Sabtu, 09 Maret 2019

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter 15-Intermission 10: Explorasi Reruntuhan

Chapter 15-Intermission 10: Explorasi Reruntuhan


※ Tidak dari Sudut pandang Satou saat ini.

<TLN: Author Note>
Bagi yang tidak kenal dengan Yasaku sang explorer, silakan lihat kalimat penutup.
Ini anehnya lebih panjang dari yang direncanakan, maaf ini yang terakhir sebelum Vol 16.


"Matilah kau, dasar crane fly!"

Panah yang kutembak mengenai musuh tepat di dahinya.

"Yasaku, harpie bukan serangga, kau tahu."
"Lagipulaaa, tidak ada seraangga yang disebut crane fly."
<TLN : Crane fly adalah sebutan untuk serangga yang merupakan Tipuladae. Tipulidae adalah famili yang tergolong dalam ordo Diptera (lalat) dan superfamili Tipuloidea. Source: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tipulidae>

Tan sang magic swordsman memotong harpies yang masuk, lalu tongkat mace priest Kyura menghancurkan kepala harpie yang jatuh.

--Serius?

Tidak, aku yakin itu sesuai dengan apa yang dikatakan Raja Leluhur-sama ketika dia menembak jatuh wyvern yang terbang dalam legenda.

"Kalian tidak tahu itu. Crane fly itu pasti ada."

Seolah bereaksi terhadapku, beberapa harpie bertengger di atas tebing sambil bernyanyi.

--LULULRRRUUULU.

"Yasaku, charm datang!"
"Ou! << DISTURB >> Blue Magic Bow."

Blue Magic Bow di tanganku bersinar merah, dan panah yang ditembakkan darinya menghancurkan suara harpies yang membawa efek charm.
Astaga, aku tidak ingin bertarung melawan teman-temanku yang terkena pengaruh charm  dijalan sempit ini.

"Reruntuhan seharusnya ada di sekitar sini sesuai dengan peta ..."
"Berhentilah bermain-main dan  bantulah!"

Dalam situasi ini di mana kita dikelilingi oleh kawanan harpie, lightning magician Sheriona dengan santai membuka peta.

"Bukankah ini waktu tepat untuk menggunakan magicmu yang mencolok!"
"Ah, tidak, tidak boleh. Yasakuuu, kau harus mendengarkan dengan baik apa yang orang lain katakan."
"Bukankah kami sudah mengatakan bahwa batu-batu di jurang ini mudah terbakar?"

Kedua wanita itu mengkritikku.
Aku merasa bahkan para harpie bergabung untuk mengolok-olokku.

"Diam, diam, diam sialan!"

Aku menembak para harpie satu per satu dengan kecepatan super.
Mereka akhirnya lari setelah aku membunuh sekitar 20 harpies.

"Ah, melelahkan sekali."

Aku menyandarkan punggungku di tanah, mengambil kantung air di pinggangku dan membasahi mulutku.
Angin kering dari ngarai dengan cepat mengeringkan keringatku, tetapi itu jauh dari menyenangkan karena bau aneh yang ditimbulkannya.

Aku memasukkan mana ku ke dalam magic tool penghilang garam dan mengisi kantong air dengan air.
Ini adalah magic tool yang mahal (bahan habis pakai), tetapi sangat diperlukan ketika menjelajahi tempat-tempat terpencil.

"Ya ampun, Tuan Kelten benar-benar memberi kami quest yang menyulitkan."

Aku mengunyah dendeng asin, melahap makanan hambar yang membosankan.
Kita bisa memasak daging harpy, tetapi mengadakan barbekyu di tempat seperti ini mungkin mengundang beberapa monster kuat entah dari mana.
Hanya bangsawan eksentrik dan pemula ceroboh yang akan bunuh diri seperti itu.

"Kau banyak bicara, ya."
"Memang. Yasaku, kau yang pertama kali bersemangat untuk quest ini, bukan."

Aku mencoba untuk menghilangkan kenangan masa laluku dengan melihat ngarai yang indah.

Tempat ini adalah ngarai besar yang terletak di perbatasan suatu daerah di bawah kendali langsung raja, jauh di selatan-barat daya Kota Labirin.
Kami datang ke tempat terpencil ini atas permintaan Marquis Kelten di Royal Capital.

Jika kita tidak segera kembali ke Kota Labirin, orang mungkin berpikir bahwa kita dianggap mati konyol di tengah perjalanan ini.

"Aneh. Seharunya pintu masuk ke reruntuhan seharusnya ada di sini sesuai dengan peta."
"Apakah kau yakin kau tidak melewatkan satu tandapun?"

Sheriona menjatuhkan tas di punggungnya, mengeluarkan dokumen kuno dan membalik halaman.
Aku mengintip dari samping, tetapi karena aku tidak bisa membaca bahasa kuno sama sekali, aku hanya mengkonfirmasinya sekali.


"Apakah kau mendengar itu?"

Tan bergumam dan dengan ragu melihat sekeliling.
Aku menajamkan telingaku dan mendengar suara tangis samar seperti kambing, "Meeee."

Aku mengintip ke bawah tebing dan menemukan seekor kambing yang terdampar.

Karena kawat yang aku pasang di lenganku tidak dapat mencapainya, aku mengambil tali dari ranselku dan mengikatnya ke batu di sisi gunung.

"Benar-benar pria yang aneh."
"Tidak apa-apa, kita senggang sampai kita menemukan petunjuk dari dokumen kuno, kan?"

Selain itu, jika aku menyelamatkannya saat masih muda, mungkin akan kembali ketika sudah siap untuk dimakan.
Aku melilitkan tali di pinggangku dan menuruni tebing.

Itu terjadi ketika aku sudah setengah jalan.
Batu dimana tangan kananku pegang terlepas dengan bunyi gedebuk.

"Whoa."

Hal buruk datang satu persatu, tepat pada saat yang sama, pijakan di bawah kaki kiriku runtuh.

Aku putus asa melihat-lihat sekeliling sambil meluncur menuruni jurang yang curam.
Menemukan pohon mati yang tampak berguna agak jauh.

"Disana!"

Aku menembakkan kawat di tangan kananku ke pohon mati.

- Meleset.

"Sialan!"

Aku memutar tubuhku dan menembak kawat di tangan kiriku.

- Meleset lagi.

Kawat melewati pohon mati.

"■■■■ Cube"

Aku mendengar suara Tan dari atas dan kemudian alas magic transparan muncul di bawahku.
Aku mendarat di atas alas magic dan entah bagaimana berhasil menempel diatasnya.

"Kau menyelamatkanku, Tan!"
"Aku tidak bisa menahannya terlalu lama. Cari pijakan lain, cepat!"

Sepertinya pria ganteng juga pria yang cakap.
Sama sepertiku.

Setelah itu, aku menuruni tebing tanpa masalah, dan mencapai anak kambing yang panik.
Sambil menarik napas dalam-dalam, aku memutar kembali kawat yang tidak berguna, dan mengisi ulang magic tool peluncur.

"... Mee"

Si anak kambing menjadi takut ketika melihatku dan mundur sambil mengembik lemah.
Dia akan jatuh.

"Anak baik. Jangan bergerak oke."

Aku mendekatinya dengan suara membujuk, tetapi tidak ada efek apa pun.
Setiap kali kambing itu melangkah mundur, kerikil dan tanah jatuh dari pinggir jurang.

"Itu masuk akal, wajah Yasaku adalah karnivora."
"Dia hanya makan daging di kota."

Aku bisa mendengar gangguan Tan dan priest Kyura di atas tebing.

"Oh, tutup mulutmu!"
"Meeeeee"

Aku secara refleks berteriak, si kambing menjadi takut dan kehilangan pijakannya.

"Nmeeeee"

Jeritan kambing yang terdengar seperti yang terakhir bergema di ngarai.

"Uh oh!"

Aku menembak kawat di lenganku sekaligus.

"--Phew."

Tembakan ketiga kawatku akhirnya bisa berguna.
Aku menggulung kawat sambil berhati-hati agar tidak mematahkannya dan meletakkan kambing itu kembali di pinggir jurang.

"... Mee"
"Ya ampun, kau salah satu masalah kecil."

Aku berbaring di langkan sambil memeluk kambing yang bergetar.
<TLN: Langkan = tepi jurang / tempat yang tinggi>

"Apa-apaan itu?"

Aku merasakan sesuatu yang aneh dari permukaan batu di belakang.

"Yasaku! Apa kau menemukan sesuatu !?"
"Tunggu sebentar!"

Aku mendekati tebing batu sambil memegang kambing.

"Ranting pohon tumbuh dari batu ...."

Tanganku yang terulur menyelinap melewati batu.

"Whoa"

Aku menariknya kembali dengan tergesa-gesa, tangan di bawah sarung tangan itu sama seperti biasanya.

--Itu ilusi.

Aku mempersiapkan diri dan terjun ke permukaan batu terlebih dahulu.
Ada sebuah gua dangkal di dalamnya, dengan pintu tersembunyi.

Sepertinya ini adalah pintu masuk yang kami cari.
Aku kembali ke pinggir jurang dan memanggil teman-temanku dengan keras.


"Kau pikir Goatsuke dengan selamat kembali ke rumah orang tuanya?"

Aku bergumam sambil menembak jatuh vampire bat yang turun dari langit-langit.
Langit-langit reruntuhan sangat tinggi sehingga bahkan magic force [Magic Lamp] Tan tidak dapat mencapainya.

"Dia baiiik-baiiik sajaaa. Kami telah menyingkirkan para harpie pemaaakan kambiiing."
"Kau benar. Goatsuke seharusnya melompat-lompat dengan penuh semangat di gunung sekarang."

Ketika aku berbicara dengan priest Kyura saat bertempur, sengatan listrik berjarak sangat dekat melintas.

"Oy, awas!"

Ketika aku mengeluh kepada lightning magician Sheriona, dia menunjuk ke belakangku dengan senyum manis di wajahnya.

"Geh, Wall Slime."
"Astaga, kalian berdua bukan pemula, jangan kehilangan fokus saat menjelajah."
"Aku malu pada diriku sendiri."
"Maaf."

Aku mengeluarkan molotov dari tasku dan melontarkannya ke slime, membakarnya.
Tidak mungkin satu botol ini cukup untuk membakar slime, tetapi karena slime membenci api, ia lari ke celah di dinding.

Aku benar-benar memeriksa lorong sempit sambil melewati perangkap standar dan kalajengking beracun.

"Langit-langit gantung, lubang jebakan, mengaliri lorong dengan listrik ketika kau menekan tombol, aku tidak percaya orang ini menaruh semuanya disini."
"Sepertinya perancang tempat ini suka membuat jebakan sebagai hobi."
"Bahkan ada jebakan reaksi berantai."
"Jebakan tidak seberapa. Yasaku akan melucuti mereka—"

Itu menyulitkan kau tahu.

Menurutmu seberapa berbahayanya untuk melakukan itu bahkan jika hanya salah satu saja.

"- Masalah sebenarnya adalah fasilitas magic ini masih berfungsi."
"Menurut legenda, ini seharusnya menjadi fasilitas magic ini sudah ada sejak 600 tahun yang lalu. Mempertahankan fixture magic adalah hal lain, tapi biasanya, hal-hal yang mengonsumsi mana seperti perangkap listrik seharusnya berhenti berfungsi."
"Sepeertinya, para monster menyerbu melalui ventilasi dan menjadikan teeempat ini rumah mereka."

Benar, monster yang kami temui sejauh ini semuanya slime atau musuh kecil.

"Aku merasakan kekuatan magic dari bawah."
"Tan, gunakan detection magic."
"Dimengerti."

Percaya pada intuisi Sheriona, aku bertanya pada Tan yang bisa menggunakan force magic untuk memeriksanya dengan cermat.
Jika ada seseorang yang bisa menggunakan wind magic dan space magic yang langka, mendeteksi hal-hal akan lebih mudah, tetapi dalam kasus seperti ini, force magic yang dapat digunakan untuk menarik mana tidak kalah dengan mereka.

Setelah menyelesaikan chant, Tan berkonsentrasi dengan mata tertutup.

"Ini cukup dalam."

Keringat mengalir di wajah Tan.

"Kekuatan magic yang kuat."

Tan membuka matanya dan menyeka keringat menggunakan lengan bajunya.

"Ada kemungkinan terdapat magic furnace besar yang biasanya digunakan di benteng atau kapal udara besar, atau mungkin monster yang kuat."
"Kau serius--"

Fakta bahwa reruntuhan belum mati adalah kesalahan perhitungan, tetapi dalam kasus yang terakhir, kita mungkin harus bertarung melawan monster yang luar biasa kuat.

"Apa yang harus kita lakukan, Yasaku? Kembali?"
"Anu, tentu saja kita akan melihatnya sampai akhir."

Kami tidak akan menjadi explorer, jika kami berbalik dan melarikan diri dari sini.
Orang-orang seperti itu akan membeli tanah pertanian dan budak dengan uang dari menjelajahi labirin, dan menjalani kehidupan mereka dengan mudah dan nyaman.

"Umu, ayo pergi. Menuju sesuatu yang tidak diketahui."

Tan berbicara tanpa antusias.
Itu tidak terdengar seperti sarkasme ketika seorang pria dengan wajah baik mengatakannya, luar biasa.

"Laluuu, ayoo pergiii. Sherii, jalannya ke arah manaaa?"
"Lewat sana."

Kami pergi ke tempat kekuatan magic yang dirasakan Sheriona.

"Luas, apakah tempat gelap itu lubang perangkap?"

Sambil bergumam, aku menyalakan obor yang aku ambil dari pinggangku dan melemparkannya ke kegelapan.
Obor itu melengkung, melambung ke lantai sekali dan jatuh ke kegelapan yang dalam.

"Sepertinya cukup dalam. Apakah talinya cukup panjang?"
"Sepertinya kita tidak membutuhkannya."
"Yasaku, lihat itu."

Sheriona dan Tan menunjuk ke langit-langit, ke arah benda yang mirip lift.

Kami menciptakan pijakan untuk mencapai lift menggunakan force magic [Cube] Tan, tetapi untuk beberapa alasan aku harus merangkak ke arah lift di sepanjang pijakan itu.
Ya ampun, orang-orang ini benar-benar kasar dengan pemimpin mereka.

Tuas lift agak berkarat, tetapi aku berhasil membuatnya bekerja dengan memasukkan sedikit tenaga ke dalamnya.
Aku menurunkan lift ke tempat teman-temanku menunggu dan turun sambil bergiliran mengoperasikan tuas pegangan.

"Sudah jelas sekarang kita di sini."
"Ya, bahkan aku tahu ini. Getaran ini pastilah magic furnace."

Lantai terendah memiliki tiga lorong, kami memasuki salah satunya.

Bagian ini juga penuh dengan jebakan seperti yang ada di atas. Kami terus maju dengan kesulitan yang sama seperti sebelumnya.
Karena itu merepotkan, kecuali perangkap yang diaktifkan sendiri, aku hanya memberi tanda pada tempat-tempat yang menjadi saklar untuk perangkap itu sementara kami melewati mereka.

Ada beberapa ruangan di sepanjang jalan, tetapi bahkan tidak ada sedikit pun harta karun.
Kami tiba di depan sebuah pintu besar tak lama kemudian.

"Sudah waktunya untuk sesuatu muncul."
"Ya, jangan lengah."

Seperti yang sudah kami duga, ada magic furnace yang berfungsi di depan.
Dinding di satu sisi telah rusak, memperlihatkan bebatuan dengan warna yang sama dengan batu lembah.

Sepertinya tidak ada monster kuat yang kita takuti.

"Aneh."
"Ya--"

Kami mengangguk pada kata Sheriona saat kami melihat ke magic furnace yang berdengung.
Magic furnace di sini adalah jenis yang memiliki output sangat tinggi.

Tidak apa-apa.

Karena mayoritas magic furnace adalah dari jenis ini.
Namun, untuk mempertahankan tungku jenis ini, perlu diberi sejumlah besar magic stone.

Bahkan jika ia memiliki penyimpanan magic stone dan fungsi pemuatan otomatis, itu bukan sesuatu yang cocok dengan tempat terpencil yang cukup tua untuk disebut reruntuhan.

"Tampaknya baru-baru ini saja di hidupkan kembali."

Sheriona melaporkan setelah memeriksa bagian belakang instalasi.
Tempat penyimpanan magic stone yang terhubung ke instalasi pemuatan otomatis sangat besar, skala saat ini tampaknya cukup untuk mengoperasikan furnace selama sekitar tiga bulan.

Selain itu, sepertinya ada tangga yang tersembunyi di belakangnya.
Mungkin menghubungkan ke lantai tempat kami menemukan lift.

"Kalau begitu kurasa harta itu telah diambil ..."
"Aku tidak begitu yakin tentang itu."

Sheriona berbicara penuh percaya diri untuk menjawab diriku yang bersedih.
Dia memberi tahuku jawabannya ketika aku melihatnya.

"Magic stone akan diambil jika itu masalahnya."
"Beeenar, magic stone sebanyaaak itu akan menghasilkan banyak uang."

Priest Kyura setuju dengan Sheriona.

Setelah istirahat, kami memilih jalan kedua.
Kali ini arah dengan konsentrasi mana yang terendah.

"Ini jalan buntu ya."
"Ya, aku bisa melihatnya."

Hanya ada puing-puing dan rongsokan yang tergeletak di dalam ruangan besar mirip gudang.
Menilai dari pondasi yang diabaikan, ini mungkin merupakan pelabuhan untuk kapal udara besar.

Gerbang pelabuhan di langit-langit ditumbuhi dengan hal-hal seperti cabang pohon, meninggalkan kesan bahwa itu tidak dibuka untuk waktu yang lama.
Ada pintu untuk pengangkutan barang di sebelah kanan, tapi itu melengkung dan tidak bisa dibuka, dan lorong yang terlihat dari celah di atasnya terkubur dengan bebatuan dan pasir.

"Tidak bagus. Ayo pergi ke lorong berikutnya."
"Ya."

Aku memanggil teman-temanku sambil menyeka karat di tanganku.

Dilihat dari arahnya, bahwa pintu pengangkutan barang seharusnya terhubung ke lorong terakhir.


Dan di lorong terakhir.

Ada daerah perumahan di luar itu, dengan penduduk asli yang brutal menunggu.

"Kyura!"
"■■ Purification (Turn Undead)!"

Para Wraith di dalam ruangan menerima holy magic dari priest Kyura yang memegang simbol suci, dan mereka dimurnikan.
Ketika Kyura yang melakukannya, intonasinya terdengar lamban [Tuurn, undeeead].

Tidak dapat dipercaya magicnya masih bisa bekerja.

Kami telah mencari lebih dari 30 ruangan, tetapi masing-masing ruangan itu dipenuhi undead.
Satu hal yang sama-sama mereka miliki adalah pakaian lama yang mereka kenakan, kebanyakan dari mereka adalah Skeleton, Ghosts, Wights, Wraiths, dan Mummies.

"Aku kehabisaaan manaaa."
"... ■■ << Chain Lightning >>"

Magic serangan Sheriona menghancurkan kerumunan Wight di lorong itu.
Magic force Tan tidak cocok untuk melawan mayat hidup, jadi dia memilih untuk memotongnya menggunakan magic sword yang dilapisi magic edge.

"Yasakuu, ada potiooon yang tersisaaa?"
"Aku punya satu mana recovery potion."

Aku menyerahkan potion mana recovery terakhir padanya.
Aku juga kehabisan mana, tapi holy magic Kyura adalah prioritas utama kami untuk melewati sarang undead ini.

Setelah itu, kami melewati 12 ruangan, dan tiba di aula dengan pintu besar tepat ketika kami berempat kehabisan mana recovery potion.

"Pintu berteriak bahwa master reruntuhan sedang menunggu di dalam."
"Ya, benar."

Aku melihat wajah temanku satu per satu.

Ekspresi yang bagus ada di sana.
Tidak ada yang berpikir untuk mundur di sini.

"Ayo! Bantu aku, Tan."

Tan dan aku mendorong pintu besar itu.


"--Disini."

Benda itu ada di dalam tempat yang bahkan lebih luas dari gudang sebelumnya.

"Yang berada didalam legenda ...."

Suara Tan yang biasanya terdengar seenaknya sendiri terdengar bergetar.

"Holy Living Armor."

Sheriona bergumam sambil tampak tercengang.
Itu terlihat sama dengan patung Leluhur Raja-sama di alun-alun Royal Capital.

"Ini besaaar."

Kyura berbicara seperti biasa.
Gadis ini mungkin benar-benar orang penting.

"Ah, ini benar-benar besar bukan."

Ini 10 kali lebih besar dariku, tiga kali lebih besar dari golem raksasa kerajaan.
Dalam legenda Raja Leluhur-sama, itu kadang-kadang digambarkan hanya dua kali lebih besar dariku, dan kadang-kadang menjulang tinggi di atas kepala Heavenly Dragon yang sangat besar ketika memerintahkan pasukan, memutuskan mana yang benar adalah sumber perdebatan di antara para sarjana , tetapi tampaknya perselisihan akan berakhir sekarang.

"Aku ingin tahu apakah magic furnace sebelumnya adalah untuk hal itu?"
"Ya, kau mungkin benar."

Holy Living Armor dikelilingi oleh body logam, pipa berdenyut dibalut dengan cahaya mana yang berasal dari langit-langit melekat pada Holy Living Armor.

Suara acuh tak acuh Kyura mencapai telingaku.

"Itu, aneeeeh."

Kyura menatap ruang di sisi kanan Holy Living Armor.

"Ya, ruang apa itu?"
"Itu aneh."

Seperti yang dikatakan Tan dan Sheriona, ada ruang kosong tempat Holy Living Armor lainnya bisa diletakkan.
Seolah-olah ada Holy Living Armor lain di tempat itu.

"Nah, apa yang harus dilakukan, Yasaku?"
"Yah, sepertinya kita tidak punya pilihan--"

Aku melihat sekeliling untuk menjawab Tan.

Gudang pemeliharaan besar ini menempati empat lantai bawah tanah, dan saat ini kami berada di lantai tiga.
Tentu saja, Holy Living Armor itu ada di lantai pertama terendah.

Aku melihat sekeliling dan menemukan tonjolan yang mencurigakan di lantai dua.

"Tan, bukankah menurutmu perangkat magic di sana terlihat mencurigakan?"
"Kau benar. Sepertinya itu meminta untuk di utak-atik."

Ada bola lampu mengambang, panel kontrol dan kursi mengelilinginya.
Untungnya, tidak ada seorang pun di sini.

"Sepertinya kita bisa ke sana. Ayo kita lihat."

Kami menuruni tangga perawatan menuju lantai bawah.

"Jangan berlama-lama dan turun kesini."
"Hei! Jangan lihat ke atas!"
"Jangan bicara seperti gadis, kau!"
"Tidak peduli seberapa tuaaa mereka, wanita semuanyaa adalah gadis kau tahuuuu."
"Jangan bicara seperti aku sudah tua!"

Kami mungkin terlalu ceroboh.
Dengan suara berisik, lantai di lorong di antara kami dan panel kontrol terkelupas dan terbentuk menjadi golem bersiku-siku seperti kepiting.

"Apa-apaan itu!"
"Buku sejarah menyatakan bahwa Holy Living Armor memerintahkan banyak golem."
"Kenapa kau begitu tenang."

Saat kami bercanda, jumlah golem terus meningkat.

"K-Kembali! Ini akan menjadi neraka jika kita bertarung dengan puluhan golem yang terus bertambah."

Pantat besar Sheriona menghalangi ketika aku mencoba memanjat tangga.
Kita harus berhasil memanjat tangga sampai akhir karena force magic Tan Flexible Shield mencegah para golem memanjatnya.

"Tunggu, jangan menyentuh pantatku."
"Bodoh! Sekarang bukan waktunya untuk itu!"

Aku menyerah mendorongnya dari belakang dan memutuskan untuk mendukung Tan dengan Blue Magic Bow.

"Tan, buat lubang di Flexible Shield - <<DISTURB>> Blue Magic Bow!"

Sementara bergema seperti bersiul, panah yang diluncurkan dari Blue Magic Bow membelah golem.
Golem yang yang mana-nya terganggu dari dalam tubuhnya mulai berkedut, bergetar, dan jatuh dari tangga.

"Haha, syukurlah mereka adalah monster tipe buatan."
"Yasaku, ayo memanjat selagi kita bisa."
"Tentu saja."

Itu hanya bisa memberi kami waktu, tetapi itu memberi kami cukup waktu untuk melarikan diri dari tangga tempat kami tidak bisa bertarung dengan bebas.


"Yasaku, mereka menyusul!"
"Ya ampun, bajingan yang keras kepala."

Mereka menyusul kami ketika kami melewati daerah perumahan undead.
Untuk beberapa alasan, lift tidak bisa digunakan untuk naik, jadi kami pergi ke ruang magic furnace untuk menggunakan tangga tersembunyi.

"Haaa, haaa, aku tidak bisa."
"Aku juga, aku tidak bisa lagi."

Mengesampingkan aku dan Tan, Sheriona si magician dan priest Kyura kehabisan nafas.
Jika ini terus berlanjut, mereka tidak akan bisa menggunakan magic saat golem mengejar ketertinggalan.

Suatu hal yang menarik perhatianku pada saat itu.

"--Yasaku?"
"Pergilah duluan!"

Aku mendesak teman-temanku untuk terus maju dan menatap floorboard golem yang berdenting.

"Rasakan ini, sialan!"

Aku menekan [Mark of Trap] di dinding.
Langit-langit yang jatuh menghancurkan para golem.

"Hmph, jangan meremehkan kebijaksanaan manu--sia?"

Langit-langit tebal yang menghantam floorboard golem menjadi bergetar.
Sepertinya mereka belum rusak bahkan setelah tertimpa.

"Sialan!"

Selain itu, gelombang kedua golem kayu datang dari lorong.

"Cya!"

Aku menembakkan panah Blue Magic Bow di lorong dan mengejar teman-temanku.

"Yasaku! Disini!"

Aku bisa mendengar suara mereka dari atas ruang magic furnace.
Mereka melambaikan tangan di depan pintu tersembunyi di atas tangga.

Sepertinya mereka menungguku di atas tangga.

Aku melompat ke tangga berkarat saat aku mati-matian lari dari floorboard golem.

--Geh.

Tangga itu retak dan pecah tepat di depan mataku.
Dengan putus asa aku memanjat ketika tangga jatuh dan menembakkan kawat di tanganku ke tangga yang tersisa di dinding.

"Yeaaah!"

Kawat itu dengan indah terikat di tangga dinding ketika tangga yang jatuh menghantam golem yang menggeliat di bawah.
Aku seorang pria yang dapat melakukannya pada saat yang dibutuhkan.

"Yasaku, cepatlah!"

Aku melihat ke belakang seperti yang diminta oleh Tan dan melihat golem naik dengan menggunakan diri mereka sebagai pijakan.
Aku dengan panik menggerakkan anggota tubuhku untuk menaiki tangga.

"Ini buruk, mereka akan mengejar kita pada tingkat ini."
"Tidak bisakah kau mengunci pintu dengan force  magicmu, Tan?"
"Ide buruk. Mereka hanya akan menghancurkan dinding dengan jumlah mereka."
"Oooh tidaaaak."

Aku melihat-lihat sekeliling ruang magic furnace.
Selama Kau tidak menyerah, hal yang diperlukan untuk membalikkan situasi ada di mana-mana.

"Sheri, bagaimana kalau membuat magic furnace itu meledak dengan magicmu?
"Kita akan mati juga jika kita melakukan itu."
"Bagaimana jika kita menggunakan magic Tan untuk menjepit pintu yang tersembunyi?"
"Tidak akan sampai tepat waktu."

Kemudian, kita harus menggunakan sesuatu untuk memicu ledakan - itu dia!

"Sheri tembak magicmu di batu!"
"Roock?"
"Yasaku?"

Sepertinya bahkan orang yang cerdik tidak bisa menyadarinya.

"Batuan ini sama dengan batu lembah."
"Aku mengerti! Mudah terbakar!"
"Yasakuu, kau tidak seperti biasaaanya, pintaaar."
"Jadi kalian menganggap diriku seperti apa biasanya!"

Setelah menyadarinya, Sheriona melakukan chant magic serangan, Tan juga melakukan chant force magic dan tetap siaga.

"... ■■ << Chain Lightning >>"

Petir seperti ular menerkam ke arah batu.
Dengan percikan kecil, ruang magic furnace diisi dengan cahaya dan suara menderu.

Aku segera menutup pintu tersembunyi dan Tan menguncinya dengan magic Fixture.
Selain itu, priest Kyura memperkuat pintu tersembunyi dengan magic pertahanan yang kuat.

Suara gemetar dan getaran yang mendera menyerang kami.
Debu memenuhi langit-langit, suara-suara berderit bergema dari sambungan lorong.

Suara menderu terus berlanjut, dan tepat ketika langit-langit tampak seperti mereka akan jatuh, keheningan akhirnya datang.
Kami tidak bisa menyentuh pintu yang tersembunyi karena panas, jadi kami menuju lorong yang tersembunyi dan kembali ke lantai pertama.

Kami mengirim golem merpati ke Marquis Kelten untuk melaporkan temuan reruntuhan kami, dan menunggu sampai pagi berikutnya untuk memulihkan mana, setelah itu, kami masuk ke dalam reruntuhan sekali lagi.


"Menakjuuubkaaan."
"Itu tumpukan puing-puing."

Karena lift mogok, kami mencari jalan lain dan sampai ke lantai paling bawah.
Sama seperti magician Sheriona, dan priest Kyura, lorong bawah tanah itu dipenuhi puing-puing golem, tidak ada tempat untuk menginjakkan kaki.
Ada beberapa golem yang memiliki sedikit kerusakan di antara mereka, jadi Tan dan aku mematahkan anggota tubuh mereka untuk berjaga-jaga.

"Sepertinya sudah aman."
"Sepertinya begitu."

Kami kembali ke ruang Holy Living Armor dan pergi ke tempat unit kontrol berada, sepertinya tidak akan ada lagi golem yang muncul.
Karena magic furnace dihancurkan, Holy Living Armor dan fungsi pertahanan otomatis gudang mungkin telah dihentikan.

"Jadi, bagaimana kita akan membawa Holy Living Armor?"

Sheriona menunjuk ke langit-langit.

"Sepertinya langit-langit bisa dibuka."
"Bagaimana?"
"Bukankah itu bekerja oleh mana yang dipasok dari magic furnace?"

--Ah.

Aku memperhatikannya dari jawaban itu.
Kami harus menghancurkan magic furnace untuk menghilangkan floorboard golem.

"...Sekakmat."

Kami tidak punya pilihan selain melapor ke Marquis Kelten dan memintanya untuk mengangkut benda ini.
Kami kembali ke atas tanah untuk mengirim golem merpati cadangan.

"Meeee"

Goatsuke yang sedang makan rumput dengan orang tuanya di atas tebing terdengar senang ketika dia melihatku.
Goatsuke dan orang tuanya tiba-tiba menatap ke langit.

Terpikat oleh mereka, aku juga melihat ke atas, beberapa sinar matahari yang indah menembus awan tebal.

"Aku ingin tahu suara apa ini?"
"Kedengarannya sangaat indaaah."
"Dari mana asalnya?"

Kami mendengar suara bel mistis di antara awan.

<<< PERHATIAN >>>

Suara yang sangat kuat jatuh dari langit.
Secara naluriah aku berlutut dan menundukkan kepala.

Sepertinya bukan hanya aku, teman-temanku juga melakukan hal yang sama.

Aku mendengarkan dengan seksama suara yang jatuh dari langit.
Itu adalah suara dewa, memberi tahu orang-orang tentang Hukuman Ilahi.

"Sepertinya zaman kekacauan ada pada kita."
"Ya, sepertinya begitu."
"Jika itu kiiiiitaa, tidak peduli dimaaanaapuun, tidak peduli uuusiaaa beraaapaapuun, kita akan baaaik-baaaik saaajaa."

Sepertinya mimpi menghabiskan hari-hari dengan mudah dan nyaman di ibukota karena telah menemukan peninggalan Raja Leluhur-sama harus ditunda.

Sungguh--.

"Sialan."

Aku bergumam dan melepaskan golem merpati kedua ke langit.


【Kemunculan Yasaku】
Chapter 4-Intermission 1:  Percakapan Antara Seorang Master dan Pengikutnya 
Chapter 8-19. Pertempuran di Arena
Chapter 9-Intermission 2: Kemalangan Di Puta Town [Latter Part] 
Chapter 12-22. Kekacauan Royal Capital


Note :
Hehe, akhirnya vol 15 selesai :'v dan sebentar lagi bisa nyusul ongoing, yeey. Dan ada kabar gembira nih hehe, keluarga isekaichan bertambah lagi :3 hehe. Ada mimin baru yang bergabung xD. Dia bertugas jadi editor project desumachi dan spice & wolf, jadi mimin Isekai-Chan bisa fokus ke translate :'v. Bersyukurlah kalian semua, chapter desumachi bisa jadi lebih bagus kayak chapter ini. Dan dia adalah mimin conscript~ Silahkan perkenalannya ya~

[Perkenalin gue conscript tentara kacung paling murah di ra2 kalo lo-lo pada inget. Udah gitu aja.]



TL: Isekai-Chan
EDITOR: Conscript

0 komentar:

Posting Komentar