Kamis, 24 Juni 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 19 : Chapter 1 – Kunjungan ke Head Temple

Volume 19
Chapter 1 – Kunjungan ke Head Temple


Beberapa hari kemudian.

Wanita tua, yang masih baru di dunia lain ini, telah bergabung dengan kami dalam menaikkan level dan telah membuat beberapa kemajuan yang bagus. Pengunjung dari dunia lain bisa menaikkan level hanya dengan menggenggam beberapa earth crystal, jadi tidak sulit untuk mendapatkan exp yang signifikan. Dia juga telah melakukan limit break di dunia kami, jadi dia adalah tipe orang yang levelnya akan terus naik terlepas dari apa yang kami lakukan.

Bersama Raphtalia, aku menuju ke ruang makan kastil sambil mengobrol dengan Kizuna dan Glass. Raph-chan dan Chris sedang bermain bersama dengan gembira. Aku masih tidak yakin apa yang dilakukan Filo, Sadeena, dan yang lainnya. Mungkin hanya sedikit berbuat onar. S’yne sedang duduk di kursi yang tidak jauh dari sana, tidur dengan mata terbuka. Familiarnya meletakkan jubah untuk menyelimutinya yang sedang beristirahat sebisa mungkin, dari kelihatannya, dia terlihat seperti selalu siap bergerak jika dibutuhkan. Jika aku meninggalkan ruang makan, aku yakin dia akan bangun dan mengikutiku, jadi aku memutuskan untuk mengobrol dan memasak disini sebentar demi dirinya.

S’yne belakangan ini, dia sering bertingkah seperti ini. Vassal Weaponnya akhirnya benar-benar rusak. Itu mencapai titik dimana senjatanya tidak bisa menejemahkankan apapun yang dia katakan sama sekali. Aku tahu kapan dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa menyampaikannya. Familiarnya akan mencoba dan membantu, tetapi bahkan itu tetap sulit. Dia telah berhasil menyampaikan beberapa hal—sesuatu tentang diriku dan tentang Holy Weapon, tetapi tidak ada satu pun poin penting yang tersampaikan. Aku juga mulai berpikir dia mungkin payah dalam menjelaskan sesuatu.

Akhirnya aku memintanya untuk menuliskannya saja, tetapi dia mengatakan jika dia tidak pandai membaca ataupun menulis. Saat aku melihat ke arah S’yne...

“Wanita tua itu sangat gesit,” Kata Glass terkesan. “Kurasa dia memang mengesankan sebagai mastermu Raphtalia.”

“Dia adalah seseorang yang luar biasa,” Kata Kizuna. “Tetapi… Aku tidak begitu yakin bagaimana mengatakan ini… cara dia berteriak itu.”

“Fakta bahwa dia sangat berisik sudah jelas salah satu kekurangannya,” Kataku. Semua suara film kungfu retro benar-benar menjengkelkan, tetapi dia bisa melompat-lompat seperti kucing jika diperlukan. Aku berharap diriku bisa mengabaikannya, tetapi dia melakukan itu setiap mengganti gerakannya. Sepertinya dia bisa diam jika perlu menyerang dengan tenang, tetapi gerakannya juga terlalu dilebih-lebihkan. Sejujurnya diam saja tidak akan menghentikannya untuk mengangguku.

“Bagiku dia terlihat sengaja bergerak seperti itu untuk keuntungan kita, memastikan kita bisa melihat setiap gerakannya,” Kata Raphtalia. “Aku merasa semakin kuat hanya dengan memperhatikannya saja.”

“Aku tidak yakin itu sepadan…” Jawabku. “Dia pergi dengan Ethnobalt untuk melatih kelinci perpustakaan. Dia tampak puas dengan apa yang dilakukannya. Sungguh, raut wajah itu benar-benar membuatku kesal!” Melihatnya di tempat terbuka di depan perpustakaan, menginstruksikan semua kelinci perpustakaan bersama, seperti pemandangan dari beberapa kuil Kung Fu di pegunungan. Kelinci perpustakaan disini berperan seperti filolial di dunia kami. Tetapi yang jelas, dunia berbeda bisa berarti pendekatan yang berbeda pula. Melihat kelinci perpustakaan lebih serius, aku harus mengatakan diriku lebih suka mereka daripada filolial. Bahkan mungkin layak untuk membentuk unit kelinci perpustakaan, menempatkan Ethnobalt sebagai pemimpin mereka dan melepaskannya tepat saat gelombang berlangsung.

“Aku tidak tahu kenapa kau marah dengan hal seperti itu,” Kata Kizuna.

“Aku merasa itu sangat memotivasi,” Kata Glass setuju. “Yomogi dan lainnya sangat ingin terus berlatih, kupikir semuanya berjalan kearah yang lebih baik.” Aku tidak akan mencoba untuk tidak menyetujuinya. Memiliki lebih banyak petarung yang terlatih adalah hal yang bagus. Belum lagi ada hal lain. Wanita tua dan Yomogi dan yang lainnya tidak bisa benar-benar berbicara satu sama lain, jadi tingkat komunikasi mereka cukup mengesankan—meskipun aku merasa agak bertentangan tentang gaya “bicara dengan tinju” yang benar-benar berhasil.

Ngomong-ngomong sambil mengawasi wanita tua saat dia mulai mengumpulkan siswa di dunia ini, kami sedang bergerak menuju kuil utama dari gaya bertarung yang digunakan Glass—atau setidaknya sebentar lagi kami akan memiliki cermin disana yang terdaftar pada Vassal Weapon cerminku. Cermin itu akan dikirim ke kuil utama dari gaya bertarung yang digunakan Glass. Kami akan segera pergi kesana, dan cermin itu dijadwalkan tiba dalam beberapa hari kedepan.

Selama serangan terakhir mereka, ketika kakak S’yne menyerbu kastil L’Arc, mereka membuat kami kewalahan dengan pembatalan sihir dukungan mereka. Sekarang penting bagi kami untuk menemukan cara melawan pembatalan sihir dukungan ini, dan menurut Naga Iblis—orang yang menggunakan sihir serupa dan mampu meniadakan sihir dukungan—adalah pendiri gaya bertarung Glass yang menggunakan semacam serangan balasan di masa lalu. Jadi itulah tujuan kami.

“Tetap saja... Tidak yakin untuk kembali kesana,” Kata Glass dengan muram.

“Adakah yang harus kita khawatirkan?” Tanyaku.

“Ada beberapa masalah, tetapi kami menanganinya sebelum gelombang dimulai,” Kata Kizuna.

“Memang... aku yakin akan baik-baik saja,” Kata Glass. “Aku hanya tidak punya banyak kenangan indah dengan tempat itu.”

“Glass ditantang oleh beberapa siswa lain, karena dialah yang dipilih oleh Vassal Weapon kipas,” Kata Kizuna.

“Semua siswa bermasalah itu akhirnya dikeluarkan dari sekolah, tetapi tetap saja...” Kata Glass. Aku samar-samar ingat Kizuna mengatakan sesuatu tentang semua ini—jujur, siapa yang menuliskan semua cerita latar belakang ini? Kizuna dan kelompok partynya melakukan petualangan untuk mengalahkan Naga Iblis, sebelum gelombang dimulai, dan menyelesaikan segala macam masalah di sepanjang jalan. L’Arc juga menghadapi masalah dengan pergantian tahtanya. Glass mungkin menghadapi beberapa kesulitan juga. Dari garis besar yang kuingat, Glass juga sudah mengambil bagian saat melawan Naga Iblis.

Itu tampak familiar bagiku. Para siswa semuanya bergiliran, dalam urutan senioritas, mencoba untuk dipilih oleh Vassal Weapon kipas. Tetapi akhirnya Glass, menjadi satu-satunya yang dipilih. Akibatnya siswa lain yang tidak puas mengucilkannya mungkin sambil berharap dia akan mati dalam pertempuran dan memberi mereka kesempatan lain untuk dipilih oleh Vassal Weapon kipas. Aku meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan bahwa mereka sungguh orang-orang yang tidak berguna, apa yang telah dilakukan oleh para siswa ini, seperti... Si Trash II. Dengan pengetahuan baru yang kami miliki sekarang, aku pun penasaran apakah mungkin mereka termasuk di antara yang direinkarnasi.

“Kedengarannya mereka mungkin menyimpan dendam padamu,” Kataku. “Menurutmu apakah mungkin mereka bergabung dengan Witch dan anak buahnya untuk menyerang kita?”

“Mereka tidak akan memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu seperti itu,” Jawab Glass.

“Mereka hanya mencoba mendapatkan berbagai hal dengan mudah… Seperti bangsawan tidak berharga yang kau lihat di negara lain… Sesuatu seperti itu,” Kata Kizuna. Kedengarannya dia meremehkan situasinya, tetapi mungkin aku terlalu curiga.

“Intinya, jika mereka tidak muncul dan tidak menimbulkan masalah, aku tidak perlu bertindak,” Kataku. Sepertinya itu ide terbaik. Jika mereka memang muncul, tentu saja, kami akan memberikan perlakuan yang sesuai. “Kalau begitu kita punya masalah tentang kelahiran Glass.” Ini semua adalah anggapan dari pihakku, tapi kupikir ada kemungkinan dia memiliki garis keturunan dari pacifier di dunia ini, seperti Raphtalia di dunia kami. Aku mendasarkan ini pada fakta bahwa lambang yang terlihat sangat mirip bunga Sakura Lumina telah merespon Glass ketika kami berada di Labirin Perpustakaan Kuno. Aku hanya mendengarnya langsung dari Kizuna, tetapi masalah dengan keluarganya juga berarti ia memiliki peringkat yang rendah didalam kuilnya.

“Kurasa aku belum pernah membicarakannya, bukan?” Kata Glass. “Tidak banyak yang bisa kukatakan.”

“Tetap saja, itu mungkin memberi kita beberapa petunjuk,” Kataku.

“Mungkin...” Kata Glass tidak yakin.

“Master mengarahkan pandangannya pada Glass karena dia benar-benar alami, menyerap banyak hal bahkan tanpa diajari, jadi dia membawanya secara resmi ke dalam gayanya,” Kata Kizuna.

“Itu benar... Bahkan jika kau ingin tahu lebih banyak tentang garis keturunanku, aku tidak memiliki dokumen yang dapat memberikan informasi seperti itu,” Kata Glass.

“Hmmm... Jadi situasi yang berbeda dari Raphtalia, tetapi mungkin sama menyebalkannya,” Kataku.

“Kau membuatnya terdengar seperti itu salahku. Masing-masing penyebabnya bisa saja Tuan Naofumi dan L’Arc,” Kata Raphtalia. Dalam kasusnya, aku menyuruhnya memakai pakaian miko yang hanya boleh digunakan oleh bangsawan, sehingga menyebabkan desa kami diserang. Itu juga bukan Ruftmila yang memimpin. Pada dasarnya orang tua Raphtalia melarikan diri dari negaranya bersama Sadeena. Tidak seperti situasi itu, Glass sepertinya tidak memiliki garis keturunan apapun yang dapat kami lacak.

“Menurutmu, apakah kipas itu memilihmu karena garis keturunanmu?” Renungku.

“Kau sudah lebih kuat dari siswa lain sebelum kau memulai perjalanmu, bukan? Apakah aku salah?” Tanya Kizuna.

“Yaa… kau tidak salah,” Jawab Glass. Dia tidak terlalu terbuka dalam topik ini. Mungkin ada beberapa hal tidak menyenangkan yang sebenarnya tidak ingin dia bicarakan.

“Kita hanya perlu pergi kesana,” Kataku. “Apa yang ingin kau lakukan setelah kita sampai?”

“Mencari petunjuk untuk menghentikan pembatalan sihir dukungan terdengar yang paling penting,” Kata Kizuna.

“Benar,” Kataku.

“Kita harus bertanya kepada master tentang itu,” Kata Glass.

“Kau juga punya masalah dengannya?” Tanyaku.

“Tidak... Tetapi setelah murid-muridnya menyebabkan semua masalah ini, dia menjadi sangat tertekan dan jarang keluar dari dojo lagi...” Jawab Glass. Berkebalikan dengan wanita tua itu—Si tua pemarah itu penuh energi. Bahkan jika dia mencoba membuka dojo untuk menarik siswa, dia tidak akan menghabiskan waktu lama disana.

“Kami mencoba menghiburnya sedikit, tetapi Glass tidak benar-benar sering mengunjunginya,” Kata Kizuna.

“Begitu,” Kataku. Jadi Kizuna dan sekutunya telah mengatasi masalah mereka sendiri tetapi belum mencapai akhir dari progress itu. Berpikir tentang itu, aku juga berada dalam situasi yang sama. Dari apa yang baru saja mereka katakan padaku, sepertinya kami juga tidak akan mendapatkan banyak manfaat dari pertemuan ini.

“Pahlawan perisai.” Naga Iblis memilih momen itu untuk mengepakkan sayapnya.

“Apa lagi sekarang?” Kataku kesal.

“Aku memiliki tempat bekas wilayahku yang mungkin layak dan menarik bagimu. Siapkan cerminnya,” Tuntut Sang Naga.

“Bekas wilayahmu, huh?” Sindir Kizuna.

“Jika ini berjalan seperti yang kuharapkan, kau mungkin bisa mengambil segala macam harta dan item lain yang aku simpan,” Ungkap Naga itu. Dia mencoba memikatku dengan umpan yang akan menarik minatku, mungkin berharap aku menyukainya.

“Jenis barang seperti apa?” tanya Raphtalia.

“Benua tempat kastilmu berada, Naga Iblis…” Kata Kizuna.

“Benar juga. Setelah Naga Iblis tiada tetapi sebelum gelombang dimulai, semua negara disekitarnya bertengkar memperebutkan wilayah tersebut,” Kata Glass.

“Mereka sudah tidak ada harapan lagi, bukan?” Kataku. Walaupun berbeda dunia, namun keserakahan mereka tetap sama. “Apakah itu mereda begitu gelombang dimulai?”

“Sedikit… Sekarang mereka berharap menggunakan kekacauan ini untuk mengambil alih negara lain, daripada tanah terpencil. Jadi mereka saling bertarung. Tetapi dengan kerusakan dari gelombang dan kemudian masalah yang disebabkan oleh Garis Terdepan Gelombang, konflik itu mereda…” Kedengarannya seperti pekerjaan Si Trash II, Kyo, orang yang mencuri sabit, dan Miyaji—orang bodoh semacam itu. Kizuna dan partynya telah mengalahkan mereka semua, tentu saja. Siapapun yang tersisa mungkin berkumpul dibawah pemegang Vassal Weapon Harpoon.

“Betapa menyedihkannya. Pahlawan perisai, kau dapat mengesampingkan semua kekhawatiran; setelah menyelidiki tempat itu dengan sihirku, aku mengetahui bahwa semua yang aku sembunyikan disana sepertinya masih ada di tempatnya. Mengunjunginya pasti akan terbukti bermanfaat bagimu,” Kata Naga Iblis. Dia saat ini berlatih keras dan telah mencapai level 70. Peningkatan makanannya pada level yang sama dengan Filo… Faktanya dia mungkin makan lebih banyak darinya dan berkembang pesat.

Si Naga Iblis juga memiliki sihir uniknya sendiri, dan aku sedikit khawatir apakah aman untuk mengizinkan hal itu. Dia memiliki kepribadian yang paling buruk, tetapi dia sangat serius dalam bertarung, jadi dia membuat kemajuan besar. Dia selalu membanggakan stamina naga dan pergi berburu sepanjang malam. Aku sering bertanya-tanya kapan dia tidur.

“Kau hanya perlu mengirimku ke negara terdekat dan kemudian datang menemuiku pada waktu yang ditentukan. Sederhana. Jika aku membawa cermin, kau bisa datang kemana saja, kan?” Kata Naga itu.

“Benar…” Kataku. Tidak ada yang mengendalikan Naga Iblis; Itulah masalahnya. Dia pada dasarnya masih melakukan apa yang dia janjikan. Dia sedang bersama kami… untuk saat ini.

“Apakah kau mempercayainya?” Tanya Raphtalia.

“Haruskah kita benar-benar membiarkan Naga Iblis pergi sendiri?” Kata Glass. Mereka berdua menanyakan poin yang bagus, harus kuakui. Saat ini, dia hanya terlihat seperti bayi naga ungu kecil yang dapat berbicara. Tetapi begitu dia mulai menjadi “Naga Iblis” yang sesungguhnya, itu akan membuat segalanya menjadi jauh menjadi rumit. Jika membuka segel menjadi masalah politik, itu bisa menyebabkan berbagai macam masalah juga.

“Aku siap untuk yang terburuk—tetapi aku masih tidak benar-benar ingin berita tersebar bahwa Naga Iblis telah dihidupkan kembali,” Kataku.

“Hah! Yang perlu kau katakan adalah bahwa pertempuran bodoh ini telah menyebabkanku bangkit kembali dengan semua kejayaanku. Itu akan menjadi pelajaran berharga bagi orang-orang bodoh ini yang telah memperebutkan tanahku sejak aku dikalahkan,” Saran Sang Naga.

“Itu bukan alibi yang buruk. Kita bisa mengatakan kalau pertarungan tidak berguna telah menyebabkan sejumlah inti naga berkumpul dan menghidupkan Naga Iblis kembali,” Renungku.

“Tetapi jika Naga Iblis kembali, manusia—“ Kata Kizuna.

“Aku tidak peduli tentang itu. Siapa yang lebih baik? Siapa yang harus diatas dan dibawah? Aku tidak peduli,” Kataku.

“Ucapan yang bagus Pahlawan perisai!” Sang naga bersorak. “Aku siap menjadi pasang...”

“Cukup. Hentikan!” Aku meraih kepala naga yang gigih itu dengan satu tangan dan melemparnya.

“Ini seperti yang terjadi di Melcromac dan Silvetlt,” Kata Raphtalia.

“Aku tidak bisa melihat salahnya membiarkan dia melakukan apa yang dia bisa lakukan untuk membantu setidaknya untuk saat ini,” Jawabku. Aku menoleh ke naga itu. “Lakukan.”

“Baiklah Pahlawan perisai. Aku akan memberimu apapun untuk menarik minatmu,” Jawabnya. Aku tidak yakin apa artinya, namun aku jelas tidak menyukainya dari cara dia berbicara. “Hanya sebagai catatan tambahan, Pahlawan Perisai, aku sadar bahwa kau menyukai gadis yang terlihat muda tetapi sangat murah hati! Dan bahwa kau tidak peduli betapa cantiknya mereka.”

“Ya, terserah,” Jawabku. Aku sudah terbiasa menghempaskan serangannya sekarang. Memikirkannya sebagai kombinasi Atla dan Gaelion membuatnya lebih mudah ditangani, mungkin—dan juga membuatku tidak benar-benar tidak menyukainya.

Aku merenungkan sejauh apa aku sudah berubah. Itu juga berkat Atla.

“Kalau begitu aku segera berangkat!” Kata naga itu sambil tertawa. “Aku akan membuatmu menyukaiku. Kau akan melihatnya!” Naga Iblis pun pergi. 
<TLN: Persaingan Atla Raphtalia selesai, sekarang sama Naga Iblis *abaikan saja ini>

“Sungguh... individu yang unik,” Kata Raphtalia. Dia tidak mungkin menyangka naga itu akan terlalu agresif dalam menarik minatku. Aku tidak bergitu terganggu olehnya lagi. Aku bahkan mulai berpikir dia memiliki sisi yang manis. Sampai sejauh ini, aku hampir ingin melihat seberapa keras dia akan bekerja untuk mendapatkan perhatianku.

“Bisakah kau percaya bahwa itu adalah raja monster? Makhluk mengerikan yang membuat dunia ketakutan?” Kataku.

“Bukan hal yang mudah bukan?” Kata Glass setuju. Aku bisa memahami perasaan campur aduk Kizuna saat dipanggil untuk mengalahkan makhluk seperti itu.

“Lakukan yang terbaik untuk berdamai dengannya,” Kataku.

“Menurutmu itu mungkin?” Tanya Kizuna.

“Cobalah menjelaskan sesuatu padanya—tanpa membuat diriku terlibat. Kupikir dia sudah mulai melunak,” Kataku. Kami jelas berbagi lebih banyak percakapan sekarang daripada saat kami pertama kali melawan Naga Iblis. Namun, aku masih tidak yakin apakah dikuasai oleh amarahku telah membuat naga menjadi gila atau itu adalah kesalahan Gaelion.

“Kurasa begitu. Dia lebih sombong, lebih dingin dari sebelumnya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjaga kedamaian, bahkan ketika waktu yang dijanjikan tiba,” Kata Kizuna. Setidaknya dia mencoba.

Ini adalah hal-hal yang kami bicarakan saat kami melihat Naga Iblis pergi dengan cermin. Setelah itu kami berlatih di kastil dan meneliti aksesori. Aku juga meluangkan waktu untuk menyapa beberapa orang yang akrab dengan Kizuna. Ada seorang pengguna sihir yang terlihat seperti ninja dan membuat kesan yang bagus. Aku hampir mengira dia adalah Shadow.


Namun beberapa hari kemudian.

"Apakah kota di sini dekat dengan kuil utama dari gayamu?" Tanyaku.

"Itu benar," jawab Glass. Cermin itu sudah dekat dengan tujuannya, jadi aku membuat party bersama—Kizuna, Glass, Raphtalia, Raph-chan, Sadeena, Shildina, S'yne, wanita tua , dan aku sendiri—dan kami berjalan keluar. Itsuki, Rishia, dan Ethnobalt sedang menaikkan level mereka. Khusunya Itsuki yang telah pergi untuk mendengarkan sihir alat musik dari setiap daerah, berusaha untuk meningkatkan variasi sihir musiknya sendiri. L'Arc dan Therese menghadiri pertemuan kolaborasi di setiap negara dengan Yomogi dan Tsugumi sambil juga mengumpulkan material dari monster di sekitarnya.

Adapun untuk Filo, dia ada di sini bersama kami kemarin, tetapi setelah melihat negara Glass, dia pergi. Dia telah dijadikan bahan pertunjukkan sebelumnya dan tidak tertarik pada negara-negara bergaya Jepang di dunia ini. Akibatnya, dia sekarang pergi dengan Itsuki karena minat mereka yang sama dalam musik.

Seperti yang diharapkan, negara asal Glass adalah negara bergaya Jepang. Masuk akal, karena Glass suka memakai kimono. Kota itu tampak seperti sesuatu dari drama periode Jepang. Kota itu memiliki suasana seperti Q'ten Lo, dan orang-orang terlihat... sedikit seperti hantu, jika boleh jujur. Mereka memiliki aura yang sedikit menakutkan, memberikan aura yang terasa seperti rumah berhantu.

Mereka memiliki gerbang Shinto merah besar di kota dan juga bangunan kayu besar yang tampak seperti rumah bordil kuno. Wanita yang terlihat seperti pelacur itu bertebaran di jalanan. Jelas ada banyak ruang untuk variasi bahkan dalam kisaran "gaya Jepang,".

"Tempat ini... Sepertinya akan ada semacam pedang eldritch tergeletak di sekitar sini,” Kataku. Itu adalah tempat yang tidak menyenangkan namun berkilauan dan mencolok. Aku pikir pada malam hari pemandangan akan indah. Melihat ninja berlari melintasi atap atau semacamnya mungkin menyenangkan juga.

“Ya, kurasa aku mengerti apa yang kau maksud,” jawab Kizuna.

“Walaupun aku tidak terlalu bisa menebaknya, ini sedikit berbeda dengan Q'ten Lo,” tambah Raphtalia.

"Benar. Aku merasa sejenak seperti berada di Q'ten Lo juga,” Kata Sadeena setuju.

“Tidak ada sakura lumina, pakaiannya lebih mencolok, dan banyak sekali spirit-nya,” Kata Shildina, masing-masing memberikan perbandingan tersendiri antara bangsa Q'ten Lo dan Glass. “Ini tengah hari, tapi rasanya seperti malam. Apakah ini karena semua konstruksi kayunya?” Kata Shildina sedikit bersemangat, mungkin tertarik dengan lingkungan kita. Sejak dia berhubungan dengan kami, dia telah dibawa ke segala macam tempat baru, jadi semuanya adalah serangkaian pengalaman baru baginya.

“Mereka memang menyukai warna hitam,” Kata Sadeena.

“Banyak tanaman dan bijih yang berasal dari wilayah ini berwarna hitam,” jelas Glass. “Itu secara alami mengarah pada konstruksi hitam, yang diimbangi dengan lampu untuk membuatnya lebih terang atau menerangi dengan sihir. Tempat ini juga kaya akan bijih emas, jauh lebih banyak daripada di negara lain, jadi mereka menampilkan banyak karya emas.”

"Aku mengerti," Renungku. Kayunya memang cukup mengkilap. Itu lebih mirip seperti arang, dan aku terkejut ternyata itu bukan arang.

"Ayo kita pergi," saran Glass.

"Baiklah, kau duluan," kataku padanya. Setelah berjalan melewati kota, kami mendapati diri kami melihat ke atas gunung dengan tangga batu memanjang ke atas. Mungkin karena tanah, bijih, dan pepohonan semuanya hitam, lentera yang menjadi lampu jalan di sepanjang tangga dinyalakan dengan nyala api berwarna biru-putih. Semuanya membuatku berpikir aku mungkin berada dalam semacam permainan survival horror.

“Saint, kau telah menunjukkanku lagi betapa berharganya hidup panjang umur. Kesempatan untuk menyaksikan budaya seperti ini... jika aku dipertengahan usiaku, aku akan bersemangat untuk naik ke sana dan melawan beberapa monster, ” Kata wanita tua.

"Jangankan monster," kataku padanya. “Aku yakin kau juga bisa melawan beberapa spirit jahat.” Pengetahuan ‘otaku’ milikku sarat dengan film aksi kung fu yang melibatkan hantu dan roh. Wanita tua tampak seperti spesialis ghostbuster tangan kosong yang muncul dalam film seperti itu. Sekarang ketika aku memikirkannya... Raphtalia, Sadeena, dan Shildina juga dapat berbaur dengan baik dalam budaya Jepang ini.

"Raph," kata Raph-chan. Si kecil manis itu bisa bepura-pura menjadi spirit tanuki yang sempurna di tempat seperti ini. Beri dia teko dan dia akan menjadi seperti sesuatu yang keluar dari salah satu cerita Jepang kuno. 
<TLN: Nama cerita ini adalah Bunbuku Chagama selengkapnya https://id.melayukini.net/wiki/Bunbuku_Chagama>

Di sisi lain, S'yne terlihat sangat aneh. Aku memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa. Dia cukup pandai membaca suasana, dan jika aku berkomentar, dia mungkin akan mengubah familiarnya menjadi boneka kayu atau berubah menjadi semacam dalang.

Kami lalu menaiki tangga yang sangat panjang dan akhirnya mencapai apa yang tampak seperti kuil atau tempat suci. Itu juga terbuat dari material hitam, jadi semuanya terlihat cukup teduh. Mungkin karena budayanya. Sekilas, itu tampak sangat kumuh. Namun jika dilihat lebih dekat, sebenarnya tetap dirawat dengan baik.

"Master! Master!" Glass dengan cepat melangkah ke halaman kuil dan berteriak memanggil masternya.

"Saint!" wanita tua memperingatkanku dan mendengus. Setelah diperingati aku segera meningkatkan kewaspadaanku, dan setelah beberapa saat sosok sekitar sepuluh orang muncul, datang menyerbu ke Glass dan kami semua. Mereka semua berteriak dan bergerak dengan kecepatan yang mungkin mereka anggap sebagai kecepatan tertinggi. Namun bagi kami, itu terlihat cukup lambat.

Salah satu yang bergerak dengan cepat secara langsung menyerang Glass. Dia menggunakan kipas, sama seperti Glass sendiri. Glass menyamai kecepatan lawannya, menyerang dan bertahan seolah-olah sedang menari. Sepertinya percikan api keluar dari pertempuran mereka, dan aku sedikit gugup mengkhawatirkan keselamatannya.

“Bukan sambutan hangat yang kuharapkan,” Kataku, melemparkan Stardust Mirror dan membiarkan penyerang yang terdekat terpantul. Mereka mendengus senang karena halangan yang tak terduga ini.

"Seharusnya aku mengatakan ini," kata Glass. "Harap berhati-hati untuk tidak melukai mereka terlalu parah."

“Mereka melakukan ini setiap saat. Kau cukup muak setelah kunjungan ketigamu,” Kata Kizuna mengerang. Mereka tampaknya memiliki aturan. Mereka yang telah menyerang atau bertahan menyimpan senjata mereka dan pergi duduk di sepanjang tembok. Aku tidak ingin mereka membuat kami bertarung seperti ini.

Raphtalia dan Raph-chan sama-sama berteriak saat mereka bekerja sama untuk mengusir penyerang lain. Pria malang itu pasti sangat terkejut ketika Raphtalia dan Raph-chan menghilang menjadi asap tepat saat serangannya akan mengenainya. Kemudian, setelah muncul kembali di sampingnya, Raphtalia lalu menjatuhkannya dengan gagang pedangnya.

"Keyakinanmu kurang!" teriak wanita tua sambil meraih tangan senjata penyerang lain dan dengan santai melemparkannya ke samping. Pria malang itu berteriak kaget saat dia terbang di udara. Sekarang itu sudah keterlaluan.

“Kita harus terlibat dalam aksi ini,” kata Sadeena.

“Kau benar,” Kata Shildina sambil mengangguk.

“Tidak perlu—” Kata S'yne.

“Lady S—mengatakan—tidak perlu khawatir—tentang itu,” Kata Familiarnya, tercampur dengan suara statis yang mengkhawatirkan. Bahkan saat paus pembunuh bersaudari menyiapkan senjata mereka, S'yne membungkus semua penyerang dengan benang, mengikatnya begitu saja.

"Ara," Kata Sadeena.

"Ara," Kata Shildina. Itu langsung menyelesaikan masalah, tetapi kedua paus itu tampak kurang senang. S'yne bisa saja membiarkan mereka sedikit bersenang-senang.

Glass masih bertarung. Lawannya sepertinya... seorang pria tua. Dia adalah tipe pria kurus namun berotot, dengan pakaian yang tampak seperti pendeta... seperti pakaian yang biasa dipakai Ruftmila. Dia tampak agak kabur dan semitransparan, yang berarti dia pasti seorang spirit.

Kemudian aku mengambil waktu sejenak untuk mengidentifikasi penyerang yang telah kami kalahkan. Ada lima orang spirit, tiga orang jewel, seorang grass, dan satu manusia. Mereka tampaknya telah menerima kekalahan dan berbaris di sepanjang dinding.

“Circle Dance... Breeze Blizzard!” Lelaki tua yang menyerang Glass meneriakkan sebuah skill, menyebarkan kipasnya lebar-lebar dan mengipaskannya ke atas dengan keras. Hanya itu yang diperlukan untuk melepaskan hembusan angin kencang yang menyerang Glass. Dia balas berteriak, membentangkan kipasnya sendiri dan menyapunya ke langit untuk menghilangkan anginnya. Setelah itu naik ke atas, serangannya berubah menjadi salju dan jatuh kembali ke bawah. Aku terkesan dengan teatrikalnya.

“Circle Dance Cutting Formation: Instant!” Balas Glass, salah satu serangan tercepatnya. Itu membuatnya pergi ke belakang target dalam sekejap dan menyerang lima kali berturut-turut dengan cepat. Glass tampak kabur dan menyerang dengan kipasnya—tetapi semua serangannya dibelokkan, dipantulkan, atau dihindari. Lawannya melanjutkan tariannya, mengarahkan kipasnya di depan Glass. Tapi tidak mau mundur, Glass merespon dengan mengarahkan kipasnya kedepan juga.

"Hmmm. Aku senang melihat keterampilanmu masih sama,” kata lawannya.

"Kau juga, Master," jawab Glass.

“Aku juga menerima kabar tentang kendala yang kau hadapi. Hal-hal tidak mudah bagimu, bukan? ” kata masternya.

"Ya, itu tidak mudah," jawab Glass. Setelah menyelesaikan pertarungan sebagai salam antara seniman bela diri ini, Glass menoleh ke kami untuk memperkenalkan orang yang menyerangnya.

"Ini Masterku, guru dari gaya bertarungku," kata Glass.

“Selamat datang di dojo Gaya Freegem. Nona Kazayama, dan...” Masternya melihat ke arah kami semua, dan untuk beberapa alasan matanya berhenti pada wanita tua itu. Aku melihat ada percikan di antara mereka, aku yakin itu. Keduanya segera mengambil posisi bertarung.

"Bisakah kau membiarkan kami menyelesaikan perkenalan?" aku bertanya padanya. “Mengapa kau begitu bersemangat ingin memulai ronde kedua?”

“Menurutmu kenapa, Saint? Seorang pejuang yang kuat berdiri di depanku. Alasan apa lagi yang kubutuhkan?” balas wanita tua.

"Cukup!" kataku tajam.

"Master, tolong tenang," Kata Glass, juga berusaha mencegah pertarungan lain. "Kau bisa melakukannya nanti."

“Sekarang akan lebih baik! Aku sangat ingin melawannya... tapi kurasa itu tidak bisa dihindari, ” kata lelaki tua itu. Keduanya melepaskan posisi bertarung mereka dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

"Baik! Setelah pembicaraan selesai, kita bertarung! ” kata mereka berdua.

"Bagaimana kau bisa melakukan itu?" Aku bertanya. "Kau bahkan tidak bisa memahami perkataannya, bukan?"

"Saint, ketika kau berbicara dengan tinjumu, niatmu dapat tersampaikan!" jawab wanita tua. Aku menggelengkan kepalaku. Untuk apa dia pikir kami ada di sini! Tentu saja bukan untuk melihat pasangan tua saling adu tinju satu sama lain.

“Kembali ke perkenalan,” Kizuna melangkah masuk, “kami memiliki Pahlawan Perisai dari dunia lain, Naofumi Iwatani, dan Raphtalia, yang terpilih sebagai pemegang Vassal Weapon katana untuk dunia ini. Kami juga memiliki S'yne, pemegang Vassal Weapon peralatan menjahit dari dunia lain, dan kemudian beberapa rekan Naofumi.” Dia benar-benar hanya peduli dengan senjata suci dan pemegang Vassal Weapon. “Naofumi juga sedang menjalankan tugas ganda saat ini sebagai Pahlawan Cermin, yang dipilih oleh Vassal Weapon cermin dunia kita.”

"Hmm... Aku juga pernah mendengar rumor ini. Seseorang yang mampu mengubah bahaya menjadi kemenangan, begitulah yang kudengar... dan kau tampaknya memiliki gaya bertarung yang cukup unik, ” Gumam lelaki tua itu, menatapku — dan tidak terlihat terlalu terkesan. “Jadi, Nona Kazayama. Katakan padaku apa yang membawamu ke sini.”

“Yah... kami punya sedikit situasi yang rumit...” Kizuna lalu menjelaskan alasan yang membawa kami ke sini, musuh yang akan kami hadapi, serta informasi tentang sihir yang pasti akan mereka gunakan untuk melawan kami.

"Aku mengerti. Kedengarannya seperti seseorang telah membisikkan rahasia tersembunyi dari Gaya Freegem, bukan?” Jawabnya.

"Kau memiliki rahasia tersembunyi, Master?" Tanya Glass.

“Kau dapat menyebutnya begitu... Ada teknik yang hanya diturunkan ke penerus sejati gaya kami. Itu bukan sesuatu yang bisa diajarkan dengan mudah, bahkan kepada seseorang yang layak untuk menguasainya,” Ungkap lelaki tua itu.

“Kedengarannya seperti semacam rintangan atau ujian yang menyebalkan,” Gumamku.

“Naofumi!” Kizuna menyuruhku diam, bahkan saat lelaki tua itu menatap tajam ke arahku sebelum kembali ke Glass dengan alisnya berkerut.

“Aku biasanya tidak akan mengajarimu semua itu, setidaknya pada saat ini, tetapi mengingat situasinya... Glass, kau telah terpilih sebagai pemegang Vassal Weapon kipas. Ini menunjukkan bahwa kau layak untuk kehormatan ini. Namun...”

"Namun?" Desak Glass.

“Sayangnya, meskipun fakta bahwa teknik seperti itu memang ada, teknik sebenarnya sendiri sebagian besar hilang dalam konflik faksi dalam gaya pertarungan kami. Sampai sekarang, hanya beberapa teknik saja yang kami miliki, ” Ungkap lelaki tua itu.

"Aku pernah mendengar cerita ini sebelumnya!" Keluhku sambil melirik wanita tua . Konflik yang sangat mirip dengan Gaya Hengen Muso telah mengurangi jumlahnya dan menyebabkan segala macam teknik tidak diwariskan ke generasi berikutnya. Aku bertanya-tanya apakah ini juga serangan yang diatur oleh orang yang memakai nama Dewa.

“Lalu, teknik untuk mencegah pembatalan sihir pendukung memiliki masalah dengan seberapa sering itu bisa digunakan. Teknik untuk mencegah penurunan status juga telah menghilang beberapa generasi sebelum diriku, ” Ungkap lelaki tua itu.

"Jadi ini benar-benar buang-buang waktu?" Tanyaku, hampir mengucapkannya sebagai pernyataan.

"Tidak... Aku masih tertarik dengan teknik tersembunyi yang tersisa ini. Master... maukah kau mengajariku cara menguasainya? ” Tanya Glass.

"Baiklah," Kata lelaki tua itu.

"Hei, satu hal lagi, sebagai tambahan—apakah kau tahu sesuatu tentang keluarga Glass?" Tanyaku. 

“Sepertinya leluhurnya diposisikan untuk mencegah penyalahgunaan senjata suci dan Vassal Weapon.” Tampaknya patut untuk ditanyakan. Kemudian lelaki tua itu memiringkan kepalanya seolah-olah dia mengetahui sesuatu.

“Ada satu hal... kisah salah satu mantan pemegang Vassal Weapon kipas menghentikan salah satu pahlawan senjata suci yang mengamuk, ” ungkap lelaki tua itu. "Mungkin itu yang kau bicarakan." Itu pasti terdengar seperti semacam petunjuk. “Mereka dikatakan berasal dari negara yang sama dengan pendiri gaya kami juga.”

“Dimana?” Tanyaku.

“Negara Amachiha yang telah lama hilang,” Jawabnya. Kedengarannya seperti Q'ten Lo, tetapi juga sepertinya telah dihancurkan. Namun, mencari negara dongeng dan benar-benar menemukannya juga terdengar seperti sesuatu yang biasa terjadi di dunia ini. Mungkin seperti Atlantis atau benua Mu. Sebenarnya masuk ke Q'ten Lo juga cukup merepotkan.

"Itu adalah benua yang pernah diperintah oleh Naga Iblis, dikatakan telah ada sejak lama, kan?" Kizuna bertanya. Jadi itu telah hancur! Tapi informasi ini benar-benar memberi dorongan lebih jauh bahwa kami perlu pergi ke wilayah Naga Iblis. Aku tidak yakin aku akan menyukainya. Jika dia memberi kami sesuatu yang tak ternilai pada saat ini, aku bisa melihatnya benar-benar terbawa suasana dan terus melecehkanku secara seksual sampai akhirnya aku kembali ke dunia kami.

Lalu aku berpikir: Apa masalahnya dengan negara seperti itu yang berada di wilayah Naga Iblis? Tidak bisakah dia menyelamatkan kami dari membuang-buang waktu untuk datang ke sini?

"Jadi kita harus pergi dan mencari ke benua Naga Iblis?" kataku sambil menggelengkan kepala.

“Yah, ini mungkin memberikan kesempatan lain...” Kata lelaki tua itu sambil berpikir. “Kurasa kita harus mencoba membersihkan area yang dikenal sebagai Holy Tool Grotto (Gua Alat Suci), yang terletak jauh di dalam dojo ini.”

“Apa yang ada di sana?” Tanyaku.

"Aku tidak tahu," jawabnya, dengan wajah yang benar-benar polos. Rasanya aku ingin menamparnya. Kalau begitu keluarkan Master Kung Fu yang memang mengetahuinya! Kedengarannya dia ingin mengatakan banyak hal, jadi aku menahan keinginan untuk mengolok-oloknya dan membiarkan momen itu berlalu. “Itu adalah tempat yang disegel oleh penerus masa lalu dari gaya kami dan pemegang Vassal Weapon, untuk dimasuki lagi pada waktu yang ditentukan. Ada kemungkinan teknik yang kau inginkan tertidur di dalamnya. ” Baiklah kalau begitu. Itu adalah tempat yang tersegel yang bahkan orang-orang yang berlatih di sini tidak tahu banyak tentangnya. Kami mungkin menemukan sesuatu yang sesuai dengan tujuan kami, dan mungkin tidak mendapatkan apa-apa darinya, tetapi masih layak untuk dilihat.

“Ah, tentu saja. Aku setuju. Jika ada sesuatu yang berguna di sini, itu akan menjadi tempatnya,” Kata Glass. Jadi dia tahu tentang itu juga. Bahkan lebih baik.

Dipimpin oleh lelaki tua itu, kami lalu masuk ke dalam kuil utama. Itu tampak seperti kuil yang sangat besar, pada dasarnya. Jauh di dalamnya... di sebuah gua, ada kuil lain. Sumber cahayanya tampak seperti jiwa manusia yang melayang, dan seluruh tempat terasa sempurna untuk mengusir roh jahat.

“Ini adalah tempat di mana anggota berpangkat lebih tinggi dari gaya kami berlatih dan tinggal,” Jelas Glass.

"Kalian dipisahkan, bahkan di dalam dojo yang sama?" Tanyaku.

"Iya. Sebelum aku berangkat, aku tinggal bersama orang-orang di luar tetapi datang ke sini untuk berlatih,” jawab Glass.

“Mungkin itu sebabnya siswa lain memiliki beberapa ide lucu tentangmu,” Kataku. Tempat-tempat yang terputus dari dunia luar dapat menimbulkan beberapa gagasan yang menyesatkan tentang apa yang terjadi di luar. Jika Vassal Weapon kipas memilih seseorang dari gedung luar yang lebih rendah, daripada siswa yang lebih tinggi yang tinggal di sini, itu bisa membuat mereka tidak menyukai Glass.

Karena komentarku, baik Glass dan lelaki tua itu membuat wajah masam.

“Ini sudah menjadi kebiasaan kami selama beberapa generasi. Pada akhirnya itu gagal dan itu adalah kesalahanku karena melihat kesombongan yang tercipta di dalam diri mereka.” Lelaki tua itu tampak seperti balon yang mengempis saat dia berbicara.

“Naofumi! Tidak perlu terlalu blak-blakan!” Sindir Kizuna.

"Hah? Aku tidak yakin apa masalahnya,” jawabku. “Lupakan yang busuk itu, rekrut beberapa siswa lagi, dan ubah aturan lama jika perlu,” Kataku. Tentu saja, lelaki tua seperti ini cenderung sangat keras kepala. Dia mungkin akan memilih untuk merasa depresi dan tidak melakukan apa-apa daripada mengubah keadaan. “Wanita tua itu mungkin bisa memberimu beberapa nasihat. Dia mengalami konflik internalnya sendiri,” lanjutku. Kedua gaya itu memiliki latar belakang yang sangat mirip.

"Tuan Naofumi, bisakah kau lebih lembut...” Tegur Raphtalia.

"Kau benar," wanita tua memotongnya, secara misterius setuju denganku. “Aku mengalami konflik serupa ketika aku masih muda.” Dia bisa mengerti apa yang dikatakan para pahlawan, mungkin, tapi jelas tidak apa yang dikatakan lelaki tua itu. “Kami memiliki sejarah panjang dan berdarah dalam memberantas mereka yang menguasai gaya kami tetapi gagal untuk menghormatinya. Itu sebabnya aku memutuskan untuk membiarkan gaya itu mati. Tetapi melalui ajaran saint, aku menyadari bahwa berupaya untuk menemukan mereka yang layak adalah jalan yang benar untuk diambil.” Kekuatan kehidupan muncul dari wanita tua, dan kemudian dia mengarahkannya kepada lelaki tua itu. Terpancing dengan ini, lelaki tua itu balas menatapnya dengan tajam. Setidaknya itu membuatnya menyadari tindakannya.

"Hmmm," Lelaki tua itu merenung.

"Itu wajar untuk menyesali penemuan orang bodoh di antara murid-muridmu," Kata wanita tua itu. 

“Tetapi membiarkan hal itu menahanmu, dan tidak melakukan apa-apa sebagai hasilnya, itu bahkan lebih bodoh. Aku akan mengalahkanmu hingga kau kembali ke dirimu yang semula!”

“Hei, jangan pancing dia...” Kataku. Mungkin mereka tidak bisa mendengarku, karena mereka tetap dalam posisi bertarung, saling menatap. Rasanya seperti semuanya bisa dimulai kapan saja.

"Ara!"

"Ara!" Paus pembunuh bersaudari membuat kontribusi yang tidak berarti dari pinggir lapangan.

“... Master, apakah akan lebih baik jika aku membimbing Kizuna dan yang lainnya ke Holy Tool Grotto?” Tanya Glass, terdengar seperti dia menyerah untuk menghentikan mereka berdua.

"Ya," jawabnya segera. Dia menyerahkan tugasnya untuk melawan wanita tua! Inilah sebabnya mengapa setengah muridnya idiot, tentu saja!

"Baiklah... kita bertarung!” Seru wanita tua, dan kemudian mereka mengeluarkan teriakan Kung Fu. Wanita tua itu melompat ke depan, dan pria tua itu menangkis dengan kipasnya. Wanita tua itu menindaklanjuti dengan kekuatan kehidupan yang terkompresi dan mundur kembali. Pria tua itu menepisnya dan kemudian mengejarnya.

“Hengen Muso Technique Point of Focus!” Teriak wanita tua itu. Lelaki tua itu terkesiap kaget saat dia hampir terkena serangan berbasis pertahanan dari wanita tua itu, tetapi kemudian dia mengubah cengkeramannya pada kipas dan membimbing kekuatan kehidupan untuk mengirimnya terbang kembali. Aku belum pernah melihat Glass melakukan hal seperti itu, jadi itu tidak tampak seperti serangan dari gayanya. Aku menoleh, dan benar saja, mata Glass terbelalak karena terkejut.

“Dia menanggapinya begitu cepat! Dia bilang dia sudah tua, tapi secara teknis, aku masih belum bisa bersaing dengannya,” kata Glass.

“Acho! Hengen Muso Secret Technique! First Form! Sun!" Wanita tua mendekati lelaki tua itu, cahaya mengelilinginya saat dia berteriak. Itu mungkin hanya imajinasiku, tapi aku yakin aku melihat seekor harimau di belakang wanita tua itu dan seekor naga di belakang lelaki tua itu.

Dengan mendengus, wanita tua entah bagaimana berhasil melakukan lompatan ganda di udara, turun dengan tendangan kapak dari atas. Beberapa saat terlihat rentetan serangan singkat terjadi. Setiap serangan yang diimbuhi kekuatan kehidupan yang dilepaskan wanita tua itu tampak seperti semacam serangan dalam game pertarungan yang gila. Raphtalia dan Glass terkadang bisa melakukannya, tapi dia mencampur serangan normal dan serangan jarak jauh tanpa kesulitan sama sekali. Itu cukup mengesankan dan sama mengesankannya juga bagi lelaki tua yang menangkis semuanya dengan tenang.

"Apakah kita berencana menonton seluruh pertarungan?" Tanyaku.

“Ini cukup informatif, jujur saja. Aku mau,” Jawab Raphtalia. Aku salah membesarkannya sebagai otak otot. Glass juga mengangguk, jelas setuju. S'yne tampaknya tidak begitu peduli, tapi dia pernah mengajari Atla dan aku bagaimana cara bertahan menggunakan kekuatan kehidupan, jadi dia adalah penonton yang lebih sulit untuk dibuat senang. Bukannya dia kaya akan ekspresi wajah pada saat-saat terbaik, tapi dia benar-benar tidak tertarik.

"Aku mengerti itu, tapi kita punya prioritas," Aku mengingatkannya.

“Tidak, Naofumi! Kau benar-benar tidak ingin menyaksikan pertunjukan keterampilan yang mengesankan ini? Bukankah itu sia-sia?” Kata Kizuna.

“Aku mengerti itu, tetapi jangan lupa apa yang harus kita lakukan di sini. Glass, Raphtalia, kalian hanya perlu bekerja keras untuk mencapai level itu sendiri,” Kataku.

“Aku tidak yakin aku bisa memenuhi harapan seperti itu! Sekarang kupikir aku benar-benar perlu menonton semua ini!” Jawab Raphtalia.

“Jika itu sangat berarti bagimu, suruh saja mereka bertarung lagi nanti. Mereka berdua hanya berbicara dengan tinju mereka... dan sekilas, wanita tua lebih unggul. Lelaki tua itu akan tampil lebih mengesankan setelah dia menyelesaikan ini, jadi mari kita selesaikan tujuan kita di sini terlebih dahulu,” Jawabku.

“Ara, Naofumi kecil. Sangat mengesankan,” Kata Sadeena.

“Kau benar-benar hebat, Naofumi yang manis, dapat melihat semua itu,” tambah Shildina, mereka berdua memujiku sambil menikmati akrobat kedua petarung tua itu. Aku hanya terkejut tidak ada orang lain yang bisa melihatnya dengan mudah. Wanita tua dan lelaki tua itu ingin bertarung, dan lelaki tua itu memikirkan sesuatu. Mereka tampak seperti dua orang yang bisa berbicara dengan kepalan tangan mereka, jadi semoga ini semua akan baik-baik saja. Sampai mereka mencapai titik itu, ini semua adalah prolog. Akan ada banyak yang bisa dilihat setelah itu terjadi.

Tentu saja, jika semuanya tidak berjalan seperti yang kuduga... maka lelaki tua itu akan terlempar ke tanah atau wanita tua akan kehilangan minat dan menyerah untuk melawannya lebih jauh. Potensi salah satu dari mereka untuk terluka parah bahkan tidak menjadi pertimbangan. Wanita tua itu tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.

“Melihat semua itu dari pertempuran yang begitu singkat... bahkan jika kau berasal dari dunia lain... kau benar-benar pahlawan suci,” Kata Glass. Aku ingin memberitahunya bahwa bukan itu yang sedang terjadi—terutama saat dia melihat ke arah Kizuna.

“Glass, untuk apa tatapan itu? Kau tidak bertanya-tanya mengapa Naofumi dan aku sangat berbeda, bukan?” Tanya Kizuna sambil memejamkan setengah matanya dengan putus asa dan tangannya terlipat.

“Tidak, tidak pernah! Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!” Kata Glass membela diri. Kizuna bukanlah seorang maniak pertempuran, bagaimanapun juga; dia hanya seorang anak kecil yang suka memancing. Tidak adil berharap terlalu banyak darinya. Dia bukan pahlawan yang benar-benar dimaksudkan untuk bertarung dengan manusia lain, dan aku telah terlatih karena harus mengawasi musuhku dan belajar kapan harus bertahan—dia juga tidak memiliki persyaratan itu. Kizuna bisa melakukan hal yang berbeda dariku, jadi dia tidak perlu menjadi sepertiku.

“Raph!” Kata Raph-chan.

"Pen!" Kata Chris, mereka berdua menyaksikan pertarungan antara wanita tua dan lelaki tua dengan cakar mereka di udara—tampak seolah-olah mengatakan mereka akan tinggal dan menonton.

“Oke, kalian berdua, kami akan menyerahkan mereka kepadamu. Jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, atau jika pertarungan sepertinya akan menjadi lebih serius, datang dan beri tahu kami,” Kataku.

“Raph!” Kata Raph-chan.

"Tunggu... apa?" Raphtalia terlihat agak bingung, tidak yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi. Itu sebenarnya tampak seperti reaksi yang paling alami.

"Ayo selesaikan apa yang harus kita lakukan," Saran Glass. "Sebelum masterku selesai dengan pertempurannya."

"Aku setuju!” Kataku. "Ayo kita selesaikan ini, secepat peluru!" Glass segera mulai bergerak menuju tempat tujuan kami, sambil berlari, seperti anak kecil yang bergegas menyelesaikan PR-nya agar dia bisa menonton TV.

“Aku tidak yakin kenapa, tapi aku hanya merasa ada sesuatu yang salah di sini,” kata Raphtalia.

"Itu aneh. Aku juga merasakan hal yang sama,” Kataku setuju.

“Oh, kalian berdua! Apa bedanya ini dengan saat kita melakukan sedikit petualangan kecil? Aku cukup terbiasa sekarang,” Kata Sadeena.

“Sadeena, kakakku tersayang, aku tidak yakin itu sesuatu yang perlu dibiasakan,” Kata Shildina menyindir.

“Kupikir Naofumi mulai mempengaruhi Glass juga. Sebaiknya aku memperingatkannya untuk berhati-hati,” Kata Kizuna. Aku hanya mengabaikan suara dari belakang dan terus bergerak.




TL: Hantu
EDITOR: Isekai-Chan
PROOFREADER: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar