Sabtu, 25 Desember 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 21 : Chapter 4 – Terimakasih Kepada Asassin

Volume 21
Chapter 4 – Terimakasih Kepada Asassin


Beberapa hari setelah Keel dan para penduduk desa lainnya menjalani terapi. 

“Hey!” Mamoru datang ke desa kami, dengan menyeret Cian. Melty dan Ruft bersama mereka juga. 

“Huh? Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanyaku.

“Ya…” balas Mamoru.

“Aku sudah bilang padamu tentang seseorang yang tampak seperti Raphtalia, kan? Kami akhirnya mengetahui posisinya. Kami bermaksud untuk membawamu menemuinya. Apa pendapatmu?” Aku ingat dia pernah menyebutkan seseorang seperti itu. Dia sepertinya leluhurnya raphtalia. Ini nampaknya layak untuk pergi bertemu dengannya.

“Oke. Kita akan bersiap dan langsung bergerak” Balasku.

“Kita harus berhati-hati” Mamoru memperingatkan. “Dia memanggil dirinya sendiri sebagai pembawa perdamaian (pacifier), datang kemari untuk mengamati para pahlawan. Jika Keadaan memburuk, kita akan dibunuh.”
<EDN: Oke mulai dari sini pacifier akan diganti menjadi pembawa perdamaian>

“Aku tahu, Lagipula kita punya salah satu keturunannya disini bersama kita” kataku. Kami juga meluncurkan serangan ke Q’ten Lo pada masa itu. Kami bisa menangani itu. “Kita hanya ingin mengobrol. Tapi tetap saja…” Kami perlu membawa Party yang cukup besar untuk bisa menanganinya jika dia menjadi musuh. Dari sudut pandangnya, kami adalah entitas yang tidak teratur. Saat kami menjelaskan keadaan kami padanya, akan sangat penting untuk tetap membuatnya sedikit bingung. Fakta bahwa ada dua Pahlawan Perisai akan menstimulasi rasa penasarannya. Itu alasannya kenapa Mamoru dan diriku pergi bersama.

Sementara itu, Ren, mungkin akan dianggap sebagai Pahlawan Pedang yang berasal dari dunia yang berbeda, Jadi, aku membuatnya tetap siaga jika keadaan berubah secara drastis. Sementara itu, Rapthalia dan Ruft, sangat cocok untuk memberikan kejutan besar yang kita punya. Lagi pula mereka berdua juga sudah diberkati sebagai Kaisar Surgawi. Itu mungkin akan membalik keadaan dengan cepat, tetapi ada juga banyak manfaat yang mungkin terjadi jika tidak membawa mereka. Mereka berdua juga dapat membantu kami melawan Sakura Destiny Sphere yang terbuat dari Sakura Stone of Destiny. Itu pastinya menguntungkan kami.

 Dan begitulah, kami tidak akan membuat persiapan terlalu jauh. Hanya cukup sampai jika pertarungan akan terjadi. Mengirim Shadow masuk juga salah satu pilihan, tapi kami berhadapan dengan seseorang yang persis dengan Rapthalia. Kami harus beranggapan kalau dia sangat ahli dalam mengetahui posisi orang-orang yang menyembunyikan diri mereka. 

“Melty, aku ingin Rapthalia dan Ruft ikut dalam negosiasi, tapi bagaimana denganmu?” Aku bertanya pada Ratu.

“Membawa mereka berdua adalah ide yang bagus. Jika kita berurusan dengan seseorang yang berkemampuan sama dengan Rapthalia, mereka akan lebih efektif dibandingkan denganku. Aku akan ikut campur jika pertarungan dimulai, tapi aku lebih suka tetap berada dibelakang layar.” Kata Melty. Kedengarannya seperti dia sangat mempertimbangkan penilaianku. Dengan itu, kami menentukan party yang akan ikut. 

“Baiklah, ayo pergi bertemu dengan si pembawa perdamaian.” Kataku. Pastinya, kami perlu mencari tahu setiap kemungkinan petunjuk untuk bisa kembali pulang, tetapi yang lebih penting, kami harus mengendalikan setiap faktor tak menentu yang bisa berpotensi membuat masalah jika pertarungan lebih lanjut terjadi. 

“Raph!” Kata Raph-chan.

“Dafu!” Tambah Raph-chan II. Mereka berdua terlihat ingin ikut pergi.

“Aku tidak yakin membawa Raph-chan melancarkan proses negosiasi.” Kata Raphtalia.

“Tetapi bahkan jika mereka tidak ikut, dia pasti akan melihat Raph-chan suatu saat nanti, yang mana bisa mengacaukan segalanya.” Balasku. Mencoba menyembunyikan sesuatu yang kalian tidak bisa sembunyikan adalah ide yang buruk. Jika kami berurusan dengan wanita pembawa perdamaian ini, kami harus membayangkan apa yang akan terjadi jika dia datang ke desa kami. Menunjukan padanya apa yang kami punya, tidak ada yang disembunyikan, juga akan membuat kesan baik pada kami. Jika kami menjelaskan segalanya, kami mungkin bisa menghindari perselisihan. Kami setidaknya bisa menjelaskan spesies Raph, yang mencegah sesuatu rumit nantinya. Mereka juga bisa berguna untuk membingungkan dan menyesatkannya. Saat aku mengingat bagaimana Raphtalia bereaksi saat dia pertama kali melihat Raph-chan. Itu meyakinkanku kalau itu akan berhasil.

“Apakah ini benar-benar akan berhasil?” Raphtalia penasaran.

“Ya, harus!” Balasku. Dengan itu, keputusan dibuat. Mamoru, Raphtalia, Ruft, dan dua Raph-chan akan berperan sebagai kelompok diplomatik. Kelompok kedua, Ren, Fohl, dan beberapa lainnya akan ditempatkan sedikit lebih jauh, siap beraksi jika kami membutuhkan bantuan. 

“Terimakasih Fohl.” Kata Cian, tanpa menunjukan keraguan saat berbicara padanya. Dia ingin tetap dekat dengan Mamoru, jadi kami menambahkan dia ke dalam kelompok Fohl.

“Tentu, sama-sama.” Balasnya, menyipitkan matanya sedikit. Dia biasanya tidak sebaik itu, tetapi dia sudah lebih dekat dengan Fohl daripada denganku. Fohl sepertinya menyadari hal tersebut, karena dia memiringkan kepalanya kebingungan. S‘yne dan R‘yne bisa segera datang kapan saja saat dibutuhkan, jadi mereka tetap akan mengawasi kami selagi tetap melanjutkan pelatihan di kastil Mamoru. Aku menyetujui hal itu. R’yne itu bermulut besar, jadi kami tidak butuh dia melontarkan komentar yang tidak perlu di dalam diskusi yang penting. Harga untuk mempermainkanku secara seksual sangatlah tinggi, dia akan belajar tentang itu. 

Aku mengusulkan ide itu kepada Mamoru dan dia menyetujuinya segera. Sang pembawa perdamaian juga terlihat tidak terlalu menyukai R’yne. Entah kenapa aku selalu terlihat memilih anggota Party yang membuat hal-hal yang kecil menjadi lebih rumit dibandingkan yang terlihat, seperti Paus Pembunuh bersaudari. Tapi aku tidak bisa benar-benar menyalahkan Sadeena; dia hebat dalam hampir semua hal. Dia dapat bertindak seperti biasa sambil mempelajari sifat asli seseorang. Itulah sesuatu yang pastinya R’yne tidak miliki.

Ngomong-ngomong. Ini sepertinya rencana yang bagus. 

Dengan begitu, kami menggunakan salah satu dari skill pergerakan milik Mamoru untuk pergi menuju Negara dimana Kaisar Surgawi saat ini ditemukan. Kami lalu masuk ke tempat yang terlihat seperti Kota kastil lain. Tentu saja, kami punya izin masuk, yang ditunjukkan Mamoru di gerbang. Kami masuk ke dalam, mengenakan jubah tipis dan menyembunyikan wajah kami.

“Tolong jangan membuat banyak keributan,” kata Mamoru. “Negara ini cukup kuat untuk menghalau Piensa.”

“Oke. kalau begitu ini tempat yang kuat.” Aku tidak yakin persis apa yang Mamoru maksud, tapi kurasa artinya mereka memiliki banyak otoritas.

“Mereka tetap netral sehubungan dengan konflik antara Siltran dan Piensa,” lanjut Mamoru.

“Mungkin mereka hanya ingin mengambil keuntungan sesaat setelah kalian selesai bertarung,” kataku.

“Aku juga berpikir seperti itu. Namun, mereka sangat ketat tentang pergerakan orang-orang mereka ke negara lain, dan politik mereka juga sangatlah korup. Tapi itu tidak mengubah seberapa kuat mereka, pastinya,” Jelas Mamoru. Aku melihat ke sekeliling ke tempat dia tunjukan kami juga. Sangat sunyi... Tekanan udaranya juga. Semua kota yang aku kunjungi di dunia lain ini tampak seperti tempat yang buruk untuk hidup. Menjaga perdamaian di dunia fantasi bukanlah tugas yang mudah.

Saat aku merenungkan tentang hal ini, orang-orang mulai berlari dari arah yang akan kami tuju. Lalu terdengar suara keras dari suatu tempat di depan.

“Dafu!” Dafu-chan—Raph-chan II—segera menunjuk ke arah itu.

“Ayo!” Teriak Mamoru, berlari ke depan.

“Oke!” Aku mengejarnya, bersama dengan sisa party.

“Dafu!” Dafu-chan menggunakan tombak yang kami temukan di kastil filolial untuk terbang di udara seperti penyihir di atas sapu. Aku sedikit bingung dengan pemandangan itu, tapi terlihat sangat menarik.

“Raph, raph!” Raph-chan melambaikan cakarnya. Itu imut dan menenangkan, tapi aku juga perlu tetap waspada tentang apa yang akan terjadi. Dafu-chan terbang ke arah suara itu, menuju kastil, dari mana asap sudah membumbung tinggi. Ini terasa seperti sesuatu yang pernah kulihat sebelumnya di suatu tempat.

Kami menggunakan kemampuan tingkat tinggi kami untuk memaksa masuk melalui gerbang kastil—struktur komando di antara para penjaga kacau—dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Ada asap mengepul dari alun-alun langsung ke dalam gerbang. Kami mendengar raungan yang memekakkan telinga dari semacam monster.

“Apa artinya semua ini?!” Yang berbicara adalah seorang wanita yang mirip Raphtalia, tapi dengan rambut pendek, memakai pakaian miko, dan memegang palu di tangannya. Dafu-chan juga ada di sana. Pendatang ketiga adalah monster rubah, dengan sembilan ekor dan segalanya, terlihat sekarat dengan tombak yang menancap di wajahnya. Tubuh itu tampak familiar. Itu tampak seperti rubah yang bersama Takt. Walaupun warna bulunya tampak lebih cerah. Mungkin itu hanya imajinasiku saja. “Aku harus membunuhnya dulu dan mengajukan pertanyaan nanti?” wanita itu bertanya.

“Dafu!” Jawab Dafu-chan, dengan sedikit ekspresi tidak nyaman di wajahnya.

“Belum lagi getaran yang aku rasakan dari kekuatanmu...” Gumam wanita itu.

“Dafu?” Dafu-chan bertanya. Sesaat kemudian tombak yang dipegang Dafu-chan mulai bergetar dan kemudian hancur berkeping-keping. Cahaya lembut melayang ke udara, dan itu masuk ke dalam Dafu-chan. Fragmen cahaya itu juga jatuh ke Raphtalia versi berambut pendek.

"Aku mengerti," Katanya. “Senjata itu menghancurkan kutukan dan kemudian mengorbankan dirinya sendiri. Tugasnya telah selesai.”

“Dafu,” Dafu-chan mengiyakan. Kedengarannya hampir seperti mereka berdua mendengar sesuatu yang tidak kami ketahui.

“Baiklah... tapi siapa kau sebenarnya?” Dia bertanya lagi, kali ini dengan lebih tenang. Pada saat yang sama, tampak sesosok seperti naga china (Shenlong) terbang ke alun-alun yang terbakar dan melayang di samping wanita yang tampak seperti Raphtalia. Aku penasaran siapa sebenarnya mereka. Dari penampilan mereka, jelas bahwa merekalah yang ingin kami temui disini. saat aku membandingkan dengan tradisi Q'ten Lo, mengenakan miko menunjukkan bahwa dia adalah Kaisar Surgawi dari jaman ini, tidak diragukan lagi.

Kemudian dia menyadari kedatangan kami.

“Oke, maaf tentang ini. Dia salah satu monsterku... tapi masalahnya... tombaknya terbang sendiri, itu sering terjadi,” aku mencoba menjelaskan, mengambil langkah maju. Gadis itu menatap Mamoru dan kemudian mengangkat palunya, alisnya berkerut.

“Kau adalah Pahlawan Perisai. Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau berencana untuk menggunakan kekacauan ini untuk keuntunganmu sendiri?” dia bertanya.

“Bukan seperti itu. Kami memiliki sesuatu yang ingin kami diskusikan denganmu, orang yang menyebut dirinya sebagai pembawa perdamaian, jadi kami datang menemuimu. Sebenarnya aku ingin bertanya tentang penyebab semua keributan ini,” Jawab Mamoru. Dia menurunkan kewaspadaannya, berbicara dengan lembut, tidak menunjukkan niat permusuhan.

“Ini adalah bagian dari pekerjaanku sebagai pembawa perdamaian. Aku hanya menemukan dan menyingkirkan monster lain yang merugikan orang-orang dan menyerang negara ini,” Jawabnya.

“Baiklah ... jika itu masalahnya. Apa sebenarnya rencanamu selanjutnya? Tampaknya sedikit kacau disini,” Mamoru menunjuk.

“Aku akan menjelaskan apa yang aku lakukan kepada raja dan kemudian pergi dengan temanku di sini. Tapi kita berbicara tentang seseorang yang telah ditipu oleh binatang ini, tentu saja, jadi dia mungkin tidak paham apa yang akan kukatakan,” Katanya. Hanya mendengar dari penjelasan singkatnya, kupikir dia benar-benar tidak mempedulikan apapun. Aku penasaran apakah dia benar-benar Kaisar Surgawi saat ini. Sepertinya dia telah menghancurkan rubah dengan palunya, membuatnya terbaring di tanah.

“Bagaimana ini semua bisa terjadi?” Aku bertanya. Namun saat diriku bertanya, seorang pria yang tampak seperti raja—dan tampak marah—tiba-tiba muncul. Dia cukup tampan dan berambut hitam.

“Kau sampah! Beraninya kau! Istriku!” raja tergagap.

“Anda harus tahu istrimu, seekor binatang buas seperti yang anda lihat saat ini, meracuni bangsa ini! Anda adalah orang yang telah tertipu,” Jawab Kaisar Surgawi.

“Diam! kau telah mengambil istriku, kejahatan yang pantas adalah seribu kali kematian—tidak! Aku akan menyiksamu hingga menjadi berkeping-keping, lalu membunuh seluruh keluargamu juga!” raja mengamuk. Dia lalu memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menyerang Kaisar Surgawi. Kelihatannya, Kaisar Surgawi telah merencanakan tindakannya sesuai dengan apa yang kupikirkan.

“Sungguh menyedihkan. Tidak heran anda membiarkan monster ini masuk ke tempat tidurmu. Anda tidak lebih berharga dari itu. Seorang raja yang hanya sedikit memikirkan tentang negaranya tidak layak untuk duduk di singgasana,” balas naga yang melayang. Aku pernah melihat makhluk serupa sebelumnya, tentu saja—seperti Gaelion dan Naga Iblis. Meskipun Kami sekarang berada di masa lalu. Yang ini mungkin memiliki beberapa fragmen Kaisar Naga sendiri.

“Tunggu sebentar!” Teriak Kaisar Surgawi, tapi naga itu mengabaikannya, mengambil napas dalam-dalam, kemudian menyemburkan air bertekanan tinggi langsung ke arah raja. Dengan semburan air bertekanan tinggi, raja terhempas jauh. Dan meskipun itu suatu pemandangan yang cukup suram untuk dilihat, tapi sekarang kami adalah party yang telah membunuh raja. Aku penasaran bagaimana ini akan berlanjut.

“Mereka membunuh raja juga?!” Para penjaga dan menteri yang berkumpul terlihat cukup terkejut, tapi setengah dari mereka tampak sangat senang dengan pergantian peristiwa ini. Sepertinya raja tidak terlalu disukai. Aku bisa membayangkan ini yang akan terjadi kepada Melromarc dimasa depan jika Bitch menjadi ratu. Seberapa jauh seseorang disukai benar-benar terlihat setelah mereka meninggal. Ketika ratu Melromarc sebelumnya meninggal, para penjaga diliputi kesedihan.

“Aku pikir lebih baik kita segera pergi. Setuju?” Aku bertanya kepada Kaisar Surgawi. Dia mengangguk. Dia tampak seperti baru saja sedikit berolahraga untuk mencari keringat. Kami lalu pergi dari lokasi. “Kita harus pergi dari sini sebelum kita terjebak dalam semua ini!” Mempertimbangkan situasinya, kami…ah benar, Mamoru pasti terlibat dalam hal ini. Bahkan jika kami kebetulan muncul di saat yang tepat (salah?), tidak ada orang yang akan percaya kalau itu hanyalah kebetulan.

“Kau benar,” Mamoru setuju. Jika beredar kabar kalau Pahlawan Perisai mencoba menghancurkan negara ini, itu bisa menyebabkan masalah untukku juga. Yang terbaik yaitu kabur dari masalah ini.

“Aku tidak bisa mengikuti semua ini,” kata Raphtalia.

“Raph!” Raph-chan berkicau.

"Kurasa aku punya firasat bagaimana ini semua akan berakhir," kata Ruft. “Kau seharusnya memiliki ide yang lebih baik dariku, Raphtalia.”

“Memang. Namun aku tidak mau memikirkannya,” jawab Raphtalia. Mereka berdua berlari di belakang kami. Raphtalia dan pengguna sihir ilusi lainnya membantu pelarian kami, tentu saja, dan kami lalu keluar dari kota kastil sepenuhnya.

Ternyata, pembunuhan raja yang bermasalah dan ratunya benar-benar menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi negara ini, seperti pajak yang tinggi. Orang-orang langsung menemukan masa depan yang jauh lebih cerah yang menunggu mereka. Kematian keduanya dikatakan dilakukan oleh seorang pembunuh tak dikenal. Bagaimanapun juga, rubah berekor sembilan membuatku memikirkan gaya ninja tertentu saat berlari di jalanan. 
<TLN: Nartoh>
<EDN: Saskeh>

Negara ini melakukan korupsi gila-gilaan. Dan pada akhirnya, kebanyakan orang tampaknya berterima kasih kepada 'pembunuh' tersebut, dan itu mencegah munculnya masalah yang lebih besar bagi kami.


Kami memasuki hutan terdekat setelah keluar dari kastil. Memeriksa untuk memastikan tidak ada yang mengikuti, kami beristirahat sejenak.

“Sungguh menyedihkan,” kata Kaisar Surgawi, terengah-engah. “Aku tidak pernah berharap dunia luar menjadi sekorup ini.”

"Begitulah adanya," jawabku muram. “Berpegang teguh pada idealis aneh hanya akan mengecewakanmu.” Melihat kembali pengalamanku dulu, aku menyadari menemukan politik yang tidak korup jelas merupakan tugas terberat di dunia ini. Aku jadi teringat dengan bumi. Jika kalian percaya TV atau Internet, hal ini hampir terjadi di mana-mana.

“Aku tidak tahu siapa kau, tapi kau memiliki pandangan yang suram,” jawab Kaisar Surgawi. Dia melihat ke arah kami, alisnya menyatu saat dia memiringkan kepalanya. “Namun, aku cukup penasaran...” Dia terlihat sangat tertarik pada Raphtalia. Tentu saja, itu sebabnya kami membawanya.

“Kami di sini untuk menjelaskan tentang orang-orang yang kau lihat sebelumnya,” kata Mamoru. “Tolong, jangan perlakukan kami seperti kau memperlakukan raja itu di sana.”

“Menurutmu apa yang Pembawa Perdamaian lakukan? Aku sangat tertarik dengan mereka yang mengenakan pakaian dari negara asalku, tapi aku tidak akan menyerang tanpa alasan,” jawabnya. Bukti terbaru tampaknya menunjukkan sebaliknya, tapi aku menahan mulutku. Orang kuat cenderung mengambil tindakan langsung—dan ucapannya “tanpa alasan” memberitahuku kalau dia akan menyerang jika kami memberinya alasan sembarangan. “Kau, kalau begitu. Mengapa kau memakai pakaian asli tanah airku? Kenapa kau sangat mirip denganku?” dia bertanya pada Raphtalia. “Mungkinkah seorang alkemis tertentu mencoba membuat salinan diriku... tapi aku tidak melihatnya di sini hari ini.” Seorang alkemis tertentu? Dia berbicara tentang Holn. Dia telah terlibat dalam banyak hal baru-baru ini, tapi aku sendiri tidak banyak berbicara dengannya. Dia juga tidak bersama Mamoru hari ini. Keluar dengan Rat lagi ke suatu tempat, mungkin.

“Yah, tentang itu...” Raphtalia memulai.

“Tunggu sebentar. Aku merasa kau telah menerima berkah dari Kaisar Surgawi. Itu berarti kau bukanlah salinan biasa. Yang satu ini juga telah melewati proses ritual,” kata naga yang melilit Kaisar Surgawi. Naga itu sedang mengamati Raphtalia dan Ruft. Dan saat itu terjadi, Kaisar Surgawi mengalihkan pandangannya ke arahku dan perisaiku.

“Implementasi Roh Perisai... Aku merasakan Holy Weapon lainnya juga — dan perlawanan terhadap Sakura Stone of Destiny,” dia merenung. Mengetahui semua itu secepat ini, dia mungkin lebih baik dalam hal ini daripada Raphtalia dan mereka yang ada di partyku. "Kau akan menjelaskan semua ini, kan?" tanyanya.

“Mamoru benar-benar sudah mengatakan itulah yang ingin kami lakukan,” aku mengingatkannya. “Berapa lama kau berencana untuk mempertahankan singkap angkuh dan berkuasa ini, oh nona Kaisar Surgawi? Namamu memang Pembawa Perdamaian, mungkin, tapi kau hanya terlihat seperti gadis yang memancingku untuk bertarung. Jangan lupa untuk apa Mamoru ada di sini.” Mungkin dia mencoba membuat kami tunduk pada pembicaraan yang akan datang. Dia menatapku dengan ekspresi sedikit kesal.

“Huh. Itu poin yang bagus, aku akui,” naga itu mengakuinya. “Lelaki itu benar. Otoritas bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan,” gumam naga itu, memperingatkan Kaisar Surgawi. Dia masih terlihat sedikit kesal tapi kemudian menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya sedikit.

“Kalau begitu katakan padaku mengapa kau ada di sini. Apa yang membuatmu datang dengan sopan untuk melapor padaku?” tanya Kaisar Surgawi.

“Oke... Ini akan terdengar sedikit gila, tapi kita sebenarnya berasal dari masa depan dunia ini—dari waktu rangkaian gelombang berikutnya. Aku Pahlawan Perisai dari masa depan dan ini adalah sekutuku,” aku menjelaskan. Kaisar Surgawi membuka matanya lebar-lebar setelah mendengar ini dan kemudian mulai mencernanya.

“Jadi begitu ... Itu menarik. Pahlawan Perisai dari masa depan...” dia merenung.

“Permisi sebentar.” kata naga itu, bergerak ke arahku dan dengan lembut membelai batu permata di perisaiku, lalu memeriksa Raphtalia dan yang lainnya sebelum melayang berputar-putar di depanku. Ini jelas merupakan hal baru bagiku. Aku pernah melihat naga lain, tapi tidak dengan naga bergaya Cina sebelumnya. Sesaat aku teringat ketika kami terjebak dalam pusaran air di Q'ten Lo.

“Aku suka aura yang kau keluarkan, harus aku akui. Jika kau benar-benar Pahlawan Perisai masa depan, maka itu perkembangan yang menyenangkan bagi kami,” kata naga itu.

“Mengapa monster dan bahkan naga tampaknya menyukaimu, Tuan. Naofumi?” Raphtalia menyela dari samping.

“Jika maksudmu mereka suka berada di sekitarku, tentu saja. Aku tidak mengeluarkan semacam feromon aneh, kan?” kataku, menggelengkan kepalaku pada kutukan apa pun yang diderita tubuhku. Gaelion sudah cukup buruk, tetapi Naga Iblis adalah yang terburuk. Cara dia bertindak selalu membuatku cemas. Aku berharap naga baru ini tidak akan menyandang nama Naga Iblis II. Hanya untuk menguji, aku menggelitiknya di bawah dagu di tempat di mana sisiknya tampak seperti tumbuh terbalik. Aku tidak peduli jika aku membuat marah binatang itu. Aku hanya ingin mencoba sesuatu. 
<TLN: Kau tahu… Kelemahan dari naga ada di bawah dagunya di sisik yang mengarah ke belakang>

“Oh wow ... apa yang terjadi?” naga itu antusias. “Oh? Itu terasa enak? Apa itu?!” Aku segera menyesali tindakanku dan berhenti. Tapi sudah terlambat—aku melihat cahaya baru muncul di mata naga itu. “Pengalaman baru apa ini? Bisakah kau membelaiku lagi di sana? Aku tidak tahu itu bisa terasa sangat enak!”

“Mungkinkah ini bukti teori R'yne bahwa kau tidak dapat menyebabkan rasa sakit?” Mamoru memulai, tapi aku memberinya tatapan tajam untuk membungkamnya. Tidak perlu membawa seks ke dalam hal ini lagi! Sementara itu, Raphtalia dan Kaisar Surgawi menatapku dengan tatapan yang sama persis di mata mereka—keputusasaan ringan, dengan sedikit rasa jijik.

“Ini menyenangkan! Aku menyukainya!” kata naga itu.

“Aku tidak bersenang-senang!” jawabku.

“Kau sangat populer, Naofumi!” Kata Ruft.

“Aku bisa memberikan popularitas semacam ini kepadamu,” balasku.

“Aku masih mencoba untuk memahami apakah ceritamu benar adanya,” kata Kaisar Surgawi sambil menghela nafas. “Semuanya tampak seperti yang kau ucapkan, dan roh-roh dalam senjatamu tidak merasa terpaksa—artinya kau tampaknya tidak menggunakannya untuk tujuan pribadi.” Kaisar Surgawi sudah waspada dari saat kami muncul, tapi dia akhirnya menurunkan kewaspadaannya. “Dan untuk melengkapi semua ini, sepertinya kau telah mencuri nagaku dari diriku.”

“Tidak ada yang mencuri apa pun,” jawab naga itu. “Mereka hanya menarik minatku. Aku tidak tahu kalau dibelai di sini akan membuatku merasa seperti ini.”

"Kedengarannya seperti sesuatu telah dicuri dariku," jawabnya dengan nada ketus. “Sekarang, tentang pengakuanmu yang datang dari masa depan, mungkin kau bisa menjelaskannya?”

“Tentu saja, jika kau punya waktu.” Aku lalu memberi tahu Kaisar Surgawi tentang bagaimana serangan dari pasukan saudara perempuan S'yne telah mengirim seluruh desa kami kembali ke masa lalu, lalu bagaimana kami bertemu dengan Mamoru dan sampai kami bekerja bersamanya.

“Jadi begitu. Kurasa aku paham sekarang. Itu juga akan menjelaskan mengapa aku merasakan dua Roh Perisai. Kau memiliki roh lainnya juga, kan?” dia bertanya padaku.

“Kau punya indra yang tajam. Itu benar. Vassal Weapon Cermin dari dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia ini, juga meminjamkanku kekuatannya,” kataku padanya. Efeknya sepertinya membuka kunci senjata campuran elemen perisai dan cermin—seperti Mirror Shield.

“Jika beberapa roh bersedia meminjamkanmu kekuatan mereka, itu berarti kalian berdua tepercaya dan kuat. Bukan tipe individu yang bahkan seorang Pembawa Perdamaian boleh bertindak seenaknya, tanpa pertimbangan,” kata Kaisar Surgawi.

“Roh Buku dan Roh Cermin juga memperebutkannya,” Raphtalia menambahkan taburan ‘garam’.

“Aku mengerti,” kata Kaisar Surgawi. “Itu berarti kau cukup diberkati.” Aku tidak menyangkalnya, tapi itu lebih tentang pembalasan budi karena sudah membantu mereka. “Para pahlawan di masa depan tampaknya mendapatknya segala bantuan,” lanjutnya, menatap Mamoru dengan tajam. Aku penasaran mengapa dia tampak terlalu keras pada Mamoru dan kemudian aku teringat konflik dengan Pahlawan Busur.

"Aku tidak akan mengatakannya seperti itu," jawabku. Mereka yang telah memanggilku tentu saja tidak membantuku.

“Terima kasih sudah menemuiku untuk melaporkan semua ini,” kata Kaisar Surgawi. “Jika tidak, itu bisa menyebabkan kesalahpahaman nanti. Lagipula, aku tidak menyangka akan bertemu Kaisar Surgawi Q'ten Lo di masa depan.”

"Itu sebabnya kami datang kepadamu," kataku, melihat momen yang tepat. “Apa kau tahu bagaimana kami bisa menyelesaikan masalah perjalanan waktu kami? Kami benar-benar hanya ingin kembali ke waktu kami sendiri.”

“Aku menyesal memberitahumu kalau pengetahuanku sebagai Pembawa Perdamaian tidak lengkap. Aku tidak tahu bagaimana menyelesaikan situasi seperti yang kau gambarkan,” Kaisar Surgawi mengakui, alisnya sedikit berkerut saat dia menjawab.

“Ah, satu hal,” Raphtalia mengatakan, melangkah maju. “Mungkin bijaksana untuk memperkenalkan dirimu pada Tuan. Naofumi secepat mungkin. Jika tidak, dia akan memberikan nama panggilan yang aneh, dan jika sudah terlanjur, itu tidak pernah hilang,” dia memperingatkan.

“Aku tidak melihat alasan untuk membagikan namaku. Panggil saja aku ‘Kaisar Surgawi dari masa lalu.' Aku baik-baik saja dengan itu,” jawabnya.

“Aku pikir itu mungkin terlalu polos— dan juga panjang,” kata Raphtalia.

“Yah, jika kau ingin lebih pendek, kau bisa memanggilku Natalia,” kata wanita itu.

“Apa itu nama aslimu? Atau alias?” jawabku. “Yang mana?” Dia tidak berpikir terlalu lama sebelum mengeluarkan nama itu. Kedengarannya seperti nama palsu bagiku. Nama pilihannya juga sangat mirip dengan nama Raphtalia—aku khawatir itu akan tertukar. Nama itu sendiri terasa seperti kombinasi namaku dan Raphtalia. Raphtalia sendiri membuat wajah yang cukup aneh. 
<TLN: Well… Yah.. ehm… mungkin nanti kalian ditakdirkan bersama hahaha>

"Ada hal yang lebih penting untuk dibicarakan," kata Natalia. “Aku tidak tahu teknik apapun untuk melintasi waktu, tapi kita mungkin menemukan beberapa petunjuk jika kita menelusuri tradisi masa lalu.”

“Tradisi, ya,” kataku.

“Setiap wilayah memiliki legendanya sendiri. Dengan berkeliling mungkin kita akan menemukan beberapa senjata atau hal berguna lainnya juga. Jadi itu bukan ide yang buruk,” kata Mamoru dengan tenang. Masalahnya adalah apa kami punya waktu untuk itu atau tidak. Kami memiliki akses untuk menyalin senjata, namun kami belum benar-benar mencari senjata terkenal di masa lalu untuk disalin. Jika kami menemukan pedang tertancap di altar di suatu tempat (plot klasik), kami hanya membutuhkan Ren untuk memegang gagangnya dan menyalinnya, yang akan meningkatkan kekuatan serangan kami secara signifikan.

Kemudian aku menyadari mengapa aku tidak pernah memikirkannya sejauh ini. Tidak akan ada perisai legendaris yang tertancam di altar. Aku melirik ke arah Raphtalia.

“Peralatan kuat yang digunakan oleh para pahlawan di masa lalu, dan sekutu mereka, diperkirakan masih ada di suatu tempat,” tambahnya. Mungkin itu adalah sesuatu seperti senjata yang disalin dari empat senjata suci yang digunakan oleh paus dari Gereja Tiga Pahlawan. Kami juga baru bertemu monster dari masa lalu yang Kaisar Surgawi telah disegel di Q'ten Lo; setelah itu, hampir semua perlengkapan kami dibuat untuk kami oleh Pria Tua atau masternya. Mungkin semua perlengkapan yang lebih bagus sudah hilang seiring berjalannya waktu. Sepertinya tidak ada banyak tradisi mewariskan sesuatu kepada generasi mendatang di dunia ini.

Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, mungkin ini juga pekerjaan makhluk yang menyebut dirinya tuhan—musuh kami, dan orang di balik reinkarnator. Sedikit berburu harta karun di sini, di masa lalu, mungkin akan menghasilkan sesuatu.

“Namun, aku masih punya satu pertanyaan...” kata Natalia. 

“Raph!” Raph-chan berseru saat Natalia mengangkatnya.

“Makluk apa makhluk ini?” Natalia bertanya.

“Raph-chan adalah familiar yang diciptakan dari rambut Raphtalia. Dia salah satu favoritku,” kataku.

“Sungguh makhluk yang aneh. Aku tidak percaya Roh mengizinkan keberadaannya,” kata Natalia.

“Aku setuju,” jawab Raphtalia. “Ada begitu banyak dari mereka di desa.”

“Aku perlu mengamati semua lebih dalam lagi. Akan lebih baik untuk menemukan cara untuk mengembalikan kalian semua ke waktu kalian secepat mungkin—atau mungkin aku harus mengeksekusi kalian di sini,” Natalia merenungkan.

“Tunggu. Kau tidak bisa melakukan itu pada seorang pahlawan karena masalah pribadi,” Si naga menegur Natalia. Dia mendecakkan lidahnya dengan sedikit kesal, dan aku mengamati hubungan di antara mereka. Sepertinya naga itu yang memegang kendali.

"Kau belum menyelesaikan perkenalanmu," kataku. “Siapa ini? Kaisar Naga?” Seekor naga yang bisa berbicara bahasa manusia, menurut pengalamanku, hanya ada Kaisar Naga, tapi aku tidak yakin dengan karakteristiknya.

“Seseorang mungkin dapat mengklasifikasikan diriku seperti itu. Aku adalah naga penjaga Si Penjaga Perdamaian. Adapun namaku... di Q'ten Lo mereka memanggilku Naga Air,” jawabnya. Itu membuatku terdiam sejenak. Objek pemujaan Sadeena dan Shildina muncul begitu saja dihadapanku. Di masa depan, dia tetap tersembunyi sepanjang waktu.

“Apa gelar itu pada akhirnya akan diteruskan ke naga yang lebih muda? Sesuatu seperti itu?” Aku bertanya.

"Tidak selama aku hidup," jawab naga itu.

“Jika kau bisa bertahan hidup sampai masa depan, maka, kau akan mengizinkan kami memasuki Q'ten Lo. Kau juga tinggal di bawah laut dan hanya menjaga penghalang di sekitar tempat itu,” kataku padanya.

“Menarik. Kedengarannya bahkan Q'ten Lo akan mengalami masa-masa gelapnya. Apa yang mungkin menyebabkan aku memanggil pahlawan?” naga itu merenung. Aku masih penasaran apakah Sadeena dan Shildina akan membungkuk dan bersujud jika mereka ada di sini.

“Apa yang dilakukan Naga Air di sini? Apa yang terjadi di Q'ten Lo?!” tanyaku. Aku pikir naga itu akan berada jauh di bawah air, menjaga penghalang tetap berjalan bahkan selama periode waktu ini. Mungkin ini semacam salinan — Salinan naga yang telah berbagi inti dengan naga utama.

“Pasang surut air laut membuat jalan masuk ke Pulau itu tidak mudah, dan kami juga memiliki penghalang. Aku tidak melihat alasan saat ini untuk keamanan yang begitu berat. Tapi kurasa ada sesuatu di masa depan yang mencegahku untuk bergerak,” kata Naga Air. Kami menemukan banyak perbedaan antara masa lalu dan masa depan dunia ini, dan ada masalah tentang para reinkarnator yang perlu dipertimbangkan juga. Naga itu sepertinya bertahan melawan sesuatu yang berhubungan dengan mereka. “Bagaimanapun juga, sepertinya aku yakin kau tahu, aku adalah naga yang bertanggung jawab untuk mempertahankan Dunia Perisai. Aku adalah sejenis Kaisar Naga, tapi aku tidak tertarik untuk memperebutkan fragmen. Aku yakin Naga Penjaga Busur merasakan hal yang sama,” kata Naga Air. Kedengarannya seperti dia mengira kami tahu apa yang dia bicarakan.

"Apa yang kau bicarakan?" Tanyaku. Kami tidak tahu apa-apa tentang “Naga Penjaga Busur” Kedengarannya seperti naga lain yang menjaga beberapa negara tersembunyi di suatu tempat. Aku benar-benar tidak ingin melakukan pencarian lagi, jika kami bisa mengandalkannya.

“Jadi begitu. Negara mereka lebih sulit untuk dicapai daripada Q'ten Lo, itu faktanya, jadi aku bisa mengerti mengapa kalian mungkin akan kesulitan menemukannya,” kata Naga Air.

“Kita seharusnya tidak mengatakan lebih banyak,” Natalia menyela. “Mereka tidak ingin kita mengirim tamu yang tidak diinginkan.”

"Sepertinya ada banyak negara dengan Pembawa Perdamaian mereka sendiri," kataku. Berdasarkan apa yang telah kami lihat di dunia Kizuna, sesuatu di dunia kami kemungkinan besar telah memusnahkan mereka juga. Lebih banyak informasi biasanya lebih baik, tapi dalam kasus ini, aku tidak yakin kami perlu mengetahui hal ini.

“Setelah mendengar situasi kalian, aku mungkin harus menjelaskan sedikit,” Natalia menawarkan. “Aku yakin setidaknya kalian paham, Pembawa Perdamaian adalah orang yang menghukum pengguna alat roh— sesuatu apa yang kalian sebut Holy Weapon atau Vassal Weapon—jika mereka keluar dari jalan yang benar. Kami dapat menghukum siapa pun yang menyebabkan masalah, jadi berhati-hatilah untuk tidak menentangku.”

“Tidak masalah. Kami punya beberapa orang di antara sekutu kami yang memiliki tujuan yang sama denganmu,” jawabku.

“Aku yakin kau punya. Aku diberangkatkan karena suara-suara dari roh mencapai altar di Q'ten Lo, memberi tahu kami bahwa seorang pahlawan berpotensi melangkah dari jalan itu,” lanjut Natalia. “Dengan masalah dunia yang kita hadapi karena Gelombang, tidak mungkin membunuh pemegang Holy Weapon seenaknya saat ini, tapi itu tidak akan menghentikanku jika mereka mengamuk. Mamoru, kau mengerti ini, kan?” Berangkat setelah mendengar roh di altar... Aku ingat pernah mendengar sesuatu seperti itu di kastil di Q'ten Lo, tapi aku sebenarnya tidak pernah kesana untuk melihatnya sendiri. Aku menduga “altar” adalah tempat dengan jam pasir naga—aku tidak bisa mengingat banyak hal lain yang ada di sana.

“Tentu saja. Tapi pada saat ini, kita harus lebih fokus melakukan sesuatu tentang Gelombang... dan Piensa juga?” Balas Mamoru.

“Aku tidak punya niat untuk terlibat dalam konflikmu, tapi aku pikir itu adalah langkah bodoh jika kau memilih untuk melawan mereka saat ini,” jawab Natalia. Aku sepenuhnya setuju dengannya, tapi dia diizinkan untuk memiliki pendapat seperti itu karena dia sedang berada di luar.

“Dafu! Dafu, Dafu!” kata Dafu-chan, hampir seperti sedang menegur Natalia.

“Makhluk ini mengatakan bahwa kau perlu menanggapi pembicaraan ini dengan lebih serius,” kata Naga Air. “Membiarkan pahlawan dikerahkan ke dalam perang manusia tidak boleh diizinkan.”

“Itu benar ... tapi kita tidak bisa hanya menyerang dan mengambil pemimpin mereka juga, kan? Aku sudah merenungkan hari ini, percayalah,” jawab Natalia. Dia terdengar lebih masuk akal daripada yang kuduga. Aku hampir mengira dia akan menganggap kami sebagai orang bodoh yang tidak pernah bisa memahaminya. “Tetap saja, aku bertemu makhluk lain yang tampaknya ingin mengungkapkan pikirannya. Siapa kau?” Mendengar itu, Dafu-chan terdiam lagi. “Bagaimanapun juga, kau memberitahuku bahwa dunia ini telah menyatu dengan yang lain di masa depan, kan? Aku tidak ingin percaya, tentu saja...”

“Kami tidak tahu detail persisnya apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi pada kami di sini. Aku ingin percaya kami datang ke dunia yang berbeda dengan sejarah yang sama, jujur,” kataku padanya.

“Aku perlu mengamati markas operasi kalian. Kau tidak keberatan jika aku menemanimu ke sana, kan?” Natalia bertanya.

“Jika kau meluncurkan serangan saat kau mengunjungi markas kami, kami akan menghajarmu,” aku memperingatkannya.

“Kau memiliki akses ke Sakura Stone of Destiny, jadi aku mengerti betapa sulitnya mengalahkanmu. Selama roh-roh itu bekerja sama denganmu atas kemauan mereka sendiri, akan sulit bagiku untuk menjatuhkan hukuman pada dirimu, jadi kau bisa tenang tentang hal itu.” Natalia membiarkan Naga Air berputar di sekelilingnya lagi dan dia akhirnya menurunkan kewaspadaannya sepenuhnya. Sepertinya dia ingin ikut dengan kami. Aku belum begitu yakin apa yang akan dia lakukan, tapi dia tampak sedikit lebih intens daripada Raphtalia dan Ruft.

Kami bertemu dengan Ren dan yang lainnya, yang masih menunggu dengan siaga di sekitar, dan kemudian kami semua kembali ke desa.


Note:
Jeng-jeng, mimin ryuu is back! dan maaf udh lama gak update x'D banyak hal yang harus mimin urus dan bolak balik keluar kota bikin menguras tenaga dan pikiran. Mudah-mudahan secepetnya bisa balik update normal~




TL: RyuuSaku
EDITOR: Hantu
PROOFREADER: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar