Rabu, 31 Maret 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 210. Iri

  Chapter 210. Iri


 
Motoyasu mengambil bendera yang ada di ujung tombaknya. Kemudian dia memasukkan bendera itu kedalam mulutnya dan menariknya sekuat tenaga hingga rusak.  Lalu dia menatapku dengan tatapan cemburu.

"Bukankah ini semua adalah salahmu!? Kenapa kau malah melihatku seperti itu!?"
"Tidak boleh, Ayah! Incest adalah kejahatan yang paling hina! Ini bukannya karena aku merasa cemburu!"
"Jangan berpura-pura sialannn!"
<TLN : Incest adalah hubungan seksual dengan orang yang sedarah. Contoh : keluarga, ayah, ibu, anak, dll>

Filo terus mendekatiku selangkah demi selangkah.
Apa aku sebaiknya mulai melarikan diri?
Kurasa dia hanya mendekati perlahan karena aku ada didalam jarak serangnya.
Baiklah, aku akan mengaktifkan segel monster. Sayangnya layar yang aku lihat hancur total. Langkah selanjutnya adalah, mengeluarkan Filo dari party!

"Meteor Shield!"
"Menganggu saja—“

Meteor Shield yang kupasang langsung hancur dalam sekali serang! Hei, hei! Ini sangat buruk. Besar kemungkinan aku dikalahkan oleh Filo!

"Cemburu sekali, aku sangat cemburu! Aku sangat cemburu sekali, Ayah. Karena dirimulah yang paling dicintai oleh Filo-tan!"
"Diamlah-!"

Memangnya kau pikir ini semua salah siapa!? Tombaknya Motoyasu... sepertinya tombaknya lah yang terus memberikan kekuatan kepada Filo. Ini mungkin memberikan efek untuk memperkuat kekuatan orang-orang yang memiliki hasrat tinggi. Benar-benar kombinasi yang merepotkan.

Hawa nafsu Filo yang sedang tinggi karena musim kawinnya ditambah dengan tombak Curse Series Lust yang memperkuatnya.

"Motoyasu, cepatlah ganti tombakmu!"
"Apa yang kau katakan, Ayah. Mana mungkin aku mau mengubahnya sekarang, ini adalah wujud cintaku kepada Filo-tan."
"Filo tercintamu akan menjadi gila jika kau tidak segera mengubahnya!"

Mengapa aku yang malah menjadi korban disini. Bukankah, biasanya situasinya terbalik?

Aku harus mengalahkan Motoyasu untuk menghilangkan efek cuci otaknya pada Filo... Tidak bisa dilakukan karena Filo sedang menggila. Berarti aku harus mengalahkan Filo dulu untuk menghilangkan efek cuci otak Motoyasu.

Jika tadi aku kalah balapan, maka Filo akan menjadi milik Motoyasu. Tapi sekarang malah aku yang akan dihabisi oleh Filo. Skenario macam apa ini!

"Tidakkkkk! Filo-taaaannnnn!"

Motoyasu langsung berlari kedepanku bertindak sebagai pelindung. Kemudian dia menghadap ke arah Filo dan mulai berteriak.

"Jangan dilakukan Filo-tan. Incest itu tidak baik!"
"Aku bahkan bukan orang tua kandung!"

Aku sudah lelah dengan semua drama ini.

"Filo-tan! Itu tidak baik!"
"Awas-"
"Nuah! Meskipun begitu. Aku akan menunjukkan kepadamu bahwa aku dapat menahanmu melakukan hal yang hina seperti ini!"

Apa yang sebenarnya terjadi disini, kenapa dia malah melindungiku? Aku ingin sekali menanyakannya kepada Raphtalia. Tapi dia tidak ada disini. Mungkin Raphtalia dapat mengerti situasi yang sedang terjadi. Bahkan dia mungkin tahu cara menghadapi tembok masalah ini.

"Sudah kubilang, cepatlah ganti tombakmu!"
"Goushijin-sama... Haa... Firo... Haa.. Nnn..."
"Argh! Ayah! Aku sangat iriiiiiiiiiii. Kau sangat dicintai oleh Filo-chan. Hatiku sakittt! Itulah perasaanku saat ini."
"Tutup mulutmu!"

Memangnya kau kira ini semua salah siapa!? Ini semua salahmu! Salahmu!

"Aku cemburu, aku sangat cemburu!"

Jangan menginjak-injak tanah seperti itu. itu sangat menjijikkan! Dan jangan pasang senyum menjijikkan itu saat kau sedang di serang oleh Filo!
Kenapa aku bisa mengetahui semua raut wajahnya, itu karena dia sedang berhadapan denganku. Dasar bodoh ini orang.

"Iri sekaliiii....."

Apa!? Aura kegelapan mulai keluar dari tombak Motoyasu. Bendera yang terpasang di ujung tombaknya mulai terlepas... Dan ujung tombaknya mulai terlihat

...Tapi kenapa ujung tombak Motoyasu terlihat mosaik seperti sedang di sensor?

"Ap... apa..."

Aku melihat ke asal suara itu, aku melihat Melty dengan wajahnya yang memerah. Rishia juga sedang berdiri menutupi wajahnya yang kemerahan menggunakan kedua tangan.


"Apa-apaan bentuk ujung tombak itu!" Suaranya memecahkan keheningan.
"Umm... Melty, apa kau bisa melihatnya?"
"Kau tidak melihatnya, Naofumi!?"
"Aku tidak melihat ujung tombaknya dengan jelas... itu terlihat samar."
"Fueee... Aku bisa melihatnya..."

Apa? Aku tidak bisa melihatnya karena di sensor, tapi Melty dan yang lainnya dapat melihat dengan jelas.

"Apa kau tidak bisa melihatnya, Naofumi!?"
"Memangnya bentuk ujung tombaknya seperti apa?"

Aku sangat penasaran karena hanya akulah satu-satunya disini yang tidak bisa melihatnya. Lagi pula kenapa Aku tidak bisa melihatnya?

"Itu adalah pelecehan seksual! Jika yang mengatakannya bukan kau Naofumi, pasti kau sudah dihukum dengan sangat berat! Kau berkata seperti itu karena ingin meledekku kan!"
"Pelecehan seksual... huh?"

Hmm... Memangnya bentuk seperti apa ujung tombak itu? Jika mengambil referensi dari televisi, maka hal-hal yang biasanya di sensor adalah... Tidak mungkin. Kalau begitu kenapa tidak pernah ada sensor saat banyak potongan tubuh monster yang tampak horor dimana-mana.

Kalau begitu kemungkinan besarnya adalah *****.  Game macam apa yang memiliki tombak seperti itu. Tombak yang bisa memberikan damage dua kali lipat kepada wanita.

Aku melihat baik-baik tombaknya Motoyasu sekali lagi. Terdapat ornamen kalajengking dan ular terpasang di pegangan tangannya. Dan ujung tombaknya terlihat di sensor.

"A-Ayah..."

Dia masih terus memanggilku Ayah. Meskipun sedang ditelan oleh Curse Series dia terlihat masih menghormatiku. Mungkin Aku akan menerima kekalahanku.

"Aku akan mencuri anakmu dengan tombak ini. Lust Envy Spear IV."

...Haa. Aku sudah muak terlibat ke dalam semua drama ini.

"Filo-tan! Aku akan menghentikanmu, dan mengambil kesucianmu!"

Motoyasu mengarahkan tombaknya ke arah Filo... Hei! Kemana kau mengarahkan tombak itu. Jangan arahkan ke bagian bawah tubuhnya.

"Uuu... Firo tinggal diam jika kau terus menghalangi jalanku."

Filo mulai terlihat serius, dia mengambil kuda-kuda dan mengumpulkan kekuatan. Filo dan Motoyasu perlahan saling mendekat dan mencari celah untuk menyerang.

"...Um, apa yang sebaiknya kita lakukan?"

Atla dan Melty saling bertanya apakah sebaiknya ikut campur dan melindungiku. Aku juga tidak tahu.

Lalu kenapa Motoyasu malah melindungiku? Dia bersikap layaknya teman yang dapat diandalkan. Kepalaku terasa sakit memikirkan semua ini.

"Aku tidak tahu."

Aku hanya ingin segera pulang. Tapi, saat ini aku tidak akan bisa pergi. Motoyasu mulai bergerak mengelilingi Filo dengan tombaknya yang mengarah kebawah. Hei! Kemana kau mengarahkannya!

"Keluarlah! Ressentiment!"

Lagi, aura gelap keluar dari tombaknya. Skill Temptation masih mempengaruhiku. Tapi, kali ini skill yang dia gunakan....

Hmm, entah kenapa aku mulai mengingat kembali kejadian saat Motoyasu dan Witch melakukan konspirasi kepadaku. Tapi, perasaan benci yang selalu kurasakan, aku tidak akan terpengaruh hanya dengan mengingat kembali kejadian itu. Tapi, tiba-tiba wajah Raphtalia melintas di dalam pikiranku. Skill macam apa ini sebenarnya?

"Uuu... Kepalaku terasa aneh."
"Fuee... Itsuki-sama."
"Onii-sama... Aku sangat iri kepadamu..."

Melty, Rishia, dan Atla mulai mengeluh kesakitan. Apa ini skill dengan tipe menyerang mental lawannya? Temptation juga salah satu skill yang menyerang pikiran lawannya. Motoyasu cukup hebat dalam bidang ini. Meskipun aku tetap membencinya karena telah menyerangku dan menuduhku memiliki perisai mencuci otak...

"Hei! Bertahanlah!"
"""Hah!?"""
"Apa yang kau rasakan?"
"..."

Melty langsung membuang mukanya. Selanjutnya, Rishia masih bergumam 'Fuee' seperti biasa.

"Aku melihat Onii-sama dan Tuan Naofumi sedang bermesraan bersama."
"Hei! Kenapa aku harus bermesraan bersama Fohl!?"

Sepertinya kekuatan dari tombak Envy adalah meningkatkan rasa iri dari dirimu... Rasa iri? Tidak aneh apabila semua orang memiliki satu atau dua rasa iri di hatinya. Tepat seperti dugaanku, itu adalah serangan yang menyerang pikiran lawannya. Tapi kenapa dia menggunakan skill seperti ini!

"Kekuatanku mulai bertambah."

Ah, meningkatkan kekuatanmu berdasarkan rasa iri yang meningkat dari orang disekitar.

"Akan kuberikan! Cintaku! Padamu, sayang!"

Motoyasu mengangkat tinggi tombaknya... Tubuh bagian mana yang kau incar?

"Jangan menghalangi jalanku-!"

Filo dapat menghindari serangan tombak Motoyasu. Mungkin dia dapat berterima kasih dari efek Curse Series. Gerakannya menjadi sangat cepat. Bahkan dia lebih cepat dibandingkan dengan Ren. Tapi, masih kurang cepat jika dibandingkan dengan Filo.

"Filo-tan! Meteor Spear!"

Bashii! Motoyasu menembakkan skillnya kearah Filo.

"Nnnngghhh!"

Filo menghindari serangan Meteor Spear Motoyasu dengan jarak setipis kertas. Dan langsung menendang dada Motoyasu.

"Gu... Tendangan dari Filo-tan. Aku sangat senang sekali..."




TLChopin
EDITOR: Bajatsu
Proofreader: Isekai-Chan

Senin, 29 Maret 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 209. Nafsu

 Chapter 209. Nafsu


 
"Menanggg~!"

Filo masih belum berhenti melakukan tarian kemenangan. Apakah dia sangat suka berkompetisi? Melty dan yang lainnya masih terlihat syok.

"Baiklah... Kalau begitu, pemenangnya bisa mendapatkan Filolial dari yang kalah, kan?"

Aku sebenarnya tidak membutuhkannya sama sekali. Tapi itulah yang menjadi taruhannya. Umm, jika dilihat-lihat lagi masing-masing dari mereka memiliki karakteristik yang berbeda.

Yang berwarna merah dengan gaya rambut pendek sepertinya memiliki kepribadian yang teguh dan kuat.
Yang berwarna biru dengan rambut panjangnya kelihatannya memiliki kepribadian sebagai wanita dewasa yang menawan.
Dan yang berwarna hijau dengan rambut diikat sepertinya cukup jinak, dia memiliki kepribadian penurut dan memimpin seperti Rishia.

Aku akan mengambil yang berwarna hijau. Filo juga memiliki kepribadian anehnya tersendiri, jadi aku tidak akan mengambil risiko dengan Filolial yang menyebalkan.

"Baiklah, serahkan yang terlihat pendiam itu. Yang berwarna hijau."
"Tidakkkkkk! Jangan ambil Midoriiiii!"

Motoyasu langsung memeluk mereka bertiga untuk melindunginya. Apakah namanya Midori? Aku tidak dapat berkomentar, tapi apa dia tidak memiliki selera yang bagus untuk memberikan nama? Aku sudah dapat menebak bahwa keduanya akan memiliki nama yang sama seperti warnanya.

"Lalu kau mau apa..."

Dia mengajakku untuk balapan dan menolak memberikan hadiahnya saat kalah, apa-apaan itu. Aku tidak tahu apakah kau perlu mengeluarkan semua isi pikiranmu. Tapi, mengurus Filo saja sudah membuatku kelelahan. Aku tidak butuh Filolial lagi.

"Mo-kun!"
"Mo-chan!"
"Motoyasu-san!"

Dia memanggilnya dengan panggilan yang sama! Lebih baik aku diam saja atau suasananya akan menjadi semakin berisik. Ketiganya memeluk Motoyasu dan mulai menangis bersama. Sehidup semati huh? Aku tidak butuh drama seperti ini.

"Ya sudah, kalian pergi saja. Jangan membuat masalah lagi.. Ikutilah perintah Ratu Filolial."
Bagus, misi telah selesai. Sekarang Filo juga akan menjadi tenang.

"Ayah!"
"Berhentilah memanggilku seperti itu!"

Jika boleh jujur, sepertinya keadaanmu menjadi semakin parah.

"Tolong berikan anakmu kepadaku."
"Jangan mulai lagi!"

Ah menyebalkan sekali... Kenapa juga kau malah meminta lebih setelah kalah pertandingan?

"Uuu... Akhirnya, sekarang aku sudah merasa lebih baik."
"Aku menemukan lokasi yang dapat menghilangkan mual."

Atla sudah mengobati keadaan Melty dan Rishia. Sepertinya penyembuhannya berjalan dengan cepat.

"""Muu-..."""

Para pengikut Motoyasu mengatakan hal yang sama seperti Filo. Pada akhirnya mereka memang mirip.

"Tidak-! Kalau sudah kalah, cepat pergi!"

Filo berteriak dengan kencang. Dia melakukan kebiasaannya yaitu, senang sekali mengejek orang. Ini akan memakan waktu untuk membuatnya diam dan Gaelion sedang tidak ada disini. Jadi, aku tidak ingin terlibat masalah yang akan ditimbulkan dari perbuatannya itu. Akan lebih baik jika kita cepat pulang.

"Sampaikan perasaanku pada Filo!"

Motoyasu tiba-tiba memegang tombaknya dan memasang kuda-kuda bertempur. Apa? Aku tidak mengenali tombaknya. Itu terlihat seperti tiang bendera dimana terdapat bendera berkibar di ujung tombaknya dan pegangannya berwarna hitam. Dan entah kenapa... Aku merasa bahwa itu adalah salah satu dari Seri Kutukan.

"Temptation!"

Aku melihat ada suatu ruangan seperti pelindung mulai mengelilingi tubuh Motoyasu.

"Ap-!"

Apa yang sebenarnya sedang dia lakukan. Di pikiranku muncul beberapa kata-kata yang tidak pantas. Skill ini memiliki banyak nama, tapi yang paling disebut adalah skill dengan tipe charm. Aku memfokuskan mataku dan menatap Motoyasu.

Huh? Apa? Kenapa Motoyasu menjadi tampan dimataku. Disekitarnya terdapat beberapa kilauan cahaya dengan background berwarna pink. Dan dia sedang mengenakan pakaian ala bangsawan.

Tidak mungkin... Dia seksi sekali... Jika dia menjadi setampan ini, mungkin aku akan jatuh cinta kepadanya...

"...Tidak tidak!"

Aku mengendalikan kesadaranku dengan menggelengkan kepala. Yang barusan berbahaya sekali. Aku hampir tiba pada titik dimana mungkin aku dapat kehilangan ingatan.

"Apa kalian baik-baik saja!?" Aku melihat ke arah Melty dan yang lainnya.
"Ah, iya. Aku baik... Barusan aku berpikir kalau orang itu terlihat sangat keren. Tapi sekarang aku sudah mendingan."
"Fuee... Aku sudah memiliki Itsuki-sama. Tidak boleh..."
"Apa maksudmu, Tuan Naofumi?"

Atla... Tidak menerima efek sama sekali, apa karena dia buta? 

"Tidak peduli apapun yang terjadi, hatiku sudah dirantai oleh Tuan Naofumi."
"Jadi begitu..."

Oh, iya. Motoyasu... Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?

"Hei kau-... Tombak apa yang sedang kau gunakan?"
"Ini adalah Lust Spear IV. Ayah."

IV! Bahkan lebih tinggi dari Wrath!? Pantas saja pikiranmu menjadi semakin gila. Aku penasaran kenapa dia selalu menjawab dengan jujur.

"Ayah. Jika Filo-tan menginginkannya, tolong restui pernikahan kami."
"Bukankah kau mencuci otak Filo menggunakan skill penggoda?"
"Ini berbeda! Ini adalah skill yang aku keluarkan untuk menyatakan cintaku pada Filo-tan!"
"Para wanita yang lainnya juga ikut tergoda. Bahkan pria juga terpengaruh."

Untuk apa kau mempelajari skill cuci otak. Meskipun aku juga ingin tahu apakah ada perisai cuci otak, tapi kenapa malah kau yang menggunakannya.
Sebelum otaknya rusak, Motoyasu selalu membahas kemampuan mencuci otak yang dia percayai telah aku gunakan kepada banyak orang.

"Aku tidak membutuhkan siapapun, aku hanya membutuhkanmu Filo-tan"
"Hmm..."

Tapi jika kuingat kembali rasa irinya terhadap Filo lebih besar dibandingkan dengan amarahku... Wow. Akhirnya dia bisa mengalahkanku. Aku ingin pulang sekarang.

...Filo diam saja sejak Motoyasu menggunakan skillnya.

"Filo?"
"Haa... Haa... Nnn...."

Nafas yang tidak beraturan ini, dia mulai lagi, huh? Keinginan terdalam Motoyasu. Ini sudah berakhir, apa aku harus menyerah? Apa aku harus memerintahkan Atla untuk mengembalikan Filo menjadi normal kembali? Di game RPG yang pernah aku mainkan efek dari skill charm dan confusion dapat membuat karakter menyerang temannya sendiri. 

"Baiklah Atla, sadarkan Filo."
"Siap!" Atla langsung menyerang Filo. Tapi...
"Haa... Haa..."

Dia tidak kembali menjadi normal.

"Filo-chan?"

Ah, dia tidak kembali. Mustahil mengalahkan Motoyasu tanpa bantuan dari Filo.

"Filo-tan! Aku disini!"
"""Muuuuuuuuuuuuuuuuuu!"""

Mengabaikan anak buahnya yang sedang kesal karena rasa cemburu, Motoyasu membuka tangannya lebar-lebar sambil menunggu Filo. Apa kekuatan sejati dari tombaknya adalah godaan? Dilain sisi... Rencana Motoyasu adalah-

"-shijin-sama. Adalah makanan."

Dia malah membalikkan badannya dan bergerak ke arahku. Kotak pandora telah dibuka, ini adalah hal terburuk dari yang terburuk. Filo mulai berjalan pelan ke arahku.

"Haa... Haa..."

Tatapannya terlihat lebih berbahaya dibandingkan dengan tadi pagi. Aku mulai merinding di sekujur tubuhku. Apa ini. Instingku mulai aktif seakan sedang berada di dalam bahaya. Detak jantungku mulai tidak teratur. Akan semakin buruk jika aku tidak segera pergi dari sini!

"Portal Shield!"

Skill kabur terbaik yang selalu aku andalkan ini gagal. Aku tidak akan bisa melarikan diri jika skill ini tidak bisa digunakan. Tapi...

Teleportasi gagal!?
Apa ini karena skill dari Motoyasu?

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi..."

Jika dilihat dengan lebih teliti... Ada semacam kabut hitam sedang yang mengelilingi Filo, dengan cahaya samar-samar mengambang di sekitarnya.

"...Sanctuary..."

Filo perlahan merapalkan mantra sihir. Mungkin itu adalah jenis yang sama dengan sihir yang biasa digunakan Gaelion. Dragon Sanctuary kalau tidak salah.

The Way of Dragon vein?
Tidak, Filolial tidak bisa menggunakannya. Tapi suasana dan keadaan di sekitar sini mirip saat Fitoria datang. Kenapa Filo tiba-tiba bisa menggunakannya.

Bagaimana caramu mempelajari teknik tersebut dengan sangat cepat! Bahkan aku membutuhkan waktu berjam-jam berlatih bersama Gaelion untuk mempelajarinya! Tidak, kalau aku tidak salah... Dia bisa melakukannya karena kepribadiannya sudah berubah.

"Fi, Fitoria! Bayar permintaanmu sekarang!"

Entah apakah dia dapat mendengar suaraku, Ahoge Filo mulai bersinar. Tapi, tidak ada efeknya sama sekali, dan sesuatu yang gelap mulai mengelilingi Ahogenya.

"Tuan Naofumi!" Atla berdiri di depan Filo.
"Awas!"

Filo dengan cepat memegang pundak Atla dan melemparkannya.

"Ah-"

Cepat sekali. Meskipun pergerakan Atla lumayan hebat. Tapi, tidak adil jika dibandingkan dengan Filo. Dia adalah anak buahku yang memiliki kecepatan paling tinggi diantara yang lainnya.

"Atla, apa kau tahu apa yang terjadi pada Filo?"
"Iya! Ada sesuatu yang gelap dan jahat keluar dari orang itu dan mengalir ke arah Filo-chan." Kemudian, Atla menunjuk ke arah Motoyasu




TLChopin
EDITOR: Bajatsu
Proofreader: Isekai-Chan

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 17 : Chapter 12 – Jatuh

Volume 17
Chapter 12 – Jatuh


"Glass! Bawa Chris dan pergilah terlebih dahulu!”Kataku.

“Tapi...” balasnya.

“Jangan lupa tujuan utama kita disini! Cepat!”Ulangku. Hal yang paling menakutkan saat ini adalah penyanderaan Kizuna. Fakta itu sendiri bisa mengubah seluruh situasi kita saat ini.

"Baiklah. Naofumi, sisanya kuserahkan padamu," kata Glass.

“Bawa Kizuna kembali!” Kataku.

"Kami akan membawanya kembali!" balas Glass.

"Pen!" jawab Chris. Mengikuti instruksiku, Glass meletakkan shikigami di bahunya dan menyerbu ke arah Miyaji dan Armor.

“Kau pikir kami akan mengizinkanmu lewat?!” Kata Miyaji.

"Tidak ada jalan keluar!" Armor berteriak.

“Aku yang akan mengizinkan mereka lewat. Seperti ini!" kataku. Aku kemudian menggunakan Way of Dragon Vein untuk mengaktifkan sihir di batu permata pada sarung katana Raphtalia. Dia memiliki sarung katana yang dapat mengaktifkan Haikuikku seperti milik Filo. Aku tidak yakin apakah itu akan aktif atau tidak, tetapi aku hanya berharap Dragon Vein dapat mengaktifkannya. Aku bisa merasakan sesuatu seperti niat dari batu permata di sarungnya, tapi tidak seperti Therese, aku tidak bisa mendengar apa yang ingin dikatakannya. Aku hanya tahu dia ingin membantuku. Sulit bagiku untuk mengaktifkannya, tetapi batu permata sarung itu membantuku.

Puzzle yang muncul sama seperti saat menggunakan Way of Dragon Vein. Aku tahu bagaimana cara menanganinya, jadi aku mengaktifkannya segera. Sihir segera terbentuk.

Sekarang! Hanya sekejap saja! Tolong, pinjamkan aku kekuatanmu!

“Jewel High Speed!” Aku berteriak. Sihir pendukung terbang menuju Glass dan mempercepatnya sesaat. Dia sudah cukup cepat, dan itu langsung mengirimnya ke belakang Miyaji. Aku memastikan bahwa dia telah mengatasi wanita pengikut Miyaji dan berhasil melewati pintu.

"Tidak! Tunggu!" seorang wanita berteriak. Tiga wanita Miyaji mengejarnya.

"Guwaaah!" Armor berteriak. Hah, Glass sepertinya meninggalkan Armor dengan hadiah perpisahan juga — serangan cepat. Dia meraung dan menggeliat kesakitan.

“Wah, wah, wah, ini sangat mengecewakan. Membiarkan seseorang melarikan diri, huh?” wanita tolol itu merendahkan Miyaji.

"Tidak sama sekali! Hidemasa sayang, kau hanya perlu mengeluarkan lebih banyak kekuatan! Kau punya ini, aku yakin itu!” Witch menyemangatinya. Dia mungkin ingin memperbaiki citranya, karena dia hanya mengatakan hal-hal yang baik. Namun, matanya tampak dingin dan mati.

"Boosted Mirror Fragments," kataku. Potongan kaca terbang ke arah Miyaji.

“Jangan lupakan aku!” Armor akhirnya muncul kembali, setelah mengatasi ilusi Raph-chan. Dia menghancurkan potongan kaca itu dari udara. Dia memiliki ketangkasan lebih dari perkiraanku.

“Jangan meremehkan aku! Tanpa semua gangguan ini, aku jelas yang terkuat di sini!” Miyaji berteriak. Lalu dia mengubah alat musiknya menjadi piano dan mulai bermain seperti seorang virtuoso gila. Itsuki terus menghalangi sihir dengan permainan seruling daunnya sendiri — namun sihirnya tetap aktif. Kurasa ada batasan seberapa banyak yang dapat kau lakukan dengan sebatang daun.

“Hero’s Melody!” Semacam sihir menyebar ke sekutu Miyaji. "Pergi sekarang!" dia berteriak.

"Baik!" para wanita menanggapi. Miyaji, yang diapit oleh para wanita, menyerang dengan kecepatan dua kali lipat dari sebelumnya.

“Stardust Mirror!” Aku berteriak.

“Aku akan menghancurkan cermin tipismu dalam sekejap!” dia berteriak kembali. Dinding pelindungku hancur dengan cepat, dan para wanita berdatangan. Mengandalkan kekuatan jumlah... Aku tidak membencinya sebagai taktik, tetapi aku juga tidak benar-benar ingin menjadi pihak yang menerimanya.

“Ini hanyalah cara lain untuk menggunakan senjataku! Renungkan ini, jika kau bisa!” Miyaji berteriak dan mengubah alat musiknya menjadi gitar yang tampak mencolok dan mengayunkannya ke arahku. Aku sudah tahu ini adalah senjata terkutuk.

"Mati! Raja Iblis Perisai!”Armor masih mengatakan hal itu. Padahal dia hanyalah karakter sampingan!

“Tolong jangan berpikir kami hanya akan berdiri diam dan tidak melakukan apa-apa!” Kata Raphtalia.

"Raph!" Raph-chan bersamanya, melompat ke depan dan mengeluarkan sihir. Ekornya mengembang.

“Dream Illusion: Shadow Single Strike!” Itu adalah serangan kombinasi, menyatukan sihir Raph-chan dan Raphtalia. Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi dengan salinan Raphtalia yang tak terhitung jumlahnya, sehingga mustahil untuk membedakan mana yang asli.

“Aku tidak akan mengizinkan itu!” Armor berteriak. "Apa?!" Ketika dia menyerang salah satunya, yang palsu menghilang menjadi kepulan asap. Armor dan Wanita Miyaji tidak tahu mana Raphtalia yang asli, yang memungkinkan dia untuk melakukan serangannya. Dua tebasan muncul dari ayunan katana-nya

“Kau mengejekku! Rasakan palu keadilan!” Armor mengamuk. Dia mengayunkan kapaknya. Namun Armor berlumuran darah. Aku menangkis kapaknya dengan cermin dan memantulkannya, dia mengeluarkan dengusan kesal.

Dengan suara ‘boing’, Miyaji dan para wanitanya dilindungi oleh penghalang misterius yang sama dari sebelumnya. Sihir Itsuki pasti mendarat saat sihir tersebut dikeluarkan. Sementara Miyaji masih terus memainkan musik, kami tidak bisa berharap untuk mendapatkan keberuntungan itu lagi.

“Kau tangguh... tapi masih ada lagi yang bisa kulakukan!” Raphtalia menanggapi.

Skill "Hero’s Melody" ini memiliki nama keren untuk semua masalah yang ditimbulkannya. Menangkis serangan kuat seperti itu dari Raphtalia adalah contoh lain — yang tidak diinginkan saat ini — contoh dari kekuatan sihir pendukung. Dalam hal ini, tampaknya skill tersebut meningkatkan statistik dan memberikan perlindungan defensif.

"Apa ... apa ini?" seseorang terkejut. "Tubuhku!" Wow, luar biasa! Jadi Raphtalia telah menggunakan Point of Focus untuk melakukan serangan berbasis pertahanan! Penghalang tampaknya menghentikan serangannya pada awalnya, tetapi itu tidak dapat mencegah efek lebih lanjut.

Mungkin sihir yang mengurangi damage dengan jumlah tertentu, bukan penghalang seperti Shooting Star Shield yang menghentikan damage sepenuhnya.

Aku harus bertanya-tanya mengapa lawan seperti ini selalu tampak sangat tidak siap. Bisa dikatakan, segera setelah dipanggil, para pahlawan pada umumnya kurang siap — termasuk aku. Berpikir secara keliru bahwa semuanya akan berjalan sesuai keinginan mereka adalah bagaimana situasi seperti ini terjadi.

“Sialan!” Miyaji belum menyerah. Dia melepaskan skill lain. “Demon’s Melody!” Not yang jumlahnya tak terhitung terbang ke arah kami.

"Sia-sia!" Raphtalia benar-benar perlu memperbaiki sikap buruknya. “Stardust Blade!” Dia melepaskan skill Stardust Blade, yang meluncurkan tebaran bintang, memukul mundur kumpulan not yang mendekat. Itu mulai terlihat seperti vassal weapon alat musik didasarkan pada sihir pertunjukan, dan vassal weapon seperti katana memiliki keunggulan dalam hal serangan skill.

Setiap nada yang terlewat oleh Raphtalia hanya mengenai Stardust Mirror dan menghilang. Aku masih ingin meningkatkannya sedikit lagi, tetapi dengan beberapa tambahan kekuatan kehidupan, aku mencapai hasil yang cukup untuk bertahan.

"Semuanya! Berdirilah! Dengarkan penampilanku!” Sekarang dia berbicara seperti seorang pilot yang akan menyelamatkan dunia melalui lagu! Miyaji mengeluarkan speaker raksasa dan mulai memainkan musik lebih keras lagi.

Sementara itu, Raphtalia dan Armor sedang bertarung, senjata mereka saling terkunci satu sama lain. Serangannya cukup kuat bahkan untuk melukai Glass — dan pada saat itu, Armor mengeluarkan seringai menjijikan. Dia akan meluncurkan serangan yang sama lagi.

“Formation One: Glass Shield!” Aku telah menunggu saat itu dan membuat cermin muncul untuk melindungi Raphtalia. Dengan suara pecah, cermin itu hancur dan pecahannya menancap di tubuh Armor.

"Gah!" Armor mendengus. “Apa yang bisa kau lakukan hanya trik-trik kecil seperti ini!”

“Aku punya trik yang bahkan lebih kecil dari ini. Formation Two! Formation Three: Glass Shield!” Aku memasang cermin tambahan di depan dan di belakangnya. Jika dia mencoba sesuatu, mereka akan hancur dan menusuknya — pada kenyataannya, dia hampir tidak bisa bergerak sama sekali. Pecahannya tidak sekuat itu, tapi itu akan membantunya tetap berada di tempatnya.

“Sebagai sumber kekuatanmu, ratu berikutnya memerintahkanmu! Biarlah segala sesuatu terungkap sekali lagi! Kobaran api neraka! Drifa Hellfire! Witch merapal, mencoba mengeluarkan sihirnya lagi.

“Menyingkirlah, Witch! Jika kau berpikir aku akan membiarkanmu menggunakan sihir, Kau salah! Anti Drifa Hellfire!” Aku berteriak. Sekarang aku sudah membaca gerak-gerik Witch saat dia akan melepaskan sihir. Menghentikannya akan mudah kecuali dalam situasi yang paling menegangkan. Bahkan jika itu mengenai kami, aku tahu itu tidak akan menyakitkan. Begitulah gambaran rendahnya level Witch dan Armor. Aku tidak tahu berapa lama mereka berada di sini dan seperti apa level mereka, tetapi mereka seharusnya mampu membuat kami kewalahan dalam kondisi saat ini. Miyaji lah yang memiliki serangan paling kuat diantara mereka.

“Gah! Berhenti mengeluarkan perisai pengecutmu itu!” Armor mengamuk.

“Semuanya pengecut jika itu menghentikanmu, kan? Berapa umurmu, sepuluh tahun?” Balasku. Dia tidak punya hak untuk mengeluh jika yang dibutuhkan untuk mengurungnya hanyalah dua perisai. Aku pernah melawan seorang wanita yang pernah dikelilingi oleh tidak kurang dari tiga perisai, dan dia masih menghindarinya dan mengubahnya untuk melawanku.

“Hah! Great Tornado III!” Armor lalu meluncurkan skill yang menciptakan tornado yang berpusat padanya, menghancurkan cermin menggunakan serangan tersebut. Pecahan glass yang pecah terus berputar tertiup angin dan melukai Armor. Dia meraung kesakitan. Tampaknya ada lebih banyak pecahan cermin daripada menghancurkannya dengan cara biasa.

Namun, efek balasannya tidak sekuat itu, dan Armor tampaknya tidak terlalu terluka parah — sayang sekali. Dia juga tampaknya hanya memiliki efek positif dari senjata kutukannya yang aktif, yang berarti lukanya perlahan-lahan sembuh.

Sejumlah wanita Miyaji dikirim terbang oleh tornado yang masih berputar-putar. Mereka berteriak saat dihempaskan ke seberang ruangan dan kemudian pingsan. Melindungi dirinya sendiri dengan menyerang sekutunya! Dasar bodoh.

“Apa yang kau lakukan pada wanitaku ?!” Miyaji berteriak.

“Itu salah mereka karena terlalu dekat!” Armor menanggapi. Sungguh logika yang sempurna! Apakah dia memiliki pemahaman tentang bekerja sebagai sebuah tim? “Intinya...” Aura hitam di sekitar Armor menjadi lebih tebal. Dia mulai tertawa. “Aku bisa melakukannya. Hal-hal tidak akan berjalan sesuai keinginanmu lagi! Jason Murder IV!” Armor mengenakan topeng hockey yang tiba-tiba muncul di udara dan mulai mengayunkan kapaknya dengan liar.

“Raphtalia! Itsuki! Menunduklah!" Aku berteriak, meraih bahu mereka dan mendorongnya ke bawah. Itu adalah keputusan mendadak, tapi dengan cepat berubah menjadi keputusan yang tepat. Sesaat kemudian, serangan besar-besaran menghancurkan penghalang. Itu terjadi tepat berada di posisi kepala kami sebelumnya. Serangan itu dapat menghancurkan Stardust Mirror! Jika terkena, kemungkinan besar akan menyebabkan luka serius.

“Lihat, kau bisa melakukannya jika kau mencobanya!” Miyaji berhasil mendapatkan kembali pijakannya. "Baik. Aku akan memberikan Hero's Melody padamu juga.” Sekarang dia tampak cukup yakin akan kemenangannya, memuji Armor — namun, dia masih berlagak arogan. Itu cukup berbeda dari amarahnya tadi.

“Hah! Kalau begitu, mainkan musik keadilan kita! Dasar pemain biola yang tidak berguna!” Armor menggeram.

"Apa! Jangan terlalu percaya diri. Satu atau dua kalimat 'tolong' akan terdengar menyenangkan!” Miyaji membalas. Mereka benar-benar tidak akur.

Bagaimanapun juga, Armor mulai menguasai senjata tujuh bintang miliknya. Setelah aku mengirim Glass pergi, itu membuatku, Raphtalia dan Raph-chan menangani serangannya. Itu bisa membuat segalanya menjadi lebih sulit. Miyaji dan para wanita masih menjadi ancaman, dan serangan Armor secara bertahap meningkat, bahkan walaupun dia melepaskan serangannya tanpa memikirkan sekutunya. Witch bukan bagian dari ancaman. Jika dia mendekat, maka aku berencana memerintahkan Raphtalia untuk memenggal kepalanya. Tapi dari kejauhan, yang bisa dia lakukan hanyalah terus mencoba mengeluarkan sihir yang sama, dan itu akan terus dibatalkan.

S'yne mungkin menghadapi risiko terbesar.

Jika dia dikalahkan, satu perkembangan itu saja akan membuat wanita tolol yang berbahaya itu menghadapi kita. Mungkin satu-satunya anugrah dalam situasi ini adalah serangan Miyaji yang tidak terlalu kuat. Kontribusi Itsuki dari belakang pasti berdampak.

Aku berharap Glass segera menyelamatkan Kizuna... tapi tidak banyak waktu berlalu sejak dia pergi. Saat aku memikirkan semua ini, Miyaji mengalihkan pandangan membunuhnya ke arah Armor.

"Jika kau tidak menghentikan ini, aku harus membunuhmu," bentaknya.

“Cobalah, jika kau pikir kau mampu. Itu akan menjadi momen di mana keadilan kami akan menghakimimu," jawab Armor.

“Cepat dan kalahkan perisai! Kalian bisa bertengkar setelah raja iblis mati!” Witch memotong.

"Tentu saja," jawab Armor. Aku mengutuk diriku sendiri. Bahkan dengan cermin, aku tidak berpikir aku bisa menghentikan serangan Armor pada level pertahananku saat ini. Bahkan jika aku bisa mengeluarkan lebih banyak potensinya, itu tidak akan cukup.

Situasi ini telah menjadi lebih dari kemungkinan setelah Aura X disegel. Belum lagi, Miyaji bisa menggunakan sihir dukungannya. Jika mereka terus bekerja sama seperti ini, mereka akan mengalahkan kami tidak lama lagi.

"Aku sedang fokus untuk membunuh para pecundang ini sekarang, tapi setelah ini selesai, kau juga akan membayar harga atas perbuatanmu di sini!" Miyaji berteriak. Dan dengan begitu, Miyaji mulai memainkan Hero's Melody lagi. Itsuki mengganggu permainannya kembali.

"Sekarang sadari bahwa trikmu tidak berarti apa-apa bagi keadilan kami!" Armor berteriak, meluncurkan serangkaian serangan tanpa henti ke arah kami.

“Formation One. Formation Two: Glass Shield. Chain Binding Mirror!” Aku berteriak.

“Tidak kali ini!” Armor membalas. Aku telah meluncurkan Chain Binding Mirror, versi Chain Shield yang dimodifikasi, tetapi tidak dapat menghentikan serangan amukan Armor! Kami membutuhkan sesuatu untuk menghentikannya!

Itsuki masih memainkan seruling daunnya dengan putus asa, tapi dia tidak bisa menghentikan sihir Miyaji sepenuhnya.

Hero’s Melody! Ayolah! Hancurkan mereka!” Miyaji berteriak. Skill akhirnya dilemparkan ke Armor dan Witch, yang selanjutnya meningkatkan kekuatan serangan Armor.

“Moon Katana: Crescent!” Raphtalia meluncurkan skill pada lengan Armor dengan menghunuskan pedangnya dari dalam sarung, tapi itu tidak bisa menembus aura dari kapak terkutuk dan perlindungan dari Hero's Melody.

"Raph!" Raph-chan mencoba sihir ilusi, tapi itu dihancurkan oleh skill tornado Armor. Wanita Miyaji merasa terancam dan mundur, jadi mereka tidak menerima damage lebih lanjut. Mereka berusaha untuk mengganggu kami dari belakang, dengan pertunjukan musik, sihir, panah, dan ofuda.

"Inilah akhirnya! Jason Murder IV!” Pada saat dia akan melepaskan skill itu pada kami—

“Air Strike Throw X! Second Throw X! Torrid Throw X! Tornado Throw X!” Tiga proyektil tiba-tiba mengenai Armor, dan tornado yang terbentuk di sekelilingnya. Dia meraung kesakitan. Aku mengenali skill itu dan berbalik ke arah suara yang mengeluarkan skill tersebut untuk melihat Rishia menerobos masuk dengan merusak dinding.

"Akhirnya aku menemukanmu!" katanya.

“Rishia!” Aku berteriak. Aku seharusnya mengharapkan ini darinya. Kualitas "karakter utama"-nya sedang dalam mode penuh. Dia muncul di saat yang tepat untuk menyelamatkan sekutunya. Dia tidak menunggu dan memilih momen ini, bukan? Itu sepertinya tidak mungkin, berdasarkan kepribadiannya.

“Vassal weapon buku baru saja muncul dan membawaku ke sini. Sepertinya aku berhasil tepat waktu,” jelasnya. Jadi buku itu telah membimbing Rishia kemari! Itu adalah sesuatu yang patut disyukuri.

Baiklah! Sepertinya wanita tolol itu benar dan senjata tujuh bintang masih bisa digunakan. Senjata suci telah disegel. Jadi senjata tujuh bintang masih bisa digunakan.

"Rishia," kata Itsuki.

“Itsuki! Apakah kau baik-baik saja?" dia bertanya.

"Ya aku baik-baik saja. Terima kasih, Rishia,” jawabnya. Setelah Rishia memastikan keamanan Itsuki, dia melihat sekeliling ruangan dan kemudian memelototi Armor.

“Wah, wah. Bukankah itu Rishia, wanita yang kabur untuk bergabung dengan raja iblis perisai," geram Armor. Dia benar-benar meremehkan Rishia. Apakah sampah sepertimu benar-benar mengira bisa mengalahkan karakter utama kita, Rishia? Tapi tidak, setelah dipikir-pikir lagi, orang ini tidak tahu tentang Rishia yang baru. Dia mungkin hanya menganggapnya sebagai gadis yang melakukan pergerakan itu dengan tong buah rucolu di pulau Cal Mira.

“Mald ?! Apa yang kau lakukan di sini?" katanya. Kemudian Rishia menatap Witch, dan ekspresinya membeku.

"Bagaimana menurutmu? Kami sedang memiliki pertarungan yang bagus. Kami akan mengalahkan raja iblis perisai di sini, di dunia lain ini, membawa perdamaian kepada dunia kita sendiri, dan menunjukkan cahaya keadilan kepada orang-orang,” jawab Armor kepada Rishia.

“Naofumi tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan Itsuki mengakui itu,” jawab Rishia. Itsuki tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menatap Rishia. Itu sangat mencurigakan. Itu bisa menggambarkan bahwa dia hanya ikut denganku karena kutukan.

“Hah. Apa artinya persetujuan dari pahlawan palsu? Jika kau tidak mendapatkan pencerahan, Rishia, maka aku harus mengarahkan palu keadilanku ke wajah lemahmu juga. Aku sarankan kau segera menyerah dan serahkan senjata itu.” Armor benar-benar pengganggu yang menyedihkan.

“Dia benar, dia benar! Kemudian senjata itu akan menjadi milikku!”Witch menimpali.

“Ada apa dengan semua bala bantuan menjengkelkan yang terus kau terima ini? Sudah cukup!" Miyaji berteriak. Dia tidak layak untuk mengatakannya! Berapa banyak wanita yang dia bawa kemari? Perangkap telah memisahkan kami, lalu teman kami datang untuk membantu sekutunya yang berada dalam bahaya. Apa yang aneh dengan mereka yang datang untuk menyelamatkan kami?!


“Mald, aku punya banyak hal yang ingin kutanyakan tentang bagaimana kau memanipulasi Itsuki di Zeltoble. Seperti ke mana kau lari setelah itu,” kata Rishia dan melihat sekeliling ruangan, menatap Armor dengan jijik, dan kemudian bersiap untuk bertarung. “Situasi ini, dan senjata itu... Aku jelas tidak bisa meremehkan ini. Bahkan senjata di dunia ini memberi tahu kami bahwa kau salah,” kata Rishia. Dia menarik kekuatan kehidupan dari sekitarnya dan mulai menenunnya. "Aku menggunakan kekuatanku untuk keadilan yang aku yakini." Rishia mencengkeram senjata proyektilnya dan berdiri untuk melindungi Itsuki. Bagus, dia sudah bangkit. Ini semua membalikkan sedikit keadaan kami. Bagaimanapun juga, begitu Rishia tahu apa itu kejahatan, dia menjadi sangat emosional untuk menghadapinya. Armor jelas telah melakukan sesuatu dengan pengecut, menipu Itsuki dan kemudian melarikan diri. Witch yang berada di sini hanyalah bonus ketika menentukan siapa yang salah. Terlebih lagi, Rishia benar-benar terbangun setelah menyelesaikan pelatihannya. Dia telah menguasai senjatanya sepenuhnya!

“Begitu banyak orang yang mengira mereka benar! Aku akan menunjukkan kepadamu siapa yang memegang keadilan sejati di sini.” Miyaji sama sombongnya seperti biasanya. Rishia maju sedikit demi sedikit, mendekati Armor... dan kemudian dia berlari ke depan.

“Kau berani mengarahkan senjatamu padaku, Rishia? Orang lemah! Menyedihkan! Sekarang kau akan mati atas nama keadilan! Jason Murder IV!” Armor melepaskan skill yang sebelumnya dihentikan Rishia. Rishia mengubah senjata proyektilnya menjadi belati pendek, menerapkan beberapa kekuatan kehidupan, dan kemudian menangkisnya — menangkis serangan kuat dari Armor!

“Bolas Blast X!” Segera setelah itu, Rishia mengubah senjata proyektil menjadi bolas — senjata yang dilempar dengan bola yang terikat oleh banyak tali — dan melemparkannya. Bolas melilit tubuh Armor, lalu segera meledak dan mulai terbakar. Itu adalah skill yang dia peroleh dari bolas yang dibuat dengan memodifikasi morning star Filo.

“Sialan kau!” Armor berteriak di tengah raungan kesakitan. “Kau berani menentangku, Rishia! Dasar lemah!” Dia terlempar ke belakang oleh ledakan tetapi berhasil mendarat dengan selamat dan kemudian meraung lagi saat menyerang Rishia.

“Haah! Knife Rain V!” Rishia segera melompat mundur, mengubah vassal weapon menjadi belati pendek dan melemparkannya ke depan. Pisau itu terus membelah menjadi lebih banyak pisau lagi, menciptakan hujan pedang seperti skill Hundred Sword yang telah digunakan Ren di masa lalu. Armor meraung sebagai tanggapan.

“Power Break III!” Armor menghancurkan hujan pisau, seperti babi hutan yang menyerang ke depan, dan menyerang Rishia. Rishia meletakkan tangannya di pergelangan tangan Armor dan meloncat ke atas, lalu menggunakan punggungnya sebagai batu loncatan lain untuk melompat di udara.

"Shadow Bind IV!" Rishia lalu melempar belati pendek ke bayangan Armor.

"Gah... Aku tidak bisa bergerak! Aku melihat apa yang kau lakukan! Shine Axe Burst III!”Armor segera menyadari bahwa bayangannya telah tertahan dan menggunakan skill yang membuat kapaknya bersinar, membebaskan dirinya.

Aku terkesan dengan betapa luar biasanya aksi Rishia.

“Lihatlah dirimu, meloncat kesana kemari! Jadi ini adalah modifikasi manusia pengecut yang telah dilakukan oleh raja iblis perisai?” Armor menggeram. Dia tidak belajar apa-apa. Dia sendiri masih menggunakan senjata terkutuk.

“Tidak ada yang pengecut tentang semua ini. Beginilah caraku menggunakan kekuatan yang diajarkan Naofumi, masterku, dan banyak orang lain kepadaku!” dia menjawab. Aku ingat semua yang telah dilakukan Rishia sejak kami menemukan fakta bahwa dia memiliki bakat untuk menggunakan Gaya Muso Hengen.

“Bisakah kau berhenti mengangguku?” Miyaji mengejek Itsuki.

“Tidak.” Itsuki memang terus mengganggu upaya Miyaji untuk meningkatkan Armor dan wanitanya.

"Kau benar-benar menjengkelkan!" Miyaji merengek.

“Itu kalimatku. Aku tidak akan mengabaikanmu yang mencoba mengganggu duel Rishia,” jawab Itsuki. Dia terlibat dalam duel pertunjukkannya sendiri dengan Miyaji. Raphtalia dan aku menghentikan skill yang datang dari Miyaji, sementara skill dan teknik Raphtalia dan dukungan Raph-chan menangani para wanita dan serangan mereka.

Jika kami memiliki satu atau dua orang lagi di pihak kami, kami dapat membalikkan keadaan. Jika orang lain muncul, seperti yang dilakukan Rishia, kita bisa mulai memojokkan mereka. Atau mungkin Glass pada akhirnya berhasil menyelamatkan Kizuna. Itu juga tidak masalah.

Lalu aku menyadari bahwa batu permata kusam yang tampak mati pada vassal weapon alat musik yang dipegang Miyaji mulai bersinar dengan cahaya redup. Itsuki tampaknya menyadarinya juga, karena dia melihat bolak-balik antara Rishia dan Miyaji.

Apa yang sedang dilakukan Miyaji? Menyimpan energi untuk menyerang? Aku juga prihatin dengan kehadiran aksesori yang tampak seperti milik Takt. Itukah alasan kenapa Armor memiliki senjata tujuh bintang kapak? Sepertinya patut dicoba.

“Raphtalia, bisakah kau menghancurkan aksesori itu?” Aku bertanya.

"Aku akan mencobanya," jawabnya. Mendengar itu, wanita tolol itu memandang penuh keheranan.

“Wah, wah, wah. Hidemasa, kau sebaiknya berhati-hati. Jika kau tidak melindungi aksesori yang aku berikan kepadamu, vassal weapon akan lepas dan pergi meninggalkanmu. Vassal weapon itu diberi energi oleh kehadiran seseorang yang lebih cocok untuk menjadi pemiliknya daripada dirimu,” jelasnya.

"Apa?!" Miyaji berteriak.

"Hei! Kenapa kau mengatakan itu pada mereka?!” Witch kesal. Begitu aku mendengarnya menyebut asesorisnya, aku melihat benda ungu yang mencurigakan di alat musik Miyaji. Itu sama dengan yang ada di senjata tujuh bintang Rishia yang kami ambil dari Takt. Aku telah menggunakan kekuatan empat senjata suci untuk secara paksa melepaskannya, yang kemungkinan telah melepaskan senjata tujuh bintang dari pengaruhnya.

“Wah, wah, wah, biarpun aku tidak memberi tahu mereka, serangan acak mungkin akan mengenainya dan menjatuhkannya. Toh, mereka juga akan menargetkannya,” katanya, membela dirinya sendiri. Tapi dia tidak bisa menutupi fakta bahwa dia telah menjelaskan apa yang harus kami lakukan. Bodoh.

"Jadi sudah cukup jelas, apakah kau layak atau tidak, dan sekarang ada seseorang di sini yang pasti lebih layak darimu," kataku. Aku melihat ke arah Itsuki, yang masih melawan Miyaji dengan permainan seruling daunnya. Dalam hal kekuatan, teknik, dan hampir semuanya, Itsuki sepertinya lebih cocok. Aku sendiri sudah menggunakan vassal weapon cermin, jadi tidak mengherankan jika Itsuki akhirnya menggunakan vassal weapon alat musik. "Jadi aksesori itulah yang membuat mereka bisa mengendalikan senjata itu," kataku. Informasi yang sangat bagus. “Rishia! Targetkan aksesori Armor! ”

“Bah! Menargetkan titik lemahku? Perisai Raja Iblis! Strategi pengecut lainnya!” Armor berteriak. Aku sudah lebih dari cukup mendengar mereka menceramahiku tentang ‘pengecut’!

“Aku tidak mengizinkan itu! Senjata ini milikku! Akulah yang paling cocok untuk itu! Semuanya! Tenggelamlah dalam musikku yang luar biasa!” Miyaji mengoceh. Terlepas dari Itsuki menyegelnya atau tidak, dia masih berencana untuk bermain lagi. Apa yang seharusnya dia lakukan adalah mendekati atau menggunakan beberapa skill, tetapi aku tidak ingin mengatakan itu kepadanya. Jika aturan sihir mirip dengan yang aku tahu, Itsuki tidak akan bisa mengganggu sihir kooperatif. Tetapi jika mereka mencoba melakukan sesuatu yang memakan waktu, Raphtalia pasti akan menghabisi para wanita itu. Mereka seharusnya sadar bahwa mereka tidak punya waktu untuk itu.

“Berapa lama lagi kau akan bermain dengan adikmu? Kemari dan bergabunglah dalam pertempuran sesungguhnya!” Witch berteriak, menyadari air pasang sedang berbalik dan mencari bantuan dari wanita tolol itu.

“Aku terlalu bersenang-senang bermain dengan S'yne. Aku juga tidak bisa pergi. Apakah kau ingin aku menyerahkan S'yne padamu?” wanita tolol itu menjawab, menunjuk ke arah Miyaji dan Armor. “S'yne ahli dalam menangkap musuhnya. Dengan senjata setengah-setengahmu, jangankan pertunjukan! Kau hanya akan duduk terdiam seperti batu.”

"Kalau begitu, tunjukkanlah seberapa kuat dirimu!" Witch membalas.

"Benar! Inilah saatnya kau membuktikan bahwa kau cukup kuat untuk memberi kami perintah!” Armor menambahkan. Mereka adalah kelompok pecundang! Begitu mereka mulai kalah, apa yang terjadi? Mungkin merasa sama sepertiku, wanita tolol itu mendesah.

“Dasar orang bodoh yang malang. Apa gunanya kalian jika tidak bisa mengatasi ini? Benar kan? Apakah mengandalkan orang lain ketika kau benar-benar terdesak dapat disebut sebagai kekuatan?” wanita tolol itu melanjutkan. Aku tidak menolak ucapan itu — tetapi ini berasal dari seseorang yang harus bergantung pada orang lain sepanjang waktu!

“Kau wanita rendahan! Aku akan membuatmu membayar ini nanti!” Miyaji mengejek, semua sandiwara hilang dari suaranya. Jadi ini Miyaji yang asli. Bukan berarti dia sepenuhnya berhasil menyembunyikannya. “Saatnya memainkan kartu truf-ku yang sebenarnya! Hero's Melody tidak sebanding dengan ini! Ayolah!"

"Tentu saja! Semuanya hanya demi Master Hidemasa!” salah satu wanitanya berkata, lalu berubah menjadi roh semi transparan dan menyelimuti Miyaji.

"Aku benar-benar tidak ingin melakukan ini," komentar Miyaji. Tekanan aneh memenuhi ruangan itu. Mereka akan melepaskan sesuatu. “Kau rakyat jelata pasti tidak tahu cara yang benar untuk menggunakan roh, jadi sekarang aku akan memberitahumu. Ini adalah cara yang benar untuk menggunakan kekuatan roh dan manusia!” Miyaji berkata dengan penuh kemenangan... dan kemudian petir menghujani sekeliling ruangan.




TL: Isekai-Chan 
EDITOR: Isekai-Chan

Hyakuren no Haou to Seiyaku no Valkyria Light Novel Bahasa Indonesia Volume 6 Chapter 6

Volume 6
Chapter 6


Dari sudut pengelihatannya, seorang pria memandang rendah pasukan Klan Petir dengan jijik saat mereka kabur dari serangan penjepit dan mulai keluar dari medan perang. Dia mengejek dengan tawa parau.

“Kau membual kepada Narfi dan terlalu percaya diri untuk mengalahkannya terlebih dulu, namun pada akhirnya kau tidak bisa melakukannya, eh? Saudara berambut merah-ku. Keh heh heh! HAHAHAHAHA!”

Dengan kata lain, kondisinya saat ini tidak layak untuk dipandang.

Bagian atas wajahnya ditutupi oleh topeng hitam legam kecuali matanya yang tajam, yang tampak mengeluarkan aura kegilaan yang menyeramkan.

Sisanya sangat berbeda, wajah bawahnya cantik, dan dia memiliki tubuh yang tinggi, ramping, dan rambut emas halus. Penampilan yang tampak mulia ini hanya berfungsi untuk menonjolkan kesan aneh yang menyimpang dari dirinya.

Pria ini adalah Hveðrungr, Patriark dari Klan Panther.

“Aku tahu ada jebakan yang disana,” kata Hveðrungr. "Itu nyaris saja."

Awalnya, rencana Hveðrungr adalah membuat Steinþórr menerobos pertahanan 'dinding kereta' Klan Serigala, dan pada saat itu terjadi, dia membawa pasukannya menuju medan pertempuran juga. Mereka akan menggabungkan kekuatan kedua pasukan dan memfokuskannya serangan ke depan, menyerang untuk menghabisi musuh dalam satu gerakan.

Tetapi ketika dia membuat rencana itu, sebuah pikiran tiba-tiba muncul di benaknya.

Hveðrungr sangat yakin bahwa Steinþórr dapat menerobos dinding kereta. Bukankah Yuuto, yang pernah bertarung melawan Einherjar yang sangat kuat sebelumnya, mengantisipasi hal yang sama dan merumuskan semacam strategi sebagai tanggapan?

Prediksi itu menjadi kenyataan.

Jika Klan Panther mengikuti rencana awal dan menyerbu tepat setelah Klan Petir, mereka juga akan dikepung oleh formasi musuh. Seolah-olah tergigit di antara rahang serigala.

Tetapi karena mereka tidak melakukannya...

“Sekarang aku lebih mengenal rencanamu, Yuuto. Keh heh heh heh... ” Tawa Hveðrungr masih terus terdengar, dan dia mengangkat tangan ke mulutnya.

Selama bulan-bulan musim dingin, dia telah menggunakan beberapa koneksi pribadi yang dia bentuk saat masih menjabat sebagai Second-in-Command di Klan Serigala, dan mempelajari data secara menyeluruh pada setiap pertempuran yang telah dilakukan Klan Serigala selama dua tahun terakhir.

Begitulah cara dia mempelajari strategi 'Hammer and Anvil' mereka, di mana unit yang menyerang dari depan menarik perhatian musuh, dan pasukan lain yang memiliki mobilitas tinggi dengan cepat menyerang mereka dari samping atau belakang.

Tentunya Klan Serigala akan menggunakan strategi yang sama untuk melawan mereka. Hal ini tidak hanya akam mengejutkan mereka, tetapi juga menjadi strategi yang hebat karena sangat sesuai dengan gaya dan temperamen dari masing-masing pasukan Klan Panther dan Klan Petir.

Dengan demikian, rencana telah diputuskan, Hveðrungr telah melakukan segala upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilannya.

Dia sudah mengetahui fakta bahwa putri dari Patriark Klan Cakar Botvid, rubah tua licik yang sering menyiksa Klan Serigala di masa lalu, telah jatuh ke tangan Yuuto. Jadi, dia sangat berhati-hati untuk menjaga kerahasiaan operasi ini.

Benar-benar menyembunyikan hubungan antara Klan Panther dan Klan Petir, dan menggunakan pertempuran kecil untuk berpura-pura tertarik dengan kota Myrkviðr, dia telah mengalihkan sebagian perhatian Klan Serigala ke sana.

Dan untuk memindahkan pasukan utamanya, dia telah mengirim mereka ke wilayah Vanaheimr dalam kelompok-kelompok kecil, menyamarkan mereka sebagai karavan pedagang atau mengangkut mereka dengan kapal sehingga musuh tidak akan menemukan mereka.

Begitu sampai di Vanaheimr, dia dengan sengaja menyuruh mereka melewati jalur memutar, rute berbahaya yang jauh dari jalan utama, untuk menghindari mata-mata.

Memang, semua itu demi momen yang satu ini.

Saat ini pasukan Klan Serigala terbentang tepat di depan Klan Panther. Pertahanan dinding kereta yang menggagalkan kavaleri telah terpasang di garis depan Klan Serigala.

Selain itu, Klan Serigala baru saja menyelesaikan pertempuran sengit melawan Klan Petir, dan harus melepaskan ketegangan dari itu.

Dia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun bekerja untuk membalaskan dendam atas penghinaannya, dan sekarang kondisinya sangat ideal.

Hveðrungr merentangkan tangannya ke samping, menyebabkan mantelnya berkibar di udara secara dramatis, dan dengan suara nyaring, meneriakkan perintahnya. "Semuanya! Waktunya telah tiba untuk membalas aib yang kita derita! Bunuh, bunuh dan bunuh sampai tidak ada yang tersisa! Semua pasukan ... serang!!”

********

“Serangan musuh lagi ?! Dari mana asalnya ?!” David meringis saat dia memelototi pasukan berkuda yang tiba-tiba muncul.

Dari penampilannya, mereka pasti Klan Panther.

Mereka adalah musuh Klan Serigala yang berperang di wilayah utara, di Náströnd, utara Sungai Örmt, yang jauh dari sini.

Mereka adalah musuh yang seharusnya tidak ada di sini sekarang. "Apa yang terjadi?!" David berteriak.

David bukanlah seorang perwira yang tidak kompeten, dia adalah seorang pria dengan bakat luar biasa, telah dipromosikan menjadi asisten kedua dari Keluarga Jörgen pada usia yang relatif muda, dua puluh delapan.

Sudah diputuskan bahwa suatu hari dia akan bertukar Sumpah secara langsung dengan Patriark Yuuto, jadi klan memiliki harapan yang tinggi untuk karir masa depannya.

Tetapi orang yang kompeten ini sekarang berada dalam kebingungan yang ekstrim.

Unit David telah, sampai beberapa saat yang lalu, sibuk menyerang pasukan Klan Petir yang memaksa menerobos ke tengah formasi Klan Serigala.

Serangan musuh baru ini membuat mereka kaget dan panik.

“Ki-kita harus berbalik!” David buru-buru berteriak. “Semua pasukan! Arah sebaliknya! ”

Meski mendapat perintah cepat, formasinya bereaksi dengan lambat.

Unit David adalah resimen infanteri yang terdiri dari lima ratus orang. Pada ukuran itu, bahkan hanya membalikkan unit untuk menghadap ke arah lain tidaklah mudah.

Lebih dari itu, para tentara bingung.

Mereka baru saja 'menang', dan dengan tidak bijaksana memilih berhenti sejenak untuk beristirahat.

Seperti mengikat kembali tali yang sudah putus, bukanlah tugas yang mudah untuk membangun kembali ketegangan dan fokus pertempuran setelah dilepaskan.

Dan saat mereka berjuang untuk menenangkan diri, Klan Panther semakin mendekat dan memulai serangan mereka.

"Terima ini, ini, ini dan ini!" Váli menembakkan panah demi panah secara berurutan bahkan saat dia memacu kudanya.

Dia mungkin tidak bisa dibandingkan dengan monster seperti Steinþórr, tapi dia masih ahli busur dan pemanah berkuda terhebat di Klan Panther.

Setiap anak panahnya tepat mengenai sasaran, tepat di antara kedua mata para prajurit Klan Serigala.

Dia tidak menerima serangan balik. Prajurit Klan Serigala semakin panik saat mereka menerima serangannya.

“Hah! Lambat seperti siput!” Váli sangat senang.

Dalam perang terakhir, Klan Serigala dan tembakan tiga beruntun crossbow mereka berhasil menghalau sekelompok pengendara elit di bawah komando Váli. Namun kelompok tentara ini sangat panik sehingga mereka bahkan tidak tampak seperti tentara yang sama baginya.

“Yah, itu bagus untukku. Aku akan membuat mereka membayar kembali atas apa yang terjadi pada anak buahku sebelumnya!” Váli meninggikan suaranya dan memanggil para prajurtnya. “Baiklah, kalian para bajingan, ayo kita habisi mereka!!”

Tentara Klan Panther menanggapi dengan teriakan serempak. “Yaaaaaahhhh !!”

Menyimpan busur mereka, mereka menyiapkan tombak dan terjun langsung ke barisan Klan Serigala.

Salah satu dari mereka menggunakan momentum kecepatan kudanya untuk menusukkan tombaknya menembus prajurit Klan Serigala satu demi satu seperti tusuk sate. Yang lain melepaskan tebasan horizontal menyapu secepat kilat dengan ujung tombak yang merobek leher musuhnya. Yang lain lagi menggunakan kudanya secara langsung sebagai senjata, menabrak tentara dan membuat mereka terhempas di udara.

Menghadapi serangan yang cepat dan dahsyat ini, formasi Klan Serigala hanya dapat memberikan sedikit perlawanan, dan mereka mulai jatuh satu persatu seperti lalat.

Itu serangan sepihak, sepenuhnya dari satu sisi.

Kekacauan dan kebingungan hanya menimbulkan lebih banyak kepanikan, menggerogoti hati para prajurit yang tersisa. Dan, pada akhirnya ...

“Aaaauughh! Aku tidak ingin mati, aku tidak ingin mati! ” 

“Aku tidak bisa menerima ini! Aku tidak tahan lagi !! ”

Beberapa tentara melemparkan senjata mereka dan mencoba melarikan diri.

Pemandangan satu orang melarikan diri berfungsi sebagai pemicu bagi orang lain, dan begitu seterusnya.

Dalam beberapa saat, ini telah menyebar ke seluruh unit, dan ada arus tentara yang benar-benar mencoba melarikan diri.

“Sialan, jangan lari!” jenderal mereka berteriak. "Bertarunglah! Mengapa kalian lari, dasar bodoh?! ”

Tetapi pada titik ini, sekeras apapun komandan mereka berteriak, itu tidak akan ada gunanya. Perintahnya tidak akan mempengaruhi para pejuang yang telah jatuh ke dalam keadaan ketakutan dan kepanikan. Mereka terus berlari, mencoba mencari jalan keluar dari pertempuran.

“Hmph, itu pasti pemimpin kelompok ini.” Melihat targetnya dengan matanya yang tajam, Váli menyeringai kejam dan menjilat bibirnya. Dia menendang kudanya dan dengan cepat mendekat.

“Apa ?!” Jendral musuh berteriak kaget saat melihat Váli mendekat, tapi itu sudah terlambat.

“Sampai jumpa!” Tusukan tombak Váli menembus dada pria itu.

"Tuan, Tuan Daud telah terbunuh dalam pertempuran!" seorang utusan berteriak.

“Musuh berhasil masuk lebih dalam!” yang lain ikut berteriak. “Tuan, ada pesan dari Unit Alrekr! M-mereka meminta bala bantuan mendesak! "

Satu demi satu, utusan dari unit di lapangan tiba untuk membawa laporan Yuuto, semuanya buruk.

“Urgh! Kalau terus begini… ” Yuuto menggertakkan giginya.

Situasinya semakin memburuk. Yuuto diliputi oleh perasaan ketakutan yang mengerikan. Apakah pasukan di lapangan benar-benar begitu rapuh, sehingga hanya dengan kepanikan di beberapa tempat, bisa hancur dengan mudah menghancurkan semuanya dengan reaksi berantai?

Dia giginya menggertak lebih erat lagi. Pengalaman ini adalah yang pertama kali baginya.

“Seandainya Skáviðr ada di sini, maka…” Keyakinannya goyah, kata-kata itu keluar dari bibir Yuuto.

Tentunya pria yang pernah menyandang gelar Mánagarmr, veteran berpengalaman yang selalu tenang, akan dapat memberinya nasihat yang tepat bahkan dalam situasi yang menyedihkan ini.

Atau mungkin Skáviðr bisa berdiri di garis depan sendiri, memberi sedikit lebih banyak waktu bagi Yuuto untuk memikirkan solusi.

Tapi dia tidak ada di sini sekarang.

Skáviðr berada jauh sekali, ditugaskan menjaga kota Myrkviðr.

Bahkan menunggang kuda cepat dengan kecepatan tinggi, butuh waktu tiga hari untuk sampai ke sini.

“Kakak, kita harus mundur,” kata Felicia. “Hasil perang dipengaruhi oleh waktu dan keberuntungan. Bahkan untuk seseorang sehebat dirimu, tidak setiap pertempuran bisa berakhir dengan kemenangan. Mari kita tarik kembali pasukan kita dari tempat ini sehingga kita dapat menyusunnya kembali. "

"Ngh!" Yuuto meringis kesakitan mendengar kata-kata Felicia, dan menggigit bibir bawahnya.

Di kepalanya, dia sudah tahu itu. Tapi masih sulit untuk mendengar kenyataan menyakitkan itu melalui orang lain.

“Apa hanya itu yang bisa kita lakukan ...?” Yuuto bergumam, seolah berjuang untuk mengeluarkan kata-kata.

Pikiran rasionalnya berteriak kepadanya bahwa dia harus mulai mundur.

Tapi sekarang ini ada perasaan bahaya yang berbeda dan lebih kuat yang menguasai hatinya.

Ini akan sangat berbeda dari mundur palsu yang pernah dia gunakan untuk memancing Klan Petir. Mereka akan melarikan diri dari kekalahan.

Musuh pasti akan mengejar mereka dan terus menyerang saat mereka melarikan diri.

Mengingat itu, pasukan Klan Serigala akan menderita korban yang luar biasa tidak seperti apa pun yang telah mereka alami sejauh ini.

Demikian pula, bencana akan menimpa penduduk lokal di wilayah ini.

Semua pria akan dibunuh, para wanita diperkosa, dan anak-anak dijual sebagai budak. Bahkan bagi mereka yang berhasil lolos dari nasib seperti itu, dengan semua makanan di daerah itu dijarah atau dihancurkan, hanya kematian karena kelaparan yang menunggu mereka.

Sun Tzu dan Machiavelli sama-sama memperdebatkan hal yang sama dalam karya mereka. Ketika situasi menuntutnya, seseorang harus berpikir logis, bahkan dingin dan kejam.

Seseorang harus segera membuang keprihatinan atas sesuatu yang tidak memiliki harapan lagi, agar tetap dapat melindungi sesuatu yang masih memiliki harapan. Itu adalah hal bijak yang harus dilakukan, dan Yuuto mengerti itu.

Tapi meski begitu, dia tidak bisa memaksa dirinya untuk memilih opsi itu. Dia tidak bisa membiarkan dirinya menjadi tidak berperasaan.

Sayangnya, terlepas dari apa yang diizinkan hatinya, kenyataan tanpa harapan di lapangan tidak berubah.

Apa yang harus dia lakukan?

Bagaimana dia bisa keluar dari krisis ini dan membalikkan keadaan?

Adakah yang bisa kulakukan? Pasti ada sesuatu!

Yuuto mendapati dirinya sangat membenci kekurangan kekuatannya sendiri. Di saat seperti ini, jika saja dia memiliki kekuatan Steinþórr yang luar biasa dalam pertempuran, dia bisa menyelamatkan semua orang.

"... Oh!" Tiba-tiba inspirasi melintas di benaknya seperti wahyu dari langit.

Itu adalah ide yang sangat berbahaya. Namun, sepertinya itu satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.

********

Garis depan Klan Serigala seperti neraka, dipenuhi dengan tentara yang menggila dan berteriak.

“Waaaughhh !!”

"Eeeek!"

"D-Dewiku, tolong ...!" 

"Ibu!"

Mereka tidak lagi seperti prajurit kebanggaan dari Klan Serigala, mereka telah berubah menjadi kawanan domba yang menyedihkan, tidak dapat melakukan apa pun selain menangis ketakutan saat para Kavaleri Klan Panther yang menyerbu dan memburu mereka.

Rasa takut sepenuhnya menguasai hati mereka. Bahkan konsep melawan musuh telah lama hilang dari pikiran mereka. Masing-masing dari mereka hanya tidak ingin mati, berjuang untuk mencari cara melarikan diri dan selamat dari mimpi buruk ini.

Pada titik ini, hanya masalah waktu sebelum seluruh pasukan Klan Serigala akan mengikutinya.

Saat itulah itu terjadi.

Suara gong perang perunggu yang keras dan menusuk telinga bergema di seluruh medan perang.

Sekutu dan musuh secara refleks berbalik untuk melihat ke arah suara itu.

Mereka melihat sejumlah pejuang Klan Serigala menyerang ke arah mereka, spanduk klan yang tak terhitung jumlahnya naik.

Mereka melihat kereta di depan pasukan tersebut, memimpin jalan. Mereka melihat pria muda berpakaian serba hitam berdiri di atasnya!

"Prajurit Klan Serigala, jangan goyah!" pemuda itu berteriak sekuat tenaga.

Meskipun berada di tengah-tengah medan perang, suaranya mencapai telinga para prajurit, dan hati mereka.

Yuuto sendiri tentunya diberkati dengan suara yang terdengar bagus, tapi ada faktor yang lebih besar yang berperan. Saat mereka melihat sosok panglima tertinggi mereka yang tak terkalahkan, tentara Klan Serigala mendapatkan kembali sedikit ketenangan mereka, lalu terdiam, yang membantu suaranya merambat lebih jauh.

Yuuto mengulurkan tangannya, dan terus berteriak. “Jangan menyerah! Ambil tombakmu, dan pertahankan formasimu! Buat lagi dinding kereta! Kita belum kalah! " dia berteriak dengan sekuat tenaga.

Ini adalah solusi yang Yuuto temukan, satu-satunya tindakan yang bisa menyelamatkan pasukannya dari ambang kematian.

Orang mungkin menyebutnya sembrono, dan itu mungkin benar.

Namun, ini juga satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk membangkitkan semangat para prajurit yang sedang menghadapi kekalahan, yang telah sepenuhnya kehilangan keinginan untuk melawan.

Seseorang hanya perlu mempertimbangkan mengapa pasukan Klan Petir selalu memiliki moral yang sangat tinggi.

Kekuatan individu Steinþórr berperan, tentu, tetapi itu karena komandan tertinggi mereka selalu bertarung dengan mereka, memimpin di garis depan.

Penakluk dari Zaman Sengoku Jepang, Oda Nobunaga, telah menempatkan jenderal yang luar biasa seperti Shibata Katsuie dan Mori Yoshinari sebagai kepala pasukannya, tetapi dikatakan bahwa dia sendiri juga telah keluar dari formasi komandonya di belakang hingga garis depan untuk menyemangati dan bertarung di samping mereka, memperkuat moral pasukannya.

Salah satu jenderal Nobunaga lainnya, Maeda Toshiie, telah menguasai wilayah terbesar dan paling makmur di Jepang setelah berakhirnya perang Zaman Sengoku, dan bahkan di tahun-tahun terakhirnya, ia ingat bagaimana dirinya terinspirasi secara pribadi dengan menyaksikan pemimpinnya. bertarung dari dekat.

`Jika komandan hanya menghabiskan pertempuran di belakang, maka setelah garis pertama dan kedua hancur, musuh pasti akan semakin mendekat, dan dia akan menghadapi kekalahan yang tidak dia duga.`

Ada juga Alexander the Great, yang bahkan setelah mendirikan kerajaan besarnya, masih tetap berada di garis depan selama masa perang untuk menyemangati pasukannya, bahkan terkadang menderita luka karena hal ini.

Mengapa tentara tertarik untuk mengikuti seseorang yang hanya melindungi dirinya sendiri dibelakang dan hanya memberi mereka perintah?

Memang, mereka tidak akan mungkin tertarik. Mereka hanya akan terinspirasi untuk mengikuti seseorang yang mengambil tindakan dan memimpin mereka secara pribadi, tanpa memperhatikan bahayanya.

Terdengar deru anak panah yang mengenai pipi Yuuto.

Tapi dia tidak goyah. Dia memukuli dadanya dengan satu kepalan, dan berteriak sekuat tenaga.

"Semuanya... percayalah padaku !!"

“Yeaaaaahhhhhh!!” tentara Klan Serigala berteriak kembali.

Di mata mereka, cahaya telah menyala kembali, dan api pertempuran telah berkobar di dalam hati mereka sekali lagi.


“Muahaha! Ya, serang! Serang, serang dengan semua yang kau punya!” Hveðrungr sedang bersemangat tinggi, dia tertawa dan memanggil anak buahnya, mendesak mereka agar terus menyerang.

Pasukan Kavaleri menyapu medan perang dengan momentum luar biasa seperti kekuatan gelombang pasang, menghamburkan formasi, menjatuhkan, dan menginjak-injak mereka.

Saat membunuh musuh mereka, prajurit Klan Panther membangkitkan sifat binatang buas mereka, membuat diri mereka semakin ganas. Mereka maju ke depan seolah-olah sedang menaiki puncak gelombang besar.

Sebaliknya, dalam menghadapi serangan intens ini, pasukan Klan Serigala tampaknya tidak memiliki kekuatan untuk melawan dengan serius atau melancarkan serangan balik.

Tapi kemudian sekelompok spanduk Klan Serigala yang tak terduga menarik perhatian Hveðrungr. “Hm? Itu ... "

Itu adalah spanduk yang pernah dicita-citakan oleh Hveðrungr, pada saat ketika dia adalah pria yang dikenal sebagai Loptr.

Spanduk itulah yang sekarang menandakan pria yang paling ingin dia injak-injak dan bunuh dengan tangannya sendiri.

"Itu formasi utama Klan Serigala, yang menjaga komandan!" dia berteriak cepat pada pasukannya. “Semuanya, targetkan formasi utama sekarang! Namun, jangan bunuh komandan nakal itu. Kepada siapa pun yang menangkapnya dan membawanya hidup-hidup di hadapanku, aku akan memberikan mereka apa pun yang mereka inginkan sebagai hadiah!"

“Yeahhhhh !!” Perintah Hveðrungr mengirimkan gelombang kegembiraan melalui pasukannya, dan mereka berteriak dengan liar sebagai satu kesatuan.

Bagaimanapun juga, Hveðrungr bukanlah orang yang pelit.

Sepanjang kepemimpinannya sejauh ini, dia selalu memberi penghargaan kepada bawahannya secara berlebihan atas kinerja mereka. Baginya, balas dendam terhadap Yuuto adalah segalanya, dan mengumpulkan kekayaan bahkan tidak terlalu penting.

Jadi semua anggota Klan Panther tahu bahwa Patriark mereka adalah pria dengan temperamen yang menakutkan, tetapi juga sangat murah hati. Jika dia mengatakan bahwa dia akan mengabulkan apa pun yang mereka inginkan, itu berarti mereka dapat mengharapkan dia untuk lebih dari sekadar menepati janji.

Tiba-tiba dibanjiri dengan motivasi baru dan lebih besar, pengendara Klan Panther bergabung menjadi satu kesatuan, seperti longsoran salju, menuju formasi utama Klan Serigala.

Akhirnya, kemenangan Hveðrungr sudah di depan mata.

Dia menyaksikannya, menjilat bibirnya, menunggu Kavaleri elitnya menerobos formasi Klan Serigala dan menyeret komandan bocah berambut hitam yang penuh kebencian itu keluar.

... Dan dia terus menunggu.

“Dasar bodoh, tunggu apa lagi?!” Hveðrungr mengerang dengan frustrasi, karena tidak ada satu pun laporan.

Sejauh yang dia bisa lihat secara visual, garis pertahanan infanteri yang mengelilingi komandan berkumpul bersama, tombak mereka mengarah keluar, berjuang mati-matian dan nyaris berhasil menahan Kavaleri bersenjata yang menekan mereka.

Itu mengesankan, seperti yang diharapkan dari para prajurit yang bertugas menjaga formasi utama dan melindungi Patriark mereka. Sang patriark pasti telah memfokuskan prajurit paling elitnya dalam formasi tersebut.

Namun, upaya mereka hanya bersifat sementara.

Dengan jumlah prajurit seperti itu, mereka tidak akan pernah bisa berharap untuk bertahan tanpa batas waktu melawan serangan ganas Klan Panther.

Setidaknya, itulah asumsi yang dibuat Hveðrungr, tetapi jauh kenyataan, anak buahnya dipaksa mundur, dan wajahnya penuh dengan amarah.

"Bagaimana?! Kenapa mereka kalah?!” dia berteriak. Ini jelas aneh.

Dalam hal keterampilan bela diri, pejuang Klan Panther pasti lebih unggul. Pasukannya memiliki keuntungan luar biasa dalam penentuan posisi, dan juga, mampu menyerang dari samping.

Terlepas dari itu, inilah hasilnya.

Garis pertahanan Klan Serigala bergerak sedikit. Dalam jumlah kecil, tetapi dengan kokoh dan mantap, mereka mulai bergerak maju.

Hveðrungr bingung. "Bagaimana ini? Kenapa mereka bisa sekuat ini ?!”

Udara di belakang tentara Klan Serigala tampak bergetar, seperti kabut panas atau fatamorgana.

Bahkan dari kejauhan, dia bisa melihat wajah mereka dipenuhi dengan tekad seperti lakukan-atau-mati.

Rahang mereka menggertak, mata mereka menyipit dan ganas, mereka melihat para pejuang Klan Panther di depan mereka dengan penuh semangat dan kegilaan, saling berteriak satu sama lain.

“Seperti yang dikatakan Tuan Yuuto! Kita belum kalah!”

"Benar sekali! Selama Tuan Yuuto ada di sini, Klan Serigala tidak akan kalah!"

“Lindungi Tuan Yuuto dengan segala cara! Tuan Yuuto adalah harapan Klan Serigala! "

“Pegang senjatamu dengan kuat! Jangan biarkan musuh mendekati Tuan Yuuto! ”

Apa yang bisa mendorong mereka sejauh ini?

Hveðrungr bukanlah dewa peramal, jadi dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu hanya dari pemandangan di depannya. Namun, bahkan jika dia menyadari jawabannya, dia kemungkinan akan enggan mengakuinya.

Keajaiban ini diciptakan oleh kemampuan dan reputasi Yuuto sebagai seorang pemimpin.

Seorang Komandan berdiri di garis depan.

Itu adalah cara sederhana untuk mendeskripsikan pilihan yang telah dibuat Yuuto, tapi hanya itu saja tidak akan menghasilkan efek dramatis.

Belakangan ini, pasukan Klan Serigala telah bertambah besar, dan lebih banyak anggotanya adalah orang-orang yang bukan berasal dari wilayah Klan Serigala. Tapi sebagian besar tentaranya masih orang-orang yang lahir dan besar di  Klan Serigala.

Jadi, para prajurit itu ingat.

Mereka tahu seperti apa Klan Serigala sebelum Yuuto menjadi Patriark, hari-hari kemiskinan dan penghinaan yang diderita Klan mereka.

Mereka tahu betapa berbedanya Klan sekarang setelah dia mengambil alih, hari-hari baru akan kemakmuran dan kemuliaan ini.

Selama Yuuto selamat, bahkan jika mereka mati dalam pertempuran, keluarga mereka, istri dan anak-anak mereka masih akan menjalani masa depan yang lebih baik dan lebih aman. Jika, sebaliknya, mereka selamat dari pertempuran namun membiarkan Yuuto mati, keluarga mereka pasti akan segera terapung di dunia yang berbahaya dan tidak pasti.

Itulah yang diyakini oleh semua prajurit, murni, tanpa keraguan.

Mereka bisa mempercayai hal-hal itu karena, selama hampir tiga tahun terakhir, Yuuto telah membangun pencapaian yang memberi mereka alasan penuh untuk itu.

Sebagai anggota Klan Serigala, setidaknya aku harus melindungi Patriark Yuuto, apa pun yang terjadi.

Aku tidak boleh membiarkan musuh mendekat bahkan selangkah lebih dekat padanya.

Itu adalah perasaan yang membentuk tekad besi tentara Yuuto.

Perasaan itu mengarah pada pertarungan seolah-olah punggung mereka berada di tebing, meskipun Yuuto sendiri tidak menempatkan mereka pada posisi itu secara harfiah.

Seperti yang dijelaskan dalam tulisan Sun Tzu, dan seperti yang telah dicontohkan oleh pertunjukan luar biasa dari pasukan Klan Petir sebelumnya, kuncinya adalah keputusasaan. Situasi di mana mundur tidak mungkin memiliki potensi untuk mengubah bahkan seorang prajurit biasa menjadi seorang pejuang yang perkasa.

Klan Panther dipengaruhi oleh intensitas dan semangat luar biasa yang ditampilkan Klan Serigala.

Mereka goyah, dan mungkin itu wajar saja.

Klan Panther, seperti klan nomaden lainnya yang mencari nafkah di alam liar utara yang tak kenal ampun, memiliki populasi keseluruhan yang jauh lebih kecil daripada negara-negara yang menetap di suatu pemukiman.

Oleh karena itu, kehidupan satu orang memiliki nilai lebih bagi klan, jadi mereka menghindari pertempuran yang tidak yakin akan mereka menangkan.

Prinsip utama mereka bukanlah melenyapkan musuh, tetapi melindungi diri dari kerugian. ‘Parthian shot' di mana mereka menunggang kuda sambil menembakkan panah ke belakang, adalah contoh taktik yang lahir dari budaya Klan mereka.

Mereka bertujuan untuk mengambil nyawa musuh mereka, tetapi tidak berniat untuk mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.

Perbedaan dalam ketetapan hati antara dua pasukan sekarang adalah apa yang mengatasi perbedaan awal dalam keterampilan dan keunggulan taktis.

Prajurit Klan Serigala sekarang terbakar dengan semangat juang yang luar biasa tinggi, tanpa takut akan kematian. Menghadapinya, tentara Klan Panther mundur, tidak bisa menyerang lagi.

Celah kecil itu sudah cukup; dalam sekejap, dinding kereta terbentuk di antara mereka.

Sekarang, Klan Panther tidak lagi bisa menembus garis pertahanan sama sekali.

"WTF?!" Hveðrungr meratap. “Aku sudah sejauh ini, dan aku masih tidak bisa menang melawannya?? Apakah aku lebih rendah darinya sebagai seorang Komandan?! ”

Dia tidak punya apa-apa lagi. Yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah memerintahkan pasukannya untuk mundur ...

Pada saat itulah seseorang datang melintasi medan perang dengan kecepatan tinggi, seperti sambaran petir dalam bentuk manusia.

Menggunakan momentum dari kudanya yang berlari kencang, pria itu mengayunkan palu besinya dan menghancurkan salah satu kereta yang menghalangi jalannya.

Rambut merahnya mengalir tertiup angin seperti api, Steinþórr berteriak dengan suara yang menggema seperti lolongan binatang buas.

"Nah, bagaimana kalau kita melanjutkan lagi dari bagian yang kita tinggalkan ?!"

Sambil tertawa riang, Steinþórr menusuk gagang palu yang panjang ke luar, dan menggunakan satu pukulan menyapu untuk menjatuhkan beberapa pasukan Klan Serigala sekaligus.

“Ha ha ha, itu benar-benar mengaggumkan, Suoh-Yuuto! Tidak kusangka kau akan bangkit dari jurang seperti itu!”

Memang, dia sedang menikmatinya.

Dia sangat bahagia sehingga dia hampir tidak bisa tertahankan lagi.

Yuuto adalah pria yang tidak hanya sekali, tetapi dua kali berhasil mengelabui dan mengalahkannya.

Steinþórr percaya bahwa Yuuto entah bagaimana akan menemukan cara untuk keluar dari krisis putus asa yang telah ditimpakan Klan Panther kepadanya. Itulah mengapa, dalam persiapan untuk saat itu, Steinþórr telah membuat tentaranya berbalik arah dan kembali ke medan pertempuran.

Tetap saja, meskipun dia percaya itu akan terjadi, menyaksikan perubahan itu sendiri masih membuat jantungnya berdebar kencang.

“Aku tidak percaya seseorang sepertimu benar-benar ada!” Dia menjilat bibirnya, binatang didalam dirinya muncul dengan sendirinya di wajahnya.

Meskipun dia menjalani hidupnya mencari pertempuran dengan pengabdian yang gila, Steinþórr sudah bosan dengan kemenangan.

Setiap kali dia bertarung, dia terus menang sebelum dia mendapat kesempatan untuk mengeluarkan potensi penuhnya.

Dia telah bertarung berkali-kali sekarang dengan Einherjar lainnya, pejuang lain dengan kekuatan supernatural, tetapi dia masih belum pernah puas.

Lalu….

Sekarang ada lawan yang belum dia kalahkan, bahkan setelah bertarung dengan serius.

Inilah seseorang yang bisa menahan kekuatan penuhnya. Ini, tidak salah lagi, seseorang yang lebih besar darinya.

Dia ingin bertarung dan mempelajari kedalaman kekuatan pria ini.

Bukannya dia hanya ingin melakukan pertempuran yang mengasyikkan, seperti sebelumnya. Dia dengan sederhana dan murni ingin mengetahui apa yang benar-benar mampu dilakukan pria ini.

Menyerang musuh yang kelelahan dan melemah setelah beberapa pertempuran adalah sesuatu yang bertentangan dengan prinsip Steinþórr.

Tapi ini berbeda. Dia adalah pihak yang lebih lemah, dan gagasan tentang dia menahan diri lawan yang lebih besar darinya akan menjadi lebih keterlaluan.

Dia hanya perlu berjuang untuk menang, dan mengerahkan seluruh kemampuannya.

Dengan semua pikiran yang hilang dari benaknya, Steinþórr terus mengayunkan palu dengan kekuatan luar biasa di sekelilingnya.

Ada tornado manusia di medan perang.

Segala sesuatu dan semua orang dalam radius palunya tersapu, dirobohkan, dihancurkan. Apakah itu seorang prajurit elit, atau bahkan seorang prajurit yang telah menemukan tekad kuat untuk menghadapi kematian, semuanya setara di hadapannya.

Semua yang berdiri di jalannya menghadapi akhir yang sama.

"Orang itu bukan jenius dalam pertempuran ... dia seperti bencana hidup," Yuuto mengerang, dengan wajah seperti dia baru saja menelan serangga.

Dia entah bagaimana hampir berhasil menahan serangan sengit Klan Panther, dan sekarang dia muncul. Steinþórr adalah pembuat onar sampai akhir.

Lagipula dari awal, pemuda itu telah bertarung tanpa henti sejak dimulainya pertempuran. Bagaimana dia memiliki stamina untuk tetap bertarung seperti itu? Dia terlihat sangat tidak manusiawi.

“Tapi… kau sedikit terlambat untuk kembali ke sini, bukan? Maaf, tapi aku sama sekali tidak berniat melawanmu secara langsung." Sudut mulut Yuuto naik sedikit saat dia akhirnya yakin akan kemenangannya.

Telinganya telah menangkap suara samar yang datang dari barat – dari arah celah gunung. Itu adalah suara sorakan tentara dari kejauhan.

Sorakan itu semakin keras dan dekat, dan sesaat kemudian, itu menyebar ke seluruh medan perang.

“Kami telah merebut Benteng Gashina!” 

“Kita menang! Klan Serigala menang! ”

"Bala bantuan! Bala bantuan telah tiba! "

Akhirnya suara-suara itu cukup dekat sehingga Yuuto bisa dengan jelas mendengar apa yang mereka katakan.

“Mereka akhirnya berhasil!” katanya, mengepalkan tinjunya erat-erat.

Tentu saja, ketika Yuuto keluar dengan formasi utamanya dan menempatkan dirinya dalam bahaya, dia tidak melakukannya tanpa tujuan.

Kecerobohan dan keberanian terlihat serupa, tetapi keduanya sangat berbeda.

Tindakannya berbahaya dan sedikit gegabah, tetapi semua resiko telah diperhitungkan dan didukung oleh prospek kemenangan. Dia tahu bahwa jika dia bisa menahannya lebih lama, bala bantuannya yang dapat diandalkan akan datang untuk menyelamatkannya.

Pancing macan itu keluar dari sarangnya. Itu adalah judul kelima belas dalam Thirty-Six Stratagems, esai Tiongkok klasik tentang kelicikan dan penipuan dalam perang dan politik.

Salah satu contohnya adalah Pertempuran Jingxing yang terkenal secara historis, yang terjadi di pegunungan Cina di sebuah celah gunung dekat sungai besar. Sering dikatakan bahwa Han Xin mampu mengalahkan kekuatan musuh sepuluh kali lebih besar dari kekuatannya sendiri dengan membuat orang-orangnya bertarung dengan punggung menghadap ke sungai, memotong jalur pelarian mereka. Meskipun kisah ini kemungkinan besar fakta, orang dapat mengatakan bahwa itu hanya bualan.

Lagipula, walaupun memutus jalur pelarian itu diri sendiri secara teori menyalakan semangat prajurit, tetapi hasilnya tidak akan bertahan lama, dan dapat dengan mudah menyebabkan semua orang musnah. Itu adalah metode yang bertentangan dengan akal sehat, dan biasanya sesuatu yang tidak boleh dilakukan seorang komandan.

Han Xin tidak memenangkan pertarungannya hanya dengan menggunakan taktik itu. Sebaliknya, inti sebenarnya dari strateginya adalah dengan menggunakannya sebagai umpan.

Dengan jumlah yang lebih kecil, dan dengan menggunakan taktik yang menantang akal sehat menempatkan mereka dalam formasi dengan sungai di belakang mereka, dia telah menipu musuhnya untuk memandangnya dengan remeh, memikat mereka untuk menyerangnya. Sementara itu, pasukan terpisah merebut benteng yang ditinggalkan musuh. 

Dengan pangkalan musuh direbut dan pasukan kedua tiba sebagai bala bantuan, Han Xin bisa menang.

Yuuto telah menggunakan peristiwa sejarah itu sebagai referensi, mengubah formasi utamanya, dan menggunakan dirinya sendiri, sebagai umpan kali ini.

Maka sang 'Harimau', Steinþórr, telah membawa pasukannya melalui celah gunung yang sempit dan keluar dari sana untuk menyerangnya, dan dalam celah itu, Yuuto telah mengirimkan kekuatan kedua yang memiliki mobilitas tinggi, Unit Múspell sebagai pasukan inti untuk memutar mengelilingi pegunungan melalui rute lain, dan mengambil alih benteng kosong di sisi lain.

Tentu saja, dia tidak akan pernah menganggap umpannya tidak hanya menarik harimau liar, tapi juga panther licik.

"Serius, meskipun, awalnya aku tidak pernah bermaksud untuk benar-benar meniru bagian pertarungan lakukan-atau-mati saat terpojok..." Yuuto tertawa getir dan menggelengkan kepalanya.

Dia telah mengambil begitu banyak tindakan hati-hati untuk memastikan kemenangan yang kokoh. Benar-benar tidak ada cara untuk memprediksi dengan pasti apa yang bisa terjadi dalam perang.

Tapi bagaimanapun keadaannya sejauh ini, rencananya sekarang sudah selesai.

Sekali lagi, rahasia kekuatan luar biasa pasukan Klan Petir bukan hanya kekuatan Steinþórr sebagai individu, tetapi moral pasukan karena dia bertempur di garis depan dan menghancurkan musuh di depannya.

Oleh karena itu, yang dibutuhkan hanyalah merampas sumber kekuatan itu.

Hanya karena para prajurit percaya bahwa mereka memiliki peluang untuk menang, mereka dapat dengan berani bertempur dengan musuh di depan mereka.

Seseorang hanya perlu bertanya apa yang akan terjadi, jika mereka yakin mereka telah kalah.

Sementara itu, tentara Klan Serigala telah berhasil merebut kembali Benteng Gashina dan kedatangan bala bantuan yang berkemampuan tinggi, mereka dipenuhi dengan semangat membara.

Semangat Klan Serigala sekarang adalah yang tertinggi sejak dimulainya peperangan ini.

Pertempuran ditentukan oleh moral para prajurit.

Sekarang, serangan balik Klan Serigala bisa dimulai dengan sungguh-sungguh.

Sigrún meneriakkan perintah sekuat tenaga saat dia memacu kudanya sendiri, terjun ke barisan musuh.

“Semua pasukan maju! Kecepatan penuh! Serang mereka dengan kecepatan penuh dan kalahkan sebanyak yang kau bisa!”

Dia dengan cepat menutup jarak dengan kavaleri musuh yang melintasi jalannya. Dan saat musuhnya menoleh untuk melihatnya dengan ekspresi kaget, tombaknya membuat garis horizontal secepat kilat, memisahkan kepala pria itu dari tubuhnya.

Dia menindaklanjuti dengan melakukan serangan balasan, menyerang pengendara yang berdekatan tepat di perutnya dan menjatuhkannya dari kuda. 

"Orang-orang ini... mereka dari Klan Panther." Sigrún meluangkan waktu sejenak untuk bertanya-tanya mengapa Klan Panther ada di sini sekarang.

Dia tidak punya petunjuk. Dia tidak tahu apa-apa, tapi saat ini itu tidak penting.

Ada musuh di depannya. Dan perannya sebagai Mánagarmr Klan Serigala, 'Serigala Perak Terkuat', sederhana. Dia harus mengalahkan musuh sebanyak mungkin.
 
********

Kavaleri kuda di belakangnya adalah Resimen Kavaleri berbakat berjumlah dua ribu, dipimpin oleh bawahan langsungnya, pasukan khusus elit yang dikenal sebagai Unit Múspell.

Mereka telah merebut Benteng Gashina dengan usaha minimum sehingga mereka dapat dengan cepat kembali melalui celah gunung, dan semangat mereka sangat tinggi.

Dan untuk pertempuran di Benteng Gashina, Klan Petir telah mengirim semua kekuatan pasukannya untuk menyerang Yuuto di pintu masuk jalan gunung, jadi benteng itu secara praktis tidak dijaga. Mereka berhasil menangkapnya dengan hampir tanpa korban jiwa. Para pasukan sebagian besar tidak terluka, dan masih memiliki banyak stamina untuk melawan.

Sementara itu, para Kavaleri Klan Panther baru saja keluar dari pertempuran yang melelahkan dengan formasi utama Klan Serigala, dan mereka sedang lesu.

Pemenang kontes ini sudah terlihat jelas.

Pasukan kavaleri Sigrún bergerak seperti api, melonjak melintasi medan perang dan melerai pasukan Klan Panther, membubarkan mereka dan menghabisi mereka.

“Hm?!” Perhatian Sigrún terfokus pada salah satu pengendara musuh, yang berjuang melalui situasi kacau dan tidak menguntungkan ini seperti one man army.

Kepalanya ditutupi oleh helm sederhana, matanya berkilau seperti elang. Dia mengendalikan kudanya seolah-olah itu adalah perpanjangan dari tubuhnya sendiri, memghadapi pasukan Klan Serigala yang menyerangnya satu demi satu.

Dia mengenali wajahnya juga. Selama perang tahun sebelumnya, dia telah menjadi kepala pasukan pelopor Klan Panther.

Menurut penelitian Kristina, nama pria itu adalah Váli, salah satu jenderal besar Klan Panther, dan konon tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam hal memanah sambil berkuda.

“Lawan yang layak! Aku dengan ini menantangmu bertarung!" Sigrún memanggil Váli dan menyiapkan tombaknya, mencondongkan tubuhnya ke depan dan mendesak kudanya untuk berlari langsung ke arahnya.

Saat dia memasuki jangkauan serangan, dia mulai dengan serangan menyapu diagonal ke bawah.

"Rambut perak?! Maka kau adalah Mánagarmr!” Váli meneriakkan jawabannya bahkan saat dia memutar tombaknya dan menangkis serangannya.

Tampaknya tak satu pun dari mereka perlu memperkenalkan diri satu sama lain. "Itu aku! Dan sekarang aku akan mengambil nyawamu!"

"Gadis bodoh! Aku tidak akan kalah dari orang sepertimu!” Mereka mulai bertukar serangan, tombak mereka berbenturan.

Itu adalah pertarungan antara dua prajurit teratas, yang terkuat di klan masing-masing.

Lima bentrokan... sepuluh... pertukaran serangan dan balasan mereka sangat cepat dan keras sehingga seperti ada dinding yang membelah kematian di sekitar mereka, dan tidak ada yang bisa mendekat untuk ikut campur.

Tetapi bahkan dalam pertempuran sengit itu, Sigrún menyeringai. “Hanya ini yang kau punya? Garmr jauh lebih cepat. Haaaah !!"

"A-whoa!" Serangan Sigrún melaju lebih cepat, dan dalam sekejap Váli mendapati dirinya benar-benar dalam posisi bertahan.

Itu karena pertempuran sengit yang dilakukan Sigrún dengan serigala raksasa beberapa bulan sebelumnya.

Terpojok dan terdorong ke ambang kekalahan yang berarti kematian, kemampuan yang tertidur di dalam dirinya telah dibuat bangkit dan berkembang.

“Cih! Sialan!" Váli segera mundur, membalikkan kudanya dan berlari menjauh. Orang-orang nomaden dari Klan Panther tidak akan bertempur saat mereka akan kalah.

“Aku tidak akan membiarkanmu kabur!” Sigrún buru-buru menendang kudanya sendiri, memaksanya berlari secepat mungkin untuk mengejar Váli.

Jika dia bisa membunuh seorang jenderal musuh, moral sekutunya akan melambung tinggi dan musuhnya akan jatuh. Datang sejauh ini hanya untuk membiarkan salah satu jenderal tertinggi mereka melarikan diri sangat tidak bisa dimaafkan.

Namun, betapapun kuatnya dia dalam pertempuran dibandingkan lawannya, Váli lebih baik dari mereka dalam hal kuda. Dia dengan cepat membuat jarak - atau begitulah seharusnya.

"Ha!" Dalam sekejap, Váli berbalik dan menyiapkan busurnya, menembakkan panah ke arahnya dengan cepat.

“Cih! Sialan!” Sigrún mendecakkan lidahnya karena frustrasi, matanya tertuju pada sekelompok anak panah yang terbang ke arahnya. Dia sekarang menyadari bahwa dia telah terpancing untuk mengejarnya, tetapi itu sudah terlambat.

Sebagai pemanah berkuda terhebat di Klan Panther, keterampilan Váli yang luar biasa dengan busur bahkan lebih baik daripada pemanah hebat Klan Tanduk, Haugspori.

Dan karena Sigrún mendesak kudanya untuk mengejar Váli dengan kecepatan penuh, anak panahnya datang ke arahnya dengan kecepatan relatif yang lebih besar.

Hujan anak panah terbang ke arahnya dengan kecepatan yang menakutkan, tetapi saat mereka akan mencapainya, sesuatu yang jauh di dalam dirinya tersentak.

Saat itu juga, dunia di sekitarnya kehilangan warnanya dan menjadi bayangan abu-abu.

Segala sesuatu di dunia ini melambat. Udara terasa setebal air.

Sigrún memiringkan lehernya dan menggerakkan kepalanya sedikit ke samping, menghindari anak panah.

Salah satu anak panah menyentuh pipinya, meninggalkan garis merah tua, tapi dia tidak mempedulikannya. Dengan gerakan yang mengalir seperti air, dia menggunakan tombak dan sarung tangan besinya untuk menangkis beberapa panah, menghindari yang lain dengan memiringkan tubuhnya, dan terus berlari lurus ke depan melewati serangan itu.

Dia melakukannya dengan kudanya tetap dalam kecepatan penuh. Kondisi mental ini, di mana pikiran dan inderanya mencapai kondisi fokus dan kecepatan yang melampaui batas, adalah hasil lain dari pertarungannya sampai mati dengan garmr.

“Apa?!” Váli sudah yakin akan kemenangannya, jadi keterkejutannya semakin besar.

Berbeda dengan Sigrún, dia telah menurunkan kecepatan kudanya sedikit, untuk fokus menembakkan anak panahnya.

Jarak di antara mereka tertutup dalam sekejap.

“Haaaah!!” Sigrún melepaskan tusukan tombak dengan momentum penuh dari kecepatan kudanya di belakangnya.

Segala sesuatu tentang serangan itu mendekati bentuk idealnya yang sempurna seperti dalam pelatihan Sigrún, dari penerapan dan pelepasan kekuatan otot hingga lintasan ujung tombak ke depan dari posisi siapnya. Itu adalah serangan mematikan, yang mungkin dilakukan dengan keadaan fokus sepenuhnya.




Bahkan Váli tidak bisa bereaksi tepat pada waktunya menghadapi serangan itu, dan ujung tombak menembus dadanya.

Dia jatuh dari kudanya. "Guggh ...!"

“Ohhhhh!! Nona Sigrún telah mengalahkan jenderal musuh!" seorang tentara berteriak.

“Itu Mánagarmr kita!”

“Nona Sigrún dan Unit Múspell-nya datang untuk membantu kita! Dengan ini, kita bisa bertarung dengan seribu - tidak, sepuluh ribu kali lebih kuat! ”

“Kita bisa memenangkan pertarungan ini! Kita akan menang! ”

Menjadi saksi pencapaian heroik Sigrún, tentara Klan Serigala dalam formasi utama Yuuto tiba-tiba mendapatkan kembali kekuatan mereka juga.

Tak perlu dikatakan bahwa gelar Mánagarmr adalah penanda kekuatan terbesar dalam Klan Serigala.

Pemegang saat ini memiliki penampilan yang halus, seperti peri pada pandangan pertama, tetapi dalam pertempuran, Sigrún bertarung dengan kekuatan dan keganasan seorang raksasa. Dan dengan fakta bahwa dia baru saja mengalahkan seekor garmr sendirian dalam pertempuran tunggal, dia sudah mendapat reputasi seperti dewa di dalam klan, yang kedua setelah Yuuto.

Dan sekarang, tepat setelah tiba di medan perang, dia telah membunuh jenderal Klan Panther yang telah menipu dan menyiksa Klan Serigala begitu lama hanya dengan pasukan kecilnya. Itu adalah pencapaian luar biasa lainnya.

Unit Pasukan Khusus Múspell yang dia pimpin secara pribadi juga diagungkan sebagai sekelompok pejuang veteran yang sangat elit, kavaleri yang telah mengumpulkan segunung prestasi dalam banyak pertempuran yang mereka lakukan.

Bagi pasukan Klan Serigala yang telah bertempur dalam pertempuran ini sejauh ini, tidak ada kelompok yang lebih kuat atau dapat diandalkan untuk membantu mereka. Jumlah mereka hanya dua ribu, tetapi secara psikologis, jumlah mereka seolah-olah sepuluh kali lipat.

“Ayo, ayo ikuti mereka!” seorang tentara Klan Serigala berteriak. "Hancurkan musuh!"

Pasukan utama Klan Serigala menyerbu Klan Panther seperti air dari bendungan yang jebol.

Itu adalah serangan penjepit dari depan dan samping.

Pasukan Klan Panther adalah legiun kavaleri yang sangat terampil, tetapi melawan serangan ganas oleh pasukan Klan Serigala dengan semangat puncaknya, mereka tidak memiliki peluang.

Sepertinya untuk sesaat mereka akan diserbu... tapi sebelum Klan Serigala bisa menekan lebih dekat, para Kavaleri Klan Panther mundur lebih cepat, memutar kuda mereka dan mulai mundur dengan cepat dan teratur.

"Ah! Tidak baik. Berhenti, kalian semua! Berhenti! Jangan mengejar mereka dengan sembarangan! Kau hanya akan menjadi makanan bagi anak panah mereka!” Sigrún buru-buru melambaikan tangannya, berusaha menghentikan pasukan yang mengejar.

Dia menyadari tujuan musuh lebih cepat daripada siapa pun berkat cara Váli menipunya beberapa saat yang lalu.

Namun, begitu sekelompok tentara mendapatkan momentum di depan mereka, bukanlah hal yang mudah untuk menghentikan mereka.

Memanfaatkan itu, para pejuang Klan Panther membalikkan tubuh mereka bahkan saat kuda mereka melarikan diri, dan melepaskan keahlian Klan mereka, Parthian Shot.

"Guagh!" 

"Gyaargh!"

Para prajurit yang pertama kali melemparkan diri mereka sendiri ke arah musuh dan mengejar dengan sengit menjadi mangsa serangan itu.

Prajurit lain, melihat sekutu mereka ditembak jatuh, semakin marah.

Sejauh ini, mereka menangkis serangan Klan Panther, Benteng Gashina telah diambil alih, dan sekarang mereka mendapat bala bantuan dari Unit Múspell. Dengan semangat dan keyakinan dari ini, mereka tidak bisa menahan diri untuk terus maju.

"Sialan! Aku mengatakan untuk berhenti! Siapapun yang mencoba untuk mengejar mereka lebih jauh, aku akan menebasnya dengan kedua tanganku sendiri!" Sigrún memacu kudanya dan berlari di depan pasukan Klan Serigala yang sedang menyerang, meneriaki mereka.

Dia juga menggunakan pangkal tombaknya untuk menyerang prajurit yang paling dekat dengannya... tanpa menahan kekuatannya.

Dengan itu, pasukan Klan Serigala yang telah melupakan diri mereka sendiri untuk sejenak akhirnya sadar dan berhenti. Tentu saja, tidak ada dari mereka yang akan mencoba dan memaksa melewati Mánagarmr.

"Kerja bagus." Wakil kapten dari Unit Múspell, Bömburr, mendekatinya dan menyeringai masam. “Tetap saja, Anda cukup ekstrim, ya?”

Sigrún baru saja bergegas pergi ke ruang tempat anak panah musuh beterbangan, dan bahkan mengambil risiko menabrak beberapa sekutunya.

"Itu karena Ayah memperingatkan kita untuk tidak mengambil risiko mengejar para Kavaleri Klan Panther," kata Sigrún kepadanya.

“Jadi dia yang memperingatkannya. Mereka benar-benar musuh yang merepotkan, bukan? Kita bahkan tidak bisa menyerang saat mereka mundur…” Bömburr terdiam.

Mayoritas pembunuhan dan penangkapan tentara dalam pertempuran dilakukan pada saat menyerang musuh yang mundur.

Jika mereka tidak meluncurkan serangan pengejaran terhadap pasukan musuh, maka mereka tidak dapat memberikan kerusakan fatal yang menentukan 

Namun, seperti yang baru saja ditunjukkan, jika mereka mencoba menyerang pengendara Klan Panther saat mundur, mereka akan bertemu dengan serangan balik yang sangat efektif.

"Sial, mereka benar-benar menyebalkan." Sigrún mendesah berat.

Dia juga dipaksa untuk mengakui bahwa keputusan komandan musuh dalam kasus ini sangat tepat.

Setelah menyadari bahwa timnya memiliki semangat tinggi dan sangat ingin bertarung, mereka segera mengganti taktik untuk memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Klan Panther telah meminimalkan korban di pihak mereka sendiri, dan mengirimkan lebih banyak korban ke Klan Serigala.

Jika Sigrún tidak menghentikan sekutunya, keinginan kuat mereka untuk bertarung akan sia-sia dan harus dibayar mahal.

Yuuto sepertinya menyadari hal ini secepatnya dan memerintahkan mereka untuk berhenti, tapi dengan penundaan dalam menyampaikan perintah, lebih banyak korban akan tidak terhindarkan.

Mereka benar-benar melawan musuh yang paling buruk dan paling menjengkelkan.

“Heh heh heh, ha ha ha ha! Ahh, kau menangkapku lagi!” Tertawa kegirangan, Steinþórr memiringkan kepalanya ke belakang dan menepuk dahinya dengan telapak tangan.

Seorang prajurit Klan Serigala di dekatnya tidak melewatkan celah itu dan menyerang, tetapi Steinþórr meraih tombak pria itu dengan tangan satunya dan memutar keduanya sedikit sebelum melemparkannya ke samping tanpa tujuan.

“Ya ampun, satu per satu kau terus memunculkan trikmu. Aku bahkan tidak tahu bagaimana kau memikirkan semua hal ini. Apa kau seorang penyihir atau semacamnya, serius!”

Menilai dari sorakan dan suara lain yang bergema di sekitarnya, dia bisa memahami seluruh perkembangan pertempuran sampai batas tertentu.

Total kekuatan pasukan Klan Petir lebih rendah daripada Klan Serigala. Itulah mengapa dia memfokuskan sebanyak mungkin kekuatan pasukannya untuk menyerang, tetapi tampaknya itu menjadi bumerang. Dia hanya bisa duduk dan mengagumi kemampuan perencanaan dari Patriark Klan Serigala, karena telah melihat semua ini sebelumnya dan memperhitungkannya.

Sama seperti saat Pertempuran Sungai Élivágar, dan sebelumnya dalam pertempuran hari ini dengan formasi yang mengepungnya, dia terus menerus menari di telapak tangan lawannya.

Serangan Steinþórr terus-menerus dihindari, dan setiap kali, sebelum dia menyadarinya, dia terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan.

Itu seperti kisah yang diceritakan tentang orang-orang yang sepenuhnya terbawa oleh keajaiban penipu yang tidak manusiawi seperti penyihir dan peri.

Tetapi bagi Steinþórr, itu terasa luar biasa. Ada pria lain di luar sana yang jelas lebih kuat darinya. Tidak ada yang bisa membuat jantungnya berdebar gembira lebih dari itu!

"Cih, sayang sekali, tapi kurasa aku harus mundur sekarang." Dengan mendecakkan lidahnya karena frustrasi, Steinþórr menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu.

Pasukan Klan Petir sudah mencapai batasnya dalam hal moral dan stamina.

Mereka telah bertempur tanpa henti sejak pagi, dan kemudian mereka terjun ke situasi yang benar-benar putus asa ketika formasi musuh menjebak mereka dari kedua sisi.

Mereka sudah menghabiskan semua energi mereka dalam perjuangan hidup atau mati untuk keluar dari perangkap itu.

Dia memberi mereka istirahat sejenak sebelum berbalik arah dan membawa mereka kembali ke medan perang, tapi itu tidak cukup untuk menyembuhkan kelelahan mereka. Tentu saja, luka mereka juga belum sembuh.

Dia hanya berhasil mendorong mereka untuk beraksi kembali dengan janji suguhan yang disebut kemenangan. Dan situasinya sekarang justru berbanding terbalik.

Mereka mencoba mendorong diri mereka sendiri ke depan dengan momentum belaka, tetapi dengan cepat, angin telah membalikkan ‘layar kapal’ mereka.

Itulah gambaran betapa sulitnya menghancurkan semangat mereka, mendengar bahwa Benteng Gashina telah direbut kembali. Itu berarti rute pasokan utama dan rute pulang mereka terputus, dan itu adalah masalah besar.

Ini berarti, selain mereka sudah lelah secara fisik dan mental, musuh telah merampok salah satu sumber moral mereka.

Ketegangan pertempuran yang selama ini menyatukan mereka tiba-tiba pecah, dan sekarang bahkan Steinþórr sendiri tidak akan dapat memaksa mereka menyerang lebih jauh.

Pertempuran dalam perang tidak terjadi antar individu.

Steinþórr adalah pejuang tak tertandingi yang bisa melawan ratusan musuh sendirian, tetapi tanpa pasukan tentara yang bertempur bersamanya, tidak banyak yang bisa dia lakukan untuk menang.

“Baiklah, teman-teman, kita mundur sekarang!” Steinþórr berseru. "Aku akan mengurus bagian belakang!"

“... !!” Sebuah getaran menembus pasukan Klan Petir, dan beberapa dari mereka tersentak sekaligus.

Panglima Tertinggi adalah satu-satunya orang yang perlu melarikan diri ke tempat aman terlebih dahulu, dan baginya untuk bertindak sebagai pemimpin barisan belakang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Kau tidak serius kan, Ayah ?!” salah satu bawahannya berteriak. “Dia benar, Ayah!” teriak yang lain. “Kami akan menahan musuh untukmu, jadi tolong kabur terlebih dahulu!”

Secara alami, sebagai bawahan langsungnya, mereka dapat memohon kepadanya secara langsung. Namun, Patriark mereka adalah pemuda yang keras kepala, dan begitu dia memantapkan pikirannya, dia tidak akan mengubahnya.

Steinþórr tertawa dan melambaikan tangannya ke arah mereka. “Kau pikir aku akan menjadi orang pertama yang melarikan diri dari pertempuran? Yah, siapa yang peduli dengan detailnya? Santai saja dan jangan khawatir. Aku tidak akan mati disini. Lagipula, aku harus bertahan jadi aku bisa melakukannya dengan pria itu sekali lagi."

********

Setelah memastikan bahwa Klan Panther dan Klan Petir menarik pasukan mereka, Yuuto merosot ke lantai keretanya.

"Huh... entah bagaimana kita berhasil melewatinya."

Tanpa disadari, matahari sudah tenggelam di barat, dan langit timur terlihat lebih biru tua, dengan bulan purnama yang mulai terlihat.

"Tubuhku terasa lebih berat daripada saat aku terkena mantra Læðingr..." erangnya. Itu mungkin berasal dari ketegangan medan perang konstan yang dia alami sejak pagi. Tubuhnya sepertinya sudah melewati batas dari apa yang biasanya bisa dia tangani, dari segi kelelahan.

Dia mencoba melancarkan serangan ke dua pasukan yang melarikan diri, tetapi keduanya telah menunjukkan penilaian dan timing yang luar biasa saat mereka melarikan diri, sehingga hanya menderita sedikit korban.

Faktanya, menurut laporan dari pengintai di daerah tersebut, mereka telah berpindah ke daerah yang berjarak dua jam perjalanan ke selatan dan sedang beristirahat sambil mengawasi kemungkinan celah di dalam pertahanan.

Itu sulit, tapi pertempuran ini bisa dinilai sebagai kemenangan Klan Serigala. Tapi sepertinya pertarungan sebenarnya mungkin hanya ditunda beberapa hari kemudian.

"Tetap saja, aku tidak percaya Klan Petir dan Panther telah bergabung," erangnya. "Itu sangat buruk."

“Hee hee, tapi meski begitu, kau dengan brilian melawan mereka. Mengesankan seperti biasa, Kakak. Ini dia." Felicia memberi Yuuto secangkir teh.

"Oh terima kasih." Yuuto menyeruput dan menghembuskan nafas panjang. “Ahh, ini benar-benar nikmat.”

Tenggorokannya kering karena tegang, dan tehnya sangat lezat.

“Kami benar-benar aman selama kau ada di sini bersama kami, Kakak,” Felicia meyakinkannya.
<Afronote: INI JELAS JELAS DEATHFLAG HEI!!>

“Hei, ayo, sekarang, kau tahu suatu hari aku harus pergi—”

“Waktunya telah tiba bagi kegelapan untuk menggantikan cahaya matahari.”

Tiba-tiba, sebuah suara yang dikenali Yuuto bergema di kepalanya, dan seakan merespon kata-kata yang dia ucapkan, dia merasakan jantungnya berdebar kencang.

Dig-dug.

Dalam benaknya, dia bisa melihat sosok cantik berkulit coklat dari gadis yang sama seperti sebelumnya. Terakhir kali itu sedikit tidak jelas, tapi sekarang pengelihatan dan suaranya jelas seperti kristal.

"Biarlah rantai perjanjian suci dilepaskan, agar serigala lapar yang terpenjara dapat dibebaskan."

"Kau lagi?!" Yuuto berteriak.

“Kakak ?! Apa yang salah?!" Khawatir dengan teriakan Yuuto, Felicia berbalik ke arahnya.

Secara alami, Felicia tidak bisa melihat atau mendengar wanita lain itu. Namun, dia bisa merasakan sesuatu.

"A-apa ..." Felicia terbata-bata. “Apakah ini sihir?!”

“Ini Sigyn! Sigyn mengaktifkan seiðrnya lagi!” Yuuto berteriak. "Ah! Maksudmu pengguna seiðr yang menikah dengan saudaraku ?!”

"Ya!" Mengangguk, Yuuto memfokuskan mata pikirannya pada sosok Sigyn yang sedang menari.

Seperti sebelumnya, dia mengenakan pakaian yang provokatif dan sensual, memiliki kesan yang serasi. Tapi saat ini dia sedang tidak mood untuk memikirkan hal-hal mesum.

Sebaliknya, kecemasan yang tidak bisa dijelaskan mencengkeramnya. Saat detik-detik berlalu, Sigyn dalam benaknya menyelesaikan mantranya.

“Fimbulvetr!!”

Dengan kata-kata terakhir yang diucapkan, Yuuto bisa merasakan sesuatu, seperti kekuatan tak terlihat yang telah mengikatnya hancur.

Bukan karena melemah, atau menipis - itu pecah dan terurai, menghilang sepenuhnya.

Dia yakin bisa merasakan itu.

"Kakak?! Tu-tubuhmu ...! ” Felicia berteriak saat tubuh Yuuto menjadi tembus pandang lagi.

Kali ini, itu tidak berakhir di situ.

Dalam sentakan tiba-tiba, Yuuto merasakan sensasi seperti melayang, seolah-olah tanah di bawahnya tiba-tiba menghilang, dan dunia di sekitarnya tampak memudar. Wah!

Dia mengenali perasaan itu.

Persis seperti yang dia rasakan pada malam saat dia pertama kali datang ke Yggdrasil - sensasi melintasi antar dunia.

"Ka-Kakak!" Teriakan Felicia sepertinya datang dari jauh.

Tidak hanya itu, tapi penglihatannya semakin kabur dan bergelombang.


Sepertinya dia bahkan tidak punya waktu untuk meninggalkan kata-kata perpisahan.

“Ini! Ambil ini...!" Secara refleks Yuuto merogoh sakunya dan melemparkan sesuatu ke Felicia.

Semuanya berakhir dalam sekejap. Felicia dan dunia Yggdrasil terhapus dari pandangannya, hanya menyisakan kegelapan, dan kemudian dunia kembali lagi.

Dan hal berikutnya yang dia lihat ....

"Apa?! Yu-Yuu-kun ?! ”

... adalah wajah dari teman masa kecilnya, gadis yang telah dia tunggu selama tiga tahun untuk bertemu kembali.



TL: Afrodit
EDITOR: Isekai-Chan