Volume 01
Prolog
[Tertarikkah Anda untuk menjalani hidup kedua di dunia lain?]
[Ini merupakan tahap kedua dari Second Life Project!]
[“Dimension Wave” sedang membuka pendaftaran peserta! Waktu pendaftaran akan segera berakhir!]
“Kira-kira bagaimana menurutmu?”
Latar kehidupan dan wujud karakternya digambarkan sesuai dengan kehidupan nyata. Game ini pasti sangat terkenal, sebab sampai memakan tujuh halaman majalah game.
“Pendapatku ya.... aku belum tahu.”
Kedua wanita yang tiba-tiba menghampiriku adalah kakak dan adikku.... Mereka memperlihatkan majalah game di hadapan wajahku, mereka menanyakan “Kira-kira bagaimana menurutmu?” dengan wajah tersenyum sombong.
Jujur saja, aku tidak tahu apa yang sebenarnya kedua saudariku inginkan. Tapi dari topiknya game, aku jelas-jelas berbohong bila mengatakan tidak tertarik dengan game. Dari genrenya MMORPG. Bila aku bisa memilih genre, aku lebih suka bermain game yang mengulang-ulang kehidupan seperti biasanya, seperti Har*st M**n atau Wor*d Nev*rl*nd.
“Ih~ Apaan tidak asyik sekali kau~!”
“Iya nih~!”
“....”
Apa yang membuat mereka bersemangat sekali? Aku tahu ini terlalu awal untuk diberitahukan, sebenarnya hubunganku dengan kedua saudariku ini sangat dekat. Kami bermain game bersama, semua itu berkat mereka pecinta game juga.
“Lihat dulu. Menurutmu ini gamenya bagaimana, Onii-chan?” tanya adikku sambil memperlihatkan keimutannya. Dia benar-benar semangat sekali.
Aku sedikit terbawa suasana meriah ini, tapi sebab kami adalah saudara kandung, aku menahan keinginanku dan memalingkan wajah pada majalah yang disodorkan oleh mereka.
[Dimension Wave]
Ternyata ini adalah game online. Dalam game ini kami perlu membentuk kelompok dengan pemain lain untuk mengalahkan kekuatan jahat dalam dunia game tersebut yang dinamai Gelombang Dimensi. Sekilas, game ini terlihat seperti game RPG pada umumnya yang mana pemanfaatan berbagai macam senjata dan mantra sihir untuk mengalahkan monster.
Oh, akitifitas seperti memancing tersedia juga dalam game ini? Aku suka sekali game yang menghadirkan hal semacam ini. Sebuah playstyle yang menawarkan pemain untuk mengistirahatkan punggung mereka dan menjalani permainan dengan tempo yang mereka inginkan.
Ada juga berbagai macam ras yang bisa kami pilih.
Oh? Ada penjelasan yang menarik nih. Oke, jadi...
[Sama seperti bagian terpenting dari tahap pertama, agar hidup kedua yang dirasakan pemain dalam game kami dapat dinikmati sepenuhnya, setiap pemain tidak bisa log out dari game sampai menyelesaikan masalah dalam game. Tapi tenang saja, selang waktu dalam game dengan dunia nyata berjalan dalam satuan yang berbeda. Perlu diketahui bahwa waktu penyelesaian game ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, untungnya semua itu dapat diselesaikan hanya dalam waktu 24 jam di dunia nyata, sehingga orang dewasa yang sibuk bekerja dan tidak banyak waktu luang dapat menikmati game yang kami tawarkan. Saat ini kami sedang mencari peserta, kami sangat mengharapkan keikutsertaan kalian! Bila tertarik untuk ikut serta dalam permainan kami, tolong ikuti link yang tertetera di bawah!] itulah yang tertulis.
Kalau dipikirkan lagi, aku pernah mendengar orang-orang membicarakan game ini setahun yang lalu. Second life project dikerjakan oleh developer game VRMMO ternama, bukan?
Hal ini tertera dalam majalahnya, sebuah program yang dapat mengubah sejumlah waktu bertahun-tahun atau puluhan bulan menjadi belasan jam saja di dunia nyata. Hal seperti itu memang mudah diterima oleh kalangan pekerja, lalu dari nama gamenya sendiri ‘Second Life’, memberikan kesan yang menunjukkan kemungkinan untuk tidak log out sampai game tersebut berhasil diselesaikan.
Sebab perawatan game itu sendiri, penerimaan peserta ini dilakukan sebulan sekali, orang-orang mengerti tingkat kesulitan merawat game lalu tingkat kenyamanan dalam bermain, itu juga termasuk orang-orang yang mengatakan sebebaliknya. Semua hal itu bisa aku lihat di website mereka.
Temanku juga sudah memainkannya dan dia bilang game ini bagus, game ini pasti sangat menarik untuk dimainkan.
Ada masalah sosial yang terjadi, ada yang menyebutkan terjadinya perubahan sifat mereka setelah memainkan game tersebut. Menjalani hidup bertahun-tahun dalam game pasti membuat kepribadian mereka berubah. Bahkan, temanku ini ternyata mendapatkan pacar dalam game ini dan mereka melanjutkan hubungan mereka sampai sekarang ini.
Dasar Riajuu!
Perlu diketahui, biaya pendaftarannya cukup mahal. Hal ini tidak bisa dihindarkan sebab peralatan khusus yang diperlukan untuk menjalankan game, mendevelop game ini sudah sangat mahal belum lagi biaya perawatannya juga, dan berdirinya sebuah perusahaan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan.
Intinya, game ini cukup mahal untuk seorang mahasiswa.
“Oke, terus kalian maunya bagaimana?”
Jujur saja, mau sebanyak apapun aku memohon kepada ayah atau ibu, game seperti ini sudah mengundang kalimat penolakan ‘Tidak’, dari mereka berdua. Mau sebanyak apapun aku mencoba....
“Hehe~!” Kakak tersenyum seperti adikku tadi, dia mengeluarkan sebuat surat. Tertulis yang mengirimkan surat itu adalah [Second Life Project].
“Ti-tidak mungkin...”
“Benar sekali, ini adalah tiket untuk memasuki game itu!”
“Kok bisa kamu dapet tiketnya? Kamu tidak berbuat jahat, kan?”
“Aku mendapatkan ini setelah memenangkan tournament! Ini hadiahnya!” jelas adikku dengan penuh semangat, dia mengabaikan candaanku yang kurang menendang.
Mengenai tournament yang menjadikan tiket itu sebagai hadiahnya, kalau tidak salah itu adalah kompetisi game arcade tarung yang diadakan oleh cabang perushaan dilain hari. Kompetisi itu berlangsung meriah berdasarkan informasi yang aku dapatkan dari website internet. Banyak sekali orang yang ikut serta untuk mendapatkan hadiah tiket game itu.
Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya adikku menang dan dapat tiket itu... rasanya aneh.
“Tiga orang bisa ikut serta dengan satu tiket ini!”
Kakakku menunjukkan wajah sombong, sedangkan adikku terlihat bisa terbang entah kemana sebab kesenangan yang tak terbendungkan.
“Tiga orang.... jumlah yang aneh.”
Biasanya dua atau empat orang?
Aku sering mendengar banyak pasangan yang ikut serta sebab mereka ingin mempererat hubungan mereka, sebelum menjadi pasangan suami istri. Ada juga yang berakhir buruk sebab ternyata hubungan mereka dalam game malah memburuk....
Berarti, aku bisa ikut bermain juga?
... Tidak juga.
“Hei, kenapa tidak kalian jual saja ini di pelelan—arhg!” sebelum aku selesai berbicara, tinju adikku mendarat di kanan pipiku.
“Bagaimana bisa kami jual ini! Dasar bodoh, Onii-chan!”
“Dengar, menjual satu tiket ini saja sudah cukup menguntungkan, kita bisa jalan-jalan sekeluarga—agh!” kali ini tinju kakakku mendarat di kiri pipiku.
“Aku rasa sekarang waktunya kita menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dengan menunjukkan kita bisa mendapatkan pekerjaan dan menjadi bagian dari masyarat.”
Wow, mereka berdua memang bertekad kuat. Ya, tiket itu memang bukan milikku, aku tidak berada diposisi untuk ikut berpendapat pada mereka.
“Iya... apa kalian akan mengajak satu teman kalian untuk satu slot terakhir?”
““EH!””
“Hmm?”
Mereka berdua melirikku seperti melihat suatu hal aneh yang terjadi.
“Onii-chan tidak tertarik untuk bermain?”
“Tidak, tidak juga,” gamenya terlihat menarik, tetapi aku merasa tidak nyaman bila menganggap VR sebagai game. “Aku tidak suka bermain game VR.”
Mesin game VR. Atau game online yang perlu dive kedalam game. Kabar angin seperti itu memenuhi industri game online dalam beberapa tahun terakhir.
Belum lama ini, game dengan genre Sci-Fi yang sedang ramai: cyberpunk. Mimpi dan harapan seperti itu ada dalam game online tipe dive in. Disaat rilis, banyak orang yang merasa tidak senang, tapi evaluasi mereka tidak cukup bagus melihat dari sebagian yang lain.
Masalah pertama, aku rasa gemer Jepang akan mengerti ini, tapi tidak semua orang bisa menikmati tingkat kerealitisan dari interaksi dunia maya, yang lebih dikenal dengan dunia VR. Sebagai contohnya, video game yang grafisnya terbuat dari pixel masih dimainkan banyak orang, sebab orang-orang terbiasa untuk bermain di depan layar TV sehingga mereka tidak memahami menariknya game VR.
Berhubung aku lahir di generasi yang menghadirkan game dengan grafis bagus berbasis 3D, pendapat mereka tidak menggangguku, tapi tetap saja ada sejumlah orang yang memiliki pendapat negatif terhadap perpindahan grafis pixel menuju grafis 3D. Jika sebatas perbandingan grafis pixel ke 3D, rasanya tidak mungkin bagiku menolak memainkan game tipe-dive yang memerlukan pemain untuk masuk ke dalam game itu melalui alat bermainnya.
Masalah kedua, tingkat tinggi rendahnya gelombang yang berasal dari otak seseorang untuk membuat keputusan. Di tahun-tahun kemarin, terdapat penjelasan kuat mengenai adanya perbedaan frekuensi gelombang otak dari setiap individu, yang baik dikenal sebagai fungsi kognitif otak. Sederhananya, sifat yang selama ini sudah ditemukan dan dirujuk sebagai ‘kecepatan mengambil putusan’ dan ‘menegaskan satu hal’, tapi dalam game tipe-dive, kemampuan transmisi listrik dalam otak jadi sangat penting, itulah yang akan menjadi pembanding terbesar yang tidak dihindarkan karena setiap individu tidak memiliki kecepatan transmisi yang sama.
Dari masalah itu, dapat menimbulkan perasaan tidak puas karena setiap pemain tidak mendapat titik mulai yang sama, keinginan memainkan game tersebut jadi tidak setinggi yang diharapkan, kecuali bagi pemain-pemain yang bisa beradaptasi.
Ya, pada awalnya aku dengar layar sentuh tidak diterima baik oleh orang-orang. Dengan kata lain, perkembangan teknologi bersama dengan berkembangnya game console, nanti pada akhirnya akan menjadi temuan besar saat kemampuan setiap individu tidak jadi faktor yang mempengaruhi hasilnya.
Aku ingat-ingat lagi, aku merasa pernah mendengar cerita itu di suatu tempat....
“Onii-chan, tipe pod yang digunakan sudah dipasang program konstan gelombang otak, jadi siapa saja bisa memakainya.”
“Oh, begitu. Pantas saja biaya mendaftarnya mahal sekali.”
Tipe pod, itu sebutan untuk alat pemakaian VR berteknologi tinggi. Ini berbeda dari alat yang dipasangkan ke kepala dan di sambung ke komputer, alat yang digunakan ini terdengar seperti ilmuan gila yang membuat mesin berbentuk bath tub agar bisa merendam penuh satu orang, air yang digunakan dapat dihirup layaknya oksigen dan setelah itu menyambungkan mereka ke dalam game.
Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, karena alat ini dibutuhkan peserta, maka pengoperasiannya memerlukan biaya yang sangat tinggi, meski hanya satu hari dijalankan.
“Baik, aku baru tahu bisa ikut main juga, tapi apa tidak ada teman kalian yang ingin kalian ajak bermain?”
“Ini kesempatan langka yang bisa didapatkan oleh tiga orang, jadi bukankah akan lebih menyenangkan lagi jika dimainkan bersama adik-adikku?”
“Iya, betul sekali~!”
“Oke, baiklah, aku ikutan juga. Terima kasih sudah mengajak aku.”
Tanpa aku sadari, aku merasa senang mendengar itu.
Dan itulah kejadiannya, aku putuskan untuk ikut serta mengikuti Second Life Project, Gelombang Dimensi.
†
Di hari peluncuran game.
Kami bertiga menaiki kereta dan menuju aula acara.
Banyak sekali orang berkumpul di aula padahal kedua saudariku sudah memintaku untuk datang lebih awal.
Barang yang kami bawa untuk bermain adalah tiket peserta dan USB data yang berisi karakter buatan kami yang nantikan akan dipakai oleh kami, para pemain.
Karena memang sudah jadi cara kerja game, diperlukan waktu untuk membangun model karakter dalam game tersebut, jadi panitia meminta peserta untuk membuat karakter sebelum game diluncurkan.
Karakterku akan punya postur bodybuilder, sosok besar yang aku bayangkan selama berhari-hari dan selesai dalam tiga hari.
Dalam game ini ada berbagai macam ras yang bisa dipilih pemain, ada Manusia, Demi-human, Suku Grass, Suku Spirit; aku memilih ras Suku Spirit.
Dari tulisan atas, mereka di baca, Human, Demi-Human, Elf, Jewel dan Spirit.
Aku pilih ras Spirit karena mereka adalah ras yang tidak memiliki tingkat level, HP dan MP, yang mana tidak biasa muncul dalam game online seperti ini. Informasi yang disediakan mengenai ras ini dalam website resmi cukup sedikit, jadi aku harus cari tahu sendiri cara bermain mereka begitu masuk dalam game.
Diantara ras lainnya, aku tertarik pada ras Jewel dan Spirit, tapi aku lebih memilih ras Spirit karena ras yang jarang ada.
Lalu, masih ada kakakku yang memilih jadi Manusia dan adikku memilih jadi Demi-human. Tak aku tanya itu pada mereka tapi mereka sendiri yang memberitahuku.
“Oh, sepertinya sebentar lagi akan dimulai.”
Begitu aku menyuarkan itu, kedua orang yang sudah tidak sabaran ini segera melangkah maju.
Dalam perjalanan ke dalam ruang bermain, aku membawa satu dari tiga tiket peserta yang kami miliki, dalam tiket itu ada ID yang tertanam. Aku memberikan tiket itu kepada panitia, dan mereka membalas dengan memberi aku kunci dengan nomor, ini terbuat dari plastik berwarna biru, ini seperti gantungan kunci saja.
Kami terus berjalan ke dalam, jalan kami terbagi dua. Rupanya pria dan wanita punya ruangannya masing-masing.
“Sampai nanti,” kata kakak.
“Bye-bye~!” kata adik.
Setelah merasakan angin lewat, aku melanjutkan jalan menuju area pria dan masuk ke dalam ruang ganti. Tempat ini besar sekali.
Aku membuka loker dengan nomor kunci yang aku dapatkan tadi, di dalam sana ada satu set pakaian. Pakaian ini dibuat khusus yang punya tiga ukuran baju dan aku sudah memberikan ukuran bajuku dalam website mereka.
Pakaian ini aku pakai dengan mudah dan aku melihat diriku seperti pilot yang muncul dalam sebuah anime, rasanya agak sempit. Pemain lain di sebelahku pastinya punya perasaan yang sama, karena mereka pakai dan terdiam sejenak.
Seharusnya, para peserta masuk pod dalam keadaan sepenuhnya telanjang. Tapi tidak diterima baik, jadi pihak pelaksana putuskan untuk membuat pakaian yang dibuat khusus agar bisa bergerak bebas. Pakaian ini juga punya fungi lain sebagai baju penyelamat, bila ada kejadian darurat. Yang mana ini menambah alasan naiknya biaya mendaftar untuk bermain game ini.
Selagi aku pikirkan itu dan berganti pakaian di waktu yang sama, aku cek kembali lokernya terkunci atau tidak dan kembali jalan ke area utama.
“Wow....”
Apa yang aku lihat adalah pod yang dirumorkan dalam jumlah banyak, inilah alat yang mampu membuat kami masuk cold sleep.
Pod yang digunakan ini terbilang cukup besar karena memang dibuat untuk menyimpan satu orang, ukurannya seperti kasur yang aku gunakan untuk tidur di kamar.
“Jadi ini....”
Dalam pod itu, ada stiker besar yang dipasang dengan maksud untuk memandu kami pemain memahami cara pakai pod ini, mudah sekali aku pahami instruksinya dan ada stiker yang menunjukkan di mana lubang USB berada.
Sesuai instruksi yang aku lihat, aku memasangkan USB data yang diberi tadi, lalu aku memasuki pod dan turun berbaring setelah memastikan tata cara menutup pod sudah sesuai.
Aku masih punya waktu sebelum gamenya dimulai, sebaiknya aku pikirkan hal apa saja yang akan aku lakukan dalam game.
Kedua saudariku berkata seperti mereka akan mengambil peranan sebagai petarung, tapi aku punya rencana lain. Aku rasa aku akan mencoba mekanik unik yang aku lihat dalam majalah kemarin, yaitu ‘memancing’.
Aku berpendapat mekanik memancing dalam game MMORPG ini agak buang-buang waktu, tapi kembali lagi pada niat pembuatan game ini adalah untuk menikmati hidup kedua di alur waktu yang seleluasa mungkin dalam Second Life Project ini. Ya, jika aku coba pikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya tidak akan jadi solusi juga. Karena jika bermain game dalam waktu yang cukup lama, akhirnya aku pasti menemukan tujuan dalam game itu.
Aku sedang memikirkan itu, dan aku teringatkan bahwa diriku baru saja melupakan pada event dalam game yang disebut Gelombang Dimensi, yang mana itu ada dalam nama game ini. Ikut serta dalam event itu dilakukan secara sukarela, jadi aku bisa memutuskan ikut atau tidak tapi aku yakin kedua orang itu pasti ikut event ini. Aku ingin memberi mereka bantuan dalam bentuk apapun.
“Oh?”
“Kepada semua peserta, sudah waktunya kita mulai. Dimohon untuk tidak meninggalkan pod masing-masing sebelum gamenya dimulai.”
Sepertinya aku dibuat tenggelam dalam pemikiran bahwa waktu sudah berjalan lama. Setelah diumumkan itu, cairan mulai masuk ke dalam pod.
Cairan ini tidak berwarna hijau.... tapi membuat banyak cahaya memantul dalam pod. Apa ini termasuk dari proses menjalankan game? Cairan ini seperti tanpa warna, dan dalam waktu singkat sudah memenuhi pod ini. Aku melanjutkan terus bernafas setelah berhenti memakai naluri, aku terkejut bisa bernafas dalam cairan ini. Sebelumnya aku agak skeptis sebelum ini terjadi.
“—Data yang berhasil masuk 0%....... 100%.”
“—Data diterima. Memulai proses testing program konstan gelombang otak.”
Banyak sekali gambaran yang masuk pandanganku, mungkin lebih tepatnya otakku. Pemandangan yang aku lihat lebih indah dari yang aku lihat di dunia nyata.
Dari program itu ditampilkan video yang mempertontonkan orang-orang berjalan di sebuah kota fantasi. Aku bisa menerima suaranya juga, mulai dari suara terdekat aku mendengar proses tawar menawar dari pedagang, dan sampai terdengar langkah kaki.
Kecocokanku dalam penggunaan alat VR tidak semulus ini, karena terjadi penundaan respons pergerakan dalam game, dan luar biasa sekali tidak terjadi hal itu, tingkat resolusi gambar yang aku lihat juga sangat bagus.
Sesuai yang diharapkan dari alat yang didedikasikan untuk ini.
“—Proses tes selesai. Setelah protokol lain terpenuhi, game akan dimulai.”
Tapi tetap saja, aku tidak terbiasa menerima suara ucapan melalui otak tidak melalui telinga. Aku diberi ilusi yang membuat aku memasuki dunia SC-FI, modern sains pastinya akan lebih maju.
Itu sebuah kegembiraan yang layak, tapi aku merasa sedikit mual dan melihat sekeliling dengan gelisah, secara tiba-tiba pandangan aku terputus.
“Ya, yang itu tadi, tidak terasa baik.”
Ini tidak terbatas pada game saja, tapi masih bisa terjadi di semua mesin tipe dive, aku tidak kuat dengan kejadian hilangnya kemampuan melihat, karena seperti televisi yang dimatikan.
“—IT IS A BLESSING TO YOUR LIFE!”
Pakai bahasa Inggris? Penerjemahan harfiahnya ‘Semoga hidupmu berkah’? Aku tidak hebat berbahasa Inggris jadi aku kurang tahu.
Kesadaranku menurun sedikit demi sedikit saat memikirkan itu.
0 komentar:
Posting Komentar