Senin, 13 Februari 2023

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 317. Sang Hero Tongkat

 Chapter 317. Sang Hero Tongkat



 
“Gu...”

Segera setelah aku bangun, gelombang rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh aku.

“Naofumi-sama!”

Aku membuka mataku, dan mengangkat tubuhku. Raphtalia, yang tertidur di kursi di sisiku, bangun dari tidurnya.

“Aku baik-baik saja.”

Tanpa perisai, aku merasa tidak bisa berkomunikasi dengannya, perisaiku.... meski sekarang tidak ada, tapi dia memang meminjamkan kekuatannya padaku.
Aku mengatasi rasa sakit dan berdiri.
Aku merasakan sensasi berdenyut di tubuh aku sedikit stabil.

“Apa Ren dan yang lainnya sedang rapat?”
“Ya... setelah itu, kita bisa melarikan diri dari kejaran musuh, tapi guru...”
“Aku tahu.”
“Rafu~”

Raph-chan muncul dari bawah tempat tidur, melompat ke arahku.
Aku mulai menepuknya, dan memberinya kata-kata manis.

“Anak baik. Karena kamu kami bisa keluar.”
“Naofumi-sama?”
“Ketika kesadaran aku hilang, aku dapat melihat bagian luar dunia melalui senjataku. Aku memiliki pemahaman umum tentang situasinya. Itu Ratu… sudah…?”
“… Ya. Dua hari setelah kita meninggalkan Faubrey… pengobatan itu tidak membuahkan hasil.”
“Oh.”
“Saat ini, Melty-chan dan Filo-chan sedang melakukan upacara pemakaman.”
“…”
“Apa yang akan kamu lakukan sekarang?”
“Aku akan membangunkan kembali mata dari Hero Bintang terakhir yang selama ini kita temui.”


Pemakaman sedang dilakukan, seluruh warga kerajaan ini dipenuhi rasa duka dan tetesan air mata.
Tentu saja, aku tidak tahu itu benar air mata atau bukan.
Tapi selama acara setengah tahun terakhir, Ratu terus memimpin
reformasi besar-besaran.
Dari hasil kinerjanya, ada yang merasa kehilangan dan juga tidak.

Dalam acara pemakaman ini… sesosok berdiri dengan tegak di hadapan peti mati yang merupakan tempat Ratu tertidur menutup mata selamanya.
Di belakangnya, ada Melty yang melihat ke bawah dengan mata merah. Dia memegang tangan Filo.

“Melty.”
“Ah, Naofumi!”

Melty bergegas ke arahku dengan mata berkaca-kaca.

“Ibunda… Ibun…!”
“Maafkan aku... aku tidak bisa melindunginya.”
“Tidak… jangan dipikirkan. Naofumi mempertaruhkan nyawamu untuk mencoba dan melindungi Ibunda. Filo-chan, Raphtalia-san... banyak orang mengatakan itu padaku. Aku juga melihatmu terluka berat karena itu.”
“Tetapi, aku tetap gagal melindunginya.”

Benar, aku tidak bisa melindunginya.
Ratu berusaha sekuat tenaga untuk membantuku.
Tanpa penipuan, dia meminjamkan aku kekuatannya. Dia juga menggerakkan kerajaannya untuk membantuku.

“Melty, kau tidak perlu menahannya. Bencilah aku yang gagal melindunginya.”
“U-UWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!”

Tetesan air mata besar jatuh dari mata Melty, saat dia mulai memukuli.
Aku tidak memiliki perlindungan dari perisai, rasanya agak sakit.
Tapi ini adalah perasaan yang harus aku terima.

Melihat Melty menangis, Filo juga mulai ikut menangis.
Setelah beberapa saat, aku bisa menenangkan keduanya.

“Maaf, Naofumi.”
“Tidak apa-apa. Jika ini membuatmu merasa sedikit lebih baik, maka aku baik-baik saja dengan itu.
“… Terima kasih.”

Melty berdiri, dan bergerak meninggalkan gereja.

“Kau sudah mau meninggalkan pemakamannya?”
“Aku sudah selesai mengucapkan selamat tinggal pada Ibunda. Saat ini, aku harus membantu persiapan untuk perang.”
“Iya ... Kau tegar sekali.”
“Filo-chan!”
“Ya!”

Melty menaiki Filo, mereka menjauh dariku dengan cepat. Mereka mungkin akan menghadiri pertemuan dengan hero lainnya.

“Sekarang ...”

Aku sesosok tadi yang diam membeku dihadapan peti mati Ratu... Dia adalah Sampah.
Wajah Ratu memang cantik.
Seolah-olah dia akan bangun kapan saja.

Sampah dengan seksama melihat jenazah istrinya.
Terlepas dari perbedaan mereka, dia sangat mencintainya. Senjata Legendaris menunjukkan itu padaku.
Mungkin dia merasakan kedatangaku, tapi dia terus menatap Ratu.

“… Kau kemari untuk menertawakan diriku? Diriku yang bodoh, tidak ada satupun yang berharga bisa diriku lindingi.”
“Tidak.”

Aku menempatkan bunga di peti mati Ratu.
Meskipun itu tindakan yang sederhana, perasaan sedih mengalir di hatiku.

Ratu selalu meminjamkanku kekuatannya.
Itulah mengapa aku menjawab semua permintaannya.
Jika dia tidak membantuku, aku akan mendatangi Siltvelt, kemudian menghasut Silvelt untuk perang dengan Melromarc.
Tetapi karena upaya berkelanjutan Ratu, Melromarc dan Siltvelt
tidak pernah berakhir berperang.

Sekarang aku mengerti.
Aku mengerti betapa sulitnya itu.
Para bangsawan negara, dan kepercayaan di sini tampaknya membenciku.

Berbagai negosiasi pasti telah dilakukannya ketika aku tidak tahu.
Jika tidak, aku tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan damai yang aku miliki di desa.
Dia bekerja sangat keras untuk negara ini, untuk dunia ini. Tapi pekerjaannya dijawab dengan bertepuk sebelah tangan.

Dia mencoba lagi, dan lagi untuk memperbaiki perilaku putrinya. Aku yakin dia melakukan itu sebelum aku dipanggil ke dunia ini.
Tapi hati putrinya tidak pernah terbuka. Dia harus terus merendahkan orang lain dan menertawakan mereka.
Aku mengerti mengapa dia begitu putus asa untuk meyakinkanku, berusaha mengembalikan perasaan baik terhadap putri dan juga suaminya.
Jika pada saat itu, aku memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka, maka hal sekarang ini tidak akan terjadi.

Tapi tak satu pun dari kebaikan itu akan pernah kembali padanya.
Putrinya menginjak-injak cinta keibuannya, bahkan melangkah lebih jauh sampai mengambil nyawanya.
Sampah, yang merupakan suaminya hanya bisa melihat kekejaman putrinya terhadap istrinya.

“Ya Hero perisai. Tolong selamatkan kerajaan ini....  diriku tidak bisa bertarung.”

Aku marah mencengkeram kerah Sampah.

“Apa istrimu memintaku menyelamatkan kerajaan ini!? Apa yang istrimu katakan, tidak satu katapun yang dia ucapkan padamu, tidak kau coba mengerti!”

Atas pertanyaanku, Sampah menunjukkan ekspresi kemarahan untuk sesaat momen.
Tapi itu dengan cepat menghilang, dia mengalihkan pandangannya.

“Lalu apa yang dirimu harapkan dariku? Diriku…”
“Memangnya dengan berdiam diri disana akan membuat Ratu bangkit kembali? Apa dengan doa saja, akan membuat Atla kembali? Cukup dengan berdoa saja, memangnya dunia akan mendapatkan kedamaiannya!”
“Diam! Kau... orang seperti kau itu....”

Sampah memperlihatkan kemarahannya, kemudian memukulku.
Aku dengan mudah menghindarinya, dia lalu memelototiku. Seperti melihat orang yang bisa dijadikan pelampiasan amarahnya.

“Kau kira, aku tidak tahu apa yang terjadi?”
“…”

Aku… perlahan mengingat Atla ke dalam pikiran aku.
Di dalam perisaiku, ada gadis yang selalu menempel padaku. Dia tidak lagi di dunia ini.
Untuk melindungi kami, dia mengorbankan tubuhnya.

“Aku akan membalaskan kematian Atla. Aku juga akan memastikan kematian menimpa Witch. Keberadaannya hanya akan membuat Melromarc dalam bahaya.”

Aku hanya memperlihatkan akting biasa saja.
Roh Senjata, bila ini gagal, menyerahlah.

“Disaat itu terjadi, Melromarc akan berada ditanganku. Bukan hanya Melromarc, tapi Faubrey juga, dunia ini akan berada dibawah kendaliku.”
“Apa kau bilang!?”
“Siltvelt adalah negara yang menjadikah Hero Perisai sebagai dewa mereka, aku yakin mereka dengan senang hati akan menjadi bawahanku. Dengan begini Melromarc sudah dipastikan milikku, selanjutnya Faubrey.... Tiga negara besar sudah ada dibawah kendaliku. Hahaha, waktunya era kerajaan baru dimulai.”
“Ku ...”
“Sampah, kau harus tahu. Pertama kau adalah orang yang akan aku hukum mati. Sebab tidak memenuhi tugasmu sebagai hero. Orang selanjutnya Melty? Dia mengira aku adalah orang yang baik, aku yakin ada hal menarik yang muncul diwajahnya ketika itu terjadi? Atau kau mau dia aku jadikan budak seks sesuai dengan keinginan dari istrimu?”

Jika Melty mendengarnya, dia pasti membunuhku.
Sekarang aku tidak memiliki perisai, sihirnya pasti akan sedikit sakit. Untung saja dia memutuskan untuk pergi.
Dengan semua provokasi ini, harusnya Sampah terpancing.

“Diriku tidak akan membiarkan itu terjadi!”

Sampah mengatupkan giginya, mengayunkan tinjunya ke arahku.
Aku… dengan sengaja menerima pukulannya.
Aku tidak tahu seberapa tinggi levelnya sekarang.
Mungkin dia melemah dengan berlalunya waktu, tapi aku tidak pernah bertanya, aku juga tidak tahu.
Namun, karena hilangnya perisai, aku merasakan darah yang masuk kedalam mulutku.

“Diriku... Dirikulah yang akan melindungi tempat berharga milik Mirellia, Melromarc! Diriku tidak rela membiarkanmu menguasainya!”
“… Akhirnya. Memang harus begitu. Ternyata kau bisa juga.”
“Apa ...”

Sampah terdiam mendengar jawabanku.

“Akan kupertegas sekali lagi. Apa benar istrimu memintaku menyelamatkan kerajaan ini? Jawabannya pasti tidak? Dia memintamu! Hero Tongkat yang merupakan Raja Bijak! Lindungilah sebaik mungkin wasiat istrimu, orang yang paling kau cintai!”

Sampah membuka matanya lebar-lebar, dan mundur selangkah.
Dia menghapus air matanya.

“Benar sekali.... Pandangan diriku dikaburkan. Buta oleh kesedihan, terkendalikan oleh sifat buruk sampai membuat orang lain melindungi hak yang seharusnya diriku lindungi, Perisai.... Iwatani-dono, diriku selalu ingin membalaskan dendam masa lalu padamu.”

Di mata Sampah, aku melihat percikan ambisi yang dia miliki sebelum Ratu kembali ke Melromarc... tidak ambisi ini lebih besar dari yang sebelumnya/

“Istriku menyerahkan kerajaan ini padaku. Tugas yang diriku perlu lakukan adalah memenuhi wasiatnya. Diriku tidak meminta pengampunan darimu. Tapi, apakah dirimu bersedia bertarung bersama kerajaan diriku? Tidak, tolong bertarunglah bersama kerajaan diriku!”

Sampah membungkuk, dan memohon padaku.

“Angkat kepalamu. Untuk apa kau melakukan itu sekarang.... Aku hanya melakukan semua ini karena janjiku dengan Ratu. Sisanya aku tidak peduli.”

Ratu memintaku meminjamkan kekuatanku untuk melindungi kerajaannya.
Untuk tujuan itu, aku akan membantu dengan apa yang aku bisa.
Untuk Ratu, yang melindungi tanah ini sampai mati, aku harus mempertaruhkan nyawa juga untuk menjawab janjiku dengannya.
Faubrey menjadi sarang sampah dunia ini. Untuk menyapu bersih sampah yang sebenarnya, aku akan bekerja dengan Sampah.

“Tidak akan diriku rela! Semua hal yang diriku lakukan pada Iwatani-dono, bukanlah hal yang bisa dimaafkan. Atas kebodohan diriku sendiri, serta dosa yang diriku perbuat.... Diriku harus menebus semua itu!”
“… Itu benar. Meski dalam keadaan ini, aku tidak bisa memaafkanmu begitu saja... tapi—”

Seperti Ren, Motoyasu, dan Itsuki berubah, seperti aku mengubah diriku sendiri, setiap manusia juga bisa berubah.
Jika itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dimaafkan, dia masih bisa menebusnya diri.
Demi Ratu, setidaknya aku akan menawarkan dia kesempatan.

“Kau pastinya akan mengubah sifatmu? Maka buktikan itu melalui tindakan, bukan dengan ucapan.”
“Baik.”
“Oke, sekarang sedang apa kau. Cepat tindak lanjuti semua ini, selamatkan kerajaan ini!”
“Ya!”

Sampah berdiri, dengan ekspresi kaku, dia memberi hormat padaku.
Seolah menanggapi perintahku, tongkat yang bersinar muncul di hadapan Sampah.

“Ini...”
“Akhirnya, kau mengingat tujuanmu.”

Ya, Senjata Bintang Tongkat sedang menunggu saat ini.
Dia menunggu Sampah busuk ini... tidak, dia menunggu Aultcray membuka matanya.
Muncul tongkat ditangan Sampah.
Kemudian cahayanya menghilang, kembalilah seorang Hero Bintang.

Roh Tongkat.
Aku sudah memenuhi keinginanmu.

“… Ayo kita pergi, Iwatani-dono.”
“Ya, Raja Bijak.”
“Tidak, diriku gagal melindungi orang terkasihku. Nama yang pantas untuk diriku bukanlah nama yang bagus seperti itu, melainkan Sampah nama yang cocok.”
“…”
“Aku Sampah. Segala yang terjadi akibat tindakan diriku sendiri. Mulai sekarang, panggillah diriku Sampah.”

Seolah-olah dia orang yang berbeda.
Sering terbukti orang yang mengatakan dirinya bijak ternyata orang yang tidak baik, aku penasaran orang macam apa yang menyebut dirinya sampah?
Paling tidak, dia lebih baik dari sebelumnya.

“... Baik. Sampah, aku serahkan rencananya padamu. Gunakan segala cara yang ada dikepala Raja Bijak.”
“Serahkan padaku. Diriku akan sepenuhnya membantai musuh dengan jumlah korban yang sedikit.”

Kami memunggungi peti mati Ratu, kami perlahan mulai berjalan maju....




TL: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar