Volume 10
Chapter 3 - Mereka Yang Kukenal
Kami menggunakan jubah kembali dan berkeliling kota untuk mengamati sekitar. Kerusakan di kota benar-benar parah. Kerusakan yang disebabkan oleh Spirit Tortoise terlalu besar, dan tanda-tanda serangan familiar yang tidak terhitung jumlahnya masih tersisa.
Tak lama kemudian, kami tiba di toko yang telah kami tuju. Oh, syukurlah... Toko itu tidak mengalami kerusakan dan terbuka untuk bisnis seperti biasa. Aku melangkah masuk ke dalam toko senjata Pak Tua.
“Selamat datang!”
“Senang melihatmu baik-baik saja.”
“Suara itu... Apakah itu kau, Nak?!”
Aku membuka tudung jubahku dan menyapa Pak Tua. Dia tampak baik-baik saja. Dia tidak memiliki luka, untungnya.
“Kenapa pakai jubah segala?”
“Aku tidak ingin disorot banyak orang.”
“Ah, benar juga. Dalam satu malam, kau berhasil menarik semua perhatian mereka.”
Itulah masalah sebenarnya. Aku bukan Itsuki, sapaan... “Tuan Pahlawan Perisai!” penuh kebahagiaan hanya membuatku merinding. Aku mungkin bisa menerima terbuka sapaan mereka, tetapi mendapat sapaan dan rangkulan dari orang-orang kejam negara ini bukan suatu hal yang bisa aku banggakan. Bukan hanya itu, aku memiliki terlalu banyak hal yang perlu aku urus sekarang. Aku tidak bisa menyia-nyiakan waktu penting bersama mereka.
“Bukannya tambah masalah jika aku kemari bersama orang banyak?”
Aku membalas tanggapan Pak Tua sambil memeriksa bagian dalam toko.
”Semuanya tampak baik-baik saja, tokomu tidak terkena dampak.”
“Ya, tidak juga. Lumayan merepotkan juga monster yang datang kemari, tentunya aku mengatasi mereka semua.”
“Itu kabar yang bagus.”
“Kurasa kau tidak paham apa yang aku maksud. Sepertinya kau cukup cemas ketika sampai di tokoku.”
“Bagaimana kau saja.”
Pak Tua telah melakukan banyak hal untukku, tapi kami masih bolak-balik seperti ini.
“Karena kau tidak datang-datang, barang yang kau minta mulai penuh dengan debu gudang, Nak.”
Pak Tua berkata itu sambil membawa dan menujukan pada kami sebuah pedang kecil.
Pekkul Rapier [Kualitas (Bagus)]
Efek Tambahan: [Agility Up] [Magic Power Up] [Blood Clean Grease]
Oh benar juga... Dulu, ini adalah senjata yang pesan buatkan darinya untuk Rishia.
“Apa kau kemari mau minta pesanan senjata lagi?”
Rapier itu tampaknya cukup sesuai untuk Rishia. Atau mungkin aku bisa meminta Eclair menggunakannya?
“Dukungan yang diberikan kastil sedang ditunda dulu. Malahan aku mau memberitahukanmu untuk menunda pesanan senjata dan armor untuk sementara waktu.”
“Ya mereka mau bagaimana lagi? Secara kota saja, kerusakan yang terjadi sudah cukup tinggi, tapi ini menyangkut semua negara.”
“Apa bisnismu lancar?”
“Kita semua baru saja mengalami bencana besar ini, banyak orang yang datang membeli senjata dan armor untuk perlindungan diri mereka.”
“Bisnis sedang laris-larisnya ya?”
“Bisa dibilang begitu. Yang beli banyak tapi aku tidak yakin bisa memenuhi kebutuhan pasar, persediaanku cukup terbatas juga.”
“Intinya laris lah ya.”
“Iya, tapi ada masalah lain.... Aku merasa bagaimana cara penggunaan senjata itu bila ditangan amatir yang datang dan beli tanpa banyak pikir.”
Mereka juga tidak punya banyak pilihan. Mau orang amatir atau tidak, orang akan menginginkan senjata jika mereka merasa dalam bahaya. Itu adalah pola pikir yang sama, seperti ketika ada bencana alam, orang mulai membeli persediaan air dan makanan. Bila ada bencana seperti ini, sekarang orang-orang menginginkan senjata. Sejauh ini, tidak ada penjarahan sejauh yang aku tahu, jadi situasinya lebih baik.
“Kau kemari hanya untuk memberitahukan itu saja?”
“Yah, ada yang lain...”
Aku mencoba memutuskan apakah Pak Tua akan membuat banyak senjata untuk para budak. Aku sudah mendiskusikan hal-hal dengan Ratu dan aku tahu dia bisa memasok beberapa senjata bekas, tapi sumber daya yang tersedia akan membuatku sulit meminta lebih dari itu. Aku tidak yakin apakah kami benar-benar membutuhkan lebih dari itu, tapi fakta kalau persediaan senjata tersebut digunakan akan membuat mereka kesulitan.
Dengan mengingat hal itu, aku putuskan untuk terus melanjutkan dan mendekati Pak Tua.
“Aku meminta sebuah wilayah pada Ratu, dalam waktu dekat akan ada proyek besar.”
Pak Tua akan lebih diuntungkan bila dia yang membuat senjata untuk para budak, bukan hanya itu dia juga cukup aku andalkan untuk berbagai hal. Tidak ada salahnya untuk mengajaknya.
“Oh, memangnya itu ada hubungannya denganku, Nak?”
“Bisa dibilang aku datang ke sini untuk merekrutmu, mungkin langsung mengerti apa maksudku.”
Jika Pak Tua mendirikan toko di wilayah itu, itu bisa menjadi sumber penghasilan. Aku sangat mempercayai keterampilan tangannya dan aku yakin bisnisnya akan lancar juga disana.
“Aku sudah punya toko ini.”
“Aku tahu itu. Aku tidak mencoba memaksamu untuk ikut bersamaku. Hanya saja... aku ingin membawa satu atau dua orang yang mendapatkan didikan darimu. Bisa kau usahakan dan pikirkan itu?”
“Ah, jadi itu maksudmu. Tentu, Nak. Tapi, jangan anggap aku bisa mendidik orang juga ya.”
Baiklah, dia sudah menyetujuinya. Sekarang aku bisa menjadikan salah satu budakku yang cerdik menjadi murid Pak Tua dan mempelajari keahliannya. Keterampilannya dalam berdagang berarti uang. Tentu saja, aku tidak berencana untuk menggigit tangan yang memberiku makan atau semacamnya.
“Jangan merendah. Aku percaya dengan keterampilanmu.”
“Haha! Aku akan melakukan yang terbaik untuk tidak mengecewakanmu.”
“Ngomong-ngomong, aku punya banyak pekerjaan, jadi tolong sebarkan berita itu di antara rekan-rekanmu. Lokasinya...”
Aku memberi tahu Pak Tua di mana wilayahku dan menjelaskan bagaimana desa tersebut akan menjadi basis operasiku. Aku pikir akan ada banyak orang yang ingin masuk dalam proyek baru. Jika aku hanya memilih yang aku bisa percaya dari grup itu, aku bisa memperluas operasiku dan itu akan menghasilkan lebih banyak keuntungan. Wilayahku juga relatif dekat dengan kota kastil.
“Oke, aku mengerti. Yah, kami semua khawatir tentangmu, Nak. Ini mungkin kesempatan yang tetap juga, mungkin saja ada orang yang tertarik.”
“Kedatangan mereka sudah sangat membantuku, aku berencana untuk memperlakukan mereka dengan baik. Terutama hutang budiku padamu, jadi pikirkanlah.”
“Iya, iya.”
Setelah sedikit obrolan ringan, Pak Tua menatapku kembali.
“Pasti ada hal lain, bukan?”
“Kok bisa tahu?”
“Kau selalu muncul dengan sejuta hal sekaligus, Nak.”
“Kurasa begitu.”
Aku tidak benar-benar ingin menunjukkan kepadanya, tetapi aku melepas jubahku. Dengan satu pandangan, Pak Tua mengerti.
“Apa itu?”
Pak Tua menatap Barbaroi Armor dengan kepala tertunduk ke samping. Aku melepas armor dan meletakkannya di atas meja.
“Aku mengejar pelaku yang kabur ke dunia lain, dia yang menyebabkan Spirit Tortoise mengamuk. Sesampainya di sana Barbarian Armor sudah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, jadi aku meminta pandai besi di sana untuk memodifikasinya agar bisa dipakai kembali. Ini hasilnya, Barbaroi Armor, namun sekarang setelah aku kembali kesini, armor ini yang mulai berhenti berfungsi.”
Pak Tua menatap Barbaroi Armor dengan tajam. Dia mulai menusuk-nusuk bagian armor yang berbeda seolah-olah untuk melihat bagaimana itu merespons.
“Bagian intinya tidak ada masalah, tapi aku tidak bisa berkata banyak di bagian yang lain sebelum aku periksa lebih detail.”
“Kira-kira bisa tidak kau perbaiki?”
“Itu mungkin. Cukup beri aku waktu.”
“Tentu. Aku mengandalkanmu.”
“Toko ini selalu memberikan pelayanan terbaik padamu, bukan? Ngomong-ngomong, sedang dilakukan pengamanan material dari monster besar itu. Jika aku berhasil memanfaatkan material itu, aku mungkin bisa membuat itu berfungi kembali.”
Bagaimanapun, ada banyak material Spirit Tortoise daripada yang bisa digunakan siapa pun, yang nantinya terbengkalai. Kurasa aku bisa menganggapnya sebagai ucapan terima kasih dari Ost... Tidak, aku masih merasa sungkan.
“Selama kau bisa membayarnya, aku akan menciptakan perlengkapan lainnya yang kau minta.”
“Kau mau melakukannya?”
“Tentu saja, karena ini adalah permintaanmu, Nak. Selain itu, mengolah material baru itu tiada bosannya. Sebagai seorang pandai besi, aku yakin armor ini akan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tidak diragukan lagi.”
“Oh?”
Memberikan kemurahan hati seperti itu terlepas dari keadaan keuanganku yang meragukan... Pak Tua memiliki hati yang besar yang membuatku benar-benar ingin membalas kebaikannya. Sejujurnya, aku benar-benar ingin merekrutnya menjadi pandai besi wilayahku. Namun, aku tak akan memaksakan masalah ini, tetapi begitu aku selesai mengembangkan wilayah tersebut, aku akan mencoba mengajaknya lagi.
“Aku rasa kau ingin aku mengutamakan perbaikan pada armor itu. Setelah itu selesai, kurasa aku bisa mengusahakan membuatkanmu perisai?”
“Ide bagus. Namun, aku hanya akan menyalin perisai itu.”
“Kau mengerti sekali pikiranku. Oke simpan saja armormu di toko.”
“Aku mengandalkanmu.”
“Serahkan saja!”
Pak Tua melepaskan batu intinya dari armor dan menyerahkannya padaku.
“Untuk batu inti armornya, kau yang jaga, Nak.”
“Kau yakin?”
“Aku akan memodifikasi armor ini agar bisa dipasangkan batu inti itu ketika sudah selesai. Kau juga bisa membayarku saat aku pasangkan batu inti itu.”
“Terima kasih.”
“Sementara itu, apa yang akan kau kenakan, Nak?”
“Aku hanya akan menggunakan armor tua dari gudang kastil, tolong kau lakukan semaksimal mungkin.”
“Benar! Apa selanjutnya? Pasti masih ada lagi, kan?”
Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Pak Tua.
“Selanjutnya...”
Aku meletakkan Angel Breastplate di atas meja bersama dengan pakaian miko yang dulu Raphtalia kenakan. Aku penasaran apakah aku harus menunjukkan padanya Kigurumi Filo juga, tapi aku memutuskan untuk mengurusnya nanti.
“Apa ini? Breastplate dan... pakaian miko?”
“Dua barang ini perlengkapan yang mereka gunakan di dunia lain. Disana berfungsi sebagai armor juga, kira-kira bisa kau perbaiki juga?”
Itu adalah peralatan yang sangat luar biasa kalau saja kami bisa memanfaatkannya, dan mengingat seberapa bagus pakaian itu terlihat pada Raphtalia, aku harus bertanya meskipun itu tidak masuk akal.
“Yang ini awalnya terbuat dari Kigurumi Filo. Sekarang menjadi Piyama Filo tapi itu berfungsi dengan baik, jadi kau tidak perlu memperbaiki itu.”
“Selalu saja kau bawa hal yang memusingkan kepala! Mengenai pakaian miko ini, yang pakai Nona muda?”
Aku mengangguk dan kemudian berbisik kepada Pak Tua agar Raphtalia tidak bisa mendengar.
“Pakaian itu terlihat sangat cocok untuknya, aku juga ingin dia tetap menggunakan pakaian ini di dunia ini, bisa tidak kau cari cara agar dia mau dan tidak menolak untuk menggunakan pakaian ini?”
“Jadi itu rencanamu?” Rupanya Raphtalia mendengarku. Aku seharusnya bertanya pada Pak Tua ketika dia tidak ada. Aku gagal!
“Oh, Nak. Sesenang itukah dirimu saat Nona muda menggunakan pakaian miko?”
“Kurang lebih iya. Aku bisa memberitahumu alasannya secara mendetail sampai malam.”
“Sebaiknya kamu hentikan itu,” tolak Raphtalia.
“Pakaian biasa itu mungkin bekerja sangat baik sebagai armor di dunia yang kau tuju, Nak, tapi setiap dunia punya batasannya sendiri. Sebenarnya, ini permintaan yang sebaiknya kau minta urusi pada penjahit atau toko baju.”
Ah... Dia pasti merujuk pada wanita yang membuatkan pakaian untuk Filo, dia sepertinya penulis doujinshi atau semacamnya. Aku yakin dia lebih baik daripada penjahit biasa.
“Aku akan mencoba untuk memperbaikinya, tapi jangan terlalu berharap banyak.”
“Baiklah. Lakukan apa saja yang kau bisa.”
“Tuan Naofumi, bukankah kau memperlakukanku seperti boneka dandan akhir-akhir ini?”
“Sebut saja seorang ayah yang sedang memanjakan putrinya.”
“Tuan Naofumi, apa yang kau maksud...”
Aku sedikit berbelit-belit menjawabnya agar bisa menghindar dari pertanyaan lain Raphtalia.
Aku yakin Pak Tua tidak akan mengecewakanku.
“Itu saja yang aku pesan. Aku akan kembali setelah mendapatkan uang untuk membayarnya, aku menantikan hasilnya nanti.”
“Oh tentu! Memeriksa dan meneliti barang yang kau bawa saja sudah cukup menyita waktuku, Nak.”
“Aku mengharapkan hasil yang bagus.”
Kami menyelesaikan urusan dan meninggalkan toko senjata.
0 komentar:
Posting Komentar