Selasa, 07 Maret 2023

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 325. Mempengaruhi

 Chapter 325. Mempengaruhi 



 
Pastinya mereka bertanya-tanya mengapa kami bisa ada disini, soal mengatasi gelombang kami serahkan pada Motoyasu dan Itsuki, agar itu bisa terjadi kami mendaftarkan Jam Pasir Naga Zeltoble sebagai prioritas utama.
Setiap Jam Pasir Naga memang diawasi langsung oleh negara, tapi bantuan dari kartu anggota Guild Gelita miliki Itsuki dan koneksi dari Pedagang Budak, kami bisa mengurusi itu dengan mudah.
Secara teknis, setiap Hero boleh mendatangi tempat itu secara cuma-cuma.

Hero yang bertugas di Zeltoble telah terbunuh oleh mereka, sehingga pemerintahan Zeltoble tidak mau sampai kehilangan harga diri negara mereka dan memutuskan untuk mengulurkan bantuan pada kami.
Guild Tentara Bayaran Zeltoble juga dengan terbuka memberikan bantuan pada kami, diskusi yang kami lakukan dengan mereka berjalan lancar.
Berita Hero yang bertugas di tempat mereka telah dibunuh ternyata memberikan noda pada harga diri mereka.
Menurutku, itulah yang akan terjadi jika mengusik Hero dari tanah Tentara Bayaran.
Aku harus berterima kasih kepada mendiang Hero yang bertugas di Zeltoble.

Selama ada uang, segala hal yang terjadi disana bisa diselesaikan, itulah titik lemah dari Tact dalam rencana penguasaan dunia.
Masih ada hubungannya dengan itu, aku juga memiliki koneksi dengan Pedagang Budak dan Pedagang Aksesori.
Di sana, aku juga bertemu lagi dengan Pedagang Penipu, bisnis yang dia jalankan menghasilkan banyak keuntungan.

Selain itu, Elena-sama (Wkwk) yang merupakan bagian keluarga bangsawan, dia diseret oleh ayahnya ke medan perang untuk ikut membantu Sampah.
Dia sendiri terlihat enggan, bahkah setelah diberitahu dia bisa mendapat promosi jika kami menang dia malah membalas.

“Kalau aku dipromosikan, yang ada aku akan dilimpahkan masalah sama sepertimu, aku tidak mau.”

Itulah yang dia katakan.
Aku juga tidak melakukan hal merepotkan seperti menjadi seorang Hero atau Bangsawan karena keinginan pribadi.
Tapi sebagai pedagang, secara tidak langsung Elena mendukung negaranya. Jadi, kalau negaranya menang, pekerjaan merepotkan baginya akan meningkat.

Bukan berarti aku memedulikannya...

Bagaimanapun juga, yang terjadi sekarang ini hanyalah sebatas penindasan dari yang kuat.... aku yakin Tact tidak merencanakan untuk membiarkan lawannya mati dengan mudah.
Sekarang, aku merasa ragu tapi itulah yang akan kulakukan.

Orang desa yang ikut serta dalam perang ini dan begitu pula mereka yang berasal dari Siltvelt.
Meskipun, aku merasa ada dendam pribadi Silvelt terhadap Shieldfeeden.
Lalu masih ada orang lain juga yang terlibat.

Tetua yang memimpin pasukan Siltvelt, dia tersenyum aneh ketika melihat Rajak Bijak merencanakan strategi ini untuk kami.

“Diriku tidak menyangka akan ada kejadian hari dimana Raja Bijak, yang merupakan musuh bebuyutanku menjadi sekutuku. Selama ini, diriku melawan musuh yang kuat dan tiada tandingannya.”

Dia bergumam kepada dirinya sendiri.
Ngomong-ngomong, dia juga merencanakan tempur dengan tangan kosong.
Hanya sedikit yang dia beritahukan, Sampah tidak menginginkan terjadinya kebocoran informasi.
Dia menjelaskan ada alat komunikasi yang bisa digunakan untuk memberitahukan perintah selanjutnya pada orang lapangan.

Rupanya kami ditugaskan untuk fokus menghancurkan komando pasukan lawan.
Jika kami berhasil mengalahkan Tact lebih cepat dari perkiraannya, maka dia bilang pada kami untuk segera membantu mengatasi gelombang yang terjadi.
Aku tidak yakin dia sedang meremehkan lawannya, tapi pastinya ada perhitungan dibalik kata-katanya itu.
Aku ingin tahu alasannya, tapi aku harus menanyakan itu secara langsung kepada Sampah.

Apa dia memang orang yang sangat pandai menyusun taktik?
Kalau semuanya berjalan selancar ini, aku punya keyakinan kalau dia kurang lebih seperti Esper.

“Maka, aku cukup menghabisi setiap musuh yang ada.”
“Oh, jangan kira kau bisa mengabaikan kami begitu saja.”

Tact mengeluarkan Cakarnya. Sepertinya dia akan langsung menyerang begitu aku menghentikannya. Tujuanku kemari adalah mengalahkannya.
Dengan begitu, pasukan tanpa komando hanyalah sekumpulan orang tak berotak.
Sejauh ini, aku tidak mengira Sampah bisa melakukan ini.... Yah, kekurangannya saat ini aku tidak bisa melihat apa keadaan di luar sana baik-baik saja atau tidak.

“Memang orang lemah seperti kalian bisa melawanku?”
“Memangnya tidak? Mari kita buktikan sejauh mana pilihan salah yang kau ambil dalam Event yang menggantungkan riwayat hidupmu. Sesalilah setiap pilihan yang kau ambil nanti.”

Wajahnya terlihat tenang, tetapi terlihat jelas dalam hatinya sangat jengkel dengan kedatangan kami, aku merasa ingin tertawa melihatnya seperti itu.
Kedatangan kami kemari bukan tanpa rencana.
Kami kemari karena peluang kemenangan kami besar.

“Kau yakin bisa mengalahkanku? Ya, kalian sendiri sudah repot-repot datang kemari untuk memberikan kekuatan kalian padaku, bukan? Tak masalah jika kalian ingin melawanku.”

Kemudian semua harem Tact menodongkan senjata mereka pada kami, bahkan suara mereka mempersiapkan senjata terdengar jelas.

“Oh? Kau mau menghujani kami dengan peluru lagi? Baru setelah itu kau menyerang kami yang sudah tidak berdaya?”

Aku mengatakan itu atas saran dari Sampah.
Tact sepertinya tersinggung dan mengerutkan alisnya.

“Kau bisa menyangkal itu dengan menyebutnya sebagai taktik. Tapi itu tidak membuatmu aman dari sebutan pengecut.”

Ya, bukan berarti hanya itu saja yang bisa dia lakukan.

“...Baiklah. Aku seorang saja sudah cukup untuk melawan kalian. Coba saja kalian hadapi seseorang dengan level 350, yaitu aku.”

Hmm. Kami berhasil mempengaruhi tindakannya.
Sepertinya dia memiliki rasa keadilan seperti kebanyakan orang.
Atau mungkin, dia adalah si idiot dengan harga diri yang tinggi.

Aku terpikirkan apa yang ada dalam hatinya, jika kalian menemukan mereka, biar aku yang mengurusinya! Itulah yang mungkin ada dalam pikiran mereka.
Sebagai Hero Perisai, itu adalah hal yang tidak pernah bisa kuucapkan apalagi aku lakukan.
Tapi hari ini berbeda.

Bila sudah begini, rencana Sampah dalam mengalahkan Tact memasuki tahap kedua.
Ditahap ini, semua keputusan dan tindakkan di lapangan ada ditanganku. Sampah tidak ikut campur sama sekali.
Aku mungkin akan menerima banyak tawa darinya jika aku gagal.

“Siapa yang kalian yang kau maksud? Seharunya aku yang mengatakan itu padamu. Kau pikir mengapa kami tidak menyerang secara dadakan seperti yang kalian lakukan pada kami?”
“Serangan dadakan kalian tidak akan berhasil.”
“Aku meragukan itu. Bagaimanapun, aku ingin memastikan semua yang menjadi milikimu hancur di depan matamu, itulah sebabnya aku kemari menghadapimu secara langsung.”

Jangan gunakan semua trik yang kau miliki, itulah yang Nenek Tua katakan padaku, sekarang aku sedikit menahan diri sebab dendam pribadiku pada Tact, tapi ada juga perasaan untuk membalaskan kematian Nenek Tua.
Aku ingin melampiaskan semua itu padanya.

“Kau ingat ada orang tua yang membiarkan kami kabur darimu?”
“Ah, tua bangka itu? Dia lemah tapi merepotkan saja, terpaksa aku habisi nyawanya juga.”
“... Berkat orang tua itu, kami bisa membuatmu hancur.”

Oke, cukupkan sampai sini omong kosongnya.

“Hero Palsu, aku lebih dari cukup untuk menghadapi orang selevel dirimu.”
“Aniki!”
“Maaf,  Fohl. Kau tunggu saja di belakang.”
“Tapi...!”

Aku mengabaikan perkataan Fohl dan mengambil langkah maju, meletakkan tongkat itu di bahu dan memamerkannya pada Tact.

“Ha.. tongkat itu...”
“Ya, ini adalah salah satu Senjata Tujuh Bintang yang kau ingin kendalikan. Sekarang, akulah pemiliknya.”
“Oh begitu, aku cukup mengambil lagi senjatamu, dengan begitu kau kehilangan perisai dan tongkat barumu.”
“Kalau berani, coba saja.”

Aku dan Tact saling memelototi satu sama lain.
Saat itu terjadi, beberapa wanita melangkah maju dan memanggil Tact.

“Tact-sama.”
“Kami juga ingin bertarung, ada orang yang ingin kami lawan.”

Wanita seperti Kitsune yang pernah dihadapi Raphtalia dan Wanita Aotatsu yang dihadapi Fohl, serta wanita seperti ikan yang dihadapi Sadina.
Masih ada dua wanita lainnya... yaitu wanita kadal dan wanita dengan sayap dipunggungnya seperti Filo.
Mata mereka berdua menatap Filo dan Gaelion.

“Tulna, Nellisen, Shatte, Lurdia, dan Ashiel juga ya. Oke. Kalian mau maju agar tidak diam dan menonton saja. Ayo kita tunjukkan siapa yang lebih kuat disini. Buktikan kepada mereka bahwa yang menang adalah Hero yang satu ini dan rekannya.”
“Hero yang satu ini? Kau bahkan mempercayai omong kosong yang diucapkan Witch kepadamu. Tidak mungkin kau seorang Hero!”

Raphtalia berteriak dan Wanita Kitsune menjawabnya. Namanya kalau tidak salah Tulna.

“Sepertinya hati Gadis Rakun sudah dipenuhi lumpur kotor. Tact, orang berumur panjang ini bukan seorang Hero? Matamu sudah rabun ya.”
“Dia orang yang membunuh Atla!”
“Diam disitu, Hakuko Bajingan! Kau pasti akan menyesal setelah mengetahui lawan yang sedang kau hadapi ini sangat hebat. Atas dasar menjadikan Hero Perisai sebagai kepercayaan, Hakuko menjadi lemah dimata Siltvelt bahkan sampai diasingkan!”
“Awas kau! Lemah!”
“Fohl.”
“Apa?”
“Begitu kau mengalahkan dia, kau bisa ikut aku menghajar Tact. Itu tergantung jika dia masih bangun setelah aku hajar habis-habisan.”
“... Baiklah. Aku akan segera menyusulmu, Aniki! Habisi dia!”

Fohl dan Aotatsu itu, kalau tidak salah namanya Nellisen. Mereka saling menatap.
Untuk saat ini, Fohl tidak campur tangan dalam pertarunganku dengan Tact.

“Oh, berarti kau ya yang akan Oneesan lawan?”
“Wanita Luka... kau masih hidup. Aku tidak akan memaafkanmu!”

Wanita seperti putri duyung itu berubah bentuk.
Sekarang dia seperti monster ikan.

“Kau hasil persilangan ras Noid dan Kusha? Dendam apa yang kau miliki kepadaku?”
“Dasar tidak tahu malu! Bangsa Luka selalu merendahkan kami!”
“Um, Oneesan tidak tahu apa masalahmu, jika kau mau menjadi lawan maka akan aku hadapi.”

Tak kusangka ada juga yang menyimpan dendam antar ras.
Itu bukanlah urusanku.
Rupanya Sadina juga mengalami pelampiasan dendam dari seseorang yang tidak dia ketahui penyebab orang itu menaruh dendam padanya.
Tunggu, aku yakin Sadina bukan Ras Luka.

“Kau pasti memiliki Pecahan Inti Kaisar Naga, aku yakin sekali. Sombong sekali kau menampakkan diri begitu saja? Tidak takut Inti yang kau miliki dicuri orang?”
“KYUA!”
“Fu... Aku akan memberitahu sekuat apa Dragon sesungguhnya pada Naga Kecil yang bergantung pada Pecahan Inti Kaisar Naga yang lemah dan lembek.”

Suara gemeretak menggema ketika wanita kadal itu mengubah bentuknya menjadi seekor naga.
Dia sungguh besar. Bahkan lebih besar dari Gaelion Dewasa.
Atmosfer yang dia keluarkan sangat pekat.
Apa mungkin karena hal yang aku merasakan dari naga itu mengingatkan terhadap Reiki dan Houou?

Jujur saja, aku masih belum mengerti alasan aku diminta untuk membawa Ren juga dalam rencana ini.
Rupanya Sampah punya firasat buruk, yang membuatnya memintaku untuk membawa Ren.
Sekarang aku tahu alasannya.
Wanita selanjutnya yang memiliki sayap juga mengubah bentuknya.
Dia menjadi Gryphon.

“Kaisar Lemah. Tact bilang untuk mengampuni wanita, tetapi kau tidak termasuk itu.”
“Oh, jangan lupa ada aku di sini.”

Ren berdiri di samping Gaelion dan mengeluarkan pedangnya.

“Naofumi, sebaiknya siapa yang aku lawan?”
“Diantara mereka, Dragon itu lebih berbahaya. Lawan dia bersama Gaelion.”
“Baik.”

Ren mengangguk kemudian dia melompat dan menunggangi punggung Gaelion yang sudah berubah bentuk menjadi naga dewasa. Sangat ironis sekali... sekarang dia harus bertarung bersama dengan orang yang telah mengakhiri hidupnya.
Rasanya itu bisa keluar dari mulut Gaelion Dewasa langsung.

“Dirimu kira bantuan Hero Suci cukup untuk menghadapiku?”
“Reldia, kau yakin bisa mengalahkan seorang Hero?”
“Menurutmu diriku ini siapa, Tact. Tak peduli jumlahnya, tak akan ada yang bisa lolos dari seranganku.”

Dengan begitu, Filo yang melawan Gryphon.

“Filolial. Musuh bebuyutan kami, Gryphon. Akan kupastikan baik kau ataupun Ratumu kalah dan tunduk dihadapanku.”
“Wah, kau burung? Kucing? Firo pasti akan mengalahkanmu.”

Seperti biasanya, dia terlihat santai.
Dalam hal perbedaan level, aku yakin Filo lebih unggul darinya.... Filo sendiri sangat tenang menghadapinya.

“Oke, waktunya kita mulai komedinya, komedi dari awal dan akhir pertarungan  ini.”

Ketika aku mengatakan itu, Tact benar-benar terperdaya oleh provokasiku.

“Tentu! Mari kita mulai pertarungan yang sudah dipastikan kemenangannya miliki kami!”

Setelah itu, semua orang memulai pertarungan mereka.




TLFujiwara-sama
Editor: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar