Sabtu, 05 Juni 2021

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 2 : Chapter 39. Beruang Pergi Membasmi Ular

 Volume 2 :

Chapter 39. Beruang Pergi Membasmi Ular



Percakapan bersama Cliff dan Guildmaster sedikit memakan waktu, tapi itu akhirnya selesai dan sekarang aku bisa memeriksa papan quest. 

Papan Quest Peringkat D

Mengajar seni berpedang (khusus untuk wanita).
Misi pembasmian Orc.
Permintaan material utuh dari Tigerwolf. 
Permintaan dua ratus kristal sihir goblin, tidak ada batas waktu.
Kumpulkan rumput Melmel.
Misi pembasmian Stone Monkey di gunung Hoelle, jumlah tidak diketahui.

.........

......

...

Tak ada satu pun yang menarik perhatianku. 

Mengajar seni berpedang (khusus untuk wanita). Apakah beruang termasuk? Ilmu pedang yang kupelajari semuanya berasal dari game. Lagipula, mengajar orang itu terdengar cukup merepotkan. Membasmi Orc juga kelihatannya kurang menarik. Aku sudah membasmi Tigerwolf sebelumnya, dan memilah mayat goblin bukanlah keahlianku, jadi kurasa itu mustahil. Tidak adanya data pasti mengenai jumlah Stone Monkey adalah masalah di sini. Aku tidak mau mengambil quest yang tidak jelas kapan selesainya.

Seandainya tadi Cliff tidak melibatkanku dalam percakapannya bersama guildmaster, mungkin masih ada quest lain selain dari quest di atas, tapi yah mau bagaimana lagi.

Aku memutuskan untuk memeriksa papan quest peringkat C.


Papan Quest Peringkat C

Permintaan material Wyvern.
Misi pengawalan, sangat rahasia.
Permintaan sisik Mermaid. 
Misi pembasmian kelompok bandit Zamon. 
Kumpulkan bunga Histori.
Pembasmian Watersnake, permintaan material termasuk.
Pembasmian Firetiger, permintaan material termasuk.

.........

......

...

Meski misi pembasmian di papan peringkat C kelihatan cukup menarik, lokasi pasti dari quest-quest tersebut sama sekali tidak tertera. Aku terkejut Mermaid ada. Aku mungkin ingin bertemu mereka di masa depan. Saat aku hendak pulang karena tidak ada quest menarik yang bisa kuselesaikan dalam sehari, aku mendengar sebuah keributan di depan meja resepsionis.

"Kenapa tidak bisa?"

"Bukannya tidak bisa. Saya hanya bilang kalau itu butuh waktu."

"Jika tidak segera, maka ayah, ibu, dan semua orang di desa akan mati."

Seorang bocah merengek, memohon di hadapan Helen.

"Seperti yang saya katakan tadi, petualang yang mampu menghadapi monster sekelas Black Viper sedang pergi. Meski kami memanggilnya sekarang, paling cepat dia baru bisa ke sini besok."

"Tapi ayah dan ibu akan..."

Bocah tadi roboh dan mulai menangis.

"Ada apa ini?"

"Yuna-san."

Aku mendekati mereka berdua.

"Kelihatannya ada seekor Black Viper yang muncul di desa tempat anak ini tinggal."

"Apakah itu sejenis ular?"

"Ya, tapi lebih besar dari ular pada umumnya. Spesies paling besar bisa mencapai panjang seratus meter. Tampaknya beberapa warga desa telah menjadi korban ular tersebut. Meski anak ini sudah jauh-jauh datang kemari dengan kuda, sayangnya petualang yang mampu menghadapi monster tersebut sedang pergi, dan tidak akan kembali sampai beberapa hari ke depan."

Seekor Black Viper, huh? Aku mengamati bocah yang menangis itu.

"Kalau begitu, biar aku saja yang pergi."

Toh, aku juga sedang tidak ada kerjaan saat ini.

"Kau bilang ingin pergi? Ini tidak semudah yang kau bicarakan. Black Viper adalah monster peringkat B, kau tahu?"

"Tapi jika kita tidak bergegas sekarang, bukannya desamu akan dalam bahaya?"

"Itu benar, tapi..."

"Aku akan langsung melarikan diri jika keadaan semakin berbahaya, jadi tenang saja. Selagi aku mengulur waktu melawan monster tersebut, Helen di sini akan menyiapkan petualang untuk diberangkatkan."

"Kau pikir aku ini bodoh ya?!" Teriak bocah itu. "Tidak mungkin orang dengan pakaian konyol sepertimu mampu mengalahkan Black Viper." Apa yang dia katakan benar. Normalnya, orang-orang akan ragu seorang gadis dengan kostum beruang sepertiku mampu mengalahkan monster semacam itu.

"Uhh, kalau begitu, bagaimana jika aku pergi duluan ke sana bukan untuk bertarung, melainkan untuk mengumpulkan informasi?"

"Mengumpulkan informasi?"

"Ya, aku akan mengumpulkan informasi dan menyerahkannya pada petualang yang akan diberangkatkan Helen. Jika kita bisa mencari tahu seberapa besar monster tersebut dan di mana ia bersarang, maka menaklukkannya pun akan jadi lebih mudah, bukan begitu?"

Bocah itu mengangguk pada jawaban spontan yang kulontarkan. 

"Kalau begitu, Helen, di mana letak desanya?"

"Dua hari satu malam perjalanan ke arah tenggara jika menunggangi kuda."

Aku bertanya-tanya apakah perjalanan dua hari satu malam itu terbilang jauh. Aku tidak tahu berapa jam kuda mampu berlari dalam sehari. Dua puluh empat jam penuh rasanya jelas mustahil.

"Apakah anda benar-benar akan pergi?"

"Ya, lagian aku juga longgar."

"Mohon tunggu sebentar. Saya akan menyampaikan hal ini kepada Guildmaster."

Helen meninggalkan tempat duduknya dan pergi. Tak lama berselang, dia kembali dengan membawa Guildmaster.

"Apa kau berniat untuk pergi dan mengalahkan seekor Black Viper?"

"Aku cuma pergi untuk memeriksanya. Jika rasanya aku mampu mengalahkan makhluk tersebut, akan kulakukan, tapi jika tidak, maka aku hanya akan mengumpulkan informasi dan menyerahkannya pada petualang yang akan Helen berangkatkan."

"Helen, siapa petualang yang akan kau berangkatkan?"

"Saya akan memberangkatkan Rush si mata satu beserta party-nya. Mereka semua adalah petualang peringkat C."

Rush si mata satu? Julukan Chuuni* macam apa itu? Mendengarnya saja sudah membuatku geli, tapi aku cukup tertarik untuk bertemu dengan mereka. Aku penasaran apakah si Rush ini mengenakan sebuah penutup mata atau semacamnya.
<TLN: atau Chuunibyou, adalah istilah untuk orang yang suka berdelusi atau mengkhayal. Punya selera yang buruk dalam menamai sesuatu.>

"Rush si mata satu beserta party-nya, huh? Aku tidak yakin mengirim satu party akan cukup. Jika bisa, aku ingin kau memberangkatkan party lainnya juga."

"Dimengerti."

"Kalau begitu, ayo pergi, Yuna."

Apa aku tidak salah dengar? 

"Tunggu, apa?"

"Aku akan ikut denganmu. Biar begini, aku dulunya adalah seorang petualang. Tenang saja, aku tidak akan menghambatmu."

Itu terdengar kurang meyakinkan.

"Bagaimana caramu untuk sampai ke sana?"

"Aku akan pergi dengan kuda. Kita pasti bisa tiba di sana esok hari."

"Kalau begitu, aku akan duluan. Beruang-beruang panggilanku bahkan tidak butuh satu hari untuk sampai ke sana."

"Benarkah itu?"

"Aku punya dua beruang panggilan, dan jika aku menunggangi mereka secara bergantian, maka kurasa itu mungkin."

Aku masih belum yakin secara pasti, sih.

"Kau bisa pergi duluan kalau begitu. Jangan lakukan apapun yang tidak perlu sampai aku datang, oke?"

"Tentu."

Saat aku hendak meninggalkan guild, bocah tadi menghentikanku.

"Tunggu. Bisakah kau membawaku bersamamu?"

"Kau cuma menghambat."

"Aku akan memandumu ke sana. Itu harusnya bisa mempersingkat waktu."

Aku terdiam sejenak. Bocah ini kelihatannya cukup ringan. Kurasa membawanya sebagai beban tambahan tidak masalah.

"Oke, tapi tidak ada istirahat."

"Aku tidak keberatan. Jika Ini demi orang-orang di desa, aku tidak mau hanya diam dan menunggu."

"Kalau begitu, kita tidak boleh membuang-buang waktu, nak."

"Namaku Kai."

"Aku Yuna. Kalau begitu, Kai, ayo berangkat."

Setelah meninggalkan kota, aku memanggil Kumayuru. Kai yang menyaksikan hal itu terkejut. 

"Cepatlah naik. Kita sedang buru-buru, bukan?"

"Makhluk apa itu? Nona, siapa kau sebenarnya?

"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mempermasalahkan hal itu. Bukankah keluargamu sedang menunggu di rumah?"

Kai mengangguk lalu naik ke atas Kumayuru. Aku naik setelah dia dan duduk di belakang. 

"Teruslah fokus ke depan dan pandu jalannya."

Kai mengangguk.

Kumayuru berlari, mengikuti arahan dari Kai. Hewan itu punya banyak stamina dan lebih cepat dari kuda. Setelah mengendarainya selama tiga jam, kami berhenti untuk makan.

"Kita hanya punya waktu lima menit untuk makan."

Aku mengeluarkan roti dan jus dari dalam penyimpanan beruangku, kemudian memberikannya kepada Kai. Dia berterima kasih padaku dan menghabiskan makanannya dengan cepat.

"Berapa lama lagi kita akan sampai?"

"Kita sudah hampir setengah jalan, mungkin sebentar lagi."

Itu artinya kita akan tiba kurang lebih dalam tiga jam ke depan. Setelah selesai makan, kami berganti ke Kumakyu dan melanjutkan perjalanan. Kai sudah mengendarai kudanya pagi-pagi buta untuk sampai ke guild petualang. Dan sekarang, dia masih harus memanduku ke desanya. Meski demikian, aku tidak melihatnya mengeluh sedikit pun.

"Jika kita bertemu jalan lurus, kau sebaiknya tidur sejenak."

Kai menggelengkan kepala.

"Tidak usah, lagi pula aku tidak bisa tidur sekarang. Selain itu, jika kita melenceng sedikit saja dari arah yang kita tuju, kita akan tiba sedikit lebih lama dari waktu yang diperkirakan. Awalnya kupikir tidak ada gunanya mendapat bantuan dari seorang gadis berkostum aneh, tapi setelah melihatmu memanggil beruang-beruang ini, aku yakin kau bukan orang biasa. Aku percaya kau setidaknya mampu mengevakuasi warga, meski tidak bisa mengalahkan ular tersebut. Itulah alasan mengapa aku ingin cepat-cepat sampai ke sana. Aku mungkin tidak banyak membantu saat sudah sampai di desa. Jadi menurutku, peranku satu-satunya adalah memastikanmu tidak tersesat dan bisa tiba di desa dengan selamat."

Kai cukup dewasa di usianya yang masih sangat muda. Dia dan Fina sama. Sungguh, ada apa dengan anak-anak di dunia ini? Mengapa semuanya begitu dewasa?

"Kalau begitu, pastikan kau memandu jalannya dengan benar."

"Tolong selamatkan orang-orang yang di desa, nona."

"Akan kulakukan semampu yang kubisa."

Kumakyu melesat, mengarah ke desa tempat Kia tinggal.




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar