Minggu, 18 April 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 18 : Chapter 1 – Kemalasan

Volume 18
Chapter 1 – Kemalasan


Usai sarapan, kami memulai aktifitas pada hari itu. Mereka yang tidak hadir saat sarapan—termasul Ethnobalt dan Therese—sudah  mulai bekerja atau berlatih.

Sementara itu, aku bersama dengan Glass dan Raphtalia pergi menuju fasilitas medis dimana Kizuna dirawat. Aku telah diberitahu bahwa mereka hampir mencapai tahap perawatan berikutnya setelah ia membatu: pengangkatan kelumpuhan total di seluruh tubuhnya.

Kami memasuki ruang perawatan sihir di fasilitas medis tersebut. Ruangan itu sendiri memeiliki banyak Ofuda yang terpampang di dinding, membuat ruangan itu terlihat seperti tempat ritual yang menakutkan. Kizuna berdiri terpaku di tengah sana, dengan alat pancing tepat berada di depannya. Dia terlihat seperti hanya tertidur.

Aku bertanya-tanya, bukan untuk yang pertama kalinya, bagaimana dia berubah menjadi batu seperti itu. Saat aku berpikir, seorang profesional di dunia ini yang ahli dalam bidang kutukan dan penyembuhan angkat bicara.

“Kelumpuhannya akan segera hilang,” katanya. Kami tetap diam dan hanya menyaksikan Ofuda di sekitar Kizuna mulai bersinar dengan cahaya redup.  Cahaya tersebut terus berkumpul di sekitar Kizuna yang tidak bergerak. Beberapa saat kemudian cahaya tersebut menyebar lagi, dengan getaran, kelumpuhan pun hilang dan Kizuna mulai bergerak.

“Kizuna...” Ucap Glass dalam kekhawatiran, segera maju ke depan, tetapi segera setelah kelumpuhan dilepaskan, tubuh Kizuna mulai mengeluarkan aura ungu yang berkedip-kedip. Aku langsung mengenalinya—aku sendiri pernah menggunakan senjata seri kutukan. Glass pasti menyadarinya, karena dia menyiapkan kipasnya dan memiliki ekspresi waspada di wajahnya.

“Ah... Sangat lesu,” rintih Kizuna. Masih menjaga pancingannya di depannya, dia hanya jatuh ke posisi horizontal dan mulai tertidur.

“Kizuna?” Glass memberanikan diri. Responnya tak lebih dari erangan, Kizuna hampir tidak membuka matanya dan melihat ke arah kami. Dia tampak seperti orang ‘teler’.

“Apakah kau baik-baik saja?” Tanya Glass

“Kurasa begitu...” Jawab Kizuna. “Dimana aku?”

“Fasilitas medis di markas kita,” Ujar Glass padanya.

“Oh...” Respon Kizuna, sepenuhnya tanpa tenaga. Dia bahkan tidak terkejut melihatku disini! Dia jelas berbeda dengan Kizuna yang kukenal sebelumnya—lesu salah satu yang menjelaskannya, atau dengan kata lain dia terlihat seperti hanya  bosan melakukan sesuatu.
<TLN: Bahasa mudahnya mager>

“Dia bertingkah seperti dirimu, Tuan Naofumi, ketika kau tidak ingin melakukan sesuatu,” Kata Raphtalia.

“Kau pikir aku bertingkah seperti itu?” Jawabku tidak percaya.

“Ya, benar,” Raphatila dengan cepat membenarkan hal itu. “Tetapi mungkin tidak seterbuka ini.” Mereka berkata melihat kesalahanmu pada orang lain bisa menjadi cara untuk memperbaiki kesalahan tersebut pada dirimu sendiri... tetapi aku selalu menyelesaikan sesuatu pada akhirnya. Tidak perlu di perbaiki.

“Kizuna, tenangkan dirimu! Kami berhasil menyelamatkanmu!” Glass memohon padanya.

“Itu bagus,” Jawabnya lesu. Sepertinya Kizuna hanya ingin ditinggal sendirian untuk tidur, dan semua tanggapannya terhadap Glass seperti tidak peduli.

“Apakah ini efek samping dari kutukan? Sesuatu seperti itu?” Tanyaku. Secara umum Kizuna tidak dapat menyerang manusia, tetapi sama denganku, dia seharusnya mendapat kekuatan itu dengan menggunakan senjata terkutuk—tentu saja, hanya sebagai pilihan terakhir. Glass dan lainnya telah memberitahuku tentang hal itu dan bahwa efek samping kutukan membuatnya semakin lemah.

“Tidak... efek samping dari senjata itu sederhana, hanya pengurangan level dan kekuatan. Aku tidak bisa membayangkan itu akan mengubahnya menjadi makhluk menyedihkan seperti ini,” Keluh Glass.

“Hmmm,” Jawabku. Kami lalu memperhatikan dengan hati-hati kondisi senjata yang dipegang Kizuna. Itu adalah alat pancing dengan aura yang sangat aneh. Reel pancing, yang terlihat seperti beruang, menarik perhatianku. Aku dengan cepat menyadari ada aksesori hitam aneh— hampir seperti borgol, yang menghubungkan Kizuna dengan senjatanya. 
<TLN: Reel itu yang buat mengerek senar pancing>


“Kizuna! Tenangkan dirimu!” Glass mencoba lagi, kali ini dengan tepukan ringan di pipi Kizuna. Kizuna mengerang, dan kemudian sesuatu seperti asap mulai mengepul di sekitarnya. Dengan singkat Glass terkejut, dan hampir jatuh ke lantai, bahkan saat dia masih memegang Kizuna. Asap semakin banyak memenuhi ruangan.

“Stardust Mirror!” Aku membuat Star Shooting Shield versi cermin untuk membuat penghalang, membatasi asap, dan kemudian mengangkat Glass. Kizuna saat ini bukan salah satu dari anggota partyku dan dia telah terdorong keluar oleh penghalang.

“Glass, apakah kau baik-baik saja?” Tanyaku. Dia berada dalam pelukanku, dan Raphtalia mencoba membangunkannya dengan menampar pipinya.

“Aku... masih sadar.” Glass segera tersadar kembali, mengusap pipinya saat dia berdiri

“Kau baik-baik saja?” Tanyaku lagi, sekarang dia bisa mendengarku.

“Ya, aku rasa begitu... Tapi apa yang telah terjadi?” Tanyanya.

“Asap aneh itu keluar dari tubuh Kizuna. Karena kau yang paling dekat, asap itu membuatmu pingsan,” Kataku padanya.

“Aku tak yakin apa yang terjadi pada diriku... Aku merasa sangat lesu...” Lapor Glass, wajahnya tampak pucat.

“Kizuna, kami permisi dulu. Aku perlu bicara dengan Glass. Tunggu saja disini,” Kataku. Kizuna hanya mengerang sedikit sebagai balasan, bahkan dia sudah tidak membalas secara benar.

Kami meninggalkan Kizuna di dalam ruangan yang penuh asap ini dan kembali ke luar. Lalu kami memanggil salah satu ahli kutukan dan memintanya memeriksa Glass. Ternyata dia menderita kutukan ringan—yang untungnya bisa diobati dengan cepat. Tepat setelah kami meninggalkan ruangan, Glass sudah sadar sepenuhnya dan bediri dengan kedua kakinya.

“Apa yang terjadi pada Kizuna?” Glass memutuskan untuk bertanya.

“Dia menyerangmu bukan? yang seharusnya menjadi sekutunya,” Kata Raphtalia khawatir.

“Tidak. Dari apa yang kita lihat, aku tak yakin aku akan menyebut itu sebagai serangan darinya,” Jawabku. Itu jelas bagiku tidak terlihat seperti Kizuna menghasut tindakan itu sendiri dan lebih seperti senjatanya yang harus disalahkan.

Aku berbicara dengan Kizuna melalui jendela kaca di kamarnya.

“Kizuna, bisakah kau berhenti menggunakan senjata itu? Senjata itu menyebabkan berbagai macam masalah,” Kataku.

“Apa? Apakah kau mengatakan sesuatu?” Jawabnya malas. Kizuna masih berbaring memunggungi kami. Beberapa detik berlalu dan rasanya seperti aku tak bicara sebelumnya.

“Kizuna! Kenapa kau hanya berbaring saja? Cepatlah dan ganti senjatamu!” Tegur Glass.

“Bah... Merepotkan sekali,” Jawabnya. Kizuna terus berbaring di lantai, bahkan saat asap misterius itu memenuhi ruangan. Setidaknya kami berhasil menahan asap agar tetap berada di dalam ruangan, sekarang terdapat getaran yang aneh diudara, getaran tersebut mulai menembus dinding dan mendatangi kami.

“Aku bertaruh bahwa senjata itulah yang membuat Kizuna menjadi gila,” Kataku.

“Aku setuju,” Kata Raphtalia.

“Ingat, Kizuna ditahan oleh garis terdepan gelombang dan musuh bebuyutan S’yne. Aku tidak akan membiarkan mereka meletakkan jebakan padanya jika dia berhasil diselamatkan,” Lanjutku. Kami sudah tahu mereka telah menggunakan semacam modifikasi aneh pada empat senjata suci dan membuatnya dapat dikendalikan oleh mereka. Kizuna adalah satu-satunya pahlawan suci yang tersisa di dunia ini—masuk akal jika mereka melakukan sesuatu padanya, sesuatu yang tidak akan membunuhnya tetapi juga akan mencegahnya untuk kembali beraksi jika dia berhasil melarikan diri.

“Kita seharusnya menghancurkan aksesoris itu sebelum kita kembali,” Keluhku.

“Kami telah mencobanya,” Jawab Raphtalia.

Memang, kami telah mencobanya.

“Jadi kutukan macam apa ini?” Dia bertanya. Kami semua melihat ke arah Kizuna lagi. Sepertinya asap menyebar dari tubuhnya. Aku tidak menyukainya.

Para ahli kutukan telah menempatkan ofuda pemurnian yang baru di dinding dan menutup ruangan itu lagi.

“Jika kutukan lain berdasarkan tujuh dosa mematikan...” Aku memikirkan kembali ke arah yang telah kami lihat di masa lalu. Aku memiliki kutukan amarah. Aku masih tidak yakin bagaimana jadinya jika amarah tersebut benar-benar menguasaiku, tapi dorongan untuk mengancurkan sesuatu dan membunuh orang sangat kuat. Sementara itu, Ren sang Pahlawan Pedang menderita karena keserakahan dan kerakusan. Itsuki sang Pahlawan Busur menderita kebanggaan, tapi kutukannya sedikit berbeda, membuatnya merasa lebih benar dari siapaun. Lalu ada Motoyasu sang Pahlawan Tombak yang menderita nafsu dan iri hati. Melihat Kizuna yang tergeletak di lantai, mengeluh saat melakukan sesuatu, kutukan yang tepat ialah...

“Kemalasan. Menurutmu ini mungkin senjata kutukan kemalasan?” Tanyaku. Jika kutukan itu melemahkan keinginannya untuk melakukan apapun dan juga mencemari segala sesuatu disekitarnya, kemalasan tampaknya cukup tepat. “Apa pun itu,” Lanjutku, “kita harus membuatnya mengubah senjatanya.”

“Kizuna! Tolong, ganti senjatamu sekarang juga!” pinta Glass. “Senjata itu bahkan memengaruhi pikiranmu!”

“Hah... Baiklah...” Jawabnya. Sepertinya dia akan benar-benar melakukannya! Kizuna meletakkan tangannya diatas alat pancing dan mencoba mengubah bentuknya... Tetapi tidak terjadi apapun, dan dia hanya terkulai malas kembali.

“Tidak bisa diubah... Sangat merepotkan...” Jawabnya. Aku bertemu dengan matanya dan menelan ludah. Matanya tampak seperti ikan mati, kosong tak bernyawa dan mengerikan.

Apakah dia sangat menyukai ikan sehingga dia mulai menjadi ikan? Jika kau bertemu dengannya di gang gelap pada malam hari, dengan mata itu, kau pasti akan melarikan diri.

“Sepertinya dia tidak bisa mengubah senjatanya... dan dia juga benar-benar terlihat tidak bernyawa dan lesu,” Ringkasku.

“Jadi, meskipun kita ‘menyelamatkan’ dia—meskipun kita memilikinya disini—dia sebenarnya belum terselamatkan?” Ujar Glass meratap.

“Singkatnya seperti itu. Mereka benar-benar memperhitungkan jebakan mereka.” Aku menggelengkan kepalaku, bertanya-tanya bagaimana mereka mengubah salah satu senjata suci menjadi senjata kutukan secara paksa. Ketika aku memikirkannya, dia berada dalam pose yang aneh—seperti sedang memancing—jadi kami seharusnya sedikit lebih waspada. Kami harus mematahkan kutukannya sebelum kami memulihkannya menjadi normal.

“Bagaimana cara mematahkan kutukan ini? Bisakah kita menghancurkan aksesori dengan... beberapa mata air panas yang bekerja pada kutukan atau air suci... atau sesuatu yang seperti itu?” Tanyaku. Aku mencoba merusak aksesori itu dengan sihir, tetapi tidak bisa. Aksesori ini jauh lebih tangguh daripada yang mereka gunakan untuk mengontrol vassal weapon.

“Ah, ini semua sangat menyebalkan...” Kizuna mengulurkan tangan, mengambil sebuah roti kukus yang telah aku taruh di ruangannya, dan mulai memakannya sambil berbaring di tanah. Setidaknya dia masih ingin makan, namun tidak lebih dari itu.

“Sebaiknya kita melaporkan ini ke yang lain,” Kataku.

“Oke,” Rapthalia setuju. Kami pun mengumpulkan yang lainnya.

“Bah! Situasi ini menyebalkan!” Gumam L’Arc, mendecakkan lidahnya.

“Therese, apakah ada sesuatu yang bisa kau lakukan?” Tanyaku.

“Aku akan mencobanya...” Jawabnya. Dia dengan hati-hati bergerak ke arah Kizuna dan mulai melantunkan sihir. Efek dari aksesoris yang dibuat oleh Imiya untukku memberikan Therese perlindungan yang cukup besar. L’Arc telah menceritakan beberapa kisah betapa buas tindakannya saat pertempuran, jadi jika masalah ini berakar pada sihir, mungkin dia dapat memecahkannya. Meskipun demikian... “Itu tidak bagus,” akhirnya dia bicara. “Rasanya seperti mereka telah menggabungkan senjata suci dan aksesoris bersama-sama dan memaksanya mempertahankan bentuk senjata kutukannya.”

“Yang artinya Nona Kizuna bisa mengatasinya dengan menjadi lebih kuat,” Kata L’Arc.

“Aku tak bisa mengatakan ini akan bekerja atau tidak. Kutukan itu menggunakan kekuatan Kizuna dan senjata suci sebagai medianya. Jika Kizuna semakin kuat, aksesoris itu juga akan semakin kuat,” Jelas Glass.

Sungguh menyebalkan! Bisa dikatakan, kami tidak bisa meninggalkan Kizuna dalam keadaan seperti ini. Kami tidak tahu kapan Bitch, musuh bebuyutan S’yne, atau musuh yang memegang vassal weapon yang tersisa akan muncul untuk menyerang. Kami perlu membuat Kizuna bergerak secepatnya.

“Fehhh...” Gumam Rishia adalah satu-satunya kontribusinya.

“Bagaimana jika aku memainkan musik sihir pemurnian?” Tanya Itsuki.

“Perlukah aku bernyanyi?” Saran Filo, bergabung dengan mengusulkan cara mematahkan kutukan. Hal itu berhasil di dunia kami berasal... Dan di tanah terkutuk misalnya.

“Aku yakin kau bisa memurnikan area di sekitar Kizuna. Itu mungkin akan berhasil untuk melindungi kita, tapi kupikir itu tidak akan berbuat banyak pada Kizuna sendiri. Penyakitnya berada di dalam. Sepertinya kau hanya akan menunda penyebaran polusinya sedikit,” Jelas Glass. Semakin lama aku mendengarkan, kutukan ini semakin menjengkelkan.

Kemudian Ethnolbath mengangkat tangan dengan usul lain.

“Tempatku, Labirin Perpustakaan Kuno, memiliki salinan dari hampir semua buku yang pernah ditulis di dunia ini,” Jelasnya. “Kita mungkin menemukan beberapa petunjuk bagaimana cara menangani hal ini.” Ethnolbath pernah menjadi pemegang vassal weapon kapal ketika kami pertama kali bertemu dengannya, tetapi selama pertempuran dengan Miyaji dia telah terpilih sebagai pemegang vassal weapon buku. Dia adalah ras yang dipanggil “kelinci perpustakaan”, jadi buku pasti lebih cocok untuknya daripada kapal. “Ada legenda mengatakan bahwa masalah di masa lalu yang sangat sulit dapat diselesaikan dengan mencari arsip di Labirin Perpustakaan Kuno,” Lanjutnya. Kedengarannya tidak dapat dipercaya, tapi mungkin ini lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.

“Aku akan tinggal disini dan terus memainkan lagu pemurnian, untuk menghalangi penyebaran kutukan,” Kata Itsuki. “Naofumi, kau bisa menggunakan waktu ini dengan yang lainnya untuk pergi dan mencari cara menyelamatkannya. Bagaimana menurutmu?” Aku benar-benar tidak memiliki pilihan selain mengangguk, mengiyakan usul ini.

“Itsuki...” Kata Rishia, sedikit khawatir kepadanya.

“Tidak perlu khawatir Rishia. Kita hanya harus melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan,” Jawabnya.

“Aku menyarankan kalian yang ada disini untuk mengawasi dan melindungi Kizuna, hal itu akan mempermudah kami untuk pergi,” Aku beralasan. Tidak akan lucu sedikitpun jika markas operasi kami diserang dan jatuh ke tangan musuh saat kami semua berusaha mencari petunjuk. Markas yang telah direbut itu cukup buruk, tapi itu juga berarti kita harus menyelamatkan Kizuna untuk kedua kalinya.

Nyanyian Filo mungkin akan menjadi bantuan yang bagus untuk Itsuki, jadi aku memutuskan untuk menyuruh Filo tinggal juga.

“Aku juga harus memberitahumu bahwa Labirin Perpustakaan Kuno terletak agak jauh dari jam pasir naga terdekat. Perjalanan pulang pergi akan memakan waktu yang cukup lama bahkan jika kita menggunakan Return Dragon Vein. Kita perlu memilih orang yang akan tinggal disini dengan hati-hati,” L’Arc menambahkan.

“Tempat seperti apa Labirin Perpustakaan Kuno itu?” Tanyaku. Aku telah melewatinya sebelumnya tetapi tidak benar-benar melihat tempat itu secara detail.

“Kau pernah dijatuhkan bersama Kizuna di Labirin Tanpa Akhir bukan Naofumi?” Ethnobalt mengkonfirmasinya.

“Benar,”  Jawabku.

“Labirin Perpustakaan Kuno mirip dengan itu... labirin besar yang tak berujung. Dikatakan sebagai tempat berkumpulnya semua pengetahuan di dunia ini... tujuan dari semua buku,” Jelas Ethnobalt. Aku masih tidak dapat membayangkan sebuah tempat penampungan seperti apa yang dia ceritakan, tetapi sebagai penyuka video game, aku pikir itu benar-benar berbentuk kotak. Kedengarannya seperti Akashic Record, kiasan yang cukup umum dalam bentuk hiburan bagiku.

“Kelinci Perpustakaan adalah monster yang hidup di dalam perpustakaan. Kami memiliki kekuatan untuk merasakan, secara samar-samar, lokasi buku-buku yang dicari orang-orang,” Ubgkap Ethnobalt. Sekarang itu terdengar sangat praktis. Mereka tampaknya juga berpikir bahwa tidak memiliki vassal weapon kapal akan memperlambat kami, tetapi mereka sepertinya melupakan seseorang. Aku.

“Sejauh ini, aku berpikir skill vassal weapon cermin Teleport Mirror akan mempermudah perjalanan ini. Jika ingatanku  benar, aku seharusnya bisa membawa kita ke sana karena tempat itu pernah kukunjungi sebelumnya,” Kataku. Vassal weapon cermin dapat dengan bebas pergi ke mana saja menggunakan media cermin. Dan senjata ini memiliki beberapa pilihan berbagai kemampuan yang serupa. Cermin adalah senjata yang cukup mumpuni dalam hal kemampuan bergerak. Sifatnya sama seperti vassal weapon kapal, ia memiliki kemampuan seperti Portal Shield dan Scroll of Return. Untuk mengatakan “aku pernah kesana sebelumnya” mungkin sulit, karena aku hanya mampir sebentar dengan kapal Ethnobalt. Tapi aku yakin itu akan berhasil. “Jadi kita tidak perlu khawatir tentang kapan harus bergerak,” Lanjutku. Kita hanya perlu mencari tahu siapa saja yang akan ikut.

“Monster akan muncul di area labirin, jadi kita perlu orang yang dapat bertarung,” Tambah Ethnobalt.

“Aku,” S’yne segera mengangkat tangannya. “Di dungeon spesial—“

“Nona S’yne sedang menjelaskan bahwa dia memiliki skill yang tepat untuk digunakan pada Labirin yang dalam,” Familiarnya menerjemahkan. Tetapi terdengar tidak konsisten bagiku. Aku tidak bisa mengkategorikan dungeon dan labirin ke dalam kategori yang sama. Tentunya “Dalam” berarti labirin yang secara khusus menurun ke bawah terus menerus.

“Kau tidak mengatakan apapun ketika kita berada di labirin bawah kota tempat para pemegang vassal weapon itu berada,” Kataku sedikit sinis.

“Di labirin itu—“ Kata S’yne.

“Nona S’yne berkata bahwa tempat itu terasa berbeda dari tempat dimana kemampuannya dapat diaktifkan,” Jelas Familiarnya. Aku bertanya-tanya sejenak apakah aku bisa mendapatkan “perasaan” itu jika aku berlatih lebih keras.

“Memang benar Labirin bawah tanah dan Labirin Perpustakaan Kuno memiliki struktur yang mirip, tetapi aturan yang berlaku disana sedikit berbeda. Dari segi kedalaman... Menurutku, Labirin Perpustakaan Kuno lebih dalam,” Kata Ethnobalt. Berdasarkan pengalamanku sendiri di Labirin Tanpa Akhir, ada aturan yang berbeda disana, seperti pembatasan skill teleportasi.

“Jadi, apa ‘skill sempurna’ yang bisa kau akses?” Tanyaku. Sebagai tanggapan, S’yne mengubah vassal weaponnya menjadi bola benang.

“Skill Labirin, Ariadne’s Thread—“ Jawabnya.

“Menggunakan skill ini akan otomatis memetakan area yang sedang dieksplorasi. Jika dungeon memiliki aturan yang dapat menganggu teleportasi, skill itu dapat mengabaikannya dan langsung membawamu keluar,” Kata Familiarnya. Skill itu terdengar sangat cocok. Jenis Skill Return yang standar yang selalu muncul dalam game RPG.

“Tapi S’yne, bukankah memindahkan banyak orang itu sulit untukmu?” Tanyaku. Aku ingat ketika dia menggunakan skill itu untuk melompat ke suatu titik dan dia berkata berbahaya untuk membawa banyak orang bersamanya.

“Skill itu akan baik-baik saja—“ Kata S’yne.

“Skill ini murni untuk melarikan diri, jadi bebannya sama saat berteleportasi sendiri,” Familiarnya menjelaskan untuknya.

“Aku harus mengatakan ini... Vassal weapon dari dunia lain memiliki kekuatan yang luar biasa,” Kata Ethnobalt terkesan. Melihat dia telah lahir disana, dia mungkin terkesan tentang menghindari aturan bangunan tersebut yang telah dia hadapi sepanjang hidupnya.

Tetap saja, Ariadne’s Thread... Skill itu terkenal di duniaku sebagai cara yang digunakan untuk melarikan diri dari labirin Minotaur.

“Jadi, kau bahkan akan baik-baik saja jika kau dilemparkan ke Labirin Tanpa Akhir Sy’ne,” Kataku.

“Ya,” Jawabnya. Skill itu sangat cocok. Jika kami membawa Sy’ne saat itu, kami tidak perlu menggunakan bioplant.

“Itu akan membuat S’yne sebagai pelengkap. Bersama Raphtalia dan Ethnobalt... Glass, bagaimana dengamu?” Aku bertanya padanya. “Apa kau ingin tetap disini dan mengawasi Kizuna?” Glass menatap ke arah kamar Kizuna sejenak kemudian menatapku.

“Tidak. Aku harus memprioritaskan menemukan cara menyembuhkannya,” Jawabnya.

“Pen!” Timpal Chris, bergerak menuju Itsuki dan menunjukkan niat untuk membantunya melawan kutukan. Dia adalah seorang Shikigami, jadi dia cukup tahan terhadap situasi seperti ini. Jadi Glass akan meninggalkan Kizuna dengan Chris dan datang membantu mencari solusinya.

“Oke, tidak maslah bagiku,” Kataku. Ada lagi? Aku cukup yakin paus pembunuh bersaudara akan ikut—dan beberapa saat kemudian, mereka mengangkat tangan.

“Kami disini, Naofumi kecil. Kami tidak ingin melewatkan kesenangannya!” Kata Sadeena.

“Tambahkan satu lagi!” Tambah Shildina. Aku tidak melihat masalah besar jika membawa mereka berdua bersama kami.

“Bagaimana dengamu L’Arc?” Tanyaku.

“Aku senang dapat ikut bersamamu, tetapi akan segera terjadi gelombang di negara tetangga, jadi aku harus ikut serta dengan dewan strategi mereka,” Katanya. Tentu saja, dengan hilangnya banyak pengguna senjata suci, frekuensi gelombang benar-benar meningkat. Banyak negara yang berkoordinasi dengan Kizuna dan sekutunya telah terbantu dengan kedatangan kami baru-baru ini dan sekarang menangani gelombang adalah hal yang serius. Ikut sertanya L’Arc di beberapa pertemuan dewan adalah hal yang sangat wajar—dan itu hal yang bagus.

“Apakah ada kemungkinan itu merupakan jebakan?” Tanyaku memastikan.

“Itu kekhawatiran terbesarku, tetapi aku tidak bisa selalu mundur dan mengandalkanmu saat terjadi sesuatu bukan, Bocah?” Jawab L’Arc. Poin yang bagus.

“Kekuatan dari aksesoris ini yang telah kau berikan padaku, Master Craftsman, akan memungkinkan untuk mengatasi bahaya yang mungkin akan kami hadapi,” Jawab Therese. Aku memutuskan membiarkannya.

S’yne memutuskan memasukkan jarum kecil ke lengan L’Arc. Dia bisa menggunakan jarum itu untuk bergerak atau memata-matai pergerakan di sekitarnya.

“Jika jarum ini rusak—“ Katanya.

“Nona S’yne mengatakan jika jarum ini rusak atau terjadi sesuatu, dia akan segera memberitahumu Master Iwatani,” Jelas familiarnya.

“Kedengarannya ide bagus. Jika kau bisa mengadakan pertemuan dewanmu di temmpat yang aku kunjungi sebelumnya, itu akan berguna juga, “ Saranku.

“Tentu. Kami berniat untuk mengadakannya di tempat yang pernah Kyo kendalikan,” Jawab L’Arc. Aku langsung tahu tempat yang dia bicarakan. Ketika aku disini sebelumnya, aku mampir kesana dengan kapal Ethnobalt tepat sebelum keberangkatanku. Aku seharusnya bisa kesana hanya dengan menggunakan Return Dragon Vein.

“Baiklah kalau begitu. Mari kita pergi,” Kataku pada mereka.

“Tentu!” L’Arc terlihat penuh semangat karena suatu alasan. Jadi Raphtalia, Raph-chan, Glass, Ethnobalt, S’yne, Sadeena, Shildina, dan aku langsung menuju Labirin Perpustakaan Kuno.




TL: Hantu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar