Minggu, 07 November 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 14.5 : Chapter 4 – Rubah Ekor Sembilan

Volume 14.5
Chapter 4 – Rubah Ekor Sembilan


Begitulah, aku harus duduk diatas Mikoshi dan menghadiri parade selama beberapa hari.
Hasil parade tersebut, kepercayaan orang-orang Siltvelt kepadaku bertambah besar disetiap harinya.

Demi memperlihatkan bahwa aku adalah sekutu mereka, aku mengikuti saran Rat yaitu memberikan benih Bio Plant kepada setiap perwakilan kota yang aku kunjungi. Itu membuat masalah pangan teratasi. Bahkan ada yang mengatakan, “Mujizat Pahlawan Perisai telah sampai di Siltvelt juga” setelah itu pengaruh baikku semakin besar.

Aku juga memberikan mereka Camping Plant, kemudian mereka menanam itu di pegunungan. Sepertinya jika Camping Plant telah tumbuh besar, maka tempat itu akan dijadikan tempat wisata turis.

“Tuan Pahlawan Perisai!”

Esok paginya, kami kembali ke kastil Siltvelt, disana ada Werner yang langsung menyapa dan mendekati kami, sepertinya dia telah menunggu kami cukup lama.

“Kami memiliki kabar gembira! Pahlawan Tujuh Bintang kami, Pahlawan Cakar akan segera tiba!” Sebutnya.
“Akhirnya.”

Orang yang membuatku terus menunggu selama beberapa hari ini, akhirnya dia sampai, aku bahkan sampai ingin mengutuknya.
Pada saat itu juga, akhirnya aku dibebaskan dari perbudakan Siltvelt kepadaku.

“Akhirnya..... dia memakan terlalu banyak waktu,” kata Raphtalia.
“Benar sekali. Dia itu sebenarnya pergi kemana?” Tanyaku.
“Aku dengar dia ditemukan didalam hutan Faubrey. Menurut penjelasan perwakilan kami, dia memang suka berpindah lokasi pelatihan seenaknya,” jelas Atla.
“Itu benar.... perwakilan kami juga menjelaskan bahwa dia masih ingin terus melanjutkan pelatihannya. Tapi, setelah menjelaskan permintaan kehadiran mereka berasal dari Tuan Pahlawan Perisai, akhirnya mereka berhasil membujuk dia untuk kembali kesini,” sebut Werner.

Aku hampir saja mengatakan betapa tergila-gilanya dia dalam berlatih.

“Perwakilan kami sedang mengawasi dan membantunya untuk kembali.” Tambah Werner.

Faubrey memang jauh sekali setelah aku melihat peta, menurutku dia perlu bergonta-ganti kendaraan, dan itulah yang membuat waktu perjalanannya lama sekali.
Mungkin... aku bisa menyuruh Itsuki atau Ren untuk menjemputnya, tetapi karena kami hanya akan berdiskusi saja jadi aku rasa itu tidak perlu.
Namun, masih ada masalah politik juga, bagi Ren masih sulit untuk berbicara dengannya, dan Itsuki tidak bisa menyembunyikan apapun.
Ini bisa lebih cepat terjadi jika aku menyuruh mereka untuk menjemput dia dengan skill teleportasi, tapi dia juga sedang dalam perjalanan kemari, yang mana itu membuat kami sulit mengetahui keberadaannya sekarang.
Pemimpin Siltvelt seharusnya sudah menduga kejadian seperti ini karena mereka sudah membuatku melakukan parade melelahkan ini.

“Baiklah, mari kita tunggu sebentar lagi,” kataku.
“Aku penasaran, apa akan diadakan pesta selama rapat dengan Pahlawan cakar dilakukan? Minuman Siltvelt itu sangat nikmat, aku sangat menantikannya!”
“Sadeena, kau selalu suka minum.”
“Oh, tentu saja! Dan Shildina-chan adalah adikku, maka aku sendiri ingin dia tahan minum sepertiku~!”
“Oh, kemarin dia sampai meminta bantuanku.”

Oke, waktunya melihat orang yang bersamaku sekarang.
Raphtalia, Raph-chan, Filo, Atla, Fohl dan Sadeena.
Kehadiran Sadeena merupakan kebetulan.
Kami meninggalkan Gaelion dan Wyndia di desa karena kami pergi dipagi hari, Shildina pingsan karena mabuk berat hasil paksaan Sadeena.
Mabuk Shildina terbilang unik.
Setelah dia minum, dia langsung terlihat sudah mabuk berat. Tapi setelah dia minum lebih banyak, wajahnya mulai terlihat seperti biasa lagi.
Lalu, dia minum lebih banyak lagi, setelah itu dia benar-benar bertingkah seperti orang mabuk dan hingga akhirnya, dia mabuk sepenuhnya sampai tidak bisa berdiri lagi.
Secara penglihatan, dia sudah jelas-jelas mabuk. Namun dia menghadapi Sadeena, jadi sudah dipastikan Shildina akan mabuk berat dan pingsan.
Shildina menyadari dirinya akan pingsan jika melanjutkan minumnya, dia meminta bantuan kepadaku, tapi sesaat setelah itu, “Kau hanya bisa minum sebanyak ini?” kata Sadeena, yang membuat sifat kompetitif Shildina bangkit dan membuat dia mengabaikan peringatanku. Hasilnya seperti itulah.....

“Aku tahu kau ingin bersenang-senang, tapi kau harus sadar diri sedikit.”
“Iya! Aku akan melatihnya secara bertahap, dengan begitu dia akan sekuat Onee-san ketika berhadapan dengan minuman~!” Sebut Sadeena sambil tertawa yang mungkin terlihat mengerikan untuk dilihat Shildina.

S’yne pergi ke Zeltoble untuk mengumpulkan uang. Karena dia tidak perlu mengawasiku dari penyerangan dunia lain.
Ren, Itsuki dan Rishia pergi menggunakan skill teleportasi mereka, jadi mereka tidak akan kembali sampai siang.
Oke, itu sudah semuanya.
Hm.... jika aku perhatikan, kami menjadi kelompok yang cukup besar.
Aku merasa disekitarku akan semakin berisik, mungkin ini bisa lebih berisik dari Kizuna dan kawan-kawan, untungnya mereka berada di dunia lain yang berbeda denganku.
Namun kurasa, dalam hal ‘berisik’, kami juga tidak kalah.
Sepertinya kami perlu menambah kualitas bertarung kita, bukan hanya menambah jumlah saja.
Dalam waktu dekat kami akan menghadapi Phoenix. Jadi kami harus bertambah kuat dari sekarang.

“Yosh!”

Pertama, kami akan bertemu dengan Pahlawan Cakar yang berasal dari Siltvelt.
Sebelum melawan Phoenix, Pahlawan Tujuh Bintang dari kerajaan lain akan datang kemari juga. Ini merupakan hal yang penting, demi melewati rintangan besar dimasa yang akan datang.
Meskipun mereka adalah orang tidak berguna yang tidak mau mendengarkan panggilanku, aku masih perlu mengetahui peningkatan kekuatan senjata mereka.
Informasi itu sangat diperlukan saat ini.
Untuk Pahlawan Cakar, aku bisa memaksanya untuk membocorkan metode peningkatan kekuatan senjatanya dengan memanfaatkan posisiku sebagai Pahlawan Perisai di Siltvelt.
Setidaknya ini adalah keunggulan terbesarku saat ada disini.
Persiapan untuk menghadapinya sudah selesai.
Jika dia enggan untuk memberikan metode penguatan senjatanya padaku, maka Pahlawan Cakar akan kehilangan kepercayaan dari orang-orang Siltvelt.
Status sosialnya bisa bertambah buruk, meskipun dia suka untuk berlatih, tetap saja dia pasti akan kesulitan dihadapkan dengan perilaku orang yang akan menghalanginya.
Selagi aku memikirkan itu di dalam kastil, aku mendapatkan berita kedatangan Pahlawan Cakar.
Meskipun aku tidak menyukai ini, aku terpaksa menyambut Pahlawan Cakar dalam keadaan duduk diatas kursi tahta, itu semua karena saran dari Werner.

“Biar aku yang berbicara dengannya, kalian tidak perlu menanggapi apapun. Terutama kau, Atla,” kataku.
“Itu tergantung dari situasinya, Tuan. Naofumi!” Seru Atla.
“Fohl. Jika kau bisa, suruh Atla pergi ke tempat lain, kau bisa melakukannya, kan?” Tanyaku.
“Onii-sama, sebagai pengikut Tuan. Naofumi, aku ingin selalu berada disisinya,” sela Atla.
“Kalau begitu diamlah, dan jangan mengatakan apapun kecuali ada hal aneh terjadi. Contohnya, seperti pencobaan pembunuhan padanya. Atla, kau bisa memahami ini?” Beritahu Fohl pada Atla.

Oh? Tidak kusangka Fohl akan menghadapi Atla secara rasional.

“Baiklah. Aku mengerti.” Jawab Atla.
“Apa dia benar-benar mengerti?” Tanya Raphtalia.

Aku setuju dengan keraguan Raphtalia.
Aku juga memikirkan hal yang sama. Aku sangat khawatir apa yang akan dilakukan Atla nanti.

“Rafuu!”
“Hmm, kita akan kembali ke desa setelah semua ini selesai?” Tanya Filo.
“Iya.”
“Pahlawan Cakar telah tiba!”

Diikuti dengan suara pintu terbuka, prajurit istana membukakan pintu ruang tahta.
Seseorang dengan gantungan sarung cakar di pinggangnya berdiri disana dengan tenang, kemudian dia berjalan mendekatiku secara perlahan.
Itu benar..... dia memang seorang werewolf.
Bulunya yang biru sangat berbeda dari warna bulu budak weremolf yang sebelumnya pernah aku lihat dulu.
Mungkin ini yang dimaksud dari bermartabat?
Ototnya yang besar sudah membuat semua orang tahu dalam sekilas bahwa dirinya itu sangat kuat. Bisa terlihat jelas disini bahwa itu adalah hasil latihannya selama ini.
Jika perlu kukatakan ,dia itu seperti atlet boxing.
Sepertinya dia mengatur tubuhnya agar bisa memaksimalkan semua batas tubuhnya yang ada untuk bertarung.
Jika aku ingat-ingat kembali, dia adalah ras yang bisa mengubah dirinya menjadi demi-human?

Postur tubuhnya ramping dan berotot, terdapat berbagai bekas luka disekujur tubuhnya, sepertinya dia mendapatkan itu setelah bertarung atau latihan, luka itu membuatnya berkesan penuh dengan kekuatan.
Aura yang dihasilkannya seperti seorang pejuang terhormat penuh dengan luka.
Dikombinasikan dengan bagian atas tubuhnya yang terbuka dan bagian bawah yang tertutupi celana.....
Dirinya memang seperti seekor manusia serigala pada umunya.
Itu pun jika bulunya tidak bersinar biru ketika terkena sinar matahari.
Rupanya dia orang yang serius, dan aku senang dia adalah orang yang suka mendengarkan omongan orang lain.

“Pahlawan Cakar.... sekarang dirimu sedang berhadapan dengan Tuan Pahlawan Perisai. Ubah wujudmu sekarang,” kata Werner.
“Baik.”

Atas perkataan Werner tadi, Pahlawan Cakar menunduk sebelum berubah wujud menjadi demi-human.
Dari penampilannya, umurnya sekitar 20 sampai 30an.
Gambaran mudah yang aku pikirkan, dia seperti L’Arc, tapi lebih liar dan gagah.
Melihatnya diam saja sudah membuatku merasakan aura gagah mirip dengan L’Arc, seperti pria tampan pada umumnya.
Ya, bisa dibilang pertemuanku dengan L’Arc bisa sesunyi ini jika dia tidak banyak bicara.
Dia periang dan ramah, jadi suasana disini terasa berbeda.
Jadi. Kesan pertamaku terhadap Pahlawan Cakar dalam pertemuan pertama ini tidaklah buruk.
Setidaknya dia bisa mengerti dengan apa yang dikatakan oleh orang lain, tidak seperti Ren, Itsuki dan Motoyasu.
Dia tidak memiliki pandangan yang gila seperti Kyo.

“Hm?”
“Rafu?”

Aku tidak tahu kenapa, Raphtalia dan Raph-chan melihat Pahlawan Cakar dengan kebingungan.
Tunggu.... seharusnya aku tidak memperhatikan Raphtalia dan Raph-chan sekarang. Aku harus berbicara dengan Pahlawan Cakar dengan seksama.

“Oh, ternyata kau adalah Pahlawan Cakar.... sebaiknya kita berkenalan terlebih dahulu. Namaku Iwatani Naofumi. Bisa dilihat dari senjataku, aku adalah Pahlawan Perisai.”

Mungkin sikapku saat ini sedikit sombong, tapi aku dengar status Keempat Pahlawan Suci lebih tinggi dai Pahlawan Tujuh Bintang. Dalam kepercayaan Siltvelt juga, Pahlawan Perisai lah yang paling tinggi kastanya, jadi aku rasa aku memang perlu bersikap seperti itu.
Bersikap sopan bukanlah hal yang selalu tepat. Mulai saat ini, kami harus melawan gelombang secara bersama-sama.... Kesan pertama yang diberikan sangatlah penting.

“Aku terpilih sebagai Pahlawan Cakar, perwakilan dari Siltvelt. Namaku Rhubaldt Warbaldt. Senang bertemu denganmu.”
“Ya, senang bertemu denganmu.”

Aku membalas sapaan Pahlawan Cakar, Rhubaldt setelah dirinya menunduk.

“Baiklah, Tuan Pahlawan Perisai.... apa yang sebenarnya dirimu ingin diskusikan dengan Tuan Pahlawan Cakar?” Tanya Werner.

Jika aku secara langsung memberitahukan metode penguatan, maka dia pasti akan mencurigai perkataanku.
Pada saat ini aku ingin segera mempercepat pembahasannya, aku penasaran apa yang terjadi jika aku menghargai pelatihannya selama ini, karena mulai sekarang kita akan bertarung bersama melawan gelombang.
Penting sekali untuk memiliki hubungan yang baik. Mari kita bahas sedikit tentang hobinya.

“Oh iya.... kau sepertinya sangat bersemangat dalam berlatih, apa kau tahu cara berlatih yang efektif?”

Aku hanya tahu Hengen Musou dan seni Q’Ten Lo.
Sebelumnya Fohl pernah mengatakan ada seni bela diri yang dikembangkan oleh tentara bayaran dan ada seni bela diri yang diwariskan oleh ayahnya.
Dengan memulai topik pembicaraan seperti itu, aku bisa membuat dia mengatakan apapun yang dia ketahui selama ini.

“Iya, aku setelah mendengar bahwa Tuan Pahlawan Perisai berhasil menghentikan serangan dari Spirit Tortoise, setelah mengetahui semua itu aku langsung berlatih sebanyak mungkin. Aku menaikkan level dan memperkuat seni bela diriku di gunung..... sekarang aku lebih terlatih dari sebelumnya.”

Jawaban yang menarik.
Sebelum aku berencana untuk menginvasi Q’Ten Lo, aku juga berlatih sebanyak mungkin jika ada waktu.
Namun, ada beberapa skill yang memiliki keterbatasan untuk dikembangkan jika hanya berlatih saja.
Rhubaldt mungkin belum mengetahui teori dasar metode peningkatan kekuatan.
Alasan aku tidak bisa menemukan keberadaannya karena dia sedang latihan di gunung, melihat penampilannya sekarang aku jadi tidak yakin.
Meskipun aku sudah memanggilnya beberapa bulan yang lalu, dia masih belum juga datang.
Apa dia ingin bertemu denganku atau tidak?

“Memangnya alasan itu sudah cukup untuk mengabaikan panggilan yang diserukan di penjuru dunia oleh Pahlawan Perisai?” Tanyaku.

Aku akan mencoba memberikan tekanan mental padanya.
Berdasarkan sistem dunia Kizuna, Pahlawan Tujuh Bintang memiliki posisi yang sama seperti Pahlawan pemegang Vassal Weapon, mereka juga bisa menyelinap ke dunia lain ketika gelombang terjadi.
Sudah menjadi tugas utama dari senjata suci untuk meredam gelombang yang terjadi di penjuru dunia.
Keempat Pahlawan Suci juga melakukan hal yang sama.
Setelah mendengar pertanyaanku, Rhubaldt menurunkan pandangannya padaku.

“Aku sungguh minta maaf. Aku tidak mengetahui situasi dunia ketika berlatih disana..... aku juga tidak mendengar panggilan Tuan Pahlawan Perisai karena fokus latihan,” jawabnya.
“Kau kira akan dimaafkan hanya dengan alasan seperti itu? Serangan itu menyebabkan kerusakan yang besar. Kau pikir siapa yang mengalahkannya? Tidak, kau pikir siapa yang mengalahkan pelaku sebenarnya yang telah mengendalikan Spirit Tortoise untuk menyerang pemukiman manusia? Seharusnya kau segera menghadap kepadaku secepat mungkin.”
“Tuan Pahlawan Perisai memang benar.... jika kau seorang Silveltian, maka kau harus melakukan itu. Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Rhubatldt?” Tanya Werner.
“Ambisi yang kau miliki memang sangat bagus. Tapi bukankah sudah menjadi tugas utamamu sebagai perwakilan Siltvelt untuk selalu patuh dan kooperatif kepada Tuan Pahlawan Perisai dan pahlawan suci lainnya sebelum melakukan pelatihan?” Tanya Tetua Genmu.

Werner dan Tetua genmu setuju dengan perkataanku.
Memang benar..... jika kau pikirkan baik-baik, aneh sekali jika dia tidak segera menemuiku.
Meskipun dikatakan kekuatan pahlawan akan saling mengganggu jika bersama, tetap saja kerja sama itu diperlukan. Kekurangan yang disebabkan sangat besar jika kita tidak bekerja sama.
Baiklah, apa jawaban yang akan dilontarkannya sekarang?

“Aku memang ingin segera menemuinya, tapi aku mendengar Tuan Pahlawan Perisai sedang pergi mengejar pelaku sebenarnya.” Kata Rhubaldt.

Setelah mengalahkan Spirit Tortoise, kami memang pergi mengejar Kyo dan berakhir di dunia Kizuna.

“Jadi, aku melanjutkan pelatihan sampai Tuan Pahlawan Perisai kembali, itulah yang menyebabkanku menunda pertemuan ini,” lanjutnya.

Aku rasa itu masuk akal.
Benar juga, dia masih kekurangan satu hal yang seharusnya diketahui oleh setiap pahlawan.

“Waktu kemunculan gelombang selanjutnya pasti berhenti setelah aku mengalah Spirit Tortoise. Aku rasa kau seharusnya merasa aneh dan kembali untuk mencari tahu apa yang terjadi. Jika itu aku, aku pasti akan mencari tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tapi kenapa kau tidak melakukannya?”

Berkat barrier yang dipasang Spirit Tortoise, tidak ada gelombang yang terjadi.
Jika mengetahui adanya kejadian seperti itu, seharusnya dia menunda pelatihannya dan pergi mencari informasi terbaru dunia ini.
Dia juga seharunya segera menghadap Pahlawan Perisai yang telah mengalahkan Spirit Tortoise.
Itu adalah hal yang seharusnya tidak dia abaikan begitu saja.
Meskipun penampilan dan sikapnya bagus, tapi tetap saja fakta sifat mementingkan diri sendiri masih ada pada dirinya.
Dia berlatih sendirian dan tidak mendengarkan perkataan orang lain..... dia seperti Ren yang dulu.
Tidak, aku rasa dia Ren yang lebih keras kepala.
Lagi pula, Ren masih memiliki bagian yang bisa dipuji.
Tapi Rhubaldt mengabdikan dirinya pada pelatihan..... tapi dia hanya tertarik untuk menjadi yang terkuat.
Dia mungkin berpikir jika dirinya memaksakan tubuhnya sampai batasnya, maka dia akan mendapatkan kekuatan besar yang dapat mengatasi gelombang.

“.... Aku tidak menyadari kejadian itu, karena terlalu fokus latihan dan aku tidak memperhatikan waktu kemunculan gelombang selanjutnya,” jawab Rhubaldt.

Hey! Sefokus apakah dirimu?! Buatlah alasan yang lebih masuk akal.
Jika itu jawabannya, maka dia kekurangan rasa melindungi dunia ini sebagai seorang pahlawan.
Aku mengeluh sambil melirik Werner dan Tetua Genmu.

Dengan penuh penyesalan Werner menggeleng-gelengkan dan berkata, “Itu hal yang memungkinkan bagi Rhubaldt.”
“Setelah berkonsentrasi, pasti tubuhmu tidak merasakan apapun yang terjadi disekitar..... Tapi sebagai Pahlawan Tujuh Bintang, seharusnya kau tidak selengah itu,” sebut Tetua Genmu.
“Aku tahu. Aku benar-benar meminta maaf. Mulai saat ini, aku akan menanggapi panggilan dari Tuan Pahlawan Perisai,” kata Rhubaldt.

Hmm.... dia memang memiliki kebiasaan yang aneh, tapi aku bisa menilai dia adalah orang yang serius.
Akan menjadi hal yang buruk jika sesama pahlawan saling memusuhi.
Semua ini akan lebih mudah jika aku bisa mengatur cara pemilihan pahlawan.... jika memungkinkan, aku ingin mengundurkan diri sekarang juga dan kembali ke dunia asalku.
Membahas hal seperti ini tidak ada gunanya sama sekali.

“Bagus, mulai sekarang kita akan bekerja sama.” Kataku.

Cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah memaklumi perbuatannya.
Baiklah, untuk masalah selanjutnya.
Melihat dirinya selalu fokus dalam pelatihannya, aku rasa sekarang waktunya untuk mencari tahu metode peningkatan kekuatan senjatanya.
Bagaimanapun juga, inilah hal yang terpenting untuk dibahas.

“Ngomong-ngomong, Rhubaldt. Apa kau sudah bertemu dengan pahlawan bintang lainnya?”

Ren dan Itsuki belum pernah bertemu dengan Pahlawan Tujuh Bintang.
Meskipun kita sudah membahas legenda mengenai pahlawan yang ada, kita masih belum mengetahui secara keseluruhan cerita tersebut.
Itulah yang membuatku berpikiran untuk menanyakan hal tersebut padanya, karena informasi ini sangat penting.
Sebab dia sudah menjadi pahlawan sebelum gelombang muncul kembali di dunia ini.

“Kami jarang bertemu, tapi aku pernah menemui pahlawan tujuh bintang Faubley,” jawab Rhubaldt.
“Oh....”

Aku rasa sekarang waktunya sudah tepat untuk menanyakan ini.

“Baiklah, aku ingin kau menjawab ini. Beritahu aku metode peningkatan.... bukan, maksudku, beritahu aku cara yang kau lakukan agar bisa menjadi kuat.”

Melihat dari Kizuna dan kawan-kawannya, senjata Pahlawan Tujuh Bintang memiliki metode penguatan juga.
Setiap pahlawan bisa bertambah kuat jika saling memberitahukan cara metode penguatan senjata mereka masing-masing.
Memberitahukannya saja sudah sangat penting.
Namun, dari tadi aku sedang memikirkan ini, aku harus memutuskan apa Rhubaldt orang yang serakah atau tidak.
Aku tahu dia orang yang senang mengabdikan dirinya pada latihan.
Sekarang aku ingin menanyakan apa yang akan dia lakukan dengan kekuatan yang dimilikinya.
Pada intinya, dia mungkin menjawab untuk kerajaannya dan dunia. Ini sangat mudah ditebak sampai aku tidak menduga jawaban lainnya.

“Kalau itu.... Baiklah, namun aku ingin menanyakan metode penguatan yang diketahui Tuan Pahlawan Perisai terlebih dahulu. Maukah dirimu memberitahukan aku cara menjadi kuat setingkat dewa, Tuan Pahlawan Perisai?” Kata Rhubaldt sambil berusaha mengatakan itu sesopan mungkin.
“Apa yang kau maksud? Seharusnya kau mengutamakan penanggulangan gelombang, bukan malah mengutamakan pelatihan dirimu? Seharusnya kau yang menjawab pertanyaanku terlebih dahulu.”

Benar sekali. Aku perlu mencari tahu kesalahan pihak lain, dengan begitu aku bisa mempertahankan keuntungan yang aku miliki dalam negosiasi ini.
Dari awal aku adalah Pahlawan Perisai, dewa dari Siltvelt, aku rasa Rhubaldt seharusnya menjawab pertanyaanku dulu, terutama jika dilihat dari kasta Siltvelt.
Ketika aku memikirkan itu, aura di sekitar Rhubaldt berubah.

“Maaf.... apa aku salah....”

Secara tiba-tiba dia mengeluarkan senyum provokasi. Kau pikir sedang berbicara dengan siapa?

“Jika menurutmu aku salah, maka Tuan Pahlawan Perisai juga sama salahnya, bukankah kau sendiri tidak segera mengunjungi Siltvelt? Aku rasa kita punya kesalahan masing-masing.”
“Rhubaldt! Kau tidak sopan!” Ungkap amarah Werner sebab perkataan tidak masuk akal Rhubaldt.
“Aku hanya mengutarakan dia juga memiliki kesalahan. Aku berusaha menyamai kemampuan Tuan Pahlawan Perisai dengan berlatih selama ini. Aku memohon kepadamu untuk memberitahuku caranya menjadi lebih kuat.” sebut Rhubaldt.

Dia berbicara seperti orang yang lemah, jadi dia ingin aku memberitahu caraku menjadi kuat.

“Aku sudah mendengar berita bahwa Tuan Pahlawan Perisai dihadapanku ini bukanlah seorang pahlawan palsu. Aku tidak akan meragukan perkataannya,” tambah Rhubaldt.
“Begitu.”
“Demi melindungi kerajaan kami, Siltvelt dari mara bahaya gelombang, aku terus melatih kemampuan diriku. Bisakah aku mendapatkan cara untuk menambah kemampuanku saat ini?”

Perkataan serius dari orang yang mengabadikan dirinya pada pelatihan.... dia pintar berbicara dengan lawan bicaranya.
Kedua alis Werner dan Tetua Genmu turun.
Ngomong-ngomong, kenapa kau memandang Raphtalia sesekali?
.... Oke, Rhubaldt, apa kau melupakan sesuatu yang penting?

“Sebelum bertanya sesuatu, bukankah kau seharusnya mempersembahkan sesuatu padaku lalu berbicara? Bukankah Pahlawan Perisai adalah dewa di kerajaan ini?” Tanyaku.
“... Meskipun kita sesama pahlawan yang melawan gelombang demi menyelamatkan dunia, aku merasa heran dengan persembahan yang kau inginkan dariku?” Tanya balik Rhubaldt.
“Banyak hal buruk menimpaku ketika berada di Melromarc. Itu tidak berhenti disana, aku diserang oleh orang yang tidak aku percayai disini. Jika kau ingin mendapat kepercayaan dariku, maka ikutilah permintaanku dan kita akan berdiskusi lebih lanjut setelah itu.”

Bahkan jika dia sudah mendengarkan metode peningkatan kekuatanku, ada kemungkinan besar dia akan menahan informasi penting untuk kepentingan dirinya sendiri.
Oh? Apa dia akhirnya mau memberitahuku?

“Bolehkah aku beristirahat sejenak? Aku datang kemari dengan cepat, sekarang aku merasa lelah.”
“Jangan main-main,” responsku. Dia sudah cukup provokatif sejak tadi. “Beri tahu metode peningkatan kekuatanmu. Kau hanya perlu mengatakan itu saja, apa yang membuatmu tidak mau memberitahukannya?”

Dari pertemuan ini aku mengetahui satu hal, dia tidak mau memberitahukan metode peningkatan kekuatannya karena tahu seberapa pentingnya hal tersebut jika itu diketahui orang lain.
Tapi, dia adalah Pahlawan Tujuh Bintang Siltvelt bukan? Jangan mengira perilaku seperti itu akan berpengaruh pada Pahlawan Perisai.

“Rhubaldt! Jika kau terus melawan, maka aku tidak akan menjamin kehidupan keluargamu!” Ancam Werner pada Rhubalt. Sepertinya kesabarannya sudah sedikit.
“Aku tidak takut dengan ancaman seperti itu!” Saut Rhubaldt tidak mau kalah dari ancaman Werner.

Aku mengangkat tanganku untuk menghentikan Werner.
.... Ada yang aneh disini.
Jika dia terobsesi untuk menjadi kuat, harusnya dia menjawab pertanyaanku dengan baik.
Belum lagi dia menghadiri pertemuan dengan Pahlawan Perisai yang telah mengalahkan Spirit Tortoise. Seharusnya dia tidak merasa dirugikan.
Kecuali jika dia ingin melampaiku, sama seperti yang dilakukan 3 pahlawan suci dulu.
Namun, melihat reaksi Werner dan Tetua Genmu, aku rasa dia bukan orang yang akan melakukan hal seperti itu.
Dia seperti sedang terburu-buru..... tapi, jika seperti itu aku tidak bisa mempercayainya.

“Sudah cukup dengan ucapan omong kosongmu. Jika kau memberitahu metode peningkatan kekuatan senjatamu, maka aku akan berbicara denganmu. Kau hanya perlu memberitahuku saja.”

Kenapa dia sangat keberatan untuk mengatakannya padaku? Ini tidak merugikannya.

“Aku tidak mengerti kenapa kau sangat keberatan untuk mengatakan itu padaku.” Balasku.
“Terserah kau, biarkan aku istirahat sekarang! Aku sangat lelah!”

Kenapa dia melihat matahari sekarang? Apa yang dia khawatirkan?

“Maaf!”

Raphtalia mengerutkan keningnya, sambil mengacungkan lengannya, sepertinya dia menyadari sesuatu yang membuatnya terlihat seperti itu. Setelah itu dia menunjuk Rhubaldt dan mulai menanyakan sesuatu.
Apa ini? Aku kira Atla akan merusak pertemuan ini, tapi ternyata Raphtalia yang melakukannya duluan?

“Aku merasa ada yang aneh sejak bertemu denganmu. Bisakah aku mempertanyakan jawaban yang berikan dari pertanyaan Tuan Naofumi? Aku juga ingin tahu penampilan Pahlawan Cakar dan informasi lain mengenai dirinya?” Tanya Raphtalia.
“Memangnya kenapa? Mungkin ada sesuatu yang kau sadari, Raphtalia. Tapi aku sudah muak untuk mencari tahu niat terselubung orang ini.”
“Bukan itu yang aku maksud.”

Hmm? Jadi bukan itu yang dimaksud Raphtalia.
Raph-chan juga mengangguk setuju dengannya.
Kemudian Raphtalia mulai menanyakan keanehan yang dia sadari kepada Rhubaldt.

“Apa kau benar-benar Pahlawan Cakar? Kau terlihat sedang menggunakan mantra ilusi tingkat menengah.... atau kau sedang menyamar menjadi dirinya?” Tanya Raphtalia.
“Huh?”

Mendengar apa yang dipertanyakan Raphtalia, semua orang diruang dikelilingi banyak pertanyaan.

“Pada saat aku melihatnya, aku mengira dia sedang menyembunyikan ras sendiri,” jelas Raphtalia.

Benar juga, dia tidak bisa langsung curiga dan mempertanyakan ini pada saat itu juga. Mari kita dukung dugaan Raphtalia.
Jika kau menjadi pahlawan, maka orang-orang akan memperhatikanmu.
Orang-orang mungkin ingin menyembunyikan ras asli mereka sehingga menggunakan mantra ilusi untuk mengecoh orang lain tentang ras mereka sebenarnya.
Masuk akal, Itsuki juga pernah melakukan hal yang sama.
Itu berarti, Rhubaldt menyamarkan rasnya?

“Jadi, Rhubaldt ras yang bisa menggunakan mantra ilusi...?” Sebut bingung Werner.
“Aku belum pernah mendengar hal itu. Apalagi mendengar keunikan ras Rhubaldt bisa melahirkan keturunan seperti itu.” Tambah Tetua Genmu.
“Mungkin beberapa dari kalian tidak menyadari ini karena lapisan sihir yang digunakan cukup banyak.... tapi kenapa kau tidak memiliki senjata pahlawan cakar yang sesuai dengan wujud aslimu,” sebut Raphtalia.

Aku melihat Atla dan Sadeena.
Mereka berdua menggeleng-gelengkan kepala. Itu berarti mereka juga tidak menyadarinya.
Seorang pengguna mantra ilusi menengah yang bisa mengecoh gelombang suara dan aliran kii?

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Raphtalia.
“Raphtalia adalah tangan kananku. Dia tidak mungkin mengatakan kebohongan seperti itu untuk kepentingan politik, aku tidak bisa mengabaikan kecurigaannya, dan membuatmu mengelak pertanyaannya juga,” jelasku. “Apa kau bisa menjelaskan semua ini?” Tanyaku.
“Tch.”

Setelah Raphtalia mengutarakan itu semua, Rhubaldt melompat mendekati Raphtalia dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Dia cepat sekali! Sangat cepat sekali sampai aku tidak bisa mengatasinya tepat waktu!
Raphtalia juga mengeluarkan katana dari sarungnya dengan cepat, hampir saja dia tidak dapat menahan serangan itu.

“Cepat sekali!?” Seru Raphtalia.

Poof. Rhubaldt mengungkapkan sifat aslinya.

“Sialan kau! Disaat seperti ini, ditempat seperti ini, aku tidak mengira akan bertemu dengan rakun jelek yang serupa baunya dengan rakun yang menyegelku dulu!”

Rhubaldt menunjukkan wujud aslinya... sekarang dia terlihat seperti gadis kecil dengan dua ekor rubah.
Dia memiliki rambut panjang hitam berkilau, dia mengenakan baju seperti Miko. Bukan, jika aku perhatikan lagi bajunya tampak berbeda. Apa itu hakama dengan warna merah dan putih?
Wajahnya secantik Raphtalia.

“Dasar rakun jelek! Semua rencanaku hancur karenamu!”
“Aku tidak apa maksudmu, tapi apa yang membuatmu menyamar menjadi pahlawan!?”
“Dasar Rakun tidak tahu diri. Jangan sombong karena dirimu bisa melihat ilusiku!”

Cara bicaranya seperti orang zaman dulu. Dia Loli-baba, huh?
<EDN: Loli-baba dekitaaa>

“Apa?”
“Ada orang yang menyamar sebagai Rhubaldt!?”

Semua orang dalam ruangan terkejut.
Selagi melawan Raphtalia, ekor gadis rubah itu bertambah.
Sekarang jumlahnya ada 9 ekor.... Hei!
Aku langsung melirik Fohl, dia juga terkejut.

Kejadian beberapa hari yang lalu, tepat di makam itu.... dikisahkan seekor monster telah disegel oleh leluhur Raphtalia, itu merupakan kisah mengenai rubah ekor sembilan, Fohl telah menceritakan ini kepada Atla.

“Bagaimanapun juga, aku tidak akan memaafkanmu!” Teriak gadis rubah.
“Sekarang kami tahu kau telah disegel oleh leluhurku disuatu tempat, kau perlu menjelaskan alasan penyamaranmu sebagai Pahlawan Cakar,” kata Raphtalia.
“Siapa yang mau bicara padamu!?” Jawab gadis rubah.
“Ketika Tuan Naofumi berhasil menangkapmu, kau pasti akan memuntahkan segalanya.”

Raphtalia mengatakan sesuatu yang mengerikan! Pengaruhku sudah sejauh ini!?
Aku harus memperingatinya nanti.

“Beraninya kau menipu Tuan. Naofumi dan kami semua! Kau pantas dihukum mati!” Seru Atla.

Seruan Atla juga membuat orang Siltvelt bersemangat dan siap untuk bertarung.
Aku juga sama seperti mereka.
Kemudian gadis rubah itu mengeluarkan pedang tipis.
Dengan suara ‘poof’, Raphtalia dan gadis rubah itu memunculkan bayangan diri mereka, lalu menggunakan mantra ilusi untuk mencampurkan berbagai elemen.
Mungkin penjelasan lebih tepatnya mereka saling memalsukan keberadaan mereka.
Aku jadi teringat kembali dengan pertarungan melawan Kaisar Surgawi terdahulu, dia merasuki Shildina dalam pertarungan tersebut.
Ketika aku memikirkan itu, Raphtalia mengeluarkan serangannya, dan berhasil menusuk gadis rubah itu.
Namun, karena mereka saling memalsukan keberadaan mereka, itu mungkin hanya ilusi.

“Mereka dapat memunculkan ilusi bayangan dengan sangat cepat!”
“Sulit sekali untuk ikut campur pertarungan ini....”

Memang benar, kita tidak bisa mengikuti alur pertarungan ini.
Atla dan Sadeena sudah siap untuk bertarung, itu hal yang bagus tapi mereka tidak bisa menemukan bayangan aslinya.

“Raph-chan!”
“Rafuu!”

Raph-chan menggembungkan ekornya, melompat ke pundakku dan menempatkan kedua lengannya di kepalaku.
Akhirnya aku bisa melihat Raphtalia dan gadis rubah itu sedang saling menyerang dengan senjata dan bayangan mereka masing-masing.
Raphtalia sedikit terdesak.
Lagi pula, apa yang wanita itu inginkan!? Dia terus meluncurkan serangan cepat dan akurat seperti monster.
Untuk saat ini, kita perlu fokus membantu Raphtalia.
Sebelum aku ikut campur.... aku melihat ke arah Sadeena.
Sepertinya dia mengerti apa yang harus dilakukan.

“Kau mengerti maksudku, Naofumi-chan?”
“Iya. Setelah aku memberikan mantra pendukung pada Raphtalia. Aku akan menangkap gadis rubah itu. Ketika aku menahannya, kau harus segera menyerangnya!”
“Siap!”

Aku mulai melantunkan mantranya sambil menyamakan konsentrasi dengan Sadeena.... anehnya, aku merasa sedang melantunkan mantra bersama Ost....

“Oh? Ada apa, Naofumi-chan?” Tanya Sadeena.
“Bukan apa-apa, aku merasa seperti sedang menggapai sesuatu saja,” jawabku.

Ketika aku berkonsentrasi melantunkan mantra, aku merasa mantra ini mendekati mantra liberation aura.
Aku perlu waktu sedikit lagi untuk melantunkannya.

Kekuatan sihir and aliran kehidupan… SP… setiap potongannya mulai terkumpulkan.... aura ini.... aku merasakan sesuatu yang samar dari kejadian itu....

“Oh? Ada sesuatu yang Naofumi-chan tambahkan, ini membuat mantranya bertambah kuat.”

Jadi Sadeena bisa mengetahui perbedaannya?
Aku butuh sedikit waktu, tapi masih ada yang kurang. Itu hampir terpenuhi, akhirnya kita melantunkan mantra tersebut.

““Descent of the Thunder God!””

Descent of the Thunder God turun diatas Raphtalia.

“Aku.... merasa lebih kuat....” Gumam Raphtalia ketika mantra pendukung sampai padanya. Rupanya, Descent of the Thunder God yang kita berikan lebih efektif dari yang sebelumnya.
“Sialan kau!” Teriak gadis rubah.

Aku langsung menggunakan mantra pendukung untuk diriku sendiri, selagi menunggu waktu cooldown mantra sebelumnya habis.

“Zweit Guard!”

Raph-chan masih berada di kepalaku, aku mulai berlari menuju tempat dimana Raphtalia dan gadis rubah itu bertarung.

“Cepat sekali! Jadi ini kekuatan Tuan Pahlawan Perisai!?”
“Tuan. Naofumi sangatlah hebat!” Seru Atla.

Lagipula, kutukanku sudah mulai sembuh, sehingga statistikku mulai kembali seperti semula.
Aku sendiri menyadari kekuatanku mulai kembali seperti semula, sekarang aku lebih kuat dibandingkan saat melawan monster tersegel, Orochi.
Ditambah lagi, waktu itu juga banyak musuh yang bisa membuat kekuatan pahlawan melemah.
Jangan anggap remeh kekuatan pahlawan saat sedang serius!
Ketika senjata mereka bertabrakan, aku memunculkan perisai diantara Raphtalia dan gadis rubah itu.

“Air Strike Shield! Change Shield!”

Aku mengubah Air Strike Shield menjadi Demon Dragon Shield lalu menggunakan skill counter.

“Jangan ganggu kami!” Teriak gadis rubah.

Gadis rubah itu memukul perisai itu sekuat tenaga.
Terdengar suara pecahan keras dari perisai.

Dari serangannya, aku merasa dia tidak mengincar titik lemah, melainkan dia menggunakan kekuatannya sendiri untuk menghancurkan perisai.
Kekuatannya sudah melampaui perisai yang merupakan serangan biasa!?
Pergerakannya juga sangat cepat.
Sebagai pengguna sihir ilusi, dia sepertinya tidak akan terkena serangan dari Filo dan Atla.
Keadaan ini bisa menjadi lebih baik jika Sadeena bisa ikut campur dalam pertarungan ilusi ini, tapi sepertinya ilusi yang digunakan bukanlah ilusi sihir biasa.
Raphtalia menggembungkan ekornya, mengeluarkan ilusi kembali yang sangat terlihat nyata, dan mereka berdua melanjutkan pertempuran.

“Terima ini!” Seru Raphtalia.
“Hiyaaaaah!” Seru gadis rubah.

Mendengar teriakan Raphtalia, aku mencoba untuk menarik kerah gadis rubah.
Merasa kesal dengan tindakanku, gadis rubah mengambil jarak dariku.
Sial.... pergerakannya cepat sekali. Hanya dari kecepatannya saja, dia berada diatas kami.
Dia juga pengguna sihir ilusi.

Meskipun aku tidak berhasil menggapai kerahnya, Raphtalia mengejar dan berusaha untuk menebasnya dengan katana.

“Jangan kira dirimu bisa menangkapku dengan kecepatan seperti itu,” sebut gadis rubah.

Dia melihat sebuah bayangan, lalu gadis rubah itu menusukkan pedang tipisnya pada dada Raphtalia.

“Itu dia.”
“Atla!” Teriak Fohl.

Atla dalam keadaan menunduk, melepaskan diri dari kekangan Fohl, kemudian berdiri dibelakang gadis rubah dan menusukkan jarinya.

“Tch!”

Demi menghindari serangan Atla, dia mencondongkan tubuhnya sedikit. Raphtalia melihat ada celah untuk menyerang gadis rubah ketika dia menghindari serangan Atla.

“Aku adalah orang yang akan mengalahkan Raphtalia-san. Aku tidak akan membiarkan siapapun, apalagi orang tidak dikenal sepertimu mengalahkannya!” Seru Atla.
“Atla-san...” gumam Raphtalia.
“Iya, kau benar....” gumamku.

Ketika mereka berbicara, aku menahan lengan gadis rubah.

“Dasar lemah! Kalian sangat mengganggu jika sudah berkumpul seperti ini!” Kesal atas tindakan kami, gadis rubah itu melirik kami dan Raphtalia dengan penuh rasa amarah.
“Sudah biasa bagi orang lemah untuk berkumpul, kau tahu? Itu juga dikarenakan kami mengetahui bahwa kau mencoba menjadi pahlawan cakar,” tanyaku.

Justru, mendengar hal sebodoh itu membuatku merasa penasaran apa yang membuat itu bisa terjadi.

“Lepaskan aku! Tanganmu kotor! Dasar jelek!” Teriak gadis rubah.

Ya, Ngomong-ngomong wajahku, aku sendiri memang menyadari bahwa aku berwajah paling jelek dari pahlawan lain....  bahkan, dari kami berempat, aku memiliki wajah paling normal dan tidak enak dipandang.
Meskipun begitu, aku tidak merasa sakit hati atau terganggu ketika ada wanita berengsek mengejekku.

“Tindakan tidak sopanmu terhadap Tuan. Naofumi tak akan aku maafkan!” Seru Atla.
“Semuanya! Serang dia. Cepat!” Teriakku.

Itu berarti aku berhasil, dia adalah yang asli di antara bayangan ilusi lainnya.
Aku masih merasa aneh, tapi aku putuskan untuk menyuruh mereka untuk menyerang dia.

“Ya~!” Sebut Filo.
“Dimengerti!” Sebut Sadeena.
“Aku merasa tidak enak diperintah olehmu, tapi aku tidak mau membiarkan orang ini lolos begitu saja!” Fohl juga ikut menyerang.
“““Serang!””” Orang-orang Silvelt mengikuti perintahku juga.

Aku juga akan terkena serangan dari mereka, tapi sebagai Pahlawan Perisai sungguh aneh jika aku tidak bisa menahan serangan rekanku sendiri.

“Eeeei! Mengganggu sekali kalian!”

Gadis rubah itu mulai mengayun-ayunkan ekornya yang menggembung sambil memancarkan semacam sihir dari kesembilan ekornya.
Sihir yang digunakan.....  semacam sihir pengganggu dari the Way of Dragon Vein?
Aku sulit menghindar dari jarak ini.
Hampir semua dari kita tidak bisa mengelak serangannya.
Berkat Raph-chan, aku berhasil mengelak dari mantra sihir itu.

“Rasakan ini! Fufufu, hari ini aku merasa sangat senang!” Seru Atla.
“Uwoooooh!”
“Hmm? Aku merasa ada yang aneh.....”

Atla dan Fohl tiba-tiba saling menyerang, dan Filo menebaskan cakarnya sekali, lalu dia tiba-tiba mengambil jarak setelah memiringkan kepalanya.
Prajurit Siltvelt berdiri tegak penuh rasa kebingungan.

“Uh.... bahkan Onee-san ini tidak bisa melawan serangan ini,” gumam Sadeena sambil meletakan tangannya dikepala.

Semua orang selain Raphtalia kebingungan.

“Naofumi-chan, Raphtalia-chan. Semua orang disini termasuk aku terkena semacam mantra ilusi, kami tidak bisa mengarahkan senjata kami. Kalian.... harus berhati-hati,” Sadeena memperingati kami.
“.... Sudah kuduga.”

Aku tahu dia seorang pengguna sihir ilusi, tapi aku tidak mengira dia bisa melakukan serangan sihir ilusi dalam jangkauan yang luas.
Bahkan jika mereka menggunakanku sebagai target serangan, tetap saja mereka akan kesulitan untuk menyerangnya jika tangan mereka tidak bisa bergerak sesuai keinginan mereka.
Bisa saja penyerangan ini dilakukan dengan bantuan Sadeena, yaitu menggunakan mantra kooperatif tapi jika dia terkena sihir ilusi maka itu sulit untuk dilakukan.

“Rafu! Rafu Rafu!” Raph-chan tetap berada di pundakku.

Aku mengandalkan indra perabaku untuk mengetahui apa yang aku pegang.

“Mau sampai kapan dirimu memegangiku! Lepaskan!” Teriak gadis rubah.

.... Benar juga. Jika aku terkena ilusinya, maka aku pasti sudah melepaskannya.
Dia benar-benar musuh yang berbahaya.
Raphtalia termasuk dari pengguna sihir ilusi juga. Jadi penggunaannya bisa seperti ini juga..
Kemampuannya akan sia-sia saja jika dia hanya bisa menahan serangan ilusi. Jika dia bisa menguasai sihir ini dengan baik, maka dia bisa menyamar dengan sempurna.
Itu juga bisa menjadi sebuah pertanda, alasan dibalik Kaisar Surgawi dulu sangat berhati-hati disekitarnya.
Atau, seharusnya aku membawa Shildina kemari? Tidak, aku rasa dia tidak bisa menggunakan kekuatan oraclenya untuk memanggil Kaisar Surgawi kembali!?

“Whoa!”

Gadis rubah berusaha sekeras mungkin untuk melepaskan cengkeraman lenganku dengan kekuatan aslinya, dia sampai mengangkatku dengan punggungnya.
Aku juga menambah kekuatan pinggulku agar dia tidak bisa mengangkatku.... tapi, dia ini sebenarnya makhluk apa!?

“Kuperintahkan kau untuk melepaskanku! Matilah!”
“Tidak mungkin aku melepaskanmu!”

Ketika aku menangkis serangan pedang tipis gadis rubah dengan perisai, percikan api terus berlanjut sampai-sampai lenganku hamper terangkat karena kekuatannya. Ini tidak mungkin terjadi!?
Kutukanku mulai memudar dan pertahananku sudah diperkuat semaksimal mungkin, tapi kekuatannya bisa menandingiku? Ditambah lagi, dia bisa melakukan serangan yang serupa dengan pukulan ringan Kyo.
Karena aku ingin pertahanan tinggi, aku menggunakan Demon Dragon Shield, jadi ketika efek spesial counter aktif, perisainya akan menyerang balik gadis rubah.
Banyak peluru sihir keluar dan mengenai gadis rubah, tapi sepertinya itu tidak membuatnya terganggu sedikitpun.
Itu berarti dia memiliki pertahanan yang tinggi?

“Tuan Naofumi!” Raphtalia menggenggam katananya sekuat mungkin lalu menebas gadis rubah yang masih aku cengkeram.

“Stardust Blade!”


Raphtalia menggunakan skill yang tidak bisa dihindari, Stardust Blade pada gadis rubah.
Bintang berjatuhan dari katana Raphtalia, lalu aku dan gadis rubah terkena serangannya.
Tentu saja, Raphtalia tidak menahan diri, dia tahu aku bisa menahannya.

“Ukh? Hei, pertarungan aneh macam apa ini! Ternyata Pahlawan Perisai suka menggunakan siasat licik!”
“Bukankah sudah menjadi tugas sebuah perisai untuk menahan pergerakan musuh?”

Memang begitu cara kerjanya, tugas Pahlawan Perisai, menahan semua serangan musuh, dengan begitu musuh akan terus memperhatikannya dan pergerakannya akan terus terkontrol.
Ya jelas, musuh yang dihadapi akan kesal.

“Dasar rakun jelek, menggunakan senjata aneh yang berbeda dari senjata tujuh bintang dan keempat senjata suci. Pedang macam apa itu!”

Gadis rubah menggembungkan kesembilan ekornya lagi untuk memunculkan bola api.

“Mati saja kau!”
“Tak akan aku biarkan! Second Shield! Dritte Shield! Change Shield!

Aku mengubah perisai menjadi Whale Core Shield.
Itu merupakan perisai dengan atribut air, atribut yang cocok untuk melawan sihir api.
Gadis rubah ini memiliki rasa kebencian yang tinggi terhadap Raphtalia.
Itulah mengapa aku mengirimkan dua perisai sekaligus untuk melindunginya.
Gadis rubah menembakkan sihirnya kepadaku dan Raphtalia.
Sepertinya dia sendiri yang mengontrol arah bola apinya, karena arah jatuh yang dihasilkan sangat tidak beraturan.

“Ugh...”

Aku terbakar, pilar api muncul ditempatku berdiri.
Kekuatan api ini..... apa serangannya lebih kuat dari pada semburan api Spirit Tortise?
Mahluk macam apa dirimu?! Seharusnya kaulah yang mengalahkan Spirit Tortoise dan juga Kyo!
Raphtalia selamat dari serangannya berkat perisaiku.... Tidak, perisai itu masih menerima serangan, tapi perisai itu mulai dipenuhi retakan dan akhirnya hancur berkeping-keping.....
Lalu ketika perisai ketiga, Dritte Shield hancur, gadis rubah itu masih memiliki dua bola api tersisa.

“Hyaaaah!” Teriak gadis rubah.

Raphtalia mengayunkan pedangnya secara teratur, dia berhasil membelah kedua bola api tersebut. Dia menggembungkan ekornya juga.
Apa dia mencoba melakukan serangan balik dengan mantra ilusi?
Lima buah bola yang dimiliki Kaisar Surgawi terdahulu muncul disekitar Raphtalia.

“Water overcomes Fire!”

Raphtalia menebaskan katananya pada gadis rubah, aku masih mencengkeramnya agar dia tidak bisa melarikan diri.
Kemungkinan besar Raphtalia tahu bahwa gadis rubah menguasai atribut api, melihat dari mantra yang digunakan, sepertinya Raphtalia akan menyegel dia. Jika dia berhasil, maka kita bisa mengalahkan dia untuk sementara waktu.... kuharap.

“Mana mungkin diriku akan berdiam diri!”

Terdengar suara dentuman yang keras, gadis rubah menahan serangan Raphtalia lalu menggunakan suatu sihir sehingga serangan Raphtalia tidak mengenai dirinya.
Dikarenakan serangan sihir ilusinya, rekan-rekanku tidak dapat diandalkan, bahkan aku hanya bisa menahannya dengan kekuatan seadanya saja.
Dia memiliki sembilan ekor, berati dia adalah rubah ekor sembilan.... apa dia salah satu makhluk yang kekuatannya setara dengan empat hewan suci, Spirit Tortoise?
Apa dia memiliki tujuan serupa dengan Spirit Tortoise? Mengumpulkan sejumlah roh di dunia untuk melindungi dunia itu sendiri?
.... Aku merasa itu tidak benar.

Dia memiliki sifat yang keras kepala seperti leluhur Raphtalia, dia juga ingin aku menjelaskan metode penguatan pahlawan.
Jika dia memiliki tujuan yang sama dengan Ost, apakah mungkin dia melakukan hak seburuk ini?
Meskipun identitasnya sudah terungkap, dia tidak seperti sengaja menguji kekuatan kita?
Jika dia memang menguji kekuatan kita masing-masing, maka seharusnya ini sudah cukup.... tapi aku merasa bukan itu yang terjadi.

“Dasar keras kepala!” 

Gadis Rubah mengayunkan lengannya, lalu dia berhasil melepaskan cengkeramanku dipinggulnya.
Sial! Sekuat apa dia ini. Kekuatannya sudah membuatku merasa kasihan kepada Ost.

“Tak akan kubiarkan!”

Sial! Di saat yang bersamaan, sejumlah jarum jahit melayang ke arah Gadis Rubah dan membuatnya terikat diatas tanah.

“Agh.... Siapa kau!”
“Aku tepat—“
“Aku tepat waktu!”

Dalam kekacauan yang memenuhi ruangan ini, S’yne membuka pintu ruang tahta.
Dia berhasil mengejar kita dalam keadaan yang genting ini!
Meski bantuan telah datang, orang-orang biasa pasti akan kesulitan membantu kami karena musuh yang kami hadapi menggunakan sihir ilusi.
S’yne mengubah senjatanya menjadi gunting, lalu memerintah boneka familiar-nya untuk menyerang. Apa dia tidak ikut menyarang?

“Bersiaplah!”
“Dirimu bukanlah rakun jelek itu, jangan kira bisa menyerangku!”

Gadis Rubah menggembungkan ekornya lagi, dia mencoba untuk menyerang S’yne dengan sihir ilusi.
Sial, ilusi itu serupa dengan the Way of Dragon Vein, aku tidak punya cukup waktu untuk mengacaukan sihirnya.
Aku tahu sejauh apa kekuatanku saat ini, aku mengerti sebagian cara kerja sihir itu.... tapi aku masih kurang pengetahuan untuk menerapkannya.

“Ag—“ Keluh S’yne, penglihatannya mulai tidak fokus tapi, para familiar-nya tidak berhenti. “Kau pikir—“
“Jangan kira kau bisa menipu kami dengan ilusi seperti itu!”

Boneka Kiel dan Boneka Sadeena terus mendekati Gadis Rubah sambil mengelak serangannya.
Oh! Dari awal mereka hanyalah sebuah boneka, jadi sihir ilusinya tidak mempan. Bagus sekali.
Aku mengira jika S’yne terkena sihir ilusi maka para familiar-nya pasti ikut terpengaruh..... namun, S’yne menutup kedua matanya. Apa dia mengandalkan penglihatan dari familiar-nya?

“Hyaaaaah!”

Boneka Kiel dan Boneka Sadeena mempersiapkan senjata mereka lalu melancarkan serangan pada Gadis Rubah.

“Huh? Tidak mungkin! Bisa-bisanya kalian melukai tubuhku?”

S’yne menaikkan level juga seperti kami, namun karena vassal weaponnya sudah tidak berfungi dengan baik, statistiknya lebih rendah dari kami.
Meskipun demikian, dia berhasil menyerangnya?

“Sekarang! Eight Trigrams Blade of Destiny!

Setelah mengumpulkan banyak tenaga, Raphtalia meluncurkan serangan terbaiknya.

“Argh? .... Curang sekali.”

Gadis Rubah berusaha menghindari serangan Raphtalia dengan menggunakanku sebagai perisainya, aku melepaskan cengkeramanku, lalu mengitarinya agar dia terkena serangan itu secara paksa.
Terdengar benturan suara yang keras, baju bagian dada Gadis Rubah robek. Ah, sialan. Setelah semua usaha ini, kita hanya bisa merobek pakaiannya saja. 

“Arghhh.... kenapa ini.... perutku! Mhuan!”

Tetapi, serangan terbaik Raphtalia yang dikombinasikan dengan Hengen Musou berhasil melukainya.

“Sekarang aku tahu pertahanan yang dimilikinya setingkat denganmu, Tuan Naofumi. Aku menggunakan teknik terbaik untuk melawannya.”
“Kurang ajaarrr! Menggunakan cara licik!”

Dia meringis kesakitan, menggebu-gebu ingin lepas dariku.
Tunggu dulu, kenapa ekornya semakin membesar!

“Agh....”

Oh tidak, aku tidak dapat menahannya.

“Hmph! Cukup sampai disini saja! Bersiaplah untuk mati!”

Kemudian muncul pilar api disekitar Gadis Rubah. Aw! Aku tidak bisa menahan api ini.

“Gawat—“ S’yne kemudian menarik semua orang dengan benang yang dimilikinya, mengeluarkan semua orang dari ruang tahta dengan cepat.
“Ara... kita perlu bergantung pada benang ini.”
“Musuh kali ini memang sangat hebat. Aaah!”
“Terima ini!”
“Ah... kepala Filo berputar.”

Sadeena dan Filo sudah tahu ini adalah ilusi, lalu ada Atla dan Fohl yang menelan mentah-mentah ilusi ini dan orang-orang Siltvelt dikeluar dari ruang tahta.

“Air Strike Shield!”

Untuk berjaga-jaga, aku memunculkan perisai didepan pintu ruang tahta.
Setelah itu, aku tidak menahan Gadis Rubah, aku berdiri didepan Raphtalia dan S’yne untuk melindungi mereka. Aku merapalkan mantra pendukung pada diriku sendiri.

“Zweit Aura.”
“Aaaaaaaaaaah!”

Gadis Rubah membakar ruang tahta dengan ledakan api yang besar.
.... Kekuatannya sudah diluar nalar.
Serangan sekuat bahkan melebihi sambaran petir Spirit Tortoise menghampiriku.
Tubuhku penuh dengan api, mantelku terbakar habis.
Tapi, jika aku tidak menahannya maka semuanya akan sia-sia. Hawa panas segera memenuhi ruang tahta dan membuatnya hangus terbakar.

“Haa.... Haa... Jangan kira diriku akan jatuh dalam trik rendahan seperti itu! Dasar orang-orang bodoh!”

Dinding sekitar ruang tahta hangus terbakar, hanya tersisa puing-puingnya saja.
Aku tidak bisa mengukur seberapa kuat dirinya sekarang.
Dia mengipaskan ekornya untuk menghilangkan asap disekitarnya, meskipun dalam keadaan seperti ini dia masih terlihat waspada.

“Namun, diriku masih saja tertipu oleh kalian.”

Sebelum asap ini menghilang, aku secepatnya menyembuhkan lukaku saat ini.

“Apa!? Dirimu masih hidup!”
“Jangan kira kau bisa membunuhku.”


Tapi, aku adalah Pahlawan Perisai, jadi seharusnya aku memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan serangannya.
Jika aku sama seperti pahlawan lain, maka kejadiannya akan seperti melawan Spirit Tortoise langsung tidak berkutik sedikitpun.
Sekuat apa dia ini!

“Rafuu.”
“Iya, kau benar sekali!”
“Aku setuju. Siapapun orangnya, aku tidak bisa memaafkan perbuatannya.” kata boneka Kiel, mengikuti pemikiran S’yne.

Namun..... Serangan terbaik Raphtalia saja masih kurang cukup. Teknik Hengen Musou Serangan Berbasis Pertahanan, meskipun sudah menggunakan itu, masih belum bisa mengalahkannya?
Tapi, serangan S’yne berhasil melukainya? Ketika aku melirik S’yne, dia memalingkan pandangannya dariku.
Senjata yang digunakannya.... Sakura Stone of Destiny Scissors?

“Raphtalia, kau menggunakan Demon Dragon Katana untuk menambah kekuatan serangan tadi?”
“Iya.”

Sakura Stone of Destiny merupakan material senjata pacifier. Senjatanya itu tidak bisa diduplikasi oleh pahlawan. Berarti dia perlu mengubah senjatanya jadi Sakura Stone of Destiny.

“Sebaiknya kau gunakan Sakura Stone of Destiny Katana saja, mungkin saja seranganmu bisa lebih baik. Hmm, gunakan teknik Kaisar Surgawi juga.”
“Baiklah, aku mengerti.”

Kemudian Raphtalia memasukkan katana kesarungnya kembali, dia melakukan itu dengan cepat sambil mengubahnya menjadi Sakura Stone of Destiny Katana. Lalu dia merapalkan sesuatu sambil menempatkan katananya di depan.

“Five Practices Destiny.... Tidak ada sakura lumina disini, jadi efek penggunaannya akan singkat.”

Jadi teknik itu terbatas oleh wilayah?
Tapi, Raphtalia menusukkan katananya kedalam tanah
Lingkaran mantra muncul ditempat dia berdiri.

“Baiklah, aku siap,” sebut Raphtalia.
“Oke.... S’yne, serang setelah Raphtalia.”
“Meng—“
“Aku mengerti!”

Kekurangan yang kita miliki adalah baik Pengaruh Sakura Sphere atau Sakura Destiny Stone Barrier tidak bisa digunakan disini.
Aku belum mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk membuat barrier itu.
Lagi pula, itu masih sebuah kemungkinan.

“Dasar manusia lemah yang suka mengalihkan perhatian! Dasar rakun jelek dan Pahlawan Perisai yang tidak tahu sopan santun!”
“Bagus, kau bilang kita tidak tahu sopan santun. Aku tidak tahu alasan perbuatanmu ini, tapi akan aku beri tahu siapa yang tidak tahu sopan santun!”

Aku memelototi gadis rubah dan mengarahkan perisaiku padanya.

“Shield Prison! Air Strike Shield! Second Shield! Dritte Shield!”
“Kurang ajar—“

Aku mengaktifkan Shield Prison untuk mengurung gadis rubah, aku sudah menebak itu akan segera dihancurkan olehnya, jadi aku memunculkan tiga perisai lagi untuk menahan pergerakannya.

“Chain Shield!”

Setelah melihat Shield Prison hancur, aku menyatukan ketiga perisai tadi dengan Chain Shield untuk mengikatnya kembali.

“Ugh!? Diriku bisa menghancurkan perisai ini dengan mudah!”
“Aku sudah menduganya!”

Sebelum gadis rubah menghancurkannya, aku mencengkeram lehernya dengan satu tangan lalu menggunakan kartu andalanku.

“Attack Support!”

Aku menusukkan jarum yang muncul dihadapanku pada leher gadis rubah. Raphtalia telah mengumpulkan kekuatan sebanyak mungkin dibelakang sana, sekarang dia menyerang dan menempatkan lima bola yang dia siapkan ke dalam katana.

“Kumpulkan semua aliran kehidupan dan kekuatan kaisar surgawi ke dalam katana....” Sebutnya dengan penuh konsentrasi.
“Agh.... Pergerakan itu! Diriku sudah pernah melihatnya! Tak mungkin itu terjadi untuk yang kedua kalinyaaaa!” Bantah gadis rubah.

Sesaat setelah mengatakan itu, gadis rubah mulai menggerakkan tubuhnya untuk melepaskan cengkeramanku.
Sial, dia mengerahkan seluruh tenaganya!

“Divine Clash of the Five Practices!”

Itu adalah serangan mematikan yang kaisar surgawi perlihatkan.
Disaat yang bersamaan, lingkaran sihir yang Raphtalia buat di tanah menahan gadis rubah.

“Gyaaaaaaaaaaaaaah!”

Ditambah lagi, kekuatan yang diberikan bertambah dua kali lipat karena bantuan Attack Support.
Setelah menerima serangan itu, mana mungkin ada orang yang bertahan.

“Scissor Cut!”

Sebagai serangan tambahan, S’yne menyerangnya dengan dua buah gunting yang satunya dilakukan oleh boneka familiar-nya.
Serangannya itu berhasil memotong satu dari sembilan ekor gadis rubah.
Raphtalia, melakukan tebasan keduanya dari belakang, setelah itu dia menyimpan kembali katananya ke dalam sarung.
Kemudian, lingkaran sihir itu bersinar gemilang mengikat pergerakan gadis rubah.

“Serangan itu dapat menahan musuh sampai batas yang dimilikinya. Jika kau terkena itu, maka.....”

Apa kombinasi serangan Five Practices Destiny dapat mengalahkan musuh seperti dia?
Aku tidak yakin jika perkiraanku benar, tapi penggunaan senjata Sakura Stone of Destiny terbukti lebih baik.

Setelah terkena serangan Raphtalia, darah mengalir dari pundak gadis rubah.
Itu pasti luka yang fatal.

“Argh....”
“Apa, jangan-jangan....”

Lingkaran sihir yang Raphtalia buat hancur berkeping-keping.

“Kurang ajar, rakun jelek! Jangan kira dirimu bisa menyegelku kembali! Itu tidak mungkin berhasil!”

Hei, hei hei. Raphtalia tidak segan-segan melawannya, tapi aku beranggapan dia menggunakan serangan yang paling efektif?
Lupakan itu, tidak terbayangkan lagi setangguh apa dia sampai bisa bergerak kembali.
Aku saja hampir tidak bisa menahan pergerakanmu.

“Jika demikian, maka aku tinggal mencengkerammu kembali sampai dia berhasil!”

Tubuh gadis rubah mulai tidak beraturan kemudian bentuknya berubah didalam kabut asap sebelum kami berhasil mengapainya.
Rubah ekor sembilan.... mengungkapkan wujud sebenarnya, dia menuju bongkahan dinding yang telah dia bakar.
Sepertinya ekor yang S’yne potong telah beregenerasi kembali ketika dia berubah wujud.

“Sepertinya diriku tidak mampu membunuh semua orang di sini sendirian....” Dia memalingkan dirinya sebelum menatap kami, kemudian dia tertawa dan mengatakan, “Kali ini diriku membiarkan kalian hidup. Untuk saat ini, kalian bisa merayakan kemenangan semu ini!”
“Mana ada orang yang akan membiarkan sumber masalah ini lari!”
“Iya! Aku tidak membiarkanmu lari!” Sebut Raphtalia.
“Benar—“ Perkataan S’yne terputus.

Akan tetapi, rubah ekor sembilan itu menembus tembok dan berhasil keluar kastil.
Setelah itu dia berlari dengan kecepatan yang tidak masuk akal..... secepat apakah dia?

“Berhenti!”

Meskipun kata itu dilontarkan, dia tidak akan berhenti, rubah ekor sembilan melompati benteng kastil dan melewati atap rumah kota kastil.... dia juga menyamarkan tempat yang dia lalui dengan sihir ilusi dan menghilang dibalik rumah-rumah itu.

“Kita harus segera menangkapnya sekarang!”
“Apa kita bisa mengejarnya?”
“.... Itu pasti sulit.”

Jika dia bisa menyamar menjadi manusia, maka sudah dipastikan dia akan menggunakan sihir ilusinya dan berbaur dengan orang-orang sekitar dan membingungkan kita sambil menambah jarak pelariannya.

“Segera persiapkan tim pencarian.....”

Aku melihat keadaan orang-orang diluar ruang tahta.

“Hm? Kepala Filo sudah tidak berputar lagi.”
“Ara....”
“Uwoooooooh..... oh?” Sebut Fohl sambil melihat sekitar.
“Hyaaaaah.... eh? Onii-sama?” Atla terkejut.

Jika mereka mengejarnya, itu sulit dilakukan jika mereka tidak bisa melihat wujud asli dan melumpuhkan sihir ilusinya tanpa perlindungan Raph-chan dari sihir ilusinya.
Itu berarti hanya aku, Raphtalia dan S’yne saja yang bisa mengejarnya, itu saja sudah sulit apalagi kita perlu membunuhnya sekarang.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“.... Kita terpaksa tidak mengejarnya. Serangan mematikan Raphtalia saja tidak bisa membunuhnya. Kita mungkin akan diserang balik dan terluka berat jika kita mengejarnya,” jelasku.
“Maafkan aku. Pelatihanku masih kurang.”
“Tidak, kau sudah berkembang.”

Malahan aku terkejut ada orang sehebat dia.
Apa yang aku lakukan sampai membuat rubah ekor sembilan itu datang dan menyamar menjadi Pahlawan Cakar?

“Ugh... Apa!? Tuan Pahlawan Perisai.... apa yang terjadi....” sebut Werner.
“Sepertinya kita tidak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi karena pengaruh mantra ilusi,” kata Tetua Genmu.

Werner dan orang-orang Siltvelt lainnya tersadarkan kembali.

“Hampir dari kalian semua tidak membantu melawan rubah ekor sembilan itu. Mengecewakan sekali,” aku berkomentar.

Werner dan bawahannya menunduk sebawah mungkin.

“Maafkan kami atas ketidakmampuan kami dalam membantu Tuan Pahlawan Perisai! Kami akan segera mempersiapkan tim pencarian untuk mengejarnya!” Seru Werner.
“Tidak perlu, sebaiknya kalian jangan mengejarnya. Tidak ada orang yang memiliki kekuatan sebanding dengan wanita itu,” jelasku.
“Lalu, apa yang harus kami lakukan?”
“Kau sudah mengerti maksudku, bukan?”

Werner dan Tetua Genmu mengangguk atas pertanyaanku.

“Ada monster yang menyamar menjadi Pahlawan Cakar, pahlawan perwakilan Siltvelt. Kita harus sesegera mungkin menyebarkan kejadian ini ke seluruh penjuru dunia,” jawab Werner.
“Bukan hanya Pahlawan Cakar saja, kita harus memberitahu mereka bahwa Pahlawan Tujuh Bintang bisa saja palsu, mereka harus mewaspadai itu,” tambah Tetua Genmu terhadap jawab Werner.
“Benar sekali.... Pahlawan Tujuh Bintang semakin mencurigakan dimataku.” Sebutku.




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar