannya?” Tanyaku padanya.
“Aku pernah berkeliling Q’Ten Lo untuk urusan publik.” Jawabnya.
“Berati kau mengerti, bukan? Itu sangat merepotkan,” keluhku.
“Tapi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja, karena aku adalah anggota keluarga kekaisaran.”

Dia memiliki pemikiran yang sangat tinggi.
Dia memang membuat sebuah peraturan untuk tidak menyakiti binatang, tapi dia bisa menjadi pemimpin yang lebih baik lagi jika kita mengajarinya.
Mungkin ini yang membuat Makina tidak mengajari hal penting seperti ini.
Dia orang yang sangat penasaran, dia akan lebih penasaran lagi jika sedang diajari banyak hal.
Potensi yang dimilikinya tidak berbeda jauh dengan Raphtalia, dia juga bisa menjadi teman sepemikiran yang mengerti betapa imutnya Raph-chan. Aku sangat yakin dia akan menyebarkan fakta itu.
Entah kenapa Raphtalia menghalangiku untuk menyebarkan keimutan Raph-chan, jadi aku ingin dia yang melakukannya, orang yang sepemikiran denganku, dengan begini dia pasti akan mendukung penyebaran ini mewakiliku.

Namun.... Raphtalia sedang ada disini. Jadi jika aku mencoba untuk mempengaruhinya sekarang, maka dia akan dihentikan oleh Raphtalia, untuk sekarang aku akan diam.

“Iya, iya.”

Tetapi, aku tidak suka suasana perayaan menjadi raja.
Walaupun sebelumnya aku punya sebuah mimpi, tapi ketika aku dipanggil ke dunia lain, semua mimpi itu menghilang dalam hitungan hari.

“Parade itu sangat luar biasa, kehebatan Tuan. Naofumi bisa terlihat disana! Bagi yang tidak mengikuti parade itu akan dihukum!” Seru Atla.
“Jangan mengatakan hal yang berbahaya. Fohl, kau harus mengingatkan Atla dengan baik,” kataku padanya.
“Baiklah!” Jawabnya.
“Fohl-kun?” Dengan heran Raphtalia bertanya.
“Aneh. Baru-baru ini kau jadi sangat penurut,” kataku
“Onii-sama, kau berarti sudah mengerti kehebatan Tuan. Naofumi, kan?” Tanya Atla.
“Tidak!” Bantah Fohl sepenuhnya..... aku harap dia benar-benar ingin menjaganya.
“Setelah mandi aku akan tidur. Atla, sudah waktunya kau tidur bukan?” Tanyaku.
“Tidak, aku tidak mengantuk! Aku masih ingin berbicara denganmu, Tuan. Naofumi!” Seru Atla.
“Kau dengar itu? Atla, kau sudah menemaninya dari kemarin sampai sekarang, jadi biarkan dia istirahat sekarang,” perintah Fohl pada adiknya.
“Aah! Onii-sama, lepaskan aku! Aku tidak bisa membiarkan Raphtalia-san menang!” Tolak Atla.
“Terserah kalian, yang penting aku mau mandi sekarang,” kataku pada mereka.

Aku bisa saja istirahat disini, tapi aku ingin cepat-cepat berendam dan melemaskan tubuhku.
Alasan aku tidak bisa masuk pemandian di Siltvelt, itu karena ada kemungkinan aku disergap lagi. Oleh karena itu di Q’Ten Lo semuanya terdengar lebih mudah.

“Atla-san. Aku pasti tidak akan membiarkanmu menyergap pemandian Tuan Naofumi, mengerti?” sebut Raphtalia.
“Aku pasti akan mengalahkan Onii-sama dan Raphtalia-san lalu berendam bersama Tuan. Naofumi!” Seru Atla.

Hah... aku penasaran kenapa sebuah pertengkaran terjadi diantara kedua perempuan demi mempertaruhkan siapa yang akan berendam bersamaku.
Hmm, aku rasa ini waktu yang tepat untuk mengajak Ren. Pemandian air panas Q’Ten Lo cukup efektif melawan kutukan.
Aku rasa Itsuki akan ikut mandi bersama Rishia.
Rishia merasa khawatir apa yang akan terjadi jika dia meninggalkan Itsuki sendirian, jadi dia tidak bisa memalingkan pandangannya dari Itsuki.

“Raphtalia, aku akan berendam bersama mereka, jadi hentikan Atla,” aku memberitahunya sambil menunjuk Ren dan sepupu Raphtalia.
“Baiklah.... tapi aku sedikit lelah karena terus bertengkar karena ini.....” keluh Raphtalia.
“Dia tidak akan berhenti meskipun aku menyuruhnya. Mungkin aku bisa menggunakan Fohl sebagai pengalihan serangan Atla ke Raphtalia.”

Ada pemandian air panas juga ketika aku mengunjungi tempat kelahiran Atla dan Fohl.
Kolamnya lebih besar.
Atla masuk ke pemandian setelah aku berendam disana, yang mana itu membuatnya sedikit lebih tenang.

“Fohl. Apa kau sudah siap dibenci oleh Atla? Aku rasa itu sudah cukup menjadi bukti untuk kita melakukan saling membasuh punggung didalam sana.” Kataku padanya.
“Uh, aku tidak akan mengikuti godaan seperti itu!” Tanggap Fohl.

Apa ini hanya imajinasi saja? Atau dia memang baru saja memikirkan itu?
Banyak hal terjadi, jadi itu yang membuatku mengajak Ren dan sepupu Raphtalia untuk berendam.

“Bagaimana keadaan kutukanmu sekarang?” aku bertanya kepada Ren sambil melepaskan pakaianku.
“Aku rasa hampir semua kutukan sudah hilang,” jawab Ren.
“Baguslah kalau begitu.”

Aku juga melihat keadaan tubuhku sendiri.
Iya.... tubuhku sudah lebih baik daripada waktu aku baru saja kembali dari dunia Kizuna.
Kutukan ini tidak bisa sembuh dengan waktu yang singkat, tapi aku merasa baikkan setelah membasuh tubuhku dengan di pemandian air panas, kutukan, rasa pegal semuanya terasa menghilang lebih cepat.
Waktu telah berlalu cukup lama setelah semua itu.

“Aku belum mengunjungi Kepulauan Cal Mira lagi, tapi sebaiknya kau atau Itsuki pergi kesana lagi.”
“Maksudmu kita harus mempelajari hal lain seperti membaca prasasti yang berada disana? Aku tahu.”
“Meskipun begitu, kita tidak bisa membiarkan pertahanan desa menurun,” sebutku. “Jika kita mengurangi berdagang keliling karena kemungkinan diserang bandit, maka itu juga akan mempengaruhi keuangan Melromarc. Kita perlu melindungi mereka juga....” lanjutku.

Aku sepenuhnya membiarkan Melty mengurus permasalahan itu.
Sulit untuk menentukan mana yang harus diutamakan.
Karena pahlawan harus ikut andil, namun masalah muncul setelah aku membawa Itsuki.
Ren tidak bisa berenang, jadi cukup berbahaya jika penyerangan terjadi ketika kita sedang dalam perjalanan pulang. Dia memang berusaha untuk belajar berenang, jadi aku tidak bisa menyalahkannya.
Dan salahku sendiri membawa Itsuki kemari.
Bagaimanapun juga, jika Ren pergi kesana dan masih kesulitan dalam membaca huruf sihir, maka rencana pergi kesana akan sia-sia selain mendapatkan titik teleportasi.
Naik perahu diperlukan waktu satu hari untuk sampai kesana..... akan aku putuskan di lain waktu saja.

“Oke, baiklah jika kita tidak segera berendam, Atla mungkin berhasil mengalah Raphtalia dan yang lain, jadi sebaiknya aku kita cepat masuk.” Kataku.
“Benar.....”

Aku dan Ren masuk kedalam pemandian.... aku rasa ini pertama kalinya setelah kunjungan Kepulauan Cal Mira.
Tapi waktu itu aku tidak mengajaknya.
Kemudian aku melirik sepupu Raphtalia yang terdiam dari tadi.

“Kau tidak akan masuk?”

Dia sudah melepas pakaiannya dan sudah siap.
Melihat penampilannya yang masih kecil, aku teringat kembali dengan Raphtalia ketika masih kecil, telinga dan ekornya terlihat sama.
Dia seorang laki-laki, tapi penyebab dia terlihat imut adalah karena pengaruh dari Raphtalia, mungkin?

“Oh, iya.” Kata Sepupu Raphtalia.

Iya, kita tidak bisa berbincang lama-lama disini.
Aku memasuki tempat pembersihan bersama sepupu Raphtalia.

“Mau aku bantu menggosok punggungmu? Aku sudah bisa menggosok punggungku sendiri loh!” Serunya.

Sebelum jabatan Kaisar Surgawinya diambil, dia diurus layaknya bocah manja bahkan dia tidak tahu cara menggosok punggungnya dengan benar.
Setelah aku memberitahunya untuk melakukan semua yang dilakukan pelayan untuknya, dia mengerti dan melakukan semua itu tanpa mengeluh.

“Ayo kita saling menggosok punggung!” Tawar sepupu Raphtalia.
“Jangan katakan sesuatu yang akan Filo katakan.....”

Budak desa juga terkadang menawarkan hal yang sama, tapi penawaran seperti inilah yang aku maksud dari anak kecil ingin terus dimanja.

“Kau tidak mau?” Tanyanya.
“Baiklah.... kita sesama pria, aku rasa boleh saja.” Jawabku.

Ketika aku berbicara itu, Ren tersenyum perlahan seperti sedang melihat sesuatu yang mengharukan. Sebagai balasannya, aku memelototinya.
Lalu dia sekejap memandang ke arah lain.

“Ayo kita cepat selesaikan.”
“Iya!”
“Yosh!”

Sebelum kami berendam..... sepupu Raphtalia memandang perisai dan pedang Ren.

“Dalam Q’Ten Lo ini Implementasi Roh, kan? Ini senjata terkutuk yang tidak bisa dilepaskan meskipun penggunanya ingin mandi.” Jelasku padanya.
“I-iya....”

Rasanya sangat mengganggu sekali. Aku harap ini bisa dilepaskan walaupun hanya saat mandi saja.

“Ini bukan masalah, selama kami menempatkannya di bagian tertentu dari tubuh kami.”

Ren mengubah pedangnya dengan pedang kecil yang telah dia buka, sebelum menempatkannya di pinggang atau belakang lengannya.
Aku juga mengubah perisaiku menjadi kecil. Aku sudah terbiasa sekarang.

“Baiklah, ayo kita segera mandi.”

Begitulah yang terjadi, lalu kita menuju pemandian air panas, tapi....

“Ara?”

.... Terjadi lagi?

“Huh? Shildina?” sepupu Raphtalia terkejut.
“Wah!?” Ren langsung bersembunyi setelah melihat Shildina di dalam pemandian air panas, dia menggunakan pintu pemandian sebagai pelindungnya.
“Yahoo~ Naofumi-chan~” sapa Sadeena.


Dan ada Sadeena. Dia juga sedang berendam.
Kenapa Paus Pembunuh bersaudari berada di pemandian air panas ini?

“Ini pemandian pria. Bagaimana caranya kalian bisa berada disini?” Tanyaku.
“Ketika aku ingin memasuki kastil, Shildina-chan tiba-tiba melompati pagar. Jadi aku mengikuti. Onee-san juga terkejut bisa sampai sini,” jawab Sadeena.
“Kau sendiri tahu bukan? Adikmu buta arah!”
“Aku mengira ini adalah jalan pintas yang biasanya kugunakan untuk pergi ke kastil. Aku ragu bisa sampai kastil jika melalui jalan biasa,” sebut Shildina.
“Kau seharusnya mempercayai jalan yang dilalui Sadeena!”

Kemudian Shildina melirik Sadeena sejenak, lalu memalingkan pandangannya.
Apa dia masih iri kepadanya?

“Shildina, aku rasa jalan yang kau sebutkan berlawanan.” Sebut sepupu Raphtalia sambil menunjuk ruang ganti. “Seingatku ada jalan yang biasa Shildina lalui, tapi jalan itu berada disebelah sana melewati taman zen,” lanjut sepupu Raphtalia.
<TLN: Taman zen itu taman batu, untuk lebih jelasnya liat gambar dari sini saja https://en.wikipedia.org/wiki/Japanese_rock_garden >

Ketika aku memelototi Shildina, dia kebingungan sendiri.

“Wanita baik pasti memiliki sisi menakjubkannya tersendiri. Naofumi-chan, kita sudah terlanjur berada disini, jadi ayo kita nikmati saja pemandian campuran ini bersama,” kata Sadeena.
“Jangan dekati aku dengan cara yang serupa dengan Atla.”

Dari yang aku lihat, sudah terlihat jelas Sadeena tahu bahwa ini adalah pemandian pria.

“Dia tidak menghentikanku.” Kata Shildina sambil melihat Sadeena.

Oh, jadi begitu. Dia memang mempercayai Sadeena dan melompati pagar itu, kemudian dia berakhir di pemandian pria.
Itu berarti Sadeena ikut melompati pagar setelah mendengar pembicaraan kami di ruang ganti.

“Hmm?” Sadeena mencoba untuk menutupi itu.
“Jika kalian berdua sudah kembali, berarti masalah disini sudah selesai?” Tanyaku pada mereka.
“Iya, kami telah memberikan hukuman kepada penyerang dari dalam tanah air kami.” Jawab Sadeena sambil mengangkat harpoon yang terhias bagus. “Ini senjata yang diwariskan keluargaku,” lanjut Sadeena.
“Oh....”

Itu terlihat sangat lancip.
Nama dari tombak itu terlihat dihadapanku, Water Dragon Harpoon dan Scepter.
Tapi, meskipun aku tidak bisa melihat kemampuan tombak ini, aku yakin ini tombak yang bagus.
Aku tidak bisa menggunakannya karena bukan perisai.
Keduanya adalah alat penyerangan jarak jauh..... mungkin Motoyasu bisa menggunakannya, karena dia Pahlawan Tombak.
Aku benar-benar melupakannya, aku harus membuat Motoyasu berada dipihakku secepat mungkin.
Dia dimana sekarang? Apa yang dia lakukan sekarang..... sebenarnya, aku tidak mau berhubungan dengannya.

“Jika ada waktu, kunjungilah kampung halamanku. Pemandangan laut disana sangat indah.” Sebut Sadeena.
“Oke.”

Meskipun Shildina tidak suka dengan sifat kakaknya, dia masih menurut kepadanya.

“Q’Ten Lo memiliki monster dengan jumlah Exp yang banyak, aku rasa itu bukan ide buruk, Naofumi.” Perkataan Ren terdengar gugup, mungkin itu karena tubuhnya terlihat oleh Sadeena dan Shildina.
Ya, aku bisa mempertimbangkan perkataannya.

“Aku ingin mereka melihat pencapaian besar kami dan memperkenalkan calon pasangan kami di masa depan.” Kata Sadeena.
“Po....” Shildina tersipu.
“Kalian berdua jangan mengatakan hal-hal yang aneh!”

Astaga, mereka berdua ini.... aku berpikir kedua orang tua mereka akan sangat ketakutan, gemetaran saat mereka berkenalan denganku..... aku tidak mau itu terjadi.
Aku tidak tertarik dengan hal seperti itu, tapi aku tidak bisa terus berdiam diri saja.
Padahal, akulah orang yang memerintahkan mereka berdua untuk menghancurkan kampung halaman mereka sendiri, aku sedikit simpati kepada orang yang tinggal disana.
Ya, mereka termasuk bagian busuk kekaisaran, aku rasa mereka menerima pelajaran yang setimpal.

“Shildina, kau menyukai kak perisai juga?” Tanya sepupu Raphtalia.
“Iya.... ketika aku kembali ke desa bersama Sadeena, aku merasa senang mengamuk disana. Lalu, kekuatan Naga Air kembali ke kuil desa,” jelas Shildina.

.... Setelah mereka berdua kembali dan menghancurkan kampung halaman mereka sendiri, berkah yang diberikan kembali..... aku tidak suka itu.

“Sepertinya Naga Air memutuskan untuk pergi dari sana setelah kita sampai di kekaisaran. Penyebabnya adalah orang-orang yang bersama dengan pemerintahan Makina,” kata Sadeena.
“Naga Air sendiri mengatakan bahwa kita semua tidak bersalah,” tambah Shildina.
“Mungkin saja, mulai sekarang Naga Air tidak akan berbicara kepada orang lain selain kita. Aku rasa itu pelajaran yang pantas untuk penghuni desa itu,” sebut Sadeena.
“Berarti Naga Air hanya akan mengamati desa itu sebelum mereka berubah?” Tanyaku pada mereka.
“Iya. Tapi, Shildina-chan akan melakukan pekerjaan Miko Naga Air seperti biasanya dengan teratur. Kita sudah menjanjikan hal itu.” Jawab Sadeena.

Shildina terlihat tidak puas dengan keputusan itu.

“Baiklah, apapun keputusannya, kau akan berada di tempatku untuk sementara waktu.” kataku pada mereka.
“Iya, aku mengerti,” balas Shildina.
“Baiklah,” aku meletakan kedua lenganku dipinggul, kemudian berkata kepada mereka berdua yang berendam di pemandian air panas. Aku tidak mau lama-lama berbincang ditempat seperti ini, nanti aku bisa masuk angin. “Kalian berdua, cepat keluar dari pemandian air panas. Kami masih belum berendam.”
“Perlukah aku membersihkan tubuhmu?” Tanya Shildina.
“Tidak perlu.” Jawabku.
“Ara?”
“Kau tidak mau bersenang-senang di pemandian air panas~? Ayo kita minum bersama~!” Seru Sadeena dengan semangat.
“Cepat pergi ke pemandian wanita dan minum sepuas mungkin disana. Atau kau bisa bantu Raphtalia sekarang. Mungkin Atla sudah tidak terkendali sekarang,” kataku pada mereka.
“Oh~? Maka aku mungkin akan berada dipihak Atla-chan,” seru Sadeena dengan penuh gairah.
“Jangan bercanda. Hentikan!”
“Maka, berbeda dengan Sadeena, aku akan berada dipihak Kaisar Surgawi dan Naofumi-chan,” sebut Shildina.
“Bagus sekali. Itu pilihan terbaik.” Pujiku padanya.
“Oke.”

Secara tiba-tiba Shildina pergi meninggalkan pemandian air panas dan lari menuju ruang ganti.
Apa dia termotivasi karena pujian yang aku berikan barusan?

“Oh, jadi kau ingin dapat point juga, Shildina-chan~? Onee-san tidak akan kalah darimu~!”

Sadeena mengedipkan sebelah matanya lalu meninggalkan pemandian air panas.
Ya ampun.... aku tidak tahu apa hubungan kakak beradik itu baik atau buruk.

“Wanita keluar dari pemandian pria... yang masuk pertama adalah wanita itu sendiri....” gumam Ren yang baru saja keluar dari ruang ganti.
Aku tidak bisa membayangkan Ren lagi sebagai pria yang berpura-pura keren dan mengincar keberuntungan dalam kesempitan terjadi. Sekarang dia berbeda.

“Kau tidak perlu memikirkannya. Oke, ayo kita segera mandi.”
“Ayo!” Seru sepupu Raphtalia.

Aku segera memandu sepupu Raphtalia dengan cepat dan membuatnya duduk di kursi. Kemudian aku membasuhnya dengan air panas yang telah aku siapkan di ember.
Aku merasa ada kebisingan dari luar, mungkin itu berasal dari depan ruang ganti tapi aku tidak memikirkannya.
Filo biasa memasuki pemandian air panas dengan melompati pagar pembatas, itu karena dia ingin bermain denganku.

“Aku merasa aneh saja, disini terasa lebih melegakan..... tapi Naofumi, kau tidak terkejut sedikitpun,” kata Ren.
“.... Aku sudah terbiasa. Aku juga merasa sedih karena terbiasa akan hal ini.”

Ketika kita sedang berbincang, aku melihat Ren sedang memperhatikan pagar.

“Aku harap kau tidak berencana mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti waktu kita berada di Kepulauan Cal Mira.” kataku pada Ren.
“Akut tidak akan melakukan itu!”
“Apa kau yakin? Waktu itu kau diberi hukuman untuk duduk posisi seiza oleh mereka kan?”
“....Iya, kau benar, waktu itu aku memang berniat untuk melakukannya.”
<EDN: Kalau yang lupa, mereka berniat buat ngintip waktu itu awkk>

Kau mengakuinya semudah ini.

“Saat itu, aku memang menganggap akulah yang terkuat di dunia, dan sangat yakin aku bisa melampaui dirimu dan pahlawan lain.”
“Jangan bahas hal negative terus menerus. Aku hanya mengira kau mencari kesempatan dalam kesempitan dari kejadian barusan.”

Aku menunjuk ke arah pemandian wanita.
Dengan bantuan dari statistik tinggi, melompati pagar pembatas itu adalah hal yang mudah. Aku rasa mengintip adalah hal yang mudah.
Tapi, aku tidak mau mendapatkan masalah tambahan.
Sepupu Raphtalia menyabuni handuk sebelum mengelap dan membersihkan tubuhnya.
Aku juga melakukan hal yang sama.

“Ada baiknya jika kau menjauh dari pagar pembatas, jika kau tidak mau mendapatkan masalah lain,” kataku.
“Iya....”
“Mungkin kau sudah mengerti ini, Ren, tapi akan aku ingatkan kembali. Jangan melakukan sesuatu yang membuatmu tidak dipercaya,” kataku pada Ren.
“Iya, aku memang ingin menjadi lelaki yang bisa dipercaya.”
“Bagus. Aku akan membasuh tubuhmu, oke.” kataku pada sepupu Raphtalia.
“Iya.”

Selesailah, aku memandikan sepupu Raphtalia. Dia orangnya mudah ditebak, tidak sulit untuk mengurusnya.
Aku merasa seperti Raphtalia memiliki adik dan aku sedang mengurusinya.
Setelah membersihkan tubuh, kita memasuki pemandian air panas.
Ngomong-ngomong, ketika aku memasuki pemandian, pertarungan Atla dan Raphtalia sangat menegangkan.


Keesokan harinya.
Kita kembali ke Melromarc, dan menuju Desa Lurolona bersama dengan Shildina dan sepupu Raphtalia. Tentu saja kita kembali bersama Raphtalia dan Sadeena juga.

“Ah, Bubba dan yang lainnya sudah pulang!” Keel melihat kami dan dia langsung menghampiri kami. “Bubba, bagaimana keadaannya? Apa kau menang?”

Melihat Keel yang mendekati kami sambil melambai-lambaikan ekornya, sepupu Raphtalia terlihat sedikit takut sambil meliriknya dibelakangku.

“Hei, ada anak yang mirip Raphtalia-chan!” Seru Keel.
“Iya, dia adalah sepupu Raphtalia. Dia masih belum mahir bahasa Melromarc, jadi kau ajari dia nanti,” kataku padanya.
“Se- Senang bertemu denganmu....”
“Namaku Keel! Sekarang kita akan terus berteman!” Balas Keel dengan senang.
“I-Iya. Kau seperti boneka buatan S’yne-san.”

Ya, dia tidak salah. Keel memang model boneka S’yne.

“Ngomong-ngomong, anjing kecil ini adalah betina.” kataku pada sepupu Raphtalia.
“Eh?”
“Bubba!”

Sepupu Raphtalia terkejut dengan apa yang aku katakan, dan Keel merasa sebal sambil berteriak.
Aku penasaran jika dia masih berimpian menjadi seorang lelaki. Menurutku wujud anjingnya sangat jauh dari anjing pejantan.

“Dan...” Keel melihat Shildina.
“Ara?”
“Siapa orang ini? Dia sama seperti Sadeena-neechan.”
“Dia adalah adikku. Umurnya hampir sama seperti kalian semua, jadi kalian bisa berteman dengannya, oke?” Sebut Sadeena.
“Dia sangat buruk dalam menentukan arah, jadi dia mungkin akan menghilang tiba-tiba jika kau tidak menuntunnya dengan baik.” kataku pada Keel.
“Eh? Sungguh?” Tanyanya.
“Iya...” Shildina mengangguk meminta maaf. Aku memahami keadaannya, tapi dia masih belum bisa berbicara dengan baik. Dia perlu belajar juga.

“Dia juga memiliki masalah yang sama seperti kalian semua, jadi jangan merasa sungkan dan coba untuk berteman dengannya,” kataku.
““Iya~””

Semua budak desa mengangguk, lalu Shildina dan sepupu Raphtalia malu-malu untuk berbaur dengan mereka.

“Kau adiknya Sadeena-neechan, kau pasti sangat hebat!” Seru Keel.
“Aku tidak akan kalah dari Sadeena. Aku pasti akan menang.”
“Oh! Kalau begitu, ayo kita main?” Tanya Keel.
“Kalian semua boleh main, tapi jangan lupa selesaikan pekerjaan kalian,” kataku.
“Iya, aku tahu itu~!”
“Haa... akhirnya kita pulang ke desa,” kata Raphtalia.
“Iya.”

Setelah aku pikirkan kembali, perjalanan itu sangat panjang.
Aku tidak mengira akan ada kekacauan seperti itu terjadi, padahal aku hanya ingin membuat Raphtalia mengenakan pakaian Miko saja.
Bagaimanapun juga, aku tidak bisa lama-lama berada di desa.
Masih ada banyak urusan yang harus aku selesaikan setelah ini, sekarang aku akan beristirahat sejenak, dan mengurus sisanya nanti.

“Tuan. Naofumi, jika kau tidak segera kembali ke Siltvelt, maka kau tidak bisa menyelesaikan tugas utamamu hari ini.” Atla mengingatkanku.
“Uh... Aku tahu.”

Masih ada hal yang harus aku selesaikan di Siltvelt.
Itu akan memakan banyak waktu sebelum aku bisa tinggal lebih lama di desa.
Setidaknya, aku bisa berbicara dengan Pahlawan Tujuh Bintang Siltvelt.
Dan aku harus menenangkan orang-orang disana juga.
Agh... itu sangat merepotkan.

“S’yne, kita sudah tidak dihalangi lagi oleh barrier Q’Ten Lo, sekarang kau sudah bisa tenang.”

S’yne mengangguk perlahan, dia terus mengikuti kami secara diam-diam.
Ketika dia berada di Q’Ten Lo, aku membiarkannya menjadi pengawalku seperti yang dia inginkan.
Tapi dia sudah bekerja terlalu keras, sebelumnya aku melihat dia tidur ditengah malam. Aku ingin dia istirahat sekarang. Sepertinya dia ingin melindungiku.... maksudku, para pahlawan.
Atau mungkin karena musuh bebuyutannya masih berkeliaran di dunia ini.

“Baiklah, aku akan beristirahat sejenak di desa. Naofumi-san, kumohon jangan melakukan hal aneh.”

Boneka Keel mengatakan itu untuk S’yne, dan setelah menunduk dia pergi.
Ya, jika sesuatu terjadi kepadaku, pasti dia akan langsung berteleportasi, intinya aku ingin dia istirahat sekarang.

“Shildina-chan, apa kau suka main kartu?” Tanya Keel.
“Iya.” Jawabnya.
“Bagus, ayo kita main!”

Demikianlah, Shildina diajak bermain kartu oleh para budak di alun-alun desa.
Aku harap dia bisa memahami bahasa sini selagi bermain.

“Baiklah, waktunya bekerja.” Kataku.

Sebenarnya, aku ingin terus latihan dan menaikkan level untuk mempersiapkan diri melawan musuh selanjutnya, tapi karena ada perkerjaan yang harus diselesaikan sekarang, aku mengurus itu tersebut dulu.

“Rafuu!”
“Hari ini kita akan melakukan wasshoi-wasshoi lagi!” Seru Filo.

Dengan senang Filo memperagakan posisi mengangkut Mikoshi.
Apa dia tidak akan menemui Melty?

“Iya.... Naofumi, kita akan pergi sekarang?” Tanya Ren.
“Haa.... Iya, kau benar.”

Kita berteleportasi kembali ke Siltvelt dengan skill teleportasi Ren.


Seperti biasa, aku dipaksa melakukan parade di Siltvelt.
Sudah berapa banyak kota yang kita kunjungi hari ini?
Memperkirakan kota yang sudah berada dalam daftar teleportasi Ren dan Itsuki, jika aku bepergian dengan Filo, maka tempat yang kita kunjungi pasti sangat banyak.
Atau, ini memang ide yang buruk untuk kita mengunjungi kota sekitar juga.

“Haaa.....”

Aku malas sekali..... dan yang paling menyedihkan adalah menduduki Mikoshi itu sendiri.
Aku merasa bosan setiap waktu berlalu.
Aku merasa sedang dipamerkan layaknya artis.... aku mulai lelah dengan semua ini.

“Jadi, Tuan Pahlawan Perisai, kota ini—“

Seperti itulah, cara mereka menjelaskan keunikan dan sejarah dari sebuah kota.
Raphtalia juga diberitahukan hal yang serupa di Q’Ten Lo.
Rupanya Ren dan Itsuki juga pernah mendengar ini dari rekan dan bawahan mereka ketika sedang berpetualang di Melromarc.
Kali ini, adalah kota bagian utara Siltvelt. Aku dengar kota ini sering melakukan bisnis dengan Shieldfreeden.
Aku penasaran sudah berapa kali Ren dan Itsuki berteleportasi.
Setelah aku tanya, ternyata mereka terburu-buru mengamankan titik teleportasi dengan menaiki naga yang telah disiapkan oleh Siltvelt. Sama halnya seperti saat mereka mendekati wilayah Spirit Turtle.

“Hm?” Lalu, aku melihat ada monumen batu menyeramkan atau makam tua dihadapanku.

Apa ini adalah tempat penyegelan yang serupa dengan Tyrant Dragon Rex, Orochi atau monster lain?
Raphtalia menyadari pandanganku dan mengerutkan alisnya.
Sepertinya, kita memiliki pemikiran yang sama.

“Benda apa itu?” Tanyaku untuk memastikannya.
“Penglihatan anda bagus sekali. Ini adalah kebanggaan kot..., bukan, ini adalah makam penyegelan monster legenda Siltvelt.”
“Makam penyegelan lain....”
“Menurut legenda, monster jahat tersebut disegel disini karena mencoba untuk mengambil keuntungan dari Empat Ras besar kami dimasa lalu.”
“Monster jahat...”

Aku jadi teringat kembali apa yang terjadi di Q’Ten Lo.
Ya, si wanita bajingan di Q’Ten Lo juga berasal dari Siltvelt.

“Bisa kau jelaskan legenda itu?” Tanyaku.

Aku menanyakan ini untuk berjaga-jaga.
Di Q’Ten Lo, setelah melakukan penelitian, diketahui bahwa monster yang disegel tersebut berasal dari legenda sebuah.
Makina memang mengatakan bahwa legenda harus dilupakan dan kita harus melihat masa depan, namun masa lalu itu sulit dilupakan.

“Tetapi.... kami tidak tahu monster apa yang disegel dimasa lalu.”

Apa-apaan ini!?

“Ya... itu karena perang sipil Siltvelt dan perang melawan Melromarc....”
“Iya, iya.”
“Tapi, anda tidak perlu khawatir, ada penjelasan yang tersisa mengenai itu.”
“Hmm.”
“Apa anda penasaran? Kami bisa mempersiapkannya untuk Tuan Pahlawan Perisai secepat mungkin setelah paradenya selesai.”
“Iya, segera persiapkan itu. Aku ingin melihatnya sebelum pergi dari sini.”

Hasil dari mengabaikan tempat penyegelan seperti ini, aku mendapatkan pengalaman buruk dari segel yang terbuka begitu saja.
Selagi aku memikirkan itu, parade terus berlanjut.

“Jadi, apa kau sudah mempersiapkannya....”

Ketika aku menanyakan itu ke bangsawan kota tersebut, dia segera membawakannya secara terburu-buru dan mulai menjelaskan semuanya.

“Iya, ini dia.”
“Baiklah, bacakan untukku,” perintahku.
“Ini adalah momen yang langka, bagaimana jika saya menjelaskannya didepan makam tersebut?”
“... Boleh. Aku juga ingin ingin melihatnya langsung.”

Penjelasan ini mudah ditemukan jika Rat dan Sadeena yang melakukan penelitiannya.... tapi aku akan melakukan itu dilain waktu.
Apa memungkinkan untuk meneliti sesuatu dengan bantuan dari The Way of Dragon Vein?
Akurasinya mungkin kurang, tapi aku bisa mengetahui sesuatu dan memahami keadaannya sedikit.
Atla itu buta, tapi dia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat mata biasa.
Oleh karena itu, kita pergi menuju makam tua yang telah kita lalui sebelumnya.
Seorang bangsawan yang seperti pemandu mulai menjelaskan asal usul makam tersebut sambil mengepalkan tangannya.

“Ada banyak penjelasan yang ditinggalkan dalam bentuk prasasti ini, di kota ini ada seseorang yang dekat dengan sesosok kuat yang ternyata adalah monster di waktu itu, dan dijelaskan bahwa makam batu ini adalah bukti penyegelan monster tersebut.”
“Hmm....”

Monster yang disegel.... aku teringat kembali familiar Spirit Turtle dan hatinya, yaitu Ost.
Dia sendiri yang mengatakan bahwa dirinya telah merencanakan sesuatu.
Kalau begitu, mungkin saja ada monster lain yang ingin melindungi dunia ini sama seperti Ost.
Dengan kata lain, Ost hanyalah seorang penjahat, aku rasa menyamarkan diri menjadi seorang wanita adalah rencana yang cukup menarik.

“Berarti, ada monster yang mencoba mengambil alih Siltvelt, lalu dia disegel oleh orang tersebut dimasa lalu?” Tanyaku.
“Iya.”
“Aku harap dia orang baik seperti Ost... namun, kita tidak bisa melakukan pengorbanan lainnya.”
“Jika memungkinkan, aku tidak mau bertemu dengannya.” Sebut Raphtalia.

Aku tidak mau mengalami hal seperti itu lagi.
Dari awal, Ost memang musuh kita. Dan dari pandangan kita, Spirit Tortoise adalah musuh yang harus dimusnahkan demi menyelamatkan dunia.
Ost sendiri tidak mau dikasihani.
Sepertinya aku tidak akan mengasihani orang yang serupa dengan Ost, itu dilakukan demi Ost.

“Aku tidak terima jika ada monster lain yang melawan gelombang selain Empat Binatang Surgawi yang sedang tertidur saat ini.... mungkin saja sisa Empat Binatang Surgawi.... gawat sekali jika Kirin dan Ouryu tersegel disini. Masih ada makam lain yang perlu kita selidiki.”

Aku tidak tahu ini pertanda baik atau buruk, tapi aku punya petunjuk mengenai empat monster tersebut.

“Melty-chan dan ratu sudah mengatakan padaku tempat penyegelan Phoenix. Aku rasa Siltvelt juga tahu tempat itu,” kata Raphtalia.
“Aku tidak tahu itu bisa digunakan atau tidak, tapi aku akan menanyakan ini kepada Ren dan Itsuki,” kataku.
“Onii-sama, apa ada cerita lama yang menarik di telinga Tuan. Naofumi? Seingatku ada kisah yang menceritakan suatu kerajaan dikuasai oleh monster jahat, bukan?” Tanya Atla pada Fohl, “Sebelumnya kau sudah pernah menceritakan itu padaku.”
“Kerajaan dalam kisah itu bukan Siltvelt, tapi adalah kisah dari rubah ekor sembilan.” Jawab Fohl.
“Rubah ekor sembilan.... aku rasa wajar jika ada cerita seperti itu,” kataku.

Rubah ekor sembilan pasti lebih dikenal daripada Spirit Tortoise.
Itu sangat terkenal dalam legenda Sesshoseki. Seorang wanita yang sangat kuat, banyak nama-nama terkenal seperti Tamamono Mae, Qian, dan Lady Huayang.
Setelah memainkan banyak game, itu adalah cerita yang pasti kalian semua ketahui.

“Um~! Ada cerita keren yang dijadikan musik, kan? Firo tahu itu!”
“Iya, kisah heroik terkadang dijadikan sebuah lagu oleh penyair. Kau tidak salah.”

Jika dalam game, biasanya itu dijadikan sebagai petunjuk. Namun, itu hanya berlaku dalam game saja.

“Apa ceritanya boleh dilanjutkan?”
“Silakan.”

Setelah menunggu perbincangan kami selesai, bangsawan kota tersebut melanjutkan penjelasannya.

“Dimasa lalu, dijelaskan ada seorang pengembara yang berasal dari timur. Pengembara itu menyadari identitas monster yang menyamar di Siltvelt, lalu dia mengejar monster itu dan menyegelnya disini.”
“Dari timur....”

Aku melihat Raphtalia.
Bukan hanya aku saja, melainkan semua yang bersamaku melihat Raphtalia.
Dari timur, yang berarti dari arah Q’Ten Lo berada.

“Bukankah dia adalah leluhurmu, Raphtalia-san?” Tanya Atla.
“Pengembara dari cerita tadi adalah leluhur Kakak?” Kata Fohl sambil menatap iri kepada Raphtalia.
Rupanya Raphtalia tertawa kecil. “.... Itu bisa saja. Mungkin kita bisa tahu cara segel ini bekerja dan aku rasa kita bisa memperkuat segel ini juga.” Ketika Raphtalia mengatakan itu, dia berjalan mendekati makam tersebut dalam keadaan ekornya yang menggembung. “...Huh?”
“Ada apa?” Tanyaku.
“Tidak ada apa-apa disini. Segelnya juga tidak ada. Ini hanya makam biasa.” Sebutnya.
“Hm? Apa kau yakin? Atla, kau bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat mata telanjang, kan? Coba kau cari tahu bersama Raphtalia.”
“Baiklah!”

Kali ini, aku menggunakan The Way of The Dragon Vein dan aliran Kii untuk memastikan kebenaran makam tersebut.
Iya. Memang tidak ada bukti penyegelan atau sisa monster. Itu hanya terlihat seperti tempat penyegelan saja.
Setidaknya aku bisa lega dengan hasil penyelidikan ini.

“Sepertinya dulu, dulu sekali memang ada segel disini....” kata Raphtalia.
“Sudah berapa lama segel itu berada?” Tanyaku padanya.
“Aku belum banyak melihat segel seperti ini, jadi aku tidak bisa memberitahu kapan pastinya, tapi aku yakin segel ini sudah hancur dari lama.” Kata Raphtalia.

Hmm..... Dia tidak yakin sepenuhnya, tapi segel ini sudah hancur dari dulu.
Apa segelnya dibuka dan monster yang disegel telah dimusnahkan? Atau memang segelnya hancur dengan sendirinya?

“Aku harap ada tulisan kuno yang tersisa disana.” Gumamku.
“Jika dilihat sekilas, memang tidak ada. Jika saja ada huruf pahlawan, mungkin Tuan Naofumi akan terbantu,” kata Raphtalia.
“Iya, kau benar.”

Baguslah, aku bersyukur makam ini tidak berubah menjadi hal buruk.

“Berdasarkan hasil penelitian yang mengunjungi berbagai tempat, tempat seperti ini sudah dihancurkan, jika anda sangat khawatir mengenai hal ini, maka kami bisa menelitinya lebih lanjut?”
“Aku rasa tidak baik untuk meruntuhkan bebatuan tempat ular berada....”
<TLN: Bagi yang bingung, ular itu suka tinggal di bebatuan, apalagi batunya sudah lama ditinggalin sebaiknya kalian jangan asal mindahin batu disana ya.>

Di Q’Ten Lo, segel monster tersebut dan The Way of Dragon Vein saling terhubung, jadi kita bisa memperkuat segelnya dan mempertahankan segel awal, tapi jika di Siltvelt, mungkin segelnya bergantung pada tempatnya.
Tetapi, cukup menyeramkan jika keberadaan monster menghilang begitu saja tanpa ada yang mengetahuinya.
Apa monsternya segera pergi setelah mengetahui segelnya hancur?

“Jadi apa penjelasan dari penduduk sekitar?” Tanyaku.
“Ada banyak penjelasannya, seperti monster yang disegel adalah monster kucing....”

Seperti siluman kucing?

“Penjelasan pengembara itu juga disebarkan baik dari dalam maupun luar Siltvelt, jadi mungkin akan ada hasil memuaskan jika kami melanjutkan penelitiannya.”

Pengembara yang berasal dari Q’Ten Lo.
Setelah mendapatkan kekuasaan, aku tidak mengira dia akan menyegel monster sejauh ini, sepertinya leluhur Raphtalia sangat liar jika sedang berada diluar Q’Ten Lo.
Ya, mungkin saja dia sedang menjalani tugas penghentian pahlawan diluar sini.

“Tuan Naofumi, waktu parade selanjutnya sudah dekat,” kata Atla.
“Iya, aku tahu. Ayo kita pergi kesana.”

Demikianlah, penyelidikan makam mencurigakan di Siltvelt berakhir, kita melanjutkan paradenya setelah itu.




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan