Volume 18
Chapter 3 – Ketekunan Seorang Pemancing Bodoh
Setelah keluar dari Labirin Pepustakaan Kuno, kami segera kembali. Saat kami melakukannya, Ethnobalt membaca lebih banyak dari materi yang kami telah temukan.
“Kelihatannya isi botol itu dapat menghilangkan kekuatan tidak sah yang ditempatkan pada senjata suci atau vassal weapon,” Katanya kepada kami.
<TLN: Maksud tidak sah ini adalah bahwa kekuatan itu bukan berasal dari dalam Holy weapon ataupun Vassal weapon contohnya seperti dikutuk>
“Benarkah? Apakah menurutmu kutukan malas itu tidak sah?” Tanyaku. Bukannya berasal dari senjata, amarah merupakan masalah yang berasal dari hatiku sendiri. Jika kebencian yang meluap dari dalam diriku dan kemudian diserap oleh perisai kemudian dinyatakan sebagai “kekuatan tidak sah”, maka isi botol itu mungkin bisa menghilangkannya. Disisi lain, jika tidak mampu menghilangkan kutukan kemalasan, itu berarti kutukan seperti amarah dan kemalasan merupakan salah satu fungsi dari senjata legendaris.
“Aku mengerti bahwa sulit untuk menunjukkannya disini. Kita hanya bisa mencobanya,” Kata Ethnobalt.
“Memang,” Kataku. Jika itu memang efektif, kami mungkin juga dapat menggunakannya untuk menyembuhkan kutukan. Kami berbicara tentang botol kecil yang sangat tebal sehingga tidak dapat dinilai dengan benar, itu juga menujukkan bahwa kami mungkin tidak bisa menirunya. Aku sendiri telah belajar banyak sekali ramuan dan obat-obatan, tetapi aku tidak tahu apa isi botol kecil itu. Bisa jadi semacam obat atau sejenis racun. Cairan itu terlihat seperti darah tetapi juga sejenis cairan kental. Apapun itu, pasti bukan sesuatu yang normal. Kekentalannya saja membuat Shildina ingin muntah. Aku harus meragukan apakah hal itu akan berpengaruh pada Kizuna—tapi hal itu tertulis di dalam teks yang kami ambil, jadi kita harus mencobanya.
Kami kembali ke tempat dimana Itsuki dan Filo menahan kutukan.
“Selamat datang kembali Naofumi. Sepertinya kau telah menemukan apa yang kau cari,” Kata Itsuki.
“Master! Selamat datang kembali,” Kata Filo antusias.
“Terima kasih. Kami semua kembali dengan selamat. Kami menemukan beberapa benda lain, tetapi kita harus menyembuhkan Kizuna terlebih dahulu,” Kataku. Aku masih ragu untuk memberikan sesuatu kepada pasien yang kami bahkan tidak yakin akan berhasil, tetapi kami harus mencobanya.
“Ini Glass.” Ethnobalt memberikan botol itu padanya. “Cukup berikan ke alat berburu Kizuna dan itu akan bereaksi. Pergilah.”
“Baiklah,” Kata Glass.
“Aku akan bermain musik untuk meningkatkan ketahananmu terhadap kutukan,” Kata Itsuki.
“Dan aku akan bernyanyi juga!” Kata Filo. Lalu keduanya mulai bermain musik. Mereka saling melengkapi dengan baik. Itsuki mengeluarkan kekuatan dari Vassal Weapon tipe alat musik, itu membuat Itsuki terdengar memainkan beberapa alat musik sekaligus, dan Filo terdengar dia seperti memproyeksikan beberapa suara sekaligus—aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya.
“Kurasa Itsuki menggunakan sihir untuk menciptakan efek tersebut, tetapi bagaimana Filo membuat beberapa suara seperti itu?” Tanyaku.
“Ras dari ‘Humming Fairy’ yang lebih tinggi memiliki banyak pita suara. Jadi mereka dapat membuat lebih dari satu suara sekaligus,” Jelas Glass. Kedengarannya sangat menakutkan.
<EDN: Peri senandung bakal diganti jadi humming fairy, karena, uhm terdengar aneh. awwk>
“Jika dia bisa membuat suara-suara tersebut, pasti dia dapat menggunakan sihir tanpa bantuanku,” Keluh Shildina.
“Katakan padaku Shildina kecil, apakah kau hanya menggunakan suaramu untuk melantunkan sihir?” Tanya Sadeena. Shildina berpikir sejenak dan kemudian menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Aku membagi jiwaku menjadi dua dan masing-masing melantunkan setengah dari mantranya. Aku menggunakannya untuk memicu sihir pertama kemudian melantunkan mantra lagi,” Jelasnya. Penjelasannya terdengar rumit bagiku. Bahkan jika dia benar-benar bodoh, aku yakin aku tidak akan pernah bisa menirunya.
“Bagaimanapun juga, itu adalah kesimpulannya. Walaupun Filo bisa melakukannya di dunia ini, itu bukan hal yang dapat dilakukan oleh seorang Filolial,” kataku. Dia kelihatannya dapat menggunakan sihir pertunjukan yang dia pelajari disini ketika dia pulang, tetapi kualitasnya sangat berbeda dengannya. Dia hanya bisa malakukan hal-hal yang mudah.
Saat kami mengobrol, sihir dukungan diberikan kepada Glass dan dia mendapat ketahanan ekstra terhadap kutukan. Sepertinya Chris juga memberikan kekuatannya, memberikan perlindungan lebih untuk Glass.
“Kizuna aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang,” Kata Glass, tekad terdengar dari suaranya. Dia lalu memberikan beberapa tetes cairan dari botol itu diatas senjata terkutuk milik Kizuna yang sedang terbaring. Isi botol yang terjatuh ke Senjata terkutuk dengan cepat diserap kedalamnya sebagai bahan. Segera setelahnya, aksesori yang dipasang pada senjata Kizuna pecah dengan suara yang keras dan kemudian tersebar menjadi debu.
“Wow,” Kataku. Tampaknya berhasil.
“Kizuna! Cepat ganti senjata terkutuk itu!” Seru Glass kepada Kizuna yang masih lesu.
“Apa? Merepotkan sekali...” Kata Kizuna. Dia terdengar sangat tidak tertarik lalu tertidur tepat di tempat dia berbaring. Dia merubah kemalasan menjadi sebuah seni. Mungkin, aku bukan orang yang pantas untuk mengatakannya, tapi jika ini adalah efek dari kutukan kemalasan, maka itu memang menakutkan.
“Bahkan melepaskan kunci yang menyegel senjatanya belum tentu memulihkan kutukannya... Ini masalah serius. Mungkin kutukan tersebut bukanlah kekuatan ‘tidak sah’ sepenuhnya,” Kataku. Aksesori itu memanglah kekuatan ‘tidak sah’, namun tidak dengan senjatanya. Kelihatannya begitu.
“Aku pikir menghancurkan aksesori akan dapat menyadarkannya kembali...” Gumam Raphtalia. Yang lain mengangguk setuju.
“Kizuna! Kau tidak bisa begini selamanya! Ayolah! Bangun!” Tidak tahan dengan situasi ini, Glass mulai memarahi Kizuna.
“Kau tidak bisa terus datang kepadaku setiap ada masalah kecil...” Gumam Kizuna, kembali mendengkur. Itu sepertinya membuat Glass membeku di tempat, tetapi aku tidak tahu kenapa. Apakah dia benar-benar bergantung pada Kizuna? Menurut sudut pandangku, Kizuna sepertinya hanya bersenang-senang melakukan apapun yang dia suka.
“Tuan Naofumi, jika kau dipengaruhi kutukan ini, dan mengatakan hal yang sama padaku... Aku mungkin tidak bisa membalasnya juga,” Raphtalia mengaku.
“Aku pikir kau akan dapat menangani dirimu dengan cukup baik dalam situasi seperti ini,” Balasku. Jika aku memang berakhir seperti ini, dirusak oleh kutukan dan lepas kendali, aku yakin Raphtalia akan menghentikanku—dan dia dapat melakukannya dengan paksa jika perlu. Sebenarnya dia cukup berotot.
Aku mungkin harus lebih berhati-hati dengannya.
“Ren pernah mengatakannya bukan, Naofumi? Kau bekerja keras seperti budak untuk semua orang di desa,” Kata Itsuki.
“Itsuki, tidak perlu membicarakannya sekarang,” Kataku. Aku bukan budak! Itu adalah satu hal yang paling menjijikkan yang pernah Ren katakan padaku, sesuatu yang harus ia tebus selama sisa hidupnya.
“Kizuna! Jika kau berpikir aku terlalu bergantung padamu, setidaknya buktikan dirimu layak diandalkan terlebih dahulu! Seperti Naofumi!” Glass sepertinya telah memutuskan bahwa satu-satunya cara menggoyahkan logika Kizuna adalah dengan menyeret namaku kedalamnya. Aku penasaran mengapa harus selalu berhubungan denganku.
“Ara-ara,” Kata Sadeena terkekeh.
“Ara,” Tambah Shildina. Aku juga tidak butuh ejekan dari Paus Pembunuh Bersaudara!
“Tampaknya itu adalah hal tersulit untuk didengar oleh Tuan Naofumi—“ Kata Raphtalia.
“Raphtalia, bisakah kita berhenti membicarakannya? Jika tidak, aku akan menghabiskan seluruh waktuku besok untuk membelai Raph-chan,” Ancamku.
“Raph?” Tanya Raph-chan. Itu berhasil, karena Raphtalia mangangguk dan terdiam. Serius... Lagipula, terkadang aku juga bisa bermalas-malasan.
“Aku sendiri ragu,” Sekarang Familiar S’yne yang menyuarakan opini tentang aku bekerja terlalu keras. Aku beristirahat—aku melakukannya—kapanpun aku membutuhkannya. Bahkan aku merasa kesal karena harus melakukan sesuatu lebih sering, daripada tidak.
Sementara itu, tidak ada tanda-tanda Kizuna yang tertidur mengganti senjata terkutuknya. Nyatanya, alat pancingnya terlihat lebih gelap daripada saat aku pertama kali melihatnya.
“Sepertinya dia semakin malas... Sepertinya kemalasannya meningkat,” Kataku, tidak yakin istilah yang benar dalam kasus seperti itu. Sepertinya semakin lama dia tidak melakukan apa-apa, semakin intens kondisinya. Aku mulai merasa bahwa, diantara tujuh dosa mematikan, kemalasan mungkin salah satu yang dapat menyebabkan gangguan terbesar bagi orang lain setelah menjadi senjata. Itu hanya memperkuat Kizuna dengan tidak melakukan apa-apa dan menyebarkan kutukannya.
<TLN: Cocok mungkin untuk kaum rebahan XD *Cuma bercanda>
“Kurasa sisi positifnya sekarang adalah dia tidak memiliki energi untuk menggunakan skill kutukan... tetapi jika mereka aktif secara otomatis, akan sulit menyadarkannya,” Renungku. Level Kizuna telah berkurang, jadi jika kutukan ini membuatnya membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih, kita benar-benar akan kehabisan akal.
“Kizuna! Tolong ganti senjatamu! Kalau tidak, aku akan benar-benar marah!” Ancam Glass.
“Sungguh menyebalkan... Ah, tidur memang menyenangkan... Bekerja hanya untuk para pecundang! Hidup NEET selamanya!” Kata Kizuna dengan nada malas.
“Mengapa bekerja berarti kau pecundang? Kalah dari apa tepatnya? Apa yang kau lawan?!” Tanya Glass.
“Dunia yang berbeda, omong kosong yang sama,” Gumamku. Kelihatannya jepang milik Kizuna sendiri bermasalah dengan para NEET.
“Naofumi, apakah kau tahu apa yang Kizuna lawan?” Tanya Glass padaku.
“Orang-orang yang mengatakan hal seperti itu di tempat asalku berarti mereka melawan masyarakat,” Kataku.
“Apa artinya ‘neat’? Seseorang yang sangat rapi?”Tanyanya.
<TLN: Neat itu rapi, karena Glass salah pengucapan... biarkan saja begini>
“Awalnya istilah itu digunakan untuk orang muda yang ‘tidak mengenyam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan,’ tetapi dari cara Kizuna menggunakannya, istilah itu hanya berarti sebagai ‘gelandangan pemalas,’” Jelasku, sambil menggelengkan kepalaku, menyesal kenapa aku harus menjelaskan hal ini, di dunia lain. Itu tidak bisa dihindari karena setelah lulus, aku menjadi salah satunya.
“’Kehidupan bermalas-malasan untuk selamanya,’ itu yang dia katakan?” Tegas Glass.
“Dia benar-benar mengalami kemalasan total. Aku mulai takut bahwa aku akan memicu kutukan yang sama,” Jawabku. Keseluruhan kejadian “berteleportasi ke dunia lain” itu pasti sesuatu yang diimpikan oleh anak muda yang tidak ingin bekerja. Setelah itu telah terjadi padaku, aku sadar bahwa aku memiliki banyak hal yang harus kuperbaiki. Saat ini ada juga orang yang kelelahan karena pekerjaan yang iri dengan kehidupan seorang NEET.
“Kau terlihat sedikit kesal karena harus menjelas... Baiklah, Tuan Naofumi lakukan sesuatu,” Kata Raphtalia.
“Aku akan melakukan yang terbaik agar tidak berakhir seperti dia,” Janjiku. “Seperti memasak, hal-hal seperti itu.”
“Kau bisa bermalas-malasan saat memasak jika kau mau,” Kata Glass, sekali lagi membahas tentang memasak. Lalu, apa yang harus aku lakukan?
“Ah... Aku bahkan terlalu malas untuk bernafas... Seseorang... Bisakah bernafas untukku?” Tanya Kizuna. Ini mungkin masalah yang mematikan. Aksesoris terkutuk telah dilepas, namun dia masih bermalas-malasan. Kelihatannya cukup sulit untuk menyelamatkannya dari ini.
“Ethnobalt, kau punya ide?” Tanyaku. Buku yang kami temukan memiliki informasi untuk mematahkan kutukan.
“Yah... Dikatakan bahwa sikap mental yang rajin diperlukan untuk mematahkan kutukan kemalasan,” Lapornya.
“Rajin yah?” Jawabku. Untuk mematahkan kutukan amarah, aku membutuhkan kasih sayang dari Atla, tetapi itu tidak terdengar seperti apa yang terjadi disini. Kembali ke topik, masalahnya adalah Kizuna tidak menunjukkan sedikitpun sikap rajin saat ini.
“Apakah kau pernah mendengar tentang ‘Seven Great Virtues’ (Tujuh Kebajikan Besar), yang dimaksudkan sebagai lawan dari ‘Seven Deadly Sins’ (Tujuh Dosa Mematikan)?” Tanya Itsuki. “Ada beberapa perdebatan tentang isinya.”
“Ya, aku pernah mendengar konsepnya. Tapi aku tidak ingat semuanya dengan jelas,” Jawabku. ‘Seven Deadly Sins’ berawal dari ‘Evil Eight Thought’ (Delapan Pikiran Jahat). Hanya ada sedikit bukti bahwa Tujuh Kebajikan Besar dapat secara langsung melawan Tujuh Dosa Mematikan —mereka bahkan tidak berlawanan. Itu bergantung pada persepsi senjata tersebut. “Karena itu, kita tidak memiliki banyak pilihan sekarang. Ethnobalt, apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkan kemalasan?”
“Disini juga tertulis bahwa harapan dan keberanian memiliki kekuatan untuk menghilangkan kemalasan,” Katanya.
“Astaga... itu hal menjijikkan,” Gumamku.
“Aku tidak berpikir kau harus mengabaikan ide itu begitu saja Tuan Naofumi,” Tegur Raphtalia. Aku tahu dari mana asalnya, tetapi terdengar sangat bodoh.
“Jadi ketekunan milik Kizuna sendiri, dikombinasikan dengan harapan dan keberanian... Pada dasarnya, sepertinya ia hanya butuh motivasi,” Aku membuat analisis.
“Aku tidak bahwa itu harus dikombinasikan...” Respon Raphtalia.
“Kemalasan—keinginan untuk tidak melakukan apa-apa—lawannya adalah motivasi bukan?” Balasku.
“Kau mungkin benar… Tapi itu masih belum memberi kita ide apa yang harus kita lakukan,” Keluh Raphtalia. Sementara itu, Glass tampak sedang memeriksa sesuatu dalam statusnya.
“Naofumi,” Akhirnya dia bicara, “Sepertinya ada permen—rainbow candy namanya—yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi.”
“Kau ingin aku membuatnya? Apakah kita punya bahan-bahannya?” Tanyaku.
“Hmmm, sepertinya itu menggunakan beberapa bahan langka,” Jawab Glass. Bahkan jika kami memiliki resepnya, itu artinya kita harus melakukan perburuan bahan langka lainnya. Saat kami melakukan itu, Kizuna jelas akan bertambah parah. Dia adalah Pahlawan Berburu dan memiliki cukup banyak senjata, tapi yang saat ini digunakan adalah pancingan.
Lalu aku sadar.
“Glass, mengingat sudah berapa lama kau mengenal Kizuna, bukankah kau seharusnya menyadarinya?” Tanyaku.
“Apa yang harus aku lakukan?” Jawabnya.
“Aku punya ide. Mari kita coba. Daripada berdiam diri seperti ini, kita harus mulai membuat Kizuna termotivasi,” Kataku. Lalu aku berbalik dan melihat Paus Pembunuh Bersaudara.
“Ara-ara!”
“Ara!”
“Apakah ini akan bekerja?” Tanyanya.
“Itu tergantung Kizuna sendiri,” Jawabku. Aku telah menggendongnya di punggungku dari kastil hingga pelabuhan kota terdekat. Lalu kami naik kapal L’Arc dan berangkat. “Jika tidak berhasil, kita akan memikirkan cara lain,” Kataku. Kizuna sendiri, dia benar-benar masih tidak berdaya. Aku meminta Itsuki, Filo, dan Raph-chan untuk meningkatkan perlindungan kutukan untukku dan kemudian memegang tangan Kizuna. Lalu aku memaksanya untuk mengayunkan lengannya, mengirim kail pancing di ujung pancingannya ke laut, dimana kail itu tercebur ke air, lebih terlihat seperti sebuah serangan daripada sekedar melempar umpan pancing. Setelah beberapa saat, tali pancing itu terus menyelam ke dalam air dan reel mulai berputar dengan kecepatan tinggi.
“Bagus! Kau mendapatkannya! Paus Pembunuh Bersaudara!” Aku berteriak. Ini adalah keseluruhan rencanaku: membawa Kizuna ke laut lalu memotivasinya dengan mengajaknya memancing yang sangat ia sukai. Namun, kupikir beberapa ikan yang lemah tidak akan memotivasinya untuk melakukan apapun. Lalu, bagaimana dengan ikan yang kuat... Yah, yang kumaksud makhluk laut yang menarik senar langsung ke dasar laut? Saat itulah aku meminta bantuan dari paus pembunuh bersaudara, Sadeena dan Shildina. Sejauh ini mereka adalah perenang terbaik yang kami miliki. Itsuki telah memberikan sihir pendukung pada mereka, dan mereka telah meningkatkan level mereka secara signifikan semenjak datang ke dunia ini. Mereka bisa dengan mudah memainkan peran sebagai monster ikan, menarik kail lebih keras daripada penghuni perairan yang malas ini.
Aku mempertaruhkan seluruh percobaan ini pada kecintaan Kizuna pada memancing.
Dengan suara berputar, senar pancing Kizuna ditarik kencang dari reel. Aku menyentuh reel tersebut dan menghentikan senar untuk sesaat, dan pancingannya tertarik begitu kuat sehingga kapal kami condong ke samping.
“Kizuna. Apakah kau benar-benar suka memancing? Bagiku tidak terlihat seperti itu,” Aku mengejeknya, bahkan saat dia membuat suara yang lesu lagi.
“Tuan Naofumi, kapalnya akan terbalik! Apa kau yakin akan hal ini?!” Tanya Raphtalia.
“Katakan bahwa kau benar-benar yakin! Ini bukan kapal Ethnobalt!” Tambah Glass.
“Fehhh?!” teriak Rishia.
“Jangan khawatir Rishia. Kalaupun kita tenggelam, aku akan memainkan sebuah lagu ang dapat membuat kita mengambang,” Kata Itsuki meyakinkan. Aku ingin tahu dari mana ia mengetahuinya. Dia menjadi ahli sihir.
“Raph!” Seru Raph-chan.
“Apakah kita akan menyanyikan lagu tenggelam? Mel-chan bercerita tentang monster bernama Siren yang menyanyikan lagu dan menenggelamkan kapal,” Kata Filo. Sepertinya aku ingat topik ini muncul saat berada di Cal Mira dulu. Aku perlu mengingatkan Filo untuk memilih tempat saat ingin mulai bernyanyi, jika tidak, dia mungkin akan disangka sebagai seorang Siren atau Nereid.
<TLN: Siren dan Nereid adalah mahkluk mitologi yunani. Bedanya jika Siren membuai para pelaut dengan lagunya agar kapal rusak atau tenggelam. Sedangkan Nereid itu kebalikannya, dia membantu para pelaut saat terjadi badai>
“Jika kau ngin memancing—“ Kata S’yne.
“Nona S’yne merekomendasikan menggunakan jaring ikan,” Lapor Familiarnya. “Dia mengatakan menggunakan pancingan tidak efisien.” Aku menggelengkan kepala. Sekarang bukan waktunya berkomentar seperti itu! Namun, komentar itu membuat Kizuna bergerak. Mungkin INI benar-benar berhasil!
Diseret oleh paus pembunuh bersaudara, kapal mulai bergerak. Kizuna tetap belum menunjukkan tanda-tanda melakukan tindakan apapun. Serius, rasanya kutukan itu akan berpindah padaku dalam sekejap. Meskipun senjataku telah berubah menjadi cermin, Shield of Compassion seharusnya masih memberikan perlindungan pada kutukan... Tapi kurasa aku tak punya pilihan.
“Hanya segini semangat memancingmu? Aku muak,” Kataku, meningkatkan intensitas ejekanku. Kizuna mengejang sedikit, seolah-olah dia terkejut. Tapi mungkin hanya perasaanku saja. Pancingan di tangannya bengkok dan bergetar secara tidak wajar. Itu mulai terlihat seperti semua ini hanya berfungsi untuk meningkatkan rasa malasnya. Senjata yang menjadi lebih kuat dengan cara tidak melakukan apa-apa benar-benar menyebalkan.
Bentuk pancingan tersebut sendiri tidak berubah. Namun, kenapa bergetar begitu kuat? Aura aneh yang keluar dari Kizuna... Tiba-tiba mulai menyebar, mulai dari sekitar dadanya. Kemudian mata Kizuna terbuka lebar dan dia berdiri menghantamkan kaki di dek kapal.
Hal yang keluar dari mulutnya berikutnya adalah raungan yang berapi-api.
Dia melepaskan peganganku, meletakkan satu kaki di pinggir pagar kapal, mendengus dengan tegas, dan mulai menggulung senar seperti orang gila.
“Aku tidak pernah merasakan tarikan seperti ini sebelumnya dalam hidupku! Perasaan ini... Kekuatan ini! Aku tidak bisa membiarkan ini lolos!” Teriak Kizuna.
“Kizuna! Kau mendapatkan motivasimu kembali!” Seru Glass, eksperinya langsung berubah cerah.
“Aku tidak percaya ini berhasil,” Kata Raphtalia menggelengkan kepalanya.
“Fehhhhh!” Teriak Rishia, sementara Itsuki mulai memainkan musik dengan tempo tinggi untuk menyesuaikan suasana. Rasanya semua ini akhirnya berhasil!
“Kibarkan bendera pancing!” Filo mulai bernyanyi, mencampur beberapa lirik aneh dengan suara ritmis. “Kami adalah master memancing sejati!” Kuharap itu bukan salah satu lagu tenggelam yang dia bicarakan. Saat aku memiringkan kepalaku kebingungan, Filo menjelaskannya sambil bernyanyi.
“Aku mendengar beberapa orang menyanyikan ini di sebuah bar di Q’ten Lo. Aku juga akan menyanyikan sesuatu yang kudengar di desa,” Jelasnya. Memancing adalah bisnis yang cukup besar di Q’ten Lo. Masuk akal jika ada beberapa nelayan di bar sana. Sadeena dan Shildina juga suka memancing. Desa Lurolona yang aku pulihkan juga dulunya adalah desa para nelayan, jadi aku rasa mereka akan memiliki beberapa lagu tentang memancing.
Itsuki dan Filo memberikan lebih banyak musik di latar belakang saat Kizuna dengan putus asa melanjutkan pertarungan memancingnya. Namun, Sadeena dan Shildina tampaknya tidak ingin menyerah dan tertangkap begitu saja. Mereka mulai bergerak ke kiri dan ke kanan dengan kecepatan yang luar biasa. Pancingan Kizuna semakin bengkok. Cahaya sihir mulai bersinar di bawah ombak. Glass telah memberitahu kami bahwa Kizuna terkadang memancing monster tipe ikan, menyebabkan monster itu melakukan serangan balik menggunakan sihir untuk menghindari ditangkap. Sepertinya Sadeena dan Shildina telah memutuskan untuk menciptakan situasi tersebut. Sihir itu berasal dari sebuah Ofuda.
“Pancingan ini sulit digunakan!” Keluh Kizuna, mengerang dan menggeram. “Reelnya sangat kaku! Dan tubuhku rasanya sangat berat! Menyerah? Tidak akan! Ada ikan yang harus kutangkap di bawah sana!” Rasa frustasinya mencapai puncak… dan seolah-olah dia sedang melawan rasa malas yang merasukinya, pancingannya mulai berubah bentuk.
“Kizuna!” Seru Glass. Ekspresinya bersinar seperti lilin saat Kizuna mengganti senjatanya sepenuhnya dari Sloth Rod. Kizuna meraung lebih keras dari yang kukira mampu dilakukan oleh tubuh mungilnya.
“Aku menangkap ikan ini!” Dengan energi yang mengalir dari seluruh tubuhnya, dia mengeluarkan sebuah skill. Bentuk Therianthrope Sadeena dan Shildina ditarik keluar dari laut dan terbang di udara.
“Ara-ara!”
“Ara!” Aku mendengar mereka berseru. Kemudian mereka mendarat di dek kapal. Mereka memulihkan posisi mereka di udara dan mendarat dengan selamat. Tidak ada yang meragukan kekuatan mereka.
“Benar-benar pemandangan yang sulit dipercaya,” Kata Raphtalia sambil menyipitkan mata dan menggelengkan kepalanya.
“Raph,” Raph-chan setuju.
“Ini lebih dari yang kuharapkan dari Kizuna,” Kata Ethnobalt tersenyum kecut.
“Bagus! Itu nyaris saja! Aku berhasil menangkapnya...” Kata Kizuna sambil melakukan pose kemenangan dan kemudian melihat paus pembunuh bersaudara. “Mereka? Aku menangkap mereka? Dan siapa mereka?” Kemudian dia melihat sekeliling, melihat semua orang yang berada di atas kapal. “Hah? Naofumi, apa yang kau lakukan disini?” Sepertinya dia akhirnya memahami situasinya, setidaknya sampai batas tertentu.
“Senang bertemu denganmu lagi... Kurasa aku harus mengatakannya. Aku berbicara denganmu setelah kami menyembuhkanmu dari efek membatu,” Kataku padanya.
“Aku ingat sekarang... Orang yang mengambil sabit L’Arc menipuku dan aku ditangkap... Kemudian mereka memasang beberapa aksesori aneh pada alat berburuku...” Gumamnya. Sepertinya dia tidak bisa mengingatnya sepenuhnya.
“Hal pertama yang harus dilakukan, mari kita catatkan hasil memancing kali ini! Glass! Aku mendapatkan dua ikan besar hari ini!” Kata Kizuna dengan antusias. Semangat memancingnya, yang bahkan tidak dapat dipadamkan oleh rasa malas, dengan cepat meredakan ketegangan diantara semua orang di atas dek kapal. Glass dengan cepat berubah dari ekspresi senang menjadi hinaan, bergabung dengan Raphtalia.
“Apakah semua orang yang berasal dari ‘Jepang’ memiliki masalah pada kepala mereka?” Tanya Glass.
“Tuan Naofumi jelas begitu,” Kata Raphtalia. Kejamnya! Tidak mungkin aku berada di level yang sama dengan pemancing bodoh ini!
“Astaga. Dia ingin mencatatkan rekor menggunakan tubuh kita,” Kata Sadeena.
“Baguslah. Aku punya ukuran tubuh yang melebihimu Sadeena,” Kata Shildina.
“Astaga! Kau benar-benar berpikir kau bisa mengalahkanku Shildina kecil?” Ejek Sadeena.
“Berhentilah memamerkan dada kalian,” Kataku pada mereka. “Apa sebenarnya yang ingin kalian catatkan pada rekor?”
<EDN: Ehm, agak susah menjelaskannya dalam istilah indonesia, tapi biasanya sebagai kenang-kenangan, para pemancing akan menempelkan ikan hasil tangkapan mereka pada selembar kain / kertas sebagai bukti rekor pencapaian mereka. Dan inilah yang sedang naofumi dkk bahas.>
“Hmmm... ini terasa aneh. Sepertinya aku telah ditipu,” Kata Kizuna. Paus pembunuh bersaudara masih terus bercanda, yang berarti Kizuna menyerah untuk mencatatkan rekornya hari ini. Chris yang telah mendukung kedua paus pembunuh bersaudara, muncul dari dalam air sambil mengeluarkan suara dan berpose di pinggir kapal, merayakan keberhasilan misi kali ini.
“Aku juga ingat seseorang menyarankan agar kita menggunakan jaring! Aku tidak akan pernah mengizinkan itu!” Kizuna mendidih.
“Aku yakin kau juga tidak akan mengizinkan kami memancing dengan tombak, kan?” Kata Sadeena.
“Tentu saja tidak! Memancing adalah tentang pancingan dan ikan, itu saja! Pertempuran satu lawan satu!” Kata Kizuna.
“Ya, ya, terserah.” Aku tidak peduli tentang semua itu. Yang terpenting adalah bahwa Kizuna telah lepas dari cengkeraman Sloth Rod dan kembali normal.
0 komentar:
Posting Komentar