Chapter 321. Rasa Cemburu
“Ah, Naofumi-chan. Apa lukamu sudah sembuh?”
Kali ini, aku serahkan kelanjutan persiapan perang pada Sampah, hari ini aku ingin segera beristirahat dan menyembuhkan sisa luka kemarin. Namun, saat aku kembali ke rumah, Sadina datang dari laut dan menghampiriku.
Setelah bangun dari mati suri, kenapa semua orang menanyakan keadaanku?
Aku sendiri sadar bahwa aku tidak memperhatikan keadaanku dengan baik, memangnya separah itukah luka yang aku alami?
Ya, waktu itu sudah diambang kematian, wajar sekali jika mereka mengkhawatirkanku.
“Aku sudah baikkan. Kau sedang apa tadi? Mau ada urusan apa denganku?”
“Sebentar lagi kita akan berperang, kan? Oneesan tadi sedang menaikkan level untuk persiapan perang nanti.”
“Begitu.”
Dalam laut, tidak ada yang menandingi Sadina.
Disaat perang nanti, dia pasti menjadi kekuatan tempur yang bagus.
Terutama sebab dia pernah melawan orang secara langsung, aku juga percaya dia bisa melakukannya.
“Sekarang kau sudah level berapa?”
“Level 95. Oneesan bisa menjelajah laut lebih dalam lagi dari sebelumnya!”
“Ah, ya, ya.”
“Lalu, soal ini....”
Sadina mendekatiku dengan main-main dan berbicara di telingaku agar Raphtalia tidak bisa mendengar.
Mengapa dia harus melakukan sesuatu untuk sengaja membuat Raphtalia jengkel? Yah, dia memang orang yang seperti itu.
“Apa keraguanmu sudah sedikit berkurang?”
“Sedikit.”
“Begitu ... ah, ada yang ingin kulaporkan juga.”
“Apa?”
“Untuk itu, ayo kita ke markas rahasiaku. Ajak juga satu ras Lumo.”
Ah, benar ... Kemarin Raph-chan menunjukkan kesana. Aku sedikit penasaran apa yang dia maksud.
Bangunan itu aku beri nama Castle Plant ...
Rasanya akan menambah masalah jika itu tiba-tiba terbang dengan sendirinya.
Biar aman, akan aku lihat keadaannya.
“Rafu~?”
“Ayo. Kebetulan sekarang aku sedang luang, antarkan aku kesana.”
“Ayo, Naofumi-chan.”
Sadina melihat ke arah Raphtalia dan memberi isyarat tangan kepadaku.
“Ayo kita pergi kencan, Naofumi-chan.”
Sekarang hari sudah gelap.
Raphtalia tidak tahu apa yang kami bicarakan tadi.
Ini pasti akan menimbulkan kesalahpahaman...
“Mau kau bawa ke mana dia!?”
“Nyaa. Jangan buat aku mengatakannya, Raphtalia-chan?”
“Naofumi-sama!”
Hmm... Sikap Raphtalia ini adalah ... kecemburuan ... ya?
Aneh sekali karena hal itu membuat tindakannya terlihat lucu.
Sejak awal, aku menerima kenyataan kalau dia adalah seorang bishojo, tapi yang kumaksud itu dalam hal lain.
Aku baru tahu menggoda dia ini sangat menyenangkan, aku juga masih kekanak-kanakan.
“Soal itu, mari kita ajak Imia? Mungkin saja dia mau ikut.”
Percakapannya mengikuti alur yang diciptakan Sadina.
...Entah kenapa, kejadian ini membuatku ingat masa lalu.
Sebelum aku datang ke dunia ini, aku merasa akan marah jika ada orang yang mempermainkanku dengan lelucon itu.
Setelah kupikirkan lagi sekarang, rasanya cukup lucu.
Haha... Aku tidak bisa menertawakan Motoyasu lagi.
“Naofumi-sama!?”
“Apa?”
“Tidak... Kau berencana pergi kemana bersama Sadina-neesan?”
Sekarang, bagaimana aku menjawabnya?
Dulu, aku tinggal bilang mau pergi ke pulau.
Namun sekarang, aku tahu sedikit mengenai perasaan Raphtalia kepadaku.
Berhubung aku sedang luang, aku mencoba menggodanya sedikit.
“Kencang dengan Sadina?”
“Ara? Kau ingin kencan bersamaku dan juga Imia-chan diwaktu yang bersamaan?”
“Iya, aku juga mau mengajak Raph-chan.”
“Ara. Imia-chan mau kita ajak dalam perjamuan nafsu juga ya.”
Tidak ada akhir dari pembicaraan ini.
Raphtalia memegang bahuku dengan kuat, dia mulai menguarkan aura membunuh, pandangannya cukup berbahaya.
Jadi, aku yang bersalah di sini?
“Naofumi-sama? Bisa bicara sebentar?”
“Tentu...“
Bukannya aku tidak tahu isi hati seorang wanita.
Berhubung Raphtalia sedang cemburu, aku ingin menanyakan sesuatu padanya.
Aku tahu perilaku ini agak sedikit kurang ajar.
“Raphtalia.”
“Ada apa?”
“Setelah dunia ini damai.... kau mau melakukan apa?”
“Rencanaku?”
“Tahu tidak, disaat aku berada diambang kematian, aku bertemu Atla dan juga para Roh Senjata Legendaris.”
Aku menjelaskan secara singkat apa yang terjadi sebelum aku terbangun dari mati suriku pada mereka.
Untuk alasan aku memutuskan tinggal sekarang agak malu aku jelaskan, jadi mereka tidak aku beritahu.
“Nah, jika aku ingin kembali ke dunia asalku, aku diperbolehkan membawa orang dari dunia ini.”
“A-apa itu benar?”
Mata Raphtalia digenangi air mata. Seperti dugaanku.
Aku tidak tahu banyak tentang legenda Hero dulu, tetapi aku yakin ada juga yang kembali ke dunia asal mereka.
Aku bukan yang pertama kali. Disaat waktunya aku pulang, aku ingin tahu apakah dia bersedia ikut denganku. Itulah yang ingin aku tanyakan.
“Raphtalia, apa rencanamu?”
“Ara ...”
Mata Sadina dengan jelas menunjukkan tanda-tanda kebahagiaan. Dia sangat senang menyaksikan adegan ini.
Aku pastinya akan marah melihat dia seperti itu, jika aku yang dulu.
“Yah... Em ...”
“Apa kau mau tinggal di dunia ini, menghabiskan hari-harimu dengan damai di desa?”
“ ...”
“Atau kau mau ikut bersamaku ke dunia asalku, menghabiskan hari-harimu di dunia yang berbeda jauh? Aku ingin menanyakan itu padamu, Raphtalia.”
“Oh, Naofumi-chan tetap memilih untuk kembali pulang.”
“Ya. Tapi rasanya tidak enak jika aku meninggalkan semuanya begitu saja.”
“Aku ...”
Raphtalia meletakkan tangannya di dadanya dan melangkah maju.
“Aku akan selalu berada disisimu, Naofumi-sama.”
“...Ah, bagus.”
Raphtalia mengumpulkan keberaniannya dan menjawab pertanyaanku.
“Oke.”
“Ya.”
“Kalau begitu, kau tidak bisa protes jika aku pergi bersama Sadina sekarang.”
“Huh...?”
“Itu bukan masalah, kan? Raphtalia, kau tahu tidak umur diperbolehkan seseorang untuk menikah?”
“Apa?”
“Sadina, apa kau tahu tidak?”
“Selama orang tua atau walinya menganggap dia sudah dewasa, maka boleh-boleh saja. Setiap negara punya aturannya masing-masing. Bagaimana tanggapanmu soal ini, Naofumi-chan, sebagai penguasa wilayah ini?”
“Dulu, aku melarang adanya hubungan cinta. Sekarang, aku berencana untuk memberikan kelonggaran.”
“Ara, aturannya dilonggarkan, bagus.”
“Selain itu, Raphtalia!”
“Y-Ya!”
“Di duniaku, seorang lelaki diperbolehkan menikah diumur 18 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita. Ingatlah itu baik-baik jika kau mau ikut ke duniaku, sebab aku bisa ditangkap bila tidak mengikuti aturan itu.”
“Haa...?”
Sepertinya hal ini tidak bisa dihindarkan.
Aku mengira beginilah perbedaan antar dunia. Aku mengalami beberapa masalah ketika datang ke sini juga.
Jika Raphtalia ingin menemaniku pulang ke duniaku, dia akan mengalami banyak hal seperti ini.
kami harus berlatih terlebih dahulu.
“Bukan hanya itu, aku bukanlah seorang Hero di duniaku. Aku akan hidup sebagai warga sipil. Selain itu, cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari disana, aku rasa perlu banyak waktu agar semua itu terpenuhi.”
“N-Naofumi-sama?”
“Di duniaku, untuk mendapat izin menikahi anak di bawah umur dan membangun keluarga akan sulit.”
Wajah Raphtalia makin pucat dari setiap kata yang aku jelaskan.
Tetapi, ingat. Ini sangat penting.
Masih ada masalah utamanya, yaitu keluarga Raphtalia dan ekor dan juga telinganya, bagaimana caranya kami menutupi semua itu.
Aku rasa kami tidak bisa terus menggunakan mantra sihir untuk menyembunyikan ekor dan telinganya. Ini masalah yang cukup berat.
Roh Perisai mengatakan bisa mengatur-atur soal itu, tapi soal umurnya jangan ditutup-tutupi juga, aku merasa aneh nantinya.
Ya, kehidupan kami disana mungkin bisa stabil lebih awal berkat bantuannya.
“Singkatnya, umurmu sekarang adalah rintangan terbesar jika kau ingin menikah denganku.”
“Ti-tidak mungkin!”
Raphtalia kehabisan kata-kata dan melangkah mundur.
Meskipun terlihat seperti Bishojo dewasa, sebenarnya dia masih anak-anak.
Jika kuhitung dari perkiraan umur Raphtalia dari pertemuan pertama kami, dia hanya harus menunggu selama 5-6 tahun.
Kalau hanya selama itu, aku akan menunggunya.
Aku juga ingin melihatnya mengenakan seragam sekolah. Aku yakin Roh Perisai bisa mengabulkan permintaan itu.
“Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak ikut bersamaku dan tinggal di dunia ini boleh kencan denganku, mereka semua sudah dewasa di dunia ini. Belum lagi ada wasiat yang ditinggalkan Atla padaku. Mulai saat ini, aku harus mulai memberikan jawaban pada orang yang menyatakan cinta padaku. Jika aku ingin masa depanku aman secara finansial, maka aku tinggal mengikuti saran mendiam ratu, aku rasa sarannya lumayan bagus?”
Jika seseorang melahirkan anak seorang Hero, maka biaya kehidupan dasarnya seharusnya tercukupi.
Masih ada hubungannya dengan masa depan, aku juga perlu memikirkan jawaban untuk orang yang menyukaiku.
Aku sedikit kurang suka ini, tapi setidaknya aku bisa mengurangi beban pikiranku.
“Ta-tapi ...”
“Jadi begitu, Naofumi-chan miliki kita bersama. Ayo kita kencan dan melakukan hal yang menyenangkan dengan Oneesan.”
“Ja-jangan.... Naofumi-sama?”
Kurasa aku harus mengakhirinya di sini.
Raphtalia terlihat seperti hendak menangis dan tangannya terulur ke arahku sambil gemetar.
“Itu semua hanya candaan.”
“Apa?”
“Sepertinya Sadina menemukan sesuatu di markas rahasianya. Kami hanya akan mengajak Imia dan Raph-chan untuk mengeceknya.”
Ya. Rasanya sekarang aku perasaan menjadi orang idaman wanita.
Sekarang aku juga mengerti, mengapa Motoyasu, Ren dan Itsuki merasa senang ketika mereka dipanggil Hero oleh orang dunia ini.
Tapi, aku merasa sedikit tidak enak menjahili Raphtalia seperti tahu. Aku memang sedikit terhibur menjahilinya tadi.
Namun, memikirkan apa yang akan aku lakukan pada orang-orang dunia ini juga bukan hal yang buruk, malah itu hal yang penting.
Aku mengelus kening Raphtalia.
“Tapi, kau harus memikirkannya dengan baik. Raphtalia.... soal hidup susah di duniaku itu, memang benar faktanya.... Bukan, sudah hidup. Melainkan bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan di duniaku itu lebih susah dibandingkan dunia ini. Sesusah itu, sampai-sampai kebanyakan Hero memilih untuk tetap tinggal di dunia ini. Aku khawatir bila kamu nanti merasa menyesal ikut denganku ke duniaku, Raphtalia?”
“... Tak peduli tempatnya, aku akan tetap bersamamu, Naofumi-sama.”
“Yah. Dari dulu juga, aku selalu bilang ingin kembali ke duniaku, kamu ingat tidak?”
Bukan berarti aku tidak punya keinginan untuk tinggal, tetapi keinginanku untuk pulang lebih kuat.
Pernyataan Raphtalia yang memutuskan untuk tetap berada di sisiku membuatku tanpa ragu kembali ke duniaku.
“Ya, aku sangat memahami perasaanmu, Naofumi-sama.”
“Tapi, soal aku memikirkan apa yang akan aku lakukan pada orang-orang desa yang aku tinggalkan itu benar. Kira-kira Raphtalia tahu tidak apa yang harus aku lakukan pada mereka? Tapi untuk yang tadi itu memang guyonanku saja.”
“... Iya. Aku juga mengerti apa yang Atla-san inginkan.”
“Oleh karena itu, aku ingin kamu lebih terbuka. Agar kamu siap diwaktu kita berpisah dengan mereka.”
“Aku mengerti. Lalu soal umurku, apa benar akan membawa masalah padamu?”
“Kalau soal itu benar. Sampai waktunya tiba, aku belum bisa memastikannya. Tapi Roh Perisai pasti akan mengurusi masalah itu nanti.”
Setelah mendengar jawabanku tadi, Raphtalia terlihat lega dan menempatkan tangannya di dadanya dan luluh.
“Raphtalia, jika kamu merasa keberatan. Kamu boleh ikut kok?”
“Yah, padahal aku mau melakukan hal yang menyenangkan bersamamu setelah semua ini selesai, Naofumi-chan.”
Aku mengabaikan Sadina dengan menjentik tanganku dan kembali menawarkan ajakan kepada Raphtalia.
“Baiklah, ayo kita pergi.”
“Ayo.”
Raphtalia duduk dan berdiri kembali. Kami menjemput Imia, setalah itu kami berjalan mendekati perahu kecil yang berlabuh di pantai.
“Rafu~?”
Aku terus berpikir sambil mengusap-usap Raph-chan.
Dia bisa berubah bentuk menjadi Raphtalia, 'kan? Sangat menyerupai Raphtalia.
Suatu saat nanti, aku pasti akan melakukan hubungan badan dengan Raphtalia.
Aku merasa khawatir jika dia bilang tidak hebat di ranjang? Pemikiranku terhenti, akupun mengelus-elus Raph-chan lagi.
Mungkin...aku bisa cari pengalaman dulu di desa?
Aku sendiri merasa malu sampai mengatakan hal itu.
“Ta~li ~?”
Mengenai itu, aku punya Raph-chan yang bisa dijadikan model latihan.
Aku bisa tahu bagian lemah Raphtalia--
“...Naofumi-sama? Kamu sedang memikirkan apa sampai terus mengelus-elus Raph-chan?”
Raphtalia memegang bahuku.
Entah mengapa, setengah wajahnya tertutup bayangan.
Aku merasa dikelilingi es, semua tubuhku merinding.
“Rafuu ...”
Raph-chan menutupi wajahnya sendiri menggunakan kaki dua depannya karena malu.
Semudah itukah mereka bisa menebak pemikiranku?
Apa yang aku pikirkan memang menjijikkan. Tak aneh aku menerima amarah darinya.
Setelah berlayar cukup lama, kami akhirnya sampai.
Bio Plant yang ada disana selalu membuatku merasa tidak enak.
Jujur saja, pulau ini sudah berbeda dari pulau yang pertama kali aku kunjungi.
Dalam keadaan pulau yang berubah ini, Sadina menuntun kami.
“Ini yang aku maksud.”
Hal yang dia bicarakan adalah sebuah lubang kecil.
Ukuran lubang itu sebesar....
“Rafu~?”
Ya, ukuran lubang itu sebesar Raph-chan...lubang itu cukup dalam, tapi aku tidak tahu sedalam apa.
“Raphtalia.”
“Ah, ya.”
Raphtalia menggunakan mantra cahaya yang kemudian dia jatuhkan kedalam lubang tersebut.
...Aku melihat ada sisi-sisi terowongan yang terus menjerumus kedalam. Lubang ini masih berlanjut sedalam apa?
Aku tahu sekarang kenapa dia meminta aku mengajak ras Lumo juga.
Biasanya, lubang seperti ini akan diabaikan karena ukurannya yang cukup kecil. Tapi pulau ini menerima dampak dari kreasi diriku yang tidak waras.
Akan cukup membahayakan jika ada makhluk buas dan aneh yang tiba-tiba muncul dari dalam sana.
“Rafu~?”
“Imia, bisa kau gali dan telusuri lebih lanjut lubang itu?”
“A-Iya!”
Imia menanggapi permintaanku, dia mendekati lubang itu dan membacakan mantra sihirnya.
“Sebagai sumber kekuatan Aku memerintahmu. Aku membacamu untuk menguraikan hukum alam. Berikanlah aku kekuatan untuk mengoyak-oyak tanah bumi ini.”
“Earth Blow”
Aliran Sihir memadat dan keluar dari kedua tangan Imia.
“Baiklah, aku akan menelusurinya sekarang.”
Dia mulai menggali tanah.
“Semakin banyak kekuatan sihir yang kugunakan, semakin mudah aku menggali tanah ini.”
Imia terlihat sangat percaya diri dalam menggali tanah.
Luar biasa. Tanah yang digalinya seperti puding yang diambil sendok plastik.
Seperti yang diketahui semua orang, seseorang akan mengerjakan sesuatu dengan mudah apabila itu adalah keahliannya. Untuk hal ini memang perlu bantuan dari ras Lumo yang mirip dengan tikus tanah.
Setelah menggali cukup lama, Imia keluar dari dalam lubang.
“Um, sepertinya ada sesuatu di dalam lubang ini yang terkubur sangat dalam.”
“Apa kau bisa mengambilnya?”
“Ukurannya terlalu besar.... itu adalah akar tumbuhan. Sayangnya sudah kering.”
“Begitu ...”
Oh, lubang itu dibuat oleh Bio Plant.
Apa tidak ada petunjuk lain?
“Ah, aku membawa suatu alat sihir yang menurutku ini adalah inti dari akar itu.”
Imia menyerahkan satu papan batu. Ini adalah ... bagian dari tablet batu, 'kan? Aku ingat Rat pernah menggunakan tablet batu yang bisa dia pencet.
“Terima kasih.”
Aku memuji Imia yang baru saja keluar dari lubang, dia sedang membersihkan diri dari kotoran tanah dan debu dari dalam lubang. Dia juga menggaruk-garuk kepalanya karena malu.
“Tidak, ini bukan apa-apa.”
“Imia, apa ada orang yang kau suka?”
“Eh? Ti-tidak ada ...”
“Begitu ...”
Aku harus mengelilingi desa dan menanyakan ini secara perlahan.
“Ta~li~?”
“Kau datang dari mana?”
Aku bertanya kepada Raph-chan lagi.
...Dia menunjuk ke lubang. Hei, itu sudah cukup jelas.
“Sepertinya kita hanya menemukan benda ini saja.”
Dalam beberapa hari, kami akan menghadapi perang.
Rasanya cukup kurang berguna jika aku meminta Rat menyelidiki tablet batu ini. Mungkin saja.... ada hal berguna yang bisa kami temukan.
0 komentar:
Posting Komentar