Selasa, 10 Desember 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 10 : Chapter 6 - Memberi Makan Peliharaan

Volume 10
Chapter 6 - Memberi Makan Peliharaan


Selain Raphtalia dan Rishia, aku menerapkan batasan ketat pada semua budak jadi segel budak akan menghukum mereka langsung jika mereka tidak menganggapnya serius. Pada hari pertama kami di desa, aku pergi bersama para budak untuk mulai membersihkan puing-puing bangunan yang sudah hancur.

“Rumah ini, sangat penting bagiku! Ini rumahku!”

Itu yang Keel katakan. Rupanya, kami datang ke lokasi di mana rumahnya berada. Tapi yang tersisa sekarang hanyalah puing-puing yang menghalangi jalan.

“Tidak ada yang salah dengan menghargai rumahmu, tapi atapnya sudah runtuh, dindingnya hancur sudah tak bisa diperbaiki. Maaf, tapi kau harus memahami kalau ada rumah yang bisa kita perbaiki dan ada tidak.”

Aku memeriksa puing-puing untuk melihat apakah ada barang berharga atau barang yang bisa kami gunakan, tapi semua yang aku temukan tertutup karat atau tak ada yang bisa kami gunakan. Untungnya, sumur masih bisa digunakan. Butuh sedikit usaha, tapi kami mungkin bisa menggunakan taman juga.

“Aku bisa mengerti keinginan untuk tetap menjaga kenangan, tapi jika kita akan membangun kembali desa, maka kita perlu menyingkirkan apa pun yang menghalangi.”
“Tapi-”
“Keel-kun! Jangan memaksa.”

Raphtalia menegur Keel. Aku tidak akan menghentikannya. 

“Ini dulunya rumahmu, kan?”
“Ya!”
“Baiklah, rumah baru yang akan bangun di sini menjadi milikmu. Hanya saja, rumah barumu itu akan menjadi tempat berkumpul kita dan harus kau rawat baik-baik. Nanti akan ada orang lain lagi yang akan aku bawa kemari, pastikan kau bisa bertanggung jawab pada kerapian dan kebersihannya.”
“Ba…baiklah.” Keel bergumam dan mengangguk. 
“Sudah deal ya. Sekarang, Filo!” 
“Okaaay!”

Begitu Keel lengah, Filo masuk ke dalam kerangka rumah dan menendang penyangganya, menghancurkan rumahnya itu.

“Ahhhhhhh!”

Aku meninggalkan Keel yang berdiri di sana dengan bingung dan melanjutkan ke tugas kami berikutnya. Bahan bangunan dan prajurit kastil yang dikirim oleh Ratu tiba sebelum tengah hari. Ada batu, kayu, dan... plester?

“Tuan Pahlawan Perisai berencana untuk memulai pembangunan uang desa mulai dari daerah ini?”

Aku yakin mereka sudah mendengar soal ini dari Eclair dan Melty, tapi para prajurit tetap bertanya.

“Ya. Aku ingin setidaknya sudah ada tempat yang bisa melindungi kita semua dari panas dan hujan. Aku tahu ini sedikit tidak masuk akal, selesaikan tempat itu sebelum malam.”
“Serahkan saja pada kami.”
“Tolong ya. Kalau begitu, kita bisa serahkan rumah sementara pada prajurit ini. Raphtalia, Rishia, dan Filo...”
“Iya?”
“Iyaaa?” 
“Ada apa?”

Ketiganya merespons ketika aku memanggil nama mereka.

“Aku akan membuat makan siang sekarang. Setelah kalian bertiga selesai makan, aku ingin kalian membawa para budak dan pergi berburu monster bersama mereka.”
“Baik.” 
“Oke!”
“Aku akan melakukan yang terbaik.”
“Aku akan menyerahkannya padamu untuk membentuk party. Aku yakin poin Exp itu mungkin tidak terlalu banyak jika kalian semua berburu dalam satu kelompok besar.”

Aku tak pernah benar-benar mencoba mengukurnya. Bagaimana poin Exp bekerja ketika semua orang bertarung bersama? Apakah mereka didistribusikan entah bagaimana caranya, atau mereka dibagikan pada semua orang? Aku tak begitu yakin bagaimana cara kerjanya.

“Ada yang tahu cara bagaimana poin Exp dibagikan dalam satu party?” 
“Umm...” Rishia mengangkat tangannya dengan malu.
“Sudah pasti ya. Soal ilmu pasti kau yang tahu jawabannya, Rishia. Jadi bagaimana cara pembagiannya?”
“Umm... Semua anggota party menerima poin Exp. Jumlahnya berbeda tergantung pada kemampuan dan level, tapi distribusinya tidak menyeluruh. Enam orang adalah batasnya. Lebih dari itu jumlah Poin Exp mulai menurun.”

Ah, jadi itu sebabnya Itsuki dan rekannya selalu meninggalkanmu!

Aku putuskan untuk tidak mengatakan itu, karena yang aku dapat hanyalah teriakan ”Fuuehhh!” yang membuat lingkungan sekitar terganggu. Jadi, selama kami berpencar menjadi beberapa party saat pergi dalam kelompok besar, seharusnya tidak ada masalah. Kami baru saja membentuk party enam orang dan itu seharusnya berhasil.

“Jika kekurangan orang, kalian bisa ajak Eclair dan Wanita Tua.”
“Oke. Aku akan mengurus penugasan mereka.”

Aku menjadikan Raphtalia sebagai pemimpin kelompok dan menyuruhnya membuat party. Saat ini kami memiliki total sepuluh budak, jadi aku menyuruhnya menugaskan empat budak untuk Rishia dan tiga masing-masing untuk Filo dan dirinya sendiri. Dia menempatkan Keel dengan Rishia karena dia sudah menjadi lebih kuat.

“Baiklah, aku akan membuat makan siang sekarang, tolong bantu pekerjaan mereka.” 
“Oke!”

Mereka bertiga sibuk melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu persiapan.

“Kamu tidak membantu memasak, Raphtalia-chan?”

Keel dengan tenang bertanya pada Raphtalia, menatapku saat aku menyiapkan makanan. Dia sudah pulih dari keterkejutannya. Itu lebih cepat daripada yang aku harapkan. Mungkin itu karena dia masih kecil?

“Raphtalia-chan, kamu kan pintar masak!” 
“Rafu!”
“Umm...”

Raphtalia melirikku dengan ekspresi tak yakin di wajahnya. Apa? Apakah dia mengharapkanku untuk mengatakan sesuatu? Mungkin saja dia ingin pamer sedikit di depan teman lamanya, karena dia akhirnya mengatakan sesuatu setelah ragu-ragu sejenak.

“Bagaimana kalau aku bantu?”
“Oh? Tak biasanya. Kau tak harus membantuku jika tak mau.”
“Bukan aku tidak mau. Hanya saja Tuan Naofumi selalu memasak dengan efisiensi, aku selalu tidak tahu harus bantu apa.”
“Iyahkah? Kalau begitu, coba kau potongkan daging ini? Mungkin rasanya jauh lebih lezat jika dipotong menggunakan Senjata Vassal Katana daripada pisau dapur biasa.”
“Baiklah.”

Sekarang Raphtalia sedang membantu, apa yang harus aku buat? Aku kira tidak akan pernah salah dengan memanggang daging.

“Pastikan kau memotong berlawanan dengan uratnya nantinya teksturnya akan hilang jika tidak begitu. Mungkin kau tidak sehebat Kizuna, tapi jika kau memiliki semacam Skill untuk memotong dan membagi-bagi bagian monster atau hewan, maka itu akan menunjukkan tempat yang baik untuk dipotong.”
“Baik.”

Selain itu, kurasa aku bisa membuat sup, mungkin. Namun, aku harus menghindari sup tersebut berbusa, dan meninggalkan seluruh persiapan pembuatan stew yang menyebalkan. Kami tak memiliki banyak bahan, jadi kami secara alami terbatas pada apa yang bisa kami buat. Aku bisa membuat masakan dari sayuran, tapi aku tak ingin terlalu mewah karena para budak hanya akan melahap apa pun yang aku buat dalam sekejap. Oh, kenapa tidak? Rasanya agak sia-sia, tapi karena Raphtalia membantuku, aku pikir aku akan memanggang hidangan lain dengan ketumbar juga.

“Baunya enak, bukan?”
“Ya, tidak buruk. Mau membuat sup juga?”
“Tentu.”

Kita bisa merebus sebagian dari daging ini dan mengubahnya menjadi sup. 

“Raphtalia.”
“Iya?”
“Aku akan memasak steak Hamburg sekaligus, jadi tolong bantu aku memotong daging ini.”
“Un... mengerti.”

Kami bekerja dengan cepat, memasak semua hidangan.  Raphtalia menyebutkan kalau orang tuanya mengajarinya cara memasak, dan aku tahu dia tahu apa yang dia lakukan kurang lebih. Tapi setelah kupikirkan, aku hampir tak pernah memasak bersamanya.

“Apakah kau punya resep keluarga khusus atau semacamnya?”
“Kurasa bisa dikatakan begitu. Tapi aku tidak bisa membuatnya dengan bahan-bahan yang kita miliki.”
“Yah, kalau begitu mungkin aku akan membuatmu memasaknya setelah kita mendapatkan bahan yang dibutuhkan.”

Sebenarnya, memiliki rekan wanita yang memasakkan sesuatu untukku selalu menjadi impianku. Meskipun, tidak ada dari rekan-rekanku yang suka memasak. Sekarang aku bisa menantikan untuk merasakan seperti apa resep keluarga Raphtalia.

“Aku... Aku takut jika aku ketahuan tidak mengikuti resepnya dengan baik dan melakukan sejumlah kesalahan.” 

Hah? Itu bukan respons yang kuharapkan didengar dari Raphtalia.

“Kau pikir aku semacam juri makanan?” 
“Bukan begitu?”
“Tentu tidak.”

Bukannya aku pernah mengeluh tentang masakan orang lain. Orang seperti apa yang menurut Raphtalia diriku itu? Aku ingin memenuhi harapannya sebanyak mungkin, tapi juri makanan? Itu tidak terduga. Jika ada di antara kita yang menjadi juri makanan, itu pasti Filo atau Raphtalia. Filo sangat pilih-pilih soal rasa.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan membuatnya untukmu kapan-kapan.”
“Bagus. Aku tak sabar untuk itu.”
“Rafu!”

Aku suka bagaimana Raph-chan melompat ke bahu Raphtalia dan mulai berteriak.

“Hey semuanya! Raphtalia dan aku memasakkan makan siang untuk kalian. Cepatlah makan, lalu berangkatlah!”
“Ini sangat lezat!” 
“Ya! Sangat enak!”

Semua budak makan dengan senyum lebar di wajah mereka. Aku pergi ke depan dan melayani para prajurit yang membangun rumah sementara untuk kami juga.

“Ini... Ini mungkin daging panggang paling lezat yang pernah kumakan!”
“Kau bercanda kan? Ini tak mungkin daging kura-kura yang sama! Mereka menyediakan hal yang sama di kastil, tapi tak ada yang menyamai rasa ini!”

Peningkatan kemampuan memasak dari perisai memang benar luar biasa. Mungkin ada efek sinergis dengan peningkatan dari katana Raphtalia yang membuat segalanya menjadi lebih baik. Mungkin menggosok daging dengan garam dan rempah-rempah selama persiapan juga membuat perbedaan.
Steak Hamburg hilang dalam sekejap mata.

Semua budak mencicipi seluruh masakanku. Menimbang bagaimana keadaan mereka ketika mereka kembali dari leveling... Ya, aku harus menyiapkan lebih banyak makanan atau itu tak akan cukup.

“Baiklah semuanya, aku akan memberikan kalian masing-masing senjata, pergilah dan bertarung!”

Aku memberi perintah kepada para budak dan mereka mulai panik. Aku menyerahkan masing-masing dari mereka satu senjata tua yang aku dapatkan dari gudang kastil. Kebanyakan dari mereka adalah pedang pendek untuk pemula. Budak wanita yang berdiri benar-benar pucat dengan pedang ditangannya, tampak seperti Raphtalia pada awalnya.

“Jika kalian tidak mau bertarung, maka akan ada perasaan terbakar di dada kalian, camkan itu. Ingat, anggap saja desa kalian tidak akan pernah kembali jika kalian lemah seperti sekarang ini.”
“Kami mengerti, Kakak Perisai! Kami siap bertarung, tunggu saja kami kembali!” Setidaknya seseorang menunjukkan antusiasme.
“Menemukan orang pengganti kalian bukanlah hal yang sulit. Aku hanya seorang Tuan Tanah yang ingin mengembalikan fungsi desa ini. Tapi karena Raphtalia selalu melakukan apa yang aku minta tanpa mengeluh, aku putuskan untuk menghadiahinya dengan memungut dan membuat kalian mengurusi desa ini. Jangan sampai salah paham.”

Aku sudah terbiasa dibenci oleh orang dunia ini. Aku melakukan ini bukan untuk mengumpulkan amalan. Nantinya juga aku akan kembali ke duniaku, aku tak perlu khawatir tentang pendapat orang dunia ini. Aku hanya ingin menciptakan tempat nyaman di mana Raphtalia bisa menjalani hidupnya dengan damai.

“Dia memiliki lidah yang tajam, tapi dia orang yang baik, jangan enggan terhadapnya.” Raphtalia menambahkan kata-kata dukungan tanpa alasan. Aku seharusnya menambahkan hal jahat untuk membalasnya.
“Ya sudah... Filo, nanti monster yang mereka kalahkan kau bawa kembali menggunakan kereta ini. Kita masih bisa memanfaatkan bagian tubuh monster itu.”
“Okaaay!”

Untuk saat ini, monster yang mereka kalahkan akan menjadi bahan utama makanan kami.

“Tuan, monster seperti apa yang inginkan kau aku bawakan?”
“Kalau bisa yang punya banyak daging, nanti aku bisa buat sosis jika kalian mendapatkan monster tipe domba.”
“Okaay!  Firo mengusahakannya!”

Aku menunjuk ke kereta Filo dan memerintahkan para budak masuk ke dalamnya. Mereka dengan ragu-ragu naik ke kereta, dan Filo berangkat untuk membawa mereka berburu.

“Jangan terlalu cepat ya!” 
“Okaaay!”

Kereta yang ditarik Filo berderak pergi. Tentu saja, dia tak benar-benar bisa pergi secepat itu karena masih menderita efek kutukan.

“Nah, sekarang...Tolong lanjutkan konstruksinya.” 
“Huh? Tentu saja!”

Aku meninggalkan pembangunan  kepada para prajurit, aku akan meracik sesuatu menggunakan perisai, lalu mulai persiapan untuk memasak makan berikutnya. Masih ada waktu sebelum telur monster siap menetas. Aku harus menemukan cara untuk mendapatkan lebih banyak makanan sebelum kami kehabisan daging Spirit Tortoise.

Para budak yang pergi berburu dengan Raphtalia dan yang lainnya kembali menjelang malam. Mereka semua benar-benar lelah. Kereta yang aku tambahkan terisi dengan monster hasil berburu mereka. Sepertinya mereka sudah menemukan beberapa monster tipe domba juga, seperti yang aku minta.

“Ugh...”

Grooowwwwl. Grumble, grumble. Rummmmble, rumble, rumble… 

“Aku sangat lapar...”

Gemuruh perut mereka terdengar seperti guntur. Tubuh mereka tumbuh dengan cepat dan membutuhkan nutrisi, dan itu membuat mereka kelaparan.

“Senang melihat kalian semua berhasil kembali. Apakah mereka melakukan pertarungan yang bagus?”
“Ya, mereka semua melakukan yang terbaik.”
“Fuueh... Aku kelelahan.”
“Yah, jika mereka melakukan yang terbaik, maka itu cukup bagus. Waktunya makan.”

Aku mengeluarkan sup dan steak yang telah aku siapkan sebelumnya menggunakan daging Spirit Tortoise dan meletakkannya di atas meja. Karena aku sudah menduganya, jadi aku membuat jumlah makanan yang konyol. Itu adalah satu ton makanan, tapi mungkin akan menghilang dalam sekejap.

“Woooow!”

Dipenuhi dengan kegembiraan, para budak berkumpul di sekitar meja dan mulai makan. 

“Tuan, mana bagian Firo?”
“Milikmu ada di sini.”

Aku memberi Filo bagiannya. Dia mendapat sekitar lima puluh persen lebih banyak daripada budak lainnya. 

“Cuma segini, Firo mau lebih!”
“Jika kau mau lebih, cari dan makan saja langsung.” 
“Boo...”

Filo merajuk. Sayang sekali. Aku sudah membuat banyak makanan. Aku tak bisa mengelola lebih dari ini sendiri.

“Terima kasih untuk makanannya!”

Apa?! Mereka sudah selesai makan ketika aku dan Filo berbicara?!
Aku tahu kalau anak-anak seharusnya memiliki selera makan yang kuat, tapi ayolah! aku harap mereka puas, setidaknya.
<TLN: Anjirrr cepet amat :v>

“Baiklah, kalian, ini sudah malam. Pergilah tidur!”
“Oke!”

Kami mengarahkan para budak ke salah satu rumah yang sudah diperbaiki oleh prajurit dari kastil. Sisanya akan tinggal di rumah lain yang masih diperbaiki. Jendela-jendelanya pecah, sehingga angin bertiup kencang, tapi atapnya akan melindungi kami dari hujan.

“Aku akan tidur bersama mereka.”
“Ya, buatlah mereka sedikit nyaman.” 
“Aku akan melakukannya!”

Raphtalia pergi tidur dengan teman lamanya. Filo sudah setengah tidur dan mengangguk. Rishia sedang sibuk menguraikan naskah yang dia terima dari Kizuna dan yang lainnya. Dia memiliki stamina lebih dari yang kau duga.

Aku harus meracik untuk persiapan tahap selanjutnya dari rencanaku. Aku memeriksa level budak sambil menunggu. Rata-rata, sepertinya mereka semua mencapai sekitar level 15. Statistik mereka juga meningkat secara keseluruhan. Menilai dari pengalamanku dengan pertumbuhan Raphtalia, aku ingin mereka mencapai level 30 setidaknya, itu termasuk yang tidak cocok untuk pertempuran juga.

{--}

Setelah waktu berlalu, aku mendengar ketukan di pintu. 

“Umm...”

Yang mengetuk adalah Raphtalia dan... dia membawa beberapa budak gadis muda bersamanya. 

“Ada apa?”
“Ini…”

Raphtalia sepertinya ingin memintaku melakukan sesuatu, tapi dia bergumam. Katakan! Apa dia berharap aku bisa menebaknya sendiri?

“Mereka mengompol?”
“Bukan itu. Ayo, kalian tanyakan itu langsung pada Tuan Naofumi.”
“Umm... yah...”

Perut mereka menggeram, dan para gadis budak menundukkan kepala karena malu.

“Ah, aku mengerti. Aku mungkin harus membuat makanan untuk budak lainnya juga, kan?”
“Terima kasih.”

Aku segera menuju dapur di luar dan mulai memasak untuk mereka. Astaga. Mereka sangat cepat lapar. Aku memotong monster yang mereka bawa dari perburuan dan memutuskan untuk membuat sate tusuk sederhana. Memotong daging menjadi potongan-potongan kecil terlalu memakan waktu, jadi aku hanya memanggang seluruh monster yang sudah disiapkan. Begitu keadaan kami sudah stabil, kami perlu membentuk kru memasak sesegera mungkin, atau aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri.

Keesokan harinya tiba.

“Baiklah, dengarkan, semuanya. Aku yakin kalian menikmati camilan tengah malammu, tapi persediaan makanan kita semakin menipis setiap hari. Kita harus mengganti kerugian dengan berburu. Dengan kata lain, aku akan memutuskan apa yang akan dimasak berdasarkan apa yang kalian bawa kembali. Mengerti?”
“““Ya!”””

Mereka hampir terlalu patuh. Ini terasa aneh, tapi aku kira itu tidak masalah jika mereka menunjukkan inisiatif.

“Aku akan menyiapkan makan malam ini, tapi makan berikutnya tidak dijamin. Kalian sudah diperingatkan!”
“““Baik!”””

Tadi malam sangat mengerikan. Mereka terus meminta lebih banyak, tidak peduli seberapa banyak aku memasak, mereka benar-benar lapar sejauh yang aku tahu. Aku merasa seperti memasak tanpa henti sejak kami tiba di sini. Hei, aku bukan seorang ibu tahu! Begitu mereka selesai tumbuh ke tingkat tertentu, aku berencana untuk melatih mereka untuk menangani berbagai tugas yang berbeda. Aku hanya harus bertahan sampai saat itu.

“Terima kasih untuk makanannya!”
“Sama-sama. Sekarang pergilah berburu, kembalilah sebelum malam!”
“Oke!”

Semua orang tampak lebih ceria daripada kemarin ketika mereka naik ke kereta Filo. Aku tak membiarkan Filo ngebut, jadi aku berharap kalau para budak tak akan mabuk perjalanan. Akan lebih baik jika mereka mencapai sekitar level 20, rata-rata, pada saat mereka kembali.
Mengamankan persediaan makanan perlu menjadi fokus kami saat itu. Selalu ada itu... Tapi jika aku menggunakannya dan bermutasi lagi, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Meski begitu, itu telah membantu kami keluar dari krisis sebelumnya, dan sepertinya waktu untuk aku mengandalkannya sekali lagi.




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar