Volume 10
Chapter 8 - Laki Perempuan di Laut
Hari-hari terus berlalu.
“Ahahaha!”
Para budak memanjat bioplant layaknya pohon biasa. Mereka semua sudah mencapai sekitar level 30, dan pertumbuhan mereka mulai sedikit meningkat. Masalahnya adalah... Aku tidak tahu kenapa, hampir semuanya tampak berusia sekitar 14 atau 15 tahun. Mereka masih terlihat sedikit lebih muda dari Raphtalia. Apa iya ini penyesuaian tubuh mereka untuk bertarung?
Aku pikir mereka mungkin menjadi sedikit lebih menarik, tapi mereka semua standar. Bila dibandingkan dengan anak-anak lain... tidak ada yang bisa menandingi Raphtalia. Hal ini membuat berpikir jika mereka tidak mendapatkan asupan protein yang cukup, mungkin saja begitu.
Keel mungkin satu-satunya lelaki di antara mereka yang bisa menarik cukup banyak perhatian. Dia hampir terlihat agak seperti gadis perempuan, apa dia bishounen? Sebenarnya, rasanya ini tidak baik untuk dikatakan kepada seorang lelaki, aku menganggap dia seperti lelaki feminin.
Budak demi-human yang bernama Imiya, kalau tidak salah dia ras yang mirip tikus tanah, tampaknya telah keluar dari cangkangnya sedikit. Dia bersama Keel berlarian bersama dan keduanya rukun.
“Hei, Kakak Perisai! Akhir-akhir ini kita makan daging dan sayur-mayur terus, aku sudah bosan makan itu terus!”
“Jangan sok akrab!”
Keel mulai bertingkah terlalu akrab denganku belakangan ini. Aku bisa menjatuhkannya, tapi aku merasa tak enak memarahinya, karena dia melakukan semua tugasnya dengan baik.
Ini mungkin terjadi karena mereka merasa lebih nyaman denganku sekarang, mereka mulai menceritakan kepadaku semua masa-masa lalu saat mereka menjadi budak. Setiap kali selesai bercerita, mereka meninggalkan kalimat terima kasih kepadaku. Aku senang mereka bersemangat, tetapi...
“Kami akan menyelami laut untuk mengambil ikan, nanti tolong Kaka buatkan masakan laut untuk kami ya!”
“Aku tidak ingat menjadi kakak angkatmu!”
Sekarang Keel bersikap kurang ajar. Mungkin sudah waktunya aku bertindak lebih tegas. Tak masalah baginya untuk memanggilku “Kakak Perisai” tapi jika sampai menjadi “Kaka” saja, aku tidak terima. Tapi dia tak menunjukkan tanda-tanda efek jera.
“Ahh... Jika saja Kak Sadeena bersama kita, pastinya kita semua bisa menikmati makanan laut setiap hari!”
Oh... Raphtalia juga pernah menyebutkan nama itu sebelumnya. Kalau tidak salah dia adalah demi-human tipe laut. Dia pasti benar-benar menjaga mereka semua, karena bukan hanya Raphtalia saja yang sering berkata itu, sering kali mereka menyebutkan namanya. Mumpung Keel membahas soal dia, aku ingin tahu bagaimana dia itu orangnya.
“Raphtalia. Orang bernama Sadeena ini, dia itu orangnya seperti apa?”
“Kakak Sadeena seorang nelayan. Bukan hanya itu, dia juga orang pertama yang hebat dalam adu bela diri.”
“Oh.... Maka saat gelombang...”
“Dia mati,” aku melanjutkan perkataan itu dalam hati. Cukup masuk akal kalau dia bertarung dalam gelombang, dari situ aku bisa menduga dia mati melawan monster gelombang.
“Jika Kak Sadeena bersama kami, monster gelombang bahkan pemburu budak tidak akan bisa mengganggu kehidupan kami.”
“Tunggu dulu. Dia sekuat itu?”
“Iya, dia sangat kuat! Aku belum pernah melihat Kak Sadeena kalah. Dari apa yang kulihat, aku bisa jamin dia lebih kuat dari Kak Ksatria!”
Dia lebih kuat dari Eclair? Itu membuatnya memiliki kekuatan yang pastinya sangat kuat. Tapi jika itu benar, maka itu menimbulkan pertanyaan yang besar.
“Jika dia sekuat itu, kenapa bisa desa kalian dihancurkan oleh gelombang?”
“Soal itu... Kak Sadeena sedang memancing bersama nelayan desa di laut.”
Jadi begitu. Jadi dia tidak ada ketika gelombang datang. Belum lagi, saat gelombang terjadi, semua tempat menjadi kacau dan aku yakin lautan tidak terkecuali. Aku tidak akan mengatakannya dengan keras, tapi ada kemungkinan dia meninggal setelahnya. Dengan asumsi jika seseorang yang kuat seperti itu masih selamat, aku yakin dia akan kembali ke desa.
Keel dan yang lainnya mungkin senang berbicara tentang Sadeena, tapi mungkin lebih baik tidak melanjutkan pembicaraan ini, meskipun akulah yang memulai.
“Ayo bagaimana nih, Kaka! Boleh tidak kita main ke pantai?”
“Hmm... Seingin itukah kau memakan ikan?”
Kebetulan sekali, aku mendapat kesempatan untuk mengubah topik pembicaraan tadi.
“Aku ingin makan ikan yang kau masak, Kaka!”
“Aku juga ingin makan ikan!”
“Aku juga!”
Rasanya seperti sekelompok Filo telah diproduksi secara masal. Syukurlah aku belum memutuskan untuk menetaskan lebih banyak telur Filolial.
“Baik. Hari ini kita akan pergi ke pantai dan mencari tahu ada ikan apa saja yang bisa aku masak. Selagi kita di sana, Filo, kau akan berenang dan memburu monster laut yang ada.”
“Okaaay!”
Dengan begitu, aku putuskan untuk membawa para budak ke pantai. Cuacanya sekarang lebih hangat. Jadi itu cuaca yang tepat untuk berenang di laut. Anak-anak ini tumbuh di tempat yang berdekatan dengan pantai, jadi aku cukup yakin mereka tahu cara berenang.
Setelah berjalan sebentar, kami akhirnya sampai di pantai.
“Ahaha!”
Semua budak melepas semuanya kecuali pakaian dalam mereka dan mulai melompat ke laut penuh semangat dengan tombak pancing di tangan.
“Rafu!”
Oh Raph-chan pergi juga, berlari ke arah air dengan penuh semangat. Aku penasaran apa aku perlu menggunakan fungsi peningkatan familiar yang untuk meningkatkan kemampuan akuatiknya. Aku tak keberatan melihat dia memutar ekornya seperti baling-baling untuk berenang.
Ketika aku sedang memikirkan Raph-chan, aku menyadari kami memiliki sedikit masalah.
“Filo! Tangkap Keel!”
“Hah? Baik!”
“Apa?! Kenapa sih?!”
Filo berubah menjadi sosok Filolialnya dan meraih Keel tepat ketika dia akan melompat ke laut. Dia bergerak-gerak di antara sayap Filo, karena kaget tiba-tiba ditangkap.
“Ada apa, Kaka?!”
“Kita punya masalah. Kita harus benar-benar memikirkan kembali bagaimana cara kami memperlakukanmu sebagai makhluk.”
“Iya, memangnya ada apa denganku?!”
Budak lain menyadari keributan disini dan melihat ke arah kami. Sepertinya mereka telah mengetahui apa yang sedang terjadi. Imiya, yang memegang Raph-chan di bahunya, mendekati Keel dan bertanya.
“Keel-kun..., kamu seharusnya kami panggil Keel- chan?”
“Rafufuuu?”
“Hah? Kenapa kamu panggil aku seperti cewek! Aku ini laki-laki!”
Dada Keel dibungkus kain sarashi, lalu pada bagian selangkangannya dia menggunakan... kain penutup? Raphtalia berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya ke selangkangan Keel, seolah itu adalah sesuatu yang normal untuk dilakukan. Dia bertindak semakin tak terduga akhir-akhir ini.
“Keel-kun, kamu tahu tidak perbedaan antara laki-laki dan perempuan?”
“Hah?”
“Ini, kamu tahu tidak... anak laki-laki punya...”
<Ryu: hmm.. dari mana kau tau?...:v >
<Poo: Watttt :’v>
Raphtalia membisikkan sesuatu ke telinga Keel.
“Itu konyol. Jika aku tuhan, aku pasti tak akan membeda-bedakan laki-laki dan perempuan dengan hal serumit itu.”
“Lihatlah anak-anak laki-laki lainnya. Tidak, lihat Tuan Naofumi. Kau melihat perbedaannya, bukan? Dadanya rata, bukan?”
“Apa maksudmu? Itu tak akan tumbuh sampai dewasa, dan dadaku sedikit bengkak saja. Nanti juga sembuh.”
Tumbuh? Bocah itu memiliki imajinasi yang cukup unik. Lingkungan seperti apa yang Keel tempati sebelum menjadi budak?
Aku mulai membayangkan seorang cewek tomboy. Kemudian Kizuna muncul di kepalaku, mengangkat tangannya dan berkata, “Kau memanggil?”
“Sayangnya, aku tidak memanggilmu,” aku melanjutkan dengan berteriak pada Kizuna imajinasi “Pulang sana!”. Dia menghilang setelah memberi balasan “Kejam sekali!”.
Tidak, dia itu berbeda. Karena Kizuna memang begitu keadaannya, tapi setidaknya dia sadar diri kalau dia adalah seorang perempuan. Bagaimana mungkin Keel tak menyadarinya selama dia menjadi budak? Mungkin orang yang membelinya tidak memikirkan budak yang dibelinya lelaki atau perempuan? Atau mungkin Pedagang Budak yang menjualnya tetap diam tentang hal itu untuk membuatnya lebih menarik bagi klien tertentu?
Ya mau bagaimana lagi, orang negeri ini busuk. Pasti ada banyak sampah dengan pikiran bejat. Orang-orang mesum semacam itu akan menganggap seseorang seperti Keel jarang ditemukan, jadi mereka mungkin mau membelinya dengan harga yang tinggi. Bangsawan bajingan yang kami lawan itu rupanya suka menyiksa anak-anak. Semua budak menunjukkan tanda-tanda bekas penyiksaan. Mungkin semua pemilik budak cenderung sadis.
“Tapi... tapi ayah sering bilang kalau seorang anak laki-laki menganggap dirinya seorang pria, maka dia akan tetap menjadi pria tidak peduli apapun yang dikatakan orang lain.”
Apa dia bermaksud pada Lelaki Perempuan Laut? Seorang anak perempuan yang ingin menjadi seperti ayah dan akhirnya tak tahu perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Sebenarnya, fakta kalau dia bahkan mengatakan sesuatu seperti itu mungkin adalah caranya mengatakan padanya kalau dia adalah seorang perempuan.
“Kupikir Keel-kun adalah lelaki yang sangat keren... tapi ternyata dia adalah perempuan.”
“Aku masih menganggap dia keren. Gender bukan masalah!”
Perempuan-perempuan budak saling berbisik dengan penuh semangat. Aku tahu perempuan benar-benar tergila-gila dengan wanita cantik yang berpakaian seperti laki-laki, tapi bisa seorang perempuan yang ingin menjadi Lelaki Perempuan Laut, pakaian macam apa yang akan digunakannya?
“Mustahil.... Lah memangnya untuk apa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan? Aku tidak mengerti kenapa!”
Identitas gender Keel terguncang sampai fondasinya dan dia tak tahu bagaimana harus bereaksi.
Hmm? Filo melompat dan bergabung dengan mereka...? Kenapa dia bersama mereka?
“Em, gini... alasan mengapa hewan dibagi menjadi jantan dan betina adalah agar mereka dapat kawin. Lalu…”
Filo menjelaskan sesuatu pada Keel yang kebingungan. Dia melanjutkan dengan fasih menggambarkan peran pria dan wanita, Dalam bahasa yang kaya dan penuh kenikmatan, bukan sebagai fakta yang sederhana, tetapi sebagai ritual yang manis dan romantis yang berbatasan dengan dunia seni.
Aku menatap lurus ke arah Raphtalia, tetapi dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Rishia ya? Aku memandangi Rishia, dan dia berteriak, “Bukan aku!”.
Filo tidak bisa menjelaskan hal yang rumit, melihat dia menjelaskan hal itu secara mendetail, itu berarti seseorang pasti telah menjelaskan ini padanya. Itu menyisakan Kizuna dan rekannya. Pasti L'Arc, mengingat betapa mesumnya dia.
“Kenapa kau bisa tahu sebanyak ini? Apa kau bertanya L'Arc?”
“Tidak~ Firo tahu ini dari awal.”
Memori genetik? Tentunya tidak... Aku yakin Filo pernah bertemu Filolial liar dan melihat mereka kawin. Dia pasti belajar itu saat melihat kejadian itu. Atau mungkin saat dia menjadi Hummung Fairy.
“Tuan memikirkan sesuatu yang aneh!”
Protes Filo dengan suara malu-malu. Lupakan saja. Ngomong-ngomong, aku harus mengawasinya apakah dia akan bertelur.
“Boo!”
Keluhannya mulai mengganggu akhir-akhir ini.
“Rafu?”
“Tak perlu khawatir soal ini, Raph-chan. Aku tidak akan menikahkanmu.”
“Kenapa tiba-tiba kamu mengatakan itu pada Raph-chan? Tuan Naofumi seperti ayahnya saja?”
“Firo juga ingin diperlakukan samaaa!”
Ha! Tidak mungkin. Kau bisa kabur dan kawin lari dengan Melty!
Ketika kami melanjutkan perbincangan seperti ini, aku perhatikan kalau semua orang, termasuk Raphtalia, memerah karena malu. Semua budak lelaki melompat ke laut dan masih belum kembali. Apakah mereka baik-baik saja?
“Tidak... tidak mungkin! Tidak mungkin aku akan melakukan hal itu! Aku tidak akan pernah melakukan itu dengan Kaka!”
“Kenapa aku harus melakukan hal itu?”
Berhentilah membuatnya terdengar seperti aku membeli dan membesarkanmu untuk menjadi budak seks! Sialan. Sekarang aku kesal. Inilah sebabnya aku membenci anak nakal yang hanya memikirkan romansa.
“Cukup dengan percakapan bodoh ini. Sekarang kalian dengarkan aturan baru ini. Dilarang ada hubungan cinta!”
“Apa?!”
Para budak protes. Aturan adalah aturan, dan apapun yang mereka katakan tidak akan mengubahnya. Aku membutuhkan tenaga tempur, bukan solusi untuk menurunkan angka kelahiran. Aku tak punya waktu untuk merawat sekelompok orang tua baru dan semua bocah kecil yang bermunculan. Selain itu, kami hanya punya tiga setengah bulan! Tak ada waktu untuk melahirkan sesuatu!
“Kalian bebas melakukan itu setelah dunia ini aman dan diwaktu aku pergi dari sini.”
“Kenapa begitu?!”
“Kenapa ya? Tentu saja kau harus tahu kenapa! Karena aku benci hal semacam itu! Ditambah lagi, Raphtalia juga membencinya!”
“Raphtalia-chan juga?!”
“Apa?!”
Sekarang bahkan Raphtalia merespons tanggapan mereka. Ah... Dia tidak ingin aku melibatkannya dalam hal semacam ini. Baik, aku mengerti.
“Tujuan utamaku disini untuk melawan gelombang, nanti bila ada di antara kalian yang bersedia ikut bertarung, maka akan aku bawa kalian ikut melawan gelombang.”
“Apa?! Kami akan melawan gelombang itu?!”
“Tepat sekali. Sebab gelombang itu aku dipanggil ke dunia ini, gelombang yang merenggut nyawa keluarga kalian. Jika kalian bersedia ikut bertarung, maka akan aku ajak kalian.”
Aku berencana untuk menambah jumlah budak yang aku miliki, karena aku ingin membagi mereka dalam jumlah kelompok besar.
“Sebelum kalian melawan itu, kalian akan melawan monster yang dipanggil Phoenix dulu.”
Idealnya, aku perlu mempersiapkan orang yang bersedia untuk melawan monster itu dulu. Perlu diingat, tidak semua orang bisa dan memadai untuk bertaeung.
Keel terdiam sesaat dan akhirnya merespons dengan kesal.
“Ah nanti juga aku tidak akan kau ajak dengan alasan aku seorang perempuan?”
“Hah? Tidak sama sekali. Coba lihat gender mana saja yang bersamaku?”
Aku menunjuk ke Raphtalia, Filo, dan Rishia.
“EH... mereka semua wanita, aku baru sadar itu sekarang! Ternyata kau sendiri bohong soal larangan hubungan cinta?!” bentak Keel. Apa yang membuatnya sangat kesal?
“Kau ini... jadinya mau ikut atau tidak, jelas yang mana?”
“Dilarang ada hubungan cinta! Bilang apa kau, orang sendirinya saja dikelilingi oleh wanita?!”
“Aku tidak keberatan jika Raphtalia ternyata seorang lelaki.”
“Hah?!”
“Apa?!”
“Termasuk Firo juga?”
“Filolial jantan juga tidak masalah.”
“Boo!”
Apa yang membuat mereka kesal? Aku kira sudah saatnya kelompok orang-orang bodoh ini diberi ceramah.
“Kesetaraan gender berarti itu diperlakukan sama, baik laki-laki ataupun perempuan. Jika berguna bagi kita semua, maka keduanya akan diandalkan tidak melihat gender mereka.”
“Aku mengerti. Kakak Perisai menerima dua gender itu sekaligus. Dia juga tidak peduli mau manusia atau bukan,” salah seorang budak bergumam pelan. Dari mana dia mempelajari hal itu?
“Tidak benar...”
“Huuuh? Firo tidak mengerti dua gender?”
Jadi Filo tak tahu itu, kan? Mungkin itu semua adalah ingatan genetik. Tunggu sebentar... Tidak peduli manusia atau bukan? Oh, dia mengira itu karena ada Raph-chan dan Filo?
“Um... kalian, ini aku dengar pas aku dibeli.”
“Tidak perlu diperjelas lagi! Mudahnya begini, jika ada di antara kalian yang mendadak tidak mau bertarung karena hubungan cinta, itu akan menyusahkan kita semua. Itulah sebabnya aku putuskan untuk melarang ada hubungan cinta!”
Selain Keel, semua budak mengangguk ragu-ragu, seolah-olah mereka tidak cukup yakin.
“Ya sudah, selama aku berjuang dengan keras, aku bisa ikut bertarung juga?”
“Ya. Tapi nanti setelah pertempuran selesai.... mmm, kita perlu memikirkan itu mulai dari sekarang. Oleh karena itu, Keel, kau akan aku putuskan untuk belajar berjualan.”
“Apa?! Mengapa!?”
“Tampang dan sifatmu yang tidak pemalu cocok untuk menjadi pedagang dibandingkan budak yang lain. Aku yakin kau pasti bisa menawarkan dan meyakinkan orang untuk membeli, pasti bisa.”
“Aku...? Tidak! Aku tak mau!”
“Jangan khawatir. Jadilah dirimu sendiri. Jujur saja, manusia itu lebih mudah ditangani dari pada monster. Kau pasti suka!”
“Cara penyebutan dari Kaka Perisai, hanya membuatku takut!”
Apa aku mengatakan hal yang aneh? Menempatkan Keel sebagai tim penjualan sepertinya ide yang bagus. Jika aku memakaikannya pakaian anak laki-laki dan meminta dia menjual aksesoris atau semacamnya, aku yakin pelanggan wanita akan menyukainya. Kemudian jika aku memasangkannya dengan Raphtalia, kami bisa mengambil uang semua orang, pria atau wanita.
“Soal itu, Keel...”
“Apa?”
“Waktu itu kau menolak dan tidak suka padaku pasti karena kau suka Raphtalia, bukan? Sayang sekali kau ternyata seorang perempuan. Tapi, jika gender yang sama, mungkin tidak akan ada hal yang bisa membuat keduanya lepas dari medan tempur, aku rasa itu boleh-boleh saja?”
Sebelum insiden Spirit Tortoise, Keel agak gelisah dan kesal. Dia selalu memelototiku karena soal Raphtalia.
“Ap... apa?! Kau salah! Jangan bicara konyol, Kaka!”
Keel mulai gemetar karena suatu alasan. Dia menatap pada...
“Tuan Naofumi...”
Raphtalia berjalan ke arahku dengan senyum lebar di wajah dan matanya menyala penuh dengan niat membunuh. Hmm... Aku kira topik semacam ini memang terlarang.
“Ok, itu saja penjelasannya. Cepat kalian masuk laut dan kembalilah bersama jumlah ikan yang banyak!”
“Oke!”
{--}
Setelah beberapa saat, Keel dan yang lainnya kembali.
”Kaka Perisai! Kami menangkap semua ini!”
Keel yang tampak gembira datang dengan jaring penuh ikan dan kerang di tangannya.
“Ya, ya.”
Aku sudah memanaskan wajan. Yang tersisa hanyalah membersihkan ikan dan memasaknya.
“Aku akan membuat sashimi, karena aku belajar bagaimana cara membuatnya di dunia Kizuna.”
Raphtalia mulai menyiapkan sashimi sebagai menu tambahan dari masakanku. Parasit bisa menjadi masalah, tapi semuanya tampak baik-baik saja, sejauh yang aku tahu menggunakan skill penilaianku. Jadi, akhirnya aku memasak lagi hari ini. Sungguh, sudah bosan dengan memasak!
Oh ya! Sudah waktunya untuk menetaskan telur monster. Kami telah mengumpulkan banyak persediaan makanan. Melanjutkan rencana itu seharusnya tak menjadi masalah.
“Setelah selesai masak dan kita makan, kita kembali ke desa.”
“Oke!”
Setelah lewat tengah hari, kami semua meninggalkan pantai dan kembali ke desa. Aku ingin menetaskan telur monster sebelum melakukan hal lain. Aku sudah selesai mengikat mereka kepada diriku kemarin, sebagian besar. Aku memeriksa telur-telur itu, yang berjejer di tempat yang kami gunakan sebagai gudang.
“Kaka sedang memeriksa apa?”
“Sekarang pasokan makanan kita sudah cukup dan aman terkendali bukan? Nah, sekarang aku sedang memastikan untuk melanjutkan rencana selanjutnya atau tidak.”
“Oh.”
“Satu-satunya hal yang aku khawatirkan adalah... Filolial.”
Mereka monster hebat untuk menarik kereta, tapi nafsu makan mereka yang gila itu... membuatku gelisah dan beranggapan akan ada dua buah individual yang rakus.
“Firo jadi masalah?”
Filo memiringkan kepalanya ke samping sambil bertanya.
“Bukan kau. Ini soal telur yang bisa menetaskan Filolial baru.”
“Itu adalah telur yang bisa memberikanmu adik, Filo-chan.”
“Yaaaaay!”
Dia sangat berisik. Dia tampak seperti gadis SMP, tapi dia bertindak seperti anak kecil. Kurasa begitu....
“Secara perumpamaan memang tidak salah...”
“Tuan, apa kau tidak mau Filolial baru itu menjadi seperti Firo?”
Filo mengajukan pertanyaan yang sulit. Tergantung pada bagaimana aku menjawab, dia mungkin berpikir kalau dia tidak diinginkan.
“Aku ingin dia menjadi monster yang bisa menarik kereta dan bertindak sebagai alat transportasi kita. Aku tak makhluk rakus.”
“Hmm... Kurasa itu tidak akan terjadi,”
Jawaban Filo membuatku melirik ke arahnya.
“Jika Tuan tak menginginkan hal itu terjadi, Firo cukup yakin dia tak akan menjadi seperti Firo.”
Ahoge Filo menunjuk ke arah telur Filolial, berkedut. Apa yang akan terjadi? dia mau melakukan apa?
“Sebentar lagi, bawahan Firo akan lahir, bukan?”
Bawahan!? Yah... kurasa dari sudut pandang Filo, semua Filolial normal adalah bawahannya.
“Ya sudah, biar Firo saja yang urus, nanti dia bisa saja menjadi seperti Firo jika Tuan yang mengurusinya. Akan Firo pastikan dia tidak menjadi seperti Firo.”
“Bisakah kau melakukan itu?”
“Yup!” Filo menyentuh telur Filolial dan menyalurkan kekuatan sihirnya ke dalamnya. “Dengan begini, selama Firo tidak memberinya perintah, maka dia tidak akan menjadi seperti Firo.”
“Oh, umm... terima kasih.”
Aku merasa seperti memotong potensi kehidupan yang akan segera lahir ini, tapi tempat ini tak akan pernah sepi dengan lebih dari satu Filo di sekitarnya, jadi aku kira itu harus dilakukan. Biarkan begitu saja. Bergantung pada bagaimana percobaan kecil ini berjalan, aku mungkin dapat menempatkan Filo untuk membesarkan Filolial.
Beberapa saat kemudian, cangkang telur mulai retak.
“Peep!”
Yang pertama adalah anak Filolial. Warnanya terlihat agak keunguan. Berikutnya adalah dua ulat. Jadi monster ini bisa menarik kereta ketika mereka semakin besar, ya? Mereka disebut Caterpilland. Aku mencoba menyerap sepotong cangkang ke dalam perisaiku, tapi tak ada yang terjadi. Setelah itu muncul tiga monster yang mirip cacing tanah yang disebut Dune. Apakah monster ini yang akan melakukan pekerjaan mengurus ladang?
Aku menetapkan aturan dasar untuk para monster.
“Oke, cukup penjelasannya. Sekarang, kalian semua, bawa monster ini pergi dan tingkatkan level mereka!”
“Oke!”
Mereka menempatkan monster-monster itu dalam sebuah kotak besar dan semuanya membawanya ke kereta bersama-sama, seperti sekelompok anak-anak yang baru saja membuat orang tua mereka membelikan mereka hewan peliharaan. Anak Filolial itu duduk di atas kepala Filo dan dengan gembira berkicau, meskipun baru saja ditetaskan.
Bagaimana aku bisa berakhir di dunia lain bermain sebagai ayah untuk sekelompok anak-anak? Aku tidak bisa membuat diriku terlena. Aku hanya harus terus mengatakan pada diriku sendiri kalau ini semua adalah investasi yang akan terbayarkan ketika gelombang datang.
“Oh, satu hal lagi...”
“Apa?”
“Dalam waktu dekat, aku akan membagi kalian dalam kelompok untuk mengurusi dapur serta memasak dan hal lainnya juga, sebutkan diri kalian jika pandai memasak. Aku lebih memilih mereka yang tidak mau bertarung melawan gelombang atau orang yang merasa tidak cocok bertarung.”
Raphtalia sudah mulai membantuku memasak akhir-akhir ini, tapi jumlah masakan masih terlalu banyak.
“Aku suka memasak.”
“Aku juga.”
Satu budak perempuan dan beastman bernama Imiya keluar dan turun dari kereta.
“Kalian yakin?”
Aku cukup yakin perempuan ini adalah salah satu budak yang dibawa Raphtalia untuk meminta camilan tengah malam. Sedangkan untuk Imiya, dia adalah seorang beastman yang diselimuti bulu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Aku bisa membayangkan seseorang mengeluh kalau bulunya akan masuk ke makanan. Aku tidak bisa menempatkannya di tempat memasak, tapi mungkin aku bisa menugaskannya pada hal yang lain. Dia seharusnya memiliki tangan yang terampil. Mungkin dia sudah menemukan hal lain yang ingin dia lakukan.
“Ya. Aku... Aku suka memasak. Sedangkan untuk bertarung...”
“Baiklah. Ini tugas yang sulit, tetapi laksanakan dengan baik.”
Aku kemudian melihat Imiya.
“Umm... jika ada tugas rumit yang membutuhkan ketelitian tangan, biar aku yang menanganinya...”
“Baik. Aku akan melatih kalian berdua sedikit demi sedikit, tapi kalian juga tetap harus menaikkan level, jangan kira kalian berhasil lolos dari medan tempur.”
“Aku tahu.”
Imiya dan budak perempuan itu mengangguk dan berdiri di sisiku.
“Kami pergi dulu.”
Raphtalia melambai pada kami.
“Baik! Hati-hati di jalan!”
“Raphtalia-chan, kamu tidak perlu takut, semuanya akan aman.”
“Hah?”
Budak perempuan yang memutuskan untuk mengurusi dapur serta memasak berguam itu sambil melambaikan tangannya pada Raphtalia. Dia bermaksud apa?
“Mengerti, kan?”
“Aku tidak khawatir kok!”
Hah? Oh, aku mengerti. Dia mungkin mencoba mengintimidasi kami, tapi aku tak takut, jadi jangan khawatir. Itu yang dia maksudkan.
“Oke, kami pergi dulu!”
“Waktunya kita berangkat!”
Kereta itu berderak pergi.
“Sekarang. Kalian berdua bantu aku.”
“Oke!”
Aku mulai mengajari mereka cara memasak dan mengurus tugas lain-lain.
“Kakak Perisai, kau terampil sekali.”
“Iyakah?”
“Ya! Kau benar-benar hebat dalam memotong ikan dan monster!”
Diberitahu seperti itu tak terasa buruk sama sekali.
“Perisaiku memiliki kekuatan misterius yang membuat segala sesuatu terasa lebih baik, jadi aku tak bisa benar-benar diberi pujian. Saat kau memasak, pikirkan tentang rasa... masakan orang tuamu, dan cobalah untuk menciptakannya kembali.”
“Baik! Aku akan mengajarimu cara membuat sesuatu yang aku sukai, Kakak Perisai.”
Rasa masakan orang tuamu... Aku seperti menginjak ranjau darat, tapi dia menjawab dengan senyum di wajahnya. Aku kira itu tidak masalah selama dia tersenyum.
Begitulah, aku akhirnya menjadi orang yang diajarkan hal yang baru, tetapi terserahlah.
“Apa hasil memotong permata ini sudah benar?”
“Ya. Itu cukup bagus untuk hasil pertamamu.”
Mengingat rasnya Imiya memang terampil dalam mengurusi hal-hal yang rumit, aku putuskan untuk mengajarinya cara membuat obat dan aksesori.
0 komentar:
Posting Komentar