Sabtu, 28 Agustus 2021

Maou-sama, Retry! Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 62. Cahaya Putih

 Chapter 62. Cahaya Putih



Rombongan Maou keluar dari dungeon dan langsung berangkat menuju guild, dan setelah menerima upahnya, mereka membayarkan pajak mereka.

Itu benar-benar pembayaran pajak secara langsung.

Itu mungkin agar tidak adanya penghindar pajak. Dan kenyatannya, disana terdapat penjaga yang mengawasi langsung setelah keluar dari dungeon dan mereka memandu-mu ke guild.

(Kita mendapatkan upahnya dalam jumlah penuh ya…) (Maou)

Maou memperhatikan secara seksama terhadap upah dari jarahan dan membandingkannya dengan yang Yukikaze katakan kepadanya, tetapi ternyata mereka membelinya dengan harga penuh. Alasannya adalah karena hanya ada sedikit goresan pada item jarahan tersebut, kemungkinan besar karena mereka mengolahnya dengan baik.

Tentu saja, jika mereka pemula, maka tidak akan terjadi hal yang sama.

Sebelum mereka mengalahkan monsternya, kemungkinan bulunya sudah rusak terlebih dahulu, dan dagingnya akan penuh dengan kerusakan. Tidak akan aneh jika melihat pengurangan 30% atau lebih terhadap upah jika kemampuan pengolahannya buruk.

Meninggalkan guild, Maou bertanya pada Yukikaze.

“Tidak hanya keadaan monsternya yang berpengaruh terhadap upah, tetapi juga keahlian pengolahnya, ya.” (Maou)

“…Ya, itu benar. Mikan sangatlah hebat.” (Yukikaze)

“Daripada itu, bagaimana dengan pembagiannya. Kali ini kita tidak merencanakan apapun, maka mari kita bertiga membagikannya dengan sama rata.” (Mikan)

Mikan membaginya menjadi tiga dan memberikannya kepada masing-masing dari mereka.

Maou menerima sebuah tas kulit kecil dan mengguncangnya, dia menikmati suara logam yang tercipta dari koin perunggu dan perak itu.

“Aku tidak terlalu membutuhkan bagianku, kau tahu?” (Maou)

“Tidak boleh!” (Mikan)

Mikan menolak dengan jelas. Nadanya yang keras membuat orang-orang melihatnya, tetapi mereka segera kehilangan minat dan berjalan kembali.

“Memang benar bahwa kau merupakan sebuah aib dari seorang porter, tetapi upah yang bergantung pada hasil kerja adalah sesuatu yang harus dihindari. Jika kau ingin menjelajah ke dalam dungeon, ingatlah itu baik-baik” (Mikan)

“Hooh, begitu…” (Maou)

Dari kata tersebut muncul beragam penyimpulan di pikirannya Maou.

Biasanya pria ini melakukan sesuatu dengan kasar, tetapi imajinasinya berada di tingkatan yang berbeda. Jika tidak, maka dia tidak akan mampu menciptakan sebuah ‘dunia’.

Maou berpikir.

Kemungkinan situasi seperti itu sudah pernah terjadi.

Tidak diragukan lagi bahwa itu terjadi karena kurangnya kemampuan porter pemula.

Tentu saja, berada di dalam dungeon juga membahayakan para porter. Mereka mempertaruhkan nyawa, dan jika mereka diupah sesuai dengan kinerja yang mereka lakukan…

Terlebih lagi ketika mereka diberitahu langsung di hadapan mereka ‘kinerjamu buruk, jadi kau menerima lebih sedikit’. Jika itu terjadi, maka akan lebih sedikit orang yang mau melakukan pekerjaan itu.

Pada akhirnya yang akan tertimpa masalah karena sedikitnya porter yaitu para petualang, dan itu juga akan merusak sistem perpajakan dari sebuah negara.

“Kemungkinan pihak administrasi memiliki pengawasan terhadap hal itu juga.” (Maou)

“Eh? Yah, begitulah…” (Mikan)

Kata-kata dari Maou yang ‘melewati beberapa langkah’ membuat Mikan menunjukkan tatapan ragu.

Pria ini selalu seperti itu.

Terkadang dia akan mengaitkan beberapa hal menjadi satu kata, lalu dia menyimpulkannya di dalam dirinya sendiri. Kecuali jika sesuatu terjadi, itu akan di tetapkan sebagai kebenaran.

Itu adalah pola pikiran dari seorang diktator.

Jika itu berputar kearah yang benar, itu akan membawa hasil positif. Karena mereka tidak dipengaruhi oleh orang lain, mereka bisa mendorong keinginannya sejauh mungkin sesuai yang mereka inginkan, dan tidak akan rusak di pertengahan.

Tetapi jika itu berputar ke arah yang salah, itu akan menciptakan masalah dimana-mana. Karena mereka tidak dipengaruhi oleh orang lain, maka mereka akan mendorong keinginan mereka sejauh mungkin sesuai yang mereka inginkan, dan tidak akan menyerah di pertengahan.

Pria ini tidak menyadari kekurangannya. Oleh karena itu, demi memperbaiki kekurangannya walaupun hanya sedikit, dia mengumpulkan orang-orang disekitarnya, dan mulai mendengarkan bermacam-macam pendapat dari mereka.

Dia menciptakan Kunai Hakuto, seseorang yang mencari orang-orang berbakat dan menjadikan mereka bawahannya, mungkin karena itu adalah cita-citanya sendiri.

“Ooi! Tahun ini juga kita telah kedatangan seorang pahlawan!”

Lingkungan sekitar menjadi berisik karena teriakan itu.

Anak-anaklah yang berlari terlebih dahulu, lalu orang-orang dewasa juga mulai ikut berlarian.

“Pahlawan, katamu?! Apakah mereka benar-benar ada?” (Maou)

“Hah? Tentu saja mereka ada, kau benar-benar tidak tahu apa-apa ya.” (Mikan)

“…Ada dua pahlawan suci yang berada di Light Country.” (Yukikaze)

Kata pahlawan suci membuat Maou berpikir ‘itu terdengar keren’. Dia memutuskan untuk melihat pahlawan itu secara langsung dan bergegas ke lokasi keributan itu terjadi.

“Pahlawan-sama~!”

“Lihatlah kesini!”

“Putih…sinarnya sangat luar biasa!”

Banyak orang berkumpul di depan pintu masuk kota, dan itu menjadi sebuah keributan yang terasa seperti artis terkenal telah muncul.

Semua orang melambaikan tangan mereka sambil tersenyum, dan mereka mati-matian mencoba membuat orang itu memperhatikan mereka.

“Seperti biasa, orang yang kelihatannya cocok menunggangi seekor kuda, ya.” (Mikan)

“…Putih.” (Yukikaze)

“Huh, seorang pahlawan yang menunggangi kuda, ya. Kelihatan seperti di dalam lukis…hm? (Maou)

Sesaat Maou melihat orang itu, matanya terbuka lebar.

Itu adalah seorang pria yang menunggangi kuda putih indah tersebut. Selain itu, dia adalah seorang pria gemuk dengan perutnya yang membuncit, dan diwajahnya, terdapat kacamata yang memancarkan cahaya putih.

Dia memiliki kotak putih besar dipunggungnya, dan di dalamnya terdapat dua gagang yang keluar darinya. Dalam pandangan Maou, dia terlihat seperti pejuang yang baru kembali dari bazar komik.

“Oi oi, tidak mungkin…pahlawan yang dimaksud bukanlah dia, kan.” (Maou)

“Apa yang kau katakan? Otaglasses-sama memang benar seorang pahlawan.” (Mikan)

“Hei, itu nama yang mengerikan!” (Maou)

Maou tanpa sadar berteriak menggunakan karakter aslinya.

Penampilan dan namanya benar-benar cocok.

“Otaglasses-sama memiliki julukan ‘White Comet’.” (Yukikaze)

“Memang benar dia putih, tetapi bukankah karena dia merupakan orang yang sangat tertutup sehingga kulitnya itu putih?” (Maou)

“…Pahlawan suci lainnya memiliki julukan ‘Red Devil’.” (Yukikaze)

“Julukan itu sangat berlawanan dengan pahlawan! Aku bahkan tidak tau harus membalas apa.” (Maou)

Dua tipe baru muncul di kepala Maou, tetapi dia segera menghapus itu dari pikirannya.

Nama dan julukan mereka merupakan sebuah lelucon, tetapi Otaglasses dengan ringan melambaikan tangannya dan turun dari kudanya, dan juga menghentikan kereta di belakangnya.

Anak-anak melihatnya dan bersorak kepadanya, lalu mereka berbaris. Banyak prajurit berkumpul, mengatur barisan dan memandu para penonton.

Apa yang terjadi disana adalah sebuah pembagian makanan gratis.

Otaglasses membagikan roti dan keju kepada anak-anak, dan setelah menyiapkan sebuah panci besi yang besar, dia memberikan bubur gandum kepada orang-orang dewasa.

Semua orang berkumpul dengan senyuman di wajah mereka, dan itu sangat jelas bahwa dia disambut mereka.

“Apakah pria itu selalu melakukan hal seperti ini?” (Maou)

“Setiap tahun dia sepertinya bepergian ke sekitar negara bagian utara selama setengah tahun. Dia benar-benar orang yang luar biasa.” (Mikan)

Mikan mengangguk terhadap pertanyaan dari Maou dengan ekspresi serius.

Tetapi Maou yang mendengarkan ini, merasakan hal yang mencurigakan.

Pria ini tidak terlalu terkait secara emosional terhadap hal-hal seperti pekerjaan sukarela dan penggalangan dana. Terlebih lagi ketika dia memperhatikan orang-orang yang mengadakan penggalangan dana tetapi tinggal di rumah yang sangat mewah. Dia adalah tipe orang yang akan mengatakan ‘jual-lah rumahmu dan kumpulkan dananya sendiri’.

“Apakah mereka melakukan hal ini demi meningkatkan ketenaran? Atau mungkinkah ini merupakan tugas dari para pahlawan? Apakah mereka melakukan ini di bawah perintah langsung dari kekaisaran?” (Maou)

“Kau ini ya, seberapa jauh kau bisa berpikiran buruk? Yang kau pikirkan itu malah sebaliknya. Kekaisaran sudah menyuruh Otaglasses-sama untuk berhenti melakukan hal itu, namun, dia tetap saja melakukan hal itu dengan membagikan roti miliknya kepada anak-anak.” (Mikan)

“Itu terdengar cukup menarik.” (Maou)

“Aku dengar dia dikecam oleh negaranya sendiri karena terlalu berurusan dengan negara lain dan bertindak tunduk kepada mereka.” (Mikan)

“Hooh” (Maou)

Mendengar ini, ekspresi Maou berubah.

Wajah penuh ragu yang telah dia ubah menjadi wajah burung pemangsa, berubah menjadi ekspresi menakutkan yang tidak akan membiarkan satupun perubahan pada target lolos.

“Makan malamnya kubatalkan. Maaf, tapi pergilah tanpaku” (Maou)

“Apakah kau lupa akan mentraktir kami?” (Mikan)

“Gunakanlah ini” (Maou)

“Eh? Tunggu, bukankah ini koin emas besar?! Apa yang kau pikirkan?” (Mikan)

Maou sudah bersiap untuk pergi begitu saja, tetapi Yukikaze memegangi lengan bajunya. Wajahnya benar-benar sedih.

Bahkan Maou merasa bersalah pada ekspresi yang tidak diragukan lagi adalah ekspresi seorang gadis cantik yang lemah. Dia berbicara dengan lembut.

“Uhm, baiklah, pesanlah apa pun yang kalian inginkan. Jika ada uang yang tersisa, kau bisa membagikannya di antara kalian berdua.” (Maou)

“…Makan malam bersama Oji-sama itu lebih penting. Aku tidak membutuhkan uang.” (Yukikaze)

“Kalau begitu ayo pergi besok. Tidak perlu terburu-buru.” (Maou)

“…Berjanjilah. Jika kau melanggarnya, kau harus tidur bersamaku.” (Yukikaze)

Yukikaze mengangkat jari kelingkingnya dan Maou mengerutkan alisnya karena hal itu.

Dia mungkin malu memikirkan membuat janji kelingking di tengah kota. Tapi Yukikaze tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan menjalin tangan dengan Maou, dan secara sepihak menepati janji.

Maou terlihat seperti sudah menyerah, dan menghilang diantara keramaian.

“…Makan malam atau tidur bersama. Apa pun yang akan terjadi, aku tetap menang.” (Yukikaze)

“Kau pintar juga merencanakan strategi, ya.” (Mikan)

Mikan menggumamkan itu sembari menggelengkan kepalanya, tetapi dia terpesona oleh kilauan dari koin emas yang berada di tangannya, dan akhirnya, dia mendorong satu tangannya keatas dan melompat.

“Hari ini kita akan makan banyak! Ini uang dia, jadi aku akan menghabiskan semuanya.” (Mikan)

“…Tidur bersama. Tetap bersama hingga pagi. Menempel. Dan menempel.” (Yukikaze)

Keduanya memikirkan hal yang berbeda satu sama lain, tetapi keduanya tersenyum saat mereka pergi.

■□■□■□

Pada malam hari, Otaglasses berjalan di gang belakang yang sepi.

Karena dia menggunakan jubah compang-camping yang menutupi wajah dan seluruh tubuhnya, sekilas dia akan terlihat seperti gelandangan.

Lokasi dia berada sekarang adalah area miskin yang ada di setiap kota.

Dengan adanya cahaya, maka kegelapan juga ada.

Semakin kuat cahayanya, maka semakin tebal kegelapan yang berlaku. Bahkan di kota pemula yang berada di dalam kondisi baik juga tidak dapat lepas dari aturan ini.

Orang-orang miskin dan para petualang yang tidak memiliki uang berkumpul di warung remang-remang yang berbaris di sana-sini, membeli makanan yang murah. Otaglasses menghampiri salah satu dari mereka, dan berbicara dengan pemiliknya.

“Oyaji-san <pria tua>, apa yang kau jual hari ini?” (Otaglasses)

“Bubur gandum, harganya 3 koin perunggu. Jika kau tidak memiliki mangkuk, maka harganya akan menjadi 4 koin perunggu. Bagaimana?” 

“Begitukah. Tolong beri aku semangkuk.” (Otaglasses)

“Aku juga memiliki irisan lobak kering. Jika kau menginginkannya, maka tagihanmu akan bertambah 2 koin perunggu.”

Otaglasses menolak dengan melambaikan tangannya, dan menerima bubur gandum.

Duduk diatas batu berukuran sedang di gang belakang, dia menyeruputnya tanpa mengeluarkan suara.

“Harganya sudah meningkat dibandingkan tahun lalu. Harga kentang goreng juga meningkat sebesar 2 koin perunggu tetapi porsinya berkurang.” (Otaglasses)

 “Hoh, benarkah?”

Ketika Otaglasses berbicara sendiri, dia mendengarkan suara dari suatu tempat dan bereaksi terhadap perkataannya.

Itu adalah Maou yang sedang berada dalam mode Stealth Stance.

Namun Otaglasses tidak memperlihatkan sikap terkejutnya dan melanjutkan perkataannya.

“Pada awalnya, minyak yang mereka gunakan itu sangatlah buruk. Kemungkinan mereka tidak pernah menggantinya sama sekali… Itu akan menjadi racun bagi tubuh. Lemak babi yang digunakan dalam tumis sayuran juga telah menghilang, dan bubur gandumnya tidak memiliki rasa asin.” (Otaglasses)

“Kau bahkan memperhatikan masalah kecil seperti itu, huh.” (Maou)

“Walaupun, aku kalah darimu juga.”

Otaglasses tersenyum pahit sembari menyeruput bubur gandumnya.

Rasanya hampir tidak ada, pasti itu tidak enak. Karena bubur gandum yang dia bawa itu memiliki rasa yang enak, kemungkinan besar dia akan membandingkannya.

“Kau merupakan orang yang menarik. Kau lebih cenderung mengatakan kemunafikan dibandingkan tidak melakukannya.” (Maou)

“Kemunafikan, ya… Aku benar-benar tidak bisa membantahnya.” (Otaglasses)

“Jangan salah paham. Aku memuji dirimu. Berkeliling ke banyak negara setiap tahun, membagikan makanan yang kau miliki; itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa. Apalagi tindakan itu mempengaruhi posisimu di negerimu sendiri.” (Maou)

“Aku tidak memperdulikan status sosial… Aku hanya melakukan apa yang kuinginkan.” (Otaglasses)

“-Apakah keinginanmu itu benar-benar sangat penting?” (Maou)

Suara dingin yang menusuk itu membuat Otaglasses mengangkat wajahnya untuk pertama kalinya.

Tanpa sadar tangannya meraih kotak yang ada di punggungnya.

Suara itu sangatlah menyeramkan. Seolah-olah banyak tangan merangkak keluar dari dalam tanah, dan melilit seluruh tubuhnya.

“Mungkin aku terlambat menanyakan hal ini, tetapi aku ingin mengetahui apa tujuanmu.” (Otaglasses)

Maou terdiam untuk waktu yang lama mendengar pertanyaan Otaglasses.

Meskipun dia tidak memperlihatkan dirinya, namun kehadirannya terasa seperti mengangguk dan itu terlihat seperti dia sedang bersenang-senang.

“Menarik. Ya, kau sangat menarik. Kau benar-benar menarik.” (Maou)

Respon yang akhirnya muncul adalah kesan yang terdengar seperti berasal dari seorang anak kecil.

Tidak ada kejahatan didalamnya, sebaliknya, itu bahkan bisa dianggap suci.

“Aku menginginkanmu.” (Maou)

Kata-kata yang langsung ke intinya. Tidak ada kata pengantar di antaranya.

Namun itu menunjukkan niat Maou yang sebenarnya.

“Terima kasih atas kata-katamu, tapi aku takut padamu. Sejujurnya, disaat aku merasakan tatapanmu, aku tidak bisa berhenti gemetaran.” (Otaglasses)

“Maafkan aku tentang hal itu. Aku adalah tipe yang menilai semuanya dengan mataku sendiri.” (Maou)

“Walaupun kau memiliki kekuatan yang sangat besar, bukannya menyuruh anak buahmu, kau justru melakukannya sendiri. Itu sangatlah terpuji.” (Otaglasses)

“Ketika aku menyerahkannya kepada orang lain, aku akan melakukannya tanpa menahan diri. Semakin banyak bawahan terampil yang kumiliki, maka akan semakin mudah; keuntungan akan meningkat, dan itu akan terhubung dengan keuntungan dari banyaknya bawahan terampilku.” (Maou)

“Kedengarannya sederhana, tapi itu juga yang terbaik.” (Otaglasses)

Otaglasses menghabiskan bubur yang dia makan, dan hendak pergi begitu saja.

Maou berbicara di belakangnya.

“Saat ini aku sedang mengembangkan sebuah desa yang bernama Rabi Village di Holy Light Country. Aku ingin kau menjadi kekuatanku di masa depan. Tidak, bukan itu… Aku akan membuatmu menjadi kekuatanku.” (Maou)

“…Kau orang yang sangat mengerikan.” (Otaglasses)

Otaglasses meninggalkan tempat itu tanpa menoleh kebelakang, dan Maou berjalan ke arah berlawanan.

Maou dan pahlawan; pertemuan pertama mereka.


TL: Ao Reji
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar