Sabtu, 06 November 2021

Naze Boku no Sekai wo Dare mo Oboeteinainoka? Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 Chapter 1 – Dan Dunia Telah Berubah

Volume 1
Chapter 1 – Dan Dunia Telah Berubah


Hamparan gurun tandus yang luas. Sekilas, hampir tak ada tanda-tanda kehidupan di gurun yang dipenuhi batu dan kerikil ini. Dan di tanah keras yang hanya dihadiri sedikit semak dan rumput yang bisa tumbuh, sebuah truk bersenjata berhenti. Truk itu memiliki lapisan armor tebal dengan sebuah meriam otomatis yang membuatnya tampak semakin mengesankan.

"Pukul 2 siang, tepat sesuai jadwal."

Dari belakang truk itu, seorang prajurit turun dan mengeluarkan teropongnya. Prajurit itu bernama Kai Sakura Vento dan usianya baru 17 tahun. Pemuda itu memiliki rambut dan mata berwarna biru laut gelap. Dia mengenakan setelan pertempuran khas "Agen Mankind Defence Agency (MDA)". Berkat latihannya setiap hari, dia seakan mengeluarkan aura kekuatan disekitarnya, dan kau bahkan bisa merasakan keinginan kuat di matanya.

"Saki, dan kau juga, Ashlan, kita akan memulai pemantauan makam."

Melalui teropongnya, Kai bisa melihat struktur aneh yang berdiri di balik cakrawala. Sebuah piramida hitam. Piramida itu seolah dibuat dengan mesin presisi dan membentuk segitiga sempurna. Warnanya yang hitam pekat seakan dicat dengan tinta pun hanya membuatnya menonjol di antara gurun merah.

"Situasinya..."

"Tak ada apa-apa disana, sama seperti biasanya."

Jawab seorang pemuda dengan malas dari dalam truk. Pemuda itu duduk di kursi penumpang dengan sebuah papan klip di pangkuannya. Namanya Ashlan Highrol, hanya setahun lebih tua dari Kai, dan dia juga seorang prajurit sama sepertinya.

"Tak ada pergerakan. Benar begitu, Kai?"

"Baru 70 detik berlalu, prosedur pengamatan makam membutuhkan 300 detik"

Makam yang mereka sebut itu adalah piramida hitam ini. Target yang Kai amati berkala ini memiliki tinggi 200 meter, sebanding dengan gedung pencakar langit modern.

"Tapi memang tidak ada apa-apa kan? Bukankah 300 detik sudah berlalu?"

"Masih 170 detik berlalu."

"Ah... sial, bukankah itu sudah lebih dari cukup? Aku mabuk kendaraan karena semua guncangan ini, aku ingin kembali."

Ashlan, yang sudah menulis "Tidak ada yang salah" dalam laporan dan dengan malas berbaring di kursi penumpang. Di sisi lain, Kai tidak menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan teropongnya.

"300 detik."

"Ugh... Sangat serius dan kaku, seperti biasanya..."

"Laporan: tidak ada kelainan di makam Federasi Urza. Iblis masih tersegel seperti biasa."

"...Hah..."

Ashlan menghela nafas panjang dan dari kursi penumpangnya, dia menghadap orang di kursi pengemudi.

"Hei, Saki, bisakah kau mengatakan sesuatu padanya juga? Kemarin, dan hari ini pun semuanya baik-baik saja. Dan aku cukup yakin kalau besok akan sama."
<TLN : Yep, inilah dia, death flag pertama kita di novel ini.>

"Hm?" Gadis berambut jingga bernama Saki itu bangkit dari tempat duduknya. Sambil mengunyah permen karet favoritnya, dia bersandar di kemudi dengan pose santai.

"Tidak apa-apa kan? Sementara Kai melakukan pekerjaannya dengan serius, kita bisa terus bersantai saja disini."

"Maksudku, semua pun harus ada batasnya! Ini sudah seratus tahun, seratus! Apakah ada rekor tercatat sebelumnya, di antara empat ras bahwa, salah satu dari mereka lolos dari segel?"

"Tidak ada."

"Kan?"

"Dan untuk mencegah itu terjadi, kita perlu melanjutkan pengamatan."

"...Cukup adil, tapi bukankah kau terlalu kaku?" - kata Saki, sambil mengunyah permen karet baru untuk dirinya sendiri - "Lagipula, melakukannya dengan rajin hanya di daerah kita pun tidak cukup, kan? Toh ada empat makam."

"Sudah jelas bahwa 3 tempat lain sedang ditangani dengan baik juga." - Kai menyatakan seolah-olah itu adalah hal yang pasti dan mulai bergerak ke arah truk - "Kita memiliki tanggung jawab besar. Karena diatas semua itu, akan menjadi bencana besar jika dalam beberapa kesempatan kecil Iblis bisa melepas segelnya."

Ada empat piramida hitam di dunia ini. Bangunan-bangunan ini disebut makam, tempat umat manusia memenjarakan ras lain yang pernah mereka lawan.


Pengguna sihir yang kuat, ras Iblis.
Demi-human yang kuat, seperti malaikat, elf, dan dwarf, ras foreign god.
Makhluk tak berfisik seperti hantu, ras Roh.
Binatang buas yang sangat besar dan kuat, dengan para naga berada di puncaknya, ras Cryptid.


Tidak ada logika manusia yang bisa memahami kekuatan empat ras itu, dan selama itulah manusia terus meringkuk ketakutan di depan kekuatan mereka. Tapi 100 tahun yang lalu titik balik dalam sejarah umat manusia terjadi, dimana manusia akhirnya bisa melawan balik. Dengan bergabungnya ras Manusia ke dalam konflik dengan empat ras lainnya, perang terbesar dalam sejarah dimulai, Perang Besar Lima Ras. Setelah semua pertempuran, umat manusia berhasil menyegel empat ras lain di piramida hitam, yang sekarang disebut Makam. Sejak saat itu, umat manusia terus dengan rajin mengawasi makam.

"Ah, Kai, aku hampir melupakan hal yang sangat penting." - Saki, yang duduk di kursi pengemudi, menoleh ke arahnya - "Kita akan menghadiri pesta minggu depan, untuk merayakan promosi Jeanne. Dan kita perlu mendiskusikan hadiah... "

"Maaf, tapi kita sedang menjalani misi sekarang, simpan untuk nanti saja."

"...Eh? Lagipula tak ada sesuatu yang terjadi, jadi tak masalah, bukan?" - Saki mengangkat suaranya sebagai protes.

Ashlan yang ada di dekatnya hanya duduk di kursi penumpang, dia kebingungan dengan Kai. Apa yang disebut "Perdamaian Dunia" sudah menjadi persepsi umum di era sekarang ini. Tidak mungkin bagi empat ras untuk melarikan diri dari makam... Tentu saja, bukan hanya Saki dan Ashlan yang berpendapat seperti itu. Sebagian besar, atau bahkan semua anak muda yang menjalani wajib militer selama dua tahun pun memiliki pendapat yang sama. Hampir tak ada yang meragukannya. Tapi, memang ada beberapa kasus langka orang seperti Kai, yang menolak ide seperti itu.

"Bahkan jika tidak ada yang akan terjadi, aku tak ingin lalai menjalani tugasku. Namun, setengahnya mungkin berasal dari ke-keraskepala-anku sendiri."

Keduanya, baik Saki dan Ashlan tidaklah bertindak lalai. Logika mereka memang masuk akal dalam kasus ini. Lagi pula, segel yang telah aman selama ratusan tahun, tidak akan runtuh begitu saja secara normal. Tapi… Bagi Kai, ada alasan kenapa dia tidak bisa berhenti khawatir tentang segelnya.

"Karena aku melihatnya."

Sepuluh tahun yang lalu dia jatuh ke makam iblis. Dan di sana, di dalam piramida hitam, Kai melihat Iblis dan itulah sebabnya.

"Cerita ini lagi? Kita sudah mendengarnya sekitar 20 kali sekarang."

"Itu hanya imajinasimu, jatuh ke makam dan kemudian melarikan diri? Lagipula itu adalah sarang iblis, kau tahu?"

Seperti yang Ashlan katakan, Kai juga berpikir bahwa itu adalah keajaiban bahwa dia bisa bertahan. Dia diserang oleh iblis yang tak terhitung jumlahnya dan kehilangan kesadarannya. Dan setelah dia bangun, dia sudah berada di luar makam. Tapi tidak ada bukti untuk mendukung klaimnya ... Tetap saja, rasa takut dari para iblis ini ... Ini tidak mungkin hanya khayalannya saja. Tidak mungkin kalau itu hanya mimpi. Kengerian yang dia rasakan dari iblis-iblis ini. Bahkan jika orang-orang di sekitarnya tidak setuju dengan kemungkinan terjadinya sebuah skenario di mana iblis merobek segel dan melarikan diri, atau begitulah yang Kai rasakan. 

Oleh karena itu mereka harus siap untuk menghadapi serangan balik para Iblis. Karena itulah Kai terus rajin berlatih selama 10 tahun terakhir, lebih dari siapa pun. Tak pernah meluangkan waktu sejenak untuk istirahat dari pelatihannya. Bahkan saat makan atau mandi, Kai akan melanjutkan dengan pelatihan melalui imajinasinya di kepalanya. Dan bahkan atasannya kagum dengan Kai, sang "Maniak Latihan".

"Saat itu, Kai seharusnya berusia sekitar 7 atau 8 tahun. Hanya ada satu pintu masuk ke makam. Jika Kai tak sengaja masuk dan terjatuh ke makam, tanpa prajurit yang berjaga-jaga sempat melihatnya, itu akan terdengar aneh, bukan?"

"Lagi pula, ada kamera pengintai juga. Tapi, Kai, tidak ada satupun catatan tentangmu disana, kan?"

Juga tidak ada saksi yang bisa memberi kesaksian jatuhnya Kai ke makam. Untuk lebih spesifik, semua orang dewasa yang ada di sana pada waktu itu berkata: "Tidak ingat apa-apa tentangnya".

"Itulah sebabnya, itu semua hanya mimpi! Mimpi menakutkan yang kau alami saat masih kecil! Dan, Kai, apakah kau melupakan wajah instruktur kita ketika kau mengatakannya dengan sangat serius?"

"Tidak, aku masih mengingatnya."

"Apakah kau tidak setuju?"

Saki mengangguk setuju.

"Kau pasti salah paham, Kai."

"Tidak masalah, itu bukanlah alasan untuk bisa mengabaikan tugas kita untuk menjaga makam."

"Eh...!?" - Ashlan dan Saki ingin berteriak.

"Ayo hubungi HQ. Penjagaan rutin pukul 2 siang telah selesai, tidak ada kelainan dengan makam."

Kai melihat ke makam dan berkata begitu, tanpa sedikit pun terganggu oleh rekan-rekannya.


Mankind Defence Agency (MDA)
<TLN: dalam bahasa indo, “Badan Pertahanan Umat Manusia”. Seterusnya kita akan pakai MDA aja supaya selaras terjemahannya.>

Organisasi anti non-manusia, yang telah dibentuk setelah Perang Besar Lima Ras, dalam kasus darurat yang berkaitan dengan ras non-manusia terjadi. Misalnya, jika insiden akan terjadi di makam. Atau jika seseorang di antara empat ras akan melarikan diri dan menyerang. Atau jika Perang Besar Lima Ras terjadi lagi. Dalam persiapan untuk keadaan darurat seperti itu, MDA sedang bekerja untuk menciptakan pertahanan yang diperlukan: dari berbagai senjata yang sangat efektif dalam menghancurkan hingga infrastruktur transportasi. Mereka mengerjakannya di atas semua negara yang berdiri di dunia. (Catatan: agak tidak jelas apakah Mankind Defence Agency (MDA) sendiri menggantikan fungsi pemerintah daerah atau bertindak lebih seperti kekuatan global) 

MDA ini bahkan mengelola kekuatan militer. Setiap orang wajib mengikuti pelatihan militer dua tahun sebagai prajurit Mankind Defence Agency. Organisasi ini sudah ada sejak lama, dan saat ini orang-orang yang serius menjalankan dinas militer pun mulai berkurang, atau bahkan sudah tak ada lagi.

"Ah, aku lelah... Istirahatlah."

Tempat pelatihan MDA. Di salah satu sudutnya, Saki sedang duduk di bangku dengan pakaian olahraganya.

“Kita sedang melawan boneka mesin, tahu!? Memukulnya secara langsung hanya akan melukai tanganmu sendiri, dan jika kau gagal menghindari serangannya, kau akan mendapatkan patah tulang! Tidak mungkin aku melakukannya, hanya tidak mungkin!"

"...."

"Hei, Kai, apakah kau mendengarnya?"

" Yah, mau bagaimana lagi, para Cryptids memang seperti itu."

Di depan Kai ada sebuah mesin setinggi 3 meter yang dibuat untuk menirukan seekor Naga. Untuk berjaga-jaga jika kebetulan Cryptids akan melarikan diri dari makam. Untuk alasan itulah pelatihan seperti ini dilakukan. Tapi, Kebanyakan orang mendukung pendapat Saki, bahwa latihan melawan para Cryptids itu tidak berguna. Karena tidak ada cara untuk mengalahkan mereka. Menurut catatan Perang Besar, yang terkuat di antara Naga Cryptids bahkan tidak bisa tergores oleh senjata tank.

"Benar, mungkin sia-sia untuk mencobanya."

Bertentangan dengan kata-katanya sendiri, Kai melesat di bawah kaki naga mesin.

"Tunggu, Kai!?" Saki berteriak.

Jika dia diinjak-injak pada saat ini, tulang tubuhnya pasti akan patah. Namun terlepas dari risikonya, Kai tetap menghadapi kaki robot yang tebal seperti balok kayu itu dan menggunakan seluruh tubuhnya... untuk mencoba menyerang dari depan. Seni Pertarungan Dunia Keempat. Gerakan yang telah diadopsi oleh teknik MDA untuk bisa digunakan melawan ras non-manusia. Tapi, serangan Kai bahkan tidak menggerakkan naga robot satu inci pun.

"...Gagal, ya?"

"Apa yang kau lakukan, Kai!? Menahan bebannya saja kau akan remuk! Pertama-tama kita bahkan tidak boleh menggunakan mesin tipe Cryptid tanpa instruktur yang mengawasi kita..."

"Latihan tidak ada artinya tanpa tekad."

"...Oh tidak, Kai, kupikir kau telah salah untuk kesekian kalinya."

Sambil meminum air botolnya, Saki memiliki senyum pahit di wajahnya. Separuh dari senyum itu berasal dari rasa takjubnya, tapi setengah lainnya mengatakan seolah-olah ia sedang melihat binatang langka di Kebun Binatang.

"Ashlan, tidakkah kau setuju denganku?"

"...Jangan bicara... padaku... Lukaku... benar-benar... membunuhku."

Di belakang bangku Saki ada seorang pemuda yang berjongkok dan tak bisa bergerak. Dia bertarung melawan sebuah boneka latihan yang berbeda dengan Kai, tetapi dia malah menerima tendangan serius ke samping tubuhnya dan tidak bisa bangkit lagi.

"Yah, lupakan Ashlan. Bahkan instruktur mengatakan bahwa jika Kai lahir pada saat Perang Besar, mungkin kau akan meninggalkan lebih banyak jejak pada sejarah daripada Sid."

"Aku tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang pahlawan. Hanya saja aku tidak ingin bermalas-malasan soal latihan" - Kai menatap naga robot, dan menjawab dengan nada normal.

Seratus tahun yang lalu. Berbagai ras: Iblis, Foreign God, Cryptids, dan Roh – masing-masing diperintah oleh yang terkuat di antara rasnya. Mereka bisa memiliki gelar sendiri, seperti: Tetua, Pemimpin atau Komandan. Tetapi dalam bahasa manusia, ada satu cara untuk menyebut yang terkuat ini yaitu: Empat Pahlawan.


Pahlawan iblis, Dark Empress Vanessa

Pahlawan foreign god, Heaven Lord Alfreya

Pahlawan Cryptid, Fang King Rath=IE 

Pahlawan Roh, Spirit Sovereign Rokugen Kyouko 


Mereka berempat memiliki kekuatan yang tak tertandingi dan oleh karena itu mereka menjadi pemimpin rasnya sendiri. Tetapi bagi manusia, ras yang paling lemah, keempat pahlawan itu adalah penghalang yang tak terbendung. Hingga pada akhirnya, orang yang bisa melawan empat dari mereka telah bangkit. Pahlawan umat manusia.

"Prophet Sid, ya?" - kata Saki yang sedang menatap langit-langit.

"Pahlawan umat manusia, Prophet Sid, pengguna pedang api bersinar dari dunia lain. Dia mengalahkan ras non-manusia dan menyegel mereka... Yah, pada dasarnya hanya itu yang kita ketahui tentang Sid"

"Sudah pasti seorang pria bernama Sid hidup ratusan tahun yang lalu. Kita bahkan memiliki fotonya."

Foto seorang pria berjubah. Itu adalah foto Prophet Sid. Kai sudah melihatnya beberapa kali.

"Tapi kau tahu, Kai, sejarawan meragukan legenda Sid" - kata Saki sambil mengangkat bahu.

Ada teori mapan bahwa pahlawan manusia Prophet Sid bahkan tidak ada. Pedangnya yang bersinar tidak pernah ditemukan hingga detik ini. Apalagi tidak ada satupun catatan tentang pertarungannya melawan empat hero.

"Sejauh yang kita ketahui, tidak ada bukti bahwa Sid bertarung melawan empat pahlawan dari ras non-manusia. Tidak ada foto atau rekaman video pertarungannya. Dan bahkan pedang Sid tidak pernah ditemukan."

"...Ya."

Tidak ada bukti. Anehnya, itu mirip dengan situasinya sendiri saat dia jatuh ke makam Iblis. Meskipun sudah seratus tahun sejak itu, masih sangat aneh bahwa tidak ada satu pun gambar pertarungannya melawan empat pahlawan yang tersisa. Karena itulah saat ini tidak banyak orang yang percaya pada legenda Sid.

"Jadi, Kai, bahkan jika Sid benar-benar ada, sepertinya dia tidak terlalu aktif sebagai pahlawan umat manusia. Bagaimana menurutmu?"

"Aku punya pemikiran yang sama tentang itu. Tapi tetap saja..." - katanya sambil menyeka keringat dari dahinya - "Bukankah tidak apa-apa membiarkan orang bermimpi?"
<TLN : damn, my bestfriend Kai. Tepat sekali, biarkan diriku bermimpi bersama waifuku Jeanne danchou! Jeanne milik saya seorang, dilarang klaim waifu orang!>

"Yah, itu... Sudahlah, ganti topiknya. Hei, Ashlan, bangun!"

"...Ugh!?"

Tanpa sedikit pun belas kasihan, Saki menendang Ashlan.

"Kita sudah mulai membicarakannya di siang hari, tapi apa yang akan kita lakukan tentang promosi Jeanne? Kita tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan hadiah."

"Hah? Untuk promosi, bukankah buket bunga saja sudah cukup?" - kata Ashlan yang akhirnya bangkit dan duduk di bangku.

"Yah, sesuatu yang normal seperti itu tidak masalah, kan?"

"Ditolak. Jeanne adalah siswa berprestasi jadi dia mendapatkan bunga setiap tahun sebagai bagian dari penghargaan resmi. Hei, Kai, kau juga berpikir hadiah bunga tidak cukup bagus, kan?"

"...."

"Eh, hei Kai, apa kau mendengarkanku?"

Kai, yang membelakangi Saki, mendengar pemberitahuan dari perangkat komunikasinya di saku dadanya.

"... Jeanne?"

Nama kontak milik seorang gadis, teman masa kecilnya. Sama halnya dengan Saki dan Ashlan, dia sedang menjalani wajib militer.

"Hm? Jeanne? Ada apa dengannya?"

"Hm... aku tidak dapat apa-apa, apa ini pesan untukmu saja, Kai?"

Keduanya beranjak untuk mencoba mengintip isi pesan Jeanne di layar perangkat Kai.


Untuk Kai 

Besok kau tidak bertugas, kan? Mari kita bertemu di depan patung kucing terminal 9 jam 10 pagi. Tapi pastikan untuk merahasiakannya dari Saki dan Ashlan, oke?


"..."

Bahkan jika kau memintaku untuk merahasiakannya. Bagaimana aku harus melakukannya? Sudah ada dua orang penasaran yang mencoba mendekat untuk mengintip.

"Kai, apa yang Jeanne katakan?"

"Bahkan aku tidak mendapat apa-apa darinya. Mencurigakan, sesuatu yang dirahasiakan dari aku dan Saki...? Hei, Kai, mungkinkah kau menjalin hubungan terlarang dengan Jeanne!?"

"Tunggu" - kata Kai dan mengulurkan tangannya untuk menghentikan mereka.

"Ya ampun, sepertinya itu bukan pesan dari Jeanne."

"Oh ho, begitu, Kai? Lalu nada dering apa itu?"

"Mencoba membohongi kita dengan alasan buruk seperti itu. Mungkinkah ini pesan khusus, Kai-kun?"

Saki menyeringai, dan Ashlan memiliki ekspresi mengerikan di wajahnya. Keduanya mendekati Kai untuk melihat perangkat komunikasinya.

"... Ah, Omong-omong…"

Kai dengan erat menggenggam alat komunikasinya dan memunggungi mereka. Dalam sekejap dia berlari dengan kecepatan penuh.

"Aku belum melakukan latihan lari hari ini. Saatnya melakukan lari 10km!"

"Oi, berhenti, bajingan!"

"Seseorang! Bantu kami untuk menangkap dan menghentikan Kai! Dia adalah penjahat yang ingin bersekongkol secara rahasia dengan Jeanne dalam beberapa skema jahat!"

"Itu salah paham...! Aku hanya ingin berlatih dengan serius!"

Jeanne, tolong, jangan gunakan perangkat komunikasi yang diberikan MDA untuk kebutuhan pribadi! Kai berteriak dalam benaknya, sambil mati-matian berusaha melepaskan diri dari kejaran dua rekannya.
<TLN: *Note lagi, kali aja kalian lupa, MDA = Mankind Defence Agency, dalam b.indo = Badan Pertahanan Umat Manusia>

Federasi Urza - Sebuah negara yang sangat maju dengan ibukota di Urzak. Wilayah Federasi Urza berada di bagian utara benua. Setelah sebelumnya jatuh di bawah invasi Iblis, dipimpin pahlawan iblis, Dark Empress Vanessa. Tapi itu adalah cerita ratusan tahun yang lalu. Dengan kemenangan dalam Perang Besar Lima Ras, wilayah ini telah diambil kembali oleh umat manusia.

"Pukul 10 pagi. Mungkin Jeanne akan datang satu jam kemudian?"

Hanya butuh sekitar 15 menit bagi Kai untuk mencapai Terminal 9 menggunakan kereta bawah tanah. Daerah di sekitar ibukota Urzak ini menjadi pusat bisnis dengan banyak bangunan modern.

"Kai, maaf aku membuatmu menunggu" - suara yang hidup bisa terdengar.

Kai melihat ke arah datangnya suara itu. Ada seorang gadis muda berambut perak berdiri dengan tas di tangannya.

"Jeanne kau tepat waktu? Sejujurnya aku pikir aku harus menunggu satu jam lagi."

"Muu? Tidak sopan!" - Jeanne cemberut.
<TLN : Uwwogggh Jeanne kawaii punya siapa? punya saya lah.>

Tapi ekspresi tersebut berakhir cukup cepat dan kini dia sudah tersenyum.

"Karena aku akan pergi ke ibukota minggu depan, aku akan membuat pengecualian kali ini."


Jeanne E Anisu

Dia agak tinggi, dibandingkan dengan kebanyakan gadis seusianya, dan memiliki figur yang ramping. Dengan rambut perak panjang, wajahnya memancarkan aura berwibawa yang cocok untuk menjadi model sampul majalah. Tetangga Kai, usianya 17 tahun. Kemeja lengan panjang dan celana skinny memberikan kesan kekanak-kanakan. Tapi bertentangan dengan kesannya barusan, penampilannya malah meningkatkan pesonanya sebagai seorang gadis.

"Ayo, jalan, maju. Kadet, Kai! Merayaplah sampai gedung itu!"

"Di tengah kota?"

"Tentu saja aku bercanda! Hanya saja..." - Jeanne menunjuk pakaiannya

Kai masih mengenakan seragam MDA-nya, dan di bahunya ada tas yang bisa memuat senapan perang. Tapi tentu saja karena berada di tengah kota, tas senapan itu dikunci untuk berjaga-jaga.


"Bukankah kau tidak bertugas hari ini? Kenapa kau membawa perlengkapan berat seperti itu, Kai?"

"Yah, sebelum kita berbelanja, aku masih punya pelatihan sendiri."

"...Aku tahu, aku tahu. Itu adalah sarkasme. Astaga." - Gadis berambut perak tertawa keheranan.

"Kurasa di antara mereka yang bisa saja kuundang untuk menikmati waktu bebas tugas, hanya kau lah yang tidak akan teralihkan oleh permintaanku, Kai."

"Maksudmu, kau bergaul dengan seseorang selama waktu tidak bertugas?"

"Tidak, aku tidak! Seperti yang aku katakan, aku masih sedang sarkastik di sini" - Jeanne menjawab sambil cemberut dan menyenggol Kai dengan sikunya.

Anehnya, suaranya memiliki nada geli.

"...Yah, aku suka sisimu yang ini, Kai."

Kemudian, mereka mulai berjalan berdampingan. Di sekeliling mereka ada toko pakaian dan toko manisan yang terkenal. Jeanne dengan serius melihat sekeliling.

"Aku ingin tahu toko mana yang harus kita kunjungi. Sudah lama sejak aku pergi keluar, aku tidak bisa memutuskan ke mana harus pergi."

"Ngomong-ngomong, untuk apa kita kesini?"

"Belanja. Untuk Saki dan Ashlan." - dan nama dua rekannya yang lain pun keluar.

"Dan juga dirimu, Kai, jadi untuk tiga orang. Dan kalian bertiga telah berpikir untuk menyiapkan beberapa hadiah perpisahan sebelum keberangkatanku ke ibukota (Urzak), kan?" 

"...Kau menanyakan itu padaku?"

Tepat sasaran. Memang mereka sedang memikirkan hadiahnya. Tapi Kai bersama dua rekannya yang seharusnya berbelanja untuk hadiahnya dan merahasiakannya sampai tanggal yang ditentukan. Tidak mungkin Kai bisa menjawab padanya: Ya, memang kami sedang memikirkannya juga.

"Tidak apa-apa, baiklah. Aku punya pikiran yang sama persis."

"...Sama?"

"Hadiah perpisahan. Sebelum aku berangkat ke ibukota nanti, aku ingin memberikan hadiah untukmu."

Selama beberapa generasi, nenek moyang Jeanne telah melayani di posisi teratas MDA. Dia berasal dari keluarga terkenal dan elit. Ayahnya adalah salah satu perwira paling terkenal di MDA HQ di Urza. Dan kakeknya adalah seorang prajurit hebat yang menjabat sebagai jenderal di markas utama. Dan kemudian Jeanne, yang merupakan keturunan mereka, jelas akan naik peringkat lebih cepat daripada siapa pun di antara rekan-rekannya. Suatu saat, gadis cantik berusia 17 tahun itu pasti akan berangkat ke ibu kota. Dia menjadi orang tercepat yang dipromosikan dalam sejarah. Dan kisahnya bahkan dimuat dalam berita beberapa minggu yang lalu. Bahkan ada rumor yang beredar bahwa akhirnya dia akan melampaui ayah dan kakeknya.

"Oh ya, kalau kupikir – pikir lagi, dengan kepergian Jeanne, sepertinya akan ada banyak pria yang berduka."


Valkyrie

Baik kolega dan instrukturnya secara terbuka memanggilnya seperti itu. Sejak usia sangat muda dia telah mempelajari kepemimpinan militer di bawah bimbingan para veteran berpengalaman. Dan dia bahkan membawa bakat kepemimpinan dari generasi ke generasi dalam keluarganya. Ditambah dengan kecantikannya, Jeanne telah diakui oleh para petinggi di Urza's HQ karena karismanya. Tak disangka, pemberitahuan tentang pemindahan Jeanne ke ibu kota menjadi berita duka bagi semua rekan prianya.

"Bahkan Ashlan tampak begitu terpukul karena itu. Sake juga sama."

"...Yah, kemungkinan besar ini adalah kali terakhir kita akan bertemu."

"Bukankah pemindahanmu hanya selama dua tahun? Itu bukan seperti kau tidak akan pernah kembali juga."

Setelah dua tahun, ketika dia akan menjadi kandidat untuk posisi pemimpin, mereka akan dapat mengadakan reuni mereka. Tidak ada alasan untuk depresi memikirkannya. Atau begitulah pikir Kai, sampai dia mendengar balasan Jeanne.

"Saat aku kembali, Saki dan Ashlan akan menyelesaikan wajib militer mereka."

"...Ah, itu benar."

Wajib militer memerlukan waktu 2 tahun, dan setelah itu masing-masing di antara kaum muda dapat memilih jalannya sendiri.

"Kurasa satu-satunya teman yang tersisa adalah kau, Kai, kan?"

"Ya, kurasa kau benar."

Orang-orang yang telah menyelesaikan dinas militer mereka akan pergi. Mungkin ada beberapa pengecualian, seperti Kai, yang bersedia melanjutkan pengabdian mereka di MDA.

"Tidak banyak yang akan memutuskan untuk menjadi prajurit profesional, sepertiku."

"Yah, aku juga ingin, kau tahu?"

"Aku tahu. Kau ingin melampaui orang tuamu, kan? Sepertinya sudah berapa puluh kali aku mendengar cerita ini?"

"Sepertinya kau kehilangan satu digit, setidaknya sudah seratus kali."

Berjalan di bawah sinar matahari yang menembus pepohonan, Jeanne membuat wajah geli (aku tak begitu yakin bagaimana mengatakannya, tapi dia tampak begitu senang dan menikmatinya).

"Aku sudah menceritakan kisah ini berkali-kali, sehingga kau mulai merasa bosan, kan?"

"Aku yakin begitu kau berhasil melampaui ayahmu, dia akan sangat bangga padamu... Tapi aku juga berpikir kalau tidak banyak orang aneh sepertiku yang akan terus bertugas di militer."

"Aku tahu, kau selalu mengatakan bahwa menjaga makam adalah tugasmu, bukan, Kai? Belum lagi, kita tidak akan pernah tahu kapan gerombolan iblis akan muncul. Dan bahwa kau ingin menemukan pedang Sid sekali lagi."

"...."

Prophet Sid pasti ada. Pahlawan umat manusia yang bertarung melawan pahlawan ras non-manusia. Kai tidak pernah meragukan cerita ini.

...Karena aku melihatnya.

...Sepuluh tahun yang lalu, pedang Sid ada tepat di depan mataku.

Pedang pahlawan benar-benar ada di makam iblis. Ketika dia jatuh ke dalam piramida hitam, tak salah lagi kalau dia telah melihatnya. Pedang yang bersinar seperti matahari, dikelilingi oleh ratusan iblis. Dan perasaan putus asa saat dia mencoba meraih pedang itu. Hanya itu yang bisa Kai ingat.

"Yah... aku tidak akan mengatakan kalau aku tidak bisa memahami perasaanmu."

Mengapa pedang Sid bisa berada di dalam makam iblis? Meskipun itu masih menjadi misteri, tak diragukan lagi bahwa pedang yang bersinar itu cocok dengan deskripsi pedang legendaris Sid. Meskipun satu-satunya yang percaya adalah Kai sendiri.

"Bahkan jika aku memberitahumu tentang itu, kau hanya akan menggodaku lagi.”

"Meskipun aku tidak akan melakukan hal seperti itu?" - kata Jeanne dengan senyum di wajahnya.

"Aku serius."

"Aku benar-benar tidak akan mengejek tekadmu. Tapi, Kai, wajah cemberutmu yang imut itu membuatku ingin melakukannya."

"Yah, oke."

"Berapa tahun yang lalu itu, aku bertanya-tanya. Kau tiba-tiba mengatakan kepadaku: Aku melihat pedang Sid! Aku pikir kita baru berusia sekitar sepuluh tahun pada waktu itu. Dan sejak itu kita selalu bermain bersama."

Saat kami berjalan melewati kerumunan. Gadis di sampingku tiba-tiba berhenti saat kami sampai di tengah persimpangan jalan.

"Kai, kaulah satu-satunya yang bermain denganku sejak kecil, Dan bahkan sekarang kau berjalan di sisiku. Bahkan setelah aku kembali, kau akan tetap berada di sisiku juga."

Dia berbalik ke arahnya. Tanpa berkedip, dia menatapnya dengan serius.

"Dengar, Kai, tentang kita. Menurutmu apa yang akan kita lakukan mulai sekarang?"

"Mulai sekarang...? Jeanne, kau akan pergi ke ibukota selama dua tahun, dan kemudian kau akan kembali."

"Ya... Tapi maksudku setelah itu." balasnya, lalu menelan napasnya.

Jeanne, yang merupakan teman dan kolega masa kecilnya, melangkah lebih jauh.

"Kai... Bagaimana jika aku..." - dan tepat pada saat itu...

Tubuh Jeanne mulai terdistorsi.

"Jeanne!?"

"Eh? Kai, ada apa?"

Jeanne menjawab seolah tidak ada hal aneh yang terjadi. Tapi dia bukan satu-satunya yang mengalaminya. Segala sesuatu di depan mata Kai mulai berubah. Di sekelilingnya, mulai dari bangunan, pohon, dan orang disekitarnya, semuanya mulai terdistorsi dan berputar. Diikuti oleh hembusan angin kencang. Hingga Badai partikel hitam mulai terbentuk di sekelilingnya.

Tidak ada yang melihatnya? Badai yang ada di sekitar kita ini?

Sebenarnya apa yang terjadi di sini!? 

Kai mendongak dan hanya bisa melihat langit yang mulai menghitam. Awan putih yang seolah tersedot, mulai berkumpul menuju satu titik. Dan bahkan langit biru menghilang, seolah ditarik oleh sesuatu. Semua ditelan menjadi satu titik hitam di langit.

Bukan hanya langit yang menjadi korbannya. Bahkan bangunan, pohon dan orang-orang di sekitarnya yang semula hanya terdistorsi. Segala sesuatu dari tanah itu sendiri mulai tersedot. Masing-masing terseret kedalam dan menghilang. Seperti lubang hitam raksasa yang menelan dan melenyapkan segalanya.

Tidak ada yang menyadarinya? 

Tidak mungkin... Apa hanya aku yang bisa melihatnya? 

Dan bahkan gadis itu, teman masa kecilnya, mulai memudar dan perlahan terhisap kedalamnya.

"Jeanne!"

"Eh? Kai, kenapa tiba-tiba? Memanggil namaku di depan umum seperti itu... Mungkinkah... Bisakah aku berharap?"

Meskipun mulai melayang, dia berkata dengan senyum di wajahnya. Tanpa memahami keanehan yang sedang terjadi. Di depan mata Kai sendiri, teman masa kecilnya mulai tersedot ke langit.

"Jeanne, peganglah… tanganku..! - dia mati-matian mengulurkan tangannya di tengah badai.


Dan pada saat yang sama, Kai kehilangan kesadarannya.

Mengaktifkan Reinkarnasi Dunia 

Memulai Penulisan Ulang Dunia 


Saat angin badai mereda, Kai akhirnya sadar dan mendapati dirinya berada di persimpangan yang sama di dekat terminal ke-9. Sendirian. Jeanne, yang sebelumnya berada tepat di depan matanya, sudah tidak ada lagi di sini. Puluhan orang disekitarnya dan ratusan orang yang keluar masuk toko pun ikut menghilang.

"...Apa yang terjadi!? Hei, Jeanne? Jeanne, ini tidak lucu jika kau bersembunyi hanya untuk menakutiku!"

Terminal ke-9 benar-benar kosong. Sungguh, apa yang baru saja terjadi di sini. Jalan tempat ia berpijak telah rusak, seolah-olah ada sesuatu yang sangat berat menimpanya. Yang ada dipinggir jalan sekarang adalah lubang-lubang besar, bukan pepohonan. Sebagian besar bangunan memiliki jendela yang pecah, dan bangunan itu sendiri berada di ambang kehancuran. Itu terlihat seperti reruntuhan. Pemandangan di sekitar Terminal 9 berubah menjadi dunia post-apocalyptic.

"Apa yang terjadi di sini...? Jeanne, semua orang menghilang..."

Bahkan tidak ada satu jiwa pun yang hidup. Ini terlalu aneh. Dalam situasi absurd ini, Kai melihat kotak logam di bahunya. Ada bayonet MDA. Insting Kai memberitahunya bahwa dia membutuhkan alat pertahanan diri, tapi kopernya tidak bisa dibuka tanpa kunci dari markas Urza. Keinginannya untuk mencari Jeanne dan yang lainnya harus menunggu.

"Tidak terlalu dekat dari sini, aku harus cepat..." - katanya dan mulai berlari menuju markas Urza.

Saat itu Kai bisa mendengar beberapa batu dilemparkan ke dalam bayangan bangunan di belakang.

"Ada suara? Apakah ada seseorang!?"

Bahkan jika itu hanya kucing atau anjing, itu saja sudah melegakan baginya. Lagi pula jika ada sesuatu yang hidup, maka itu berarti tempat ini masih dihuni oleh seseorang. Yang berarti pada akhirnya dia akan bisa bertemu orang-orang di sini.

"Hei, siapa saja...?"

Dari bayangan bangunan, sesuatu muncul. Itu bukanlah seekor kucing atau anjing. Melihatnya membuat Kai menjadi terdiam.

"Eh?"

Figur yang berdiri di atas dua kaki dengan tingginya yang lebih dari dua meter. Tubuhnya hitam pekat, seolah-olah ditutupi baju besi. Di punggungnya terlihat sayap hitam besar, dan di bawahnya ada ekor seperti ular. Bentuk kepalanya segitiga, yang pasti bukan milik manusia. Dan pupil matanya berwarna putih bersih.

...Seperti sepuluh tahun yang lalu.

...Ini seperti makhluk dari makam tempat dia terjatuh.

Bahkan sejak dia menjadi tentara, dia tidak pernah melupakannya. Sejak saat itu, dia selalu berpikir bahwa suatu hari monster-monster ini akan merangkak keluar dari makam.

Iblis hitam legam.

Saat Kai mendongak, di depan matanya berdiri monster besar.

...Ini bukan boneka robot. 

... Tak mungkin benda seperti itu ada di tengah jalan. 

Tidak ada mesin, yang hanya bisa diaktifkan di tempat latihan MDA bisa berdiri di sini.

"M-Ma...Manu..." - suara iblis yang tidak menyenangkan mencapai telinganya.

Sulit untuk dipahami, tetapi yang pasti itu adalah bahasa manusia.

"...Manusia? Di sini, di tanah ini?"

"Iblis itu berbicara !?"

Telah ditemukan sebelumnya bahwa iblis, dan pahlawan dari empat ras mampu memahami bahasa manusia. Tapi sepengetahuan Kai, hanya segelintir saja yang bisa mengucapkannya.

"Manusia... prajurit..."

Seutas cahaya mulai bersinar. Dari lekukan sayap iblis muncul lebih banyak lagi cahaya. Dan secara bertahap mulai menjadi lebih besar di tengah udara.

"Matilah."

Kumpulan cahaya itu mulai menembak seperti senapan mesin. Sambil sedikit kesusahan, Kai dengan cepat melompat bersembunyi di balik dinding gedung. Dinding itu pun menjadi hitam karena apinya. Jika dia tidak bisa bereaksi, maka kemungkinan seluruh tubuh Kai akan ditembak, oleh peluru api ini, penuh lubang.

"Sihir!?"

Dia mampu melompat menjauhinya tepat waktu. Sihir, pada umumnya adalah bagaimana orang biasa menyebut keajaiban, atau mungkin ilmu sihir, di zaman kuno. Setiap sihir yang kuat bisa menyaingi kekuatan senjata berat manusia yang paling kuat. Dan ada monster di antara iblis peringkat tinggi yang mampu terus menerus menembakkan hujan sihir seperti itu. Ini pertama kalinya Kai bisa bertemu makhluk yang sebenarnya. Mampu menghindari serangannya tanpa goresan bukanlah suatu kebetulan. ...Tubuhnya bergerak sendiri. Untuk mengantisipasi momen ini, Kai menghabiskan waktu berjam-jam dalam pelatihan untuk melawan iblis. Berkat itu tubuhnya memiliki refleks yang menyelamatkannya kali ini.

"...Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi..."

Dia yakin akan satu hal. Iblis ini bukanlah mesin belaka, dan dia jelas ingin menyakitinya.

"Ayo!"

Dengan sebuah pukulan kecil, kunci logam kotak senjatanya itu akhirnya terbuka. Peluru api dari iblis barusan tidak dapat mengenai Kai, tetapi malah mengenai kunci pada kotak bayonet. Karena sekarang kuncinya sudah rusak, Kai bisa mengeluarkan bayonetnya.

"Aku akan menjadi lawanmu." - kata Kai, sambil mengangkat dan mengarahkan bayonetnya ke arah iblis itu dan meletakkan jarinya di pelatuk.

Bayonet serbu serba guna "Drake Nail". Senjata ini telah dikembangkan oleh MDA untuk melawan ras non-manusia, dengan menggunakan catatan yang ditinggalkan dari Perang Besar. Bayonet itu dibuat berdasarkan model kuku Drake dari ras Cryptid.

"...Manusia..."

Jejak api bisa terlihat di udara di sekitar iblis lagi. Menggunakan sihirnya yang kuat, iblis itu menciptakan "Peluru api" yang beberapa kali lebih besar dari sebelumnya.

"…merusak pemandangan!"

Peluru elf yang disederhanakan.

Percikan cahaya putih bertebaran. Peluru yang baru saja ditembakkan Kai memiliki bentuk semi-transparan dan bersinar seperti pecahan kristal. Setelah ditembakkan, peluru itu menghancurkan seluruh peluru api yang dibuat iblis dengan sihirnya.

"!?" - Mata iblis terbelalak kaget.

"Sihir Elf !?"

"Tidak, ini adalah buah dari pengetahuan manusia."

Setelah Perang Besar berakhir, manusia terus menciptakan senjata eksperimental. Menggunakan bijih khusus yang bisa menetralkan sihir, mereka menciptakan peluru yang mampu menghancurkan apapun sihir musuh yang disentuhnya. Secara harfiah menghapus keberadaan sihir itu sendiri.

"Selama Perang Besar, Elf menggunakan alat seperti ini, bukan?"

Tapi alat sihir mereka diciptakan menggunakan kekuatan sihir mereka sendiri. Karena manusia tidak memiliki kekuatan sihir juga, mereka harus menggantinya dengan versi peluru elf yang telah disederhanakan. Dari situlah muncul nama ini.

"Ayo kita akhiri ini."

Saat Kai berlari melalui jalan yang rusak, sebuah lingkaran merah tiba-tiba muncul di bawah kakinya. Diameternya sekitar 5 meter dan mengelilingi Kai. Terlihat ada kobaran api di bawah sana.

"Terbakar!"

Sebuah tirai api muncul dari dalam lingkaran dan membakar semua yang ada di dalamnya. Tanpa menyisakan sedikitpun waktu baginya untuk menembakkan Peluru penghancur sihirnya. Begitulah yang Kai pikirkan, dia pun melompat dari lingkaran untuk menghindarinya.

"... menghindar!?"

"Aku sudah berlatih keras untuk melawan kalian para iblis!"

Kai menyelinap ke belakang iblis itu dan menancapkan Drake Nail padanya. Ledakan besar pun terjadi, tepat di mana Drake Nail tertancap. Seperti bunga merah yang mekar, rentetan bunga api telah berkobar. Tubuh raksasa iblis itu bergetar menerima serangannya dan asap dari ledakan barusan menutupi seluruh tubuh besarnya.

"Biar kuberitahu satu hal. Manusia telah menciptakan lebih dari sekadar Peluru Elf."

Akhirnya, iblis itu tumbang. Untuk Pertama kali dalam sejarah peluru ini digunakan untuk melawan ras non-manusia sungguhan. Namanya adalah Simplified Drake Bullet. Ide di balik peluru ini adalah untuk meniru nafas api Drake yang sebenarnya. Setelah Drake Nail menyentuh target, serangan berupa ledakan akan mengikutinya. Dan pada jarak sependek ini, seharusnya itu sudah cukup untuk mengalahkan ras non-manusia.

"...Huff.. Hah…"

Iblis itu tidak menunjukkan tanda-tanda bangkit. Kai menatap tangannya yang mati rasa dari serangan barusan, dan napasnya pun terasa berat. ...Hanya dari menembakkan peluru Elf dan Drake saja. ...Seluruh tubuhnya gemetar karena ketegangan pertempuran. Pertarungan nyata pertamanya, dan pertama kali dia melihat sihir yang sebenarnya. Jika dia ragu-ragu meskipun hanya sedetik saja, sihir api iblis itu tidak akan meninggalkan goresan saja padanya.

"Tapi itu berhasil!"

Semua latihannya hingga hari ini akhirnya membuahkan hasil.

"Aku bisa melakukannya... Bahkan jika itu adalah iblis, aku masih bisa melawannya!"

Kai masih tidak bisa memahami apa yang terjadi di sini hari ini. Tapi satu hal telah menjadi jelas. Dengan pelatihan bahkan manusia bisa melawan iblis yang perkasa.

"Kau… bajingan, siapa kau sebenarnya?" - tiba-tiba bisa terdengar.

Suara aneh dari kepakan sayap tiba-tiba mengakhiri kegembiraan kemenangan Kai. Di atas kepalanya, dia bisa mendengar dengungan dari kepakan sayap yang lebih keras daripada suara burung.

"Manusia...? Manusia yang bisa mengalahkan... rasku?"

Iblis yang kedua datang, penampilannya tidak jauh berbeda selain bentuk tubuhnya yang lebih kecil. Dengan tinggi yang sebanding dengan Kai, iblis itu tidak terlihat terlalu kuat dibandingkan dengan yang sebelumnya. ...Tapi bagaimana dengan tekanan ini. ...Jika itu tentang ukuran, jelas iblis sebelumnya adalah pemenangnya, tetapi dari caranya bertutur kata menunjukkan kalau iblis itu memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi.

"Makhluk apa kau?"

"Seperti yang kau lihat, hanya seorang manusia"

Insting Kai mengatakan bahwa yang ini jauh lebih berbahaya. Jadi dia dengan hati-hati memberikan jawabannya.

"Dan kau, ini sungguh mengejutkanku tapi, tampaknya kau cukup fasih menggunakan bahasa manusia ya?"

Sosok iblis kurus itu hanya menatapnya dari atas. Sambil tetap berada di udara, mulutnya yang terbentang disepanjang pipinya akhirnya bergerak.

"Bagi kami, serta ras lain, menggunakan bahasa manusia itu adalah keperluan."

Apa artinya dengan itu? Seolah mengejek tatapan bertanya Kai, iblis itu melanjutkan:

"Cara terbaik untuk memerintah budak-budakmu adalah dengan menggunakan bahasa mereka."

"...!?"

Manusia adalah budak?

Kata-kata ini... Adalah bukti terbaik mengapa dunia berada dalam keadaan yang begitu kejam. Dan menjawab pertanyaan apa pun tentang sumber perubahan ini.

Kami (manusia) kalah dari non-manusia?

"Yang Mulia Vanessa berkata kalau kita sudah memiliki lebih dari cukup budak."

"Vanessa?" - Kai mengerutkan keningnya setelah mendengar nama familiar itu.

Dark Empress. Tidak salah lagi, itu adalah nama pemimpin dan pahlawan iblis.

"... Dark Empress Vanessa!? Iblis keji itu?"

"Manusia, kau berbahaya. Matilah."

Dari ujung jari iblis, seutas cahaya muncul. Kemudian lingkaran sihir ungu yang tampak menyeramkan mulai terbentuk disekitarnya. Dan dari sana juga muncul cahaya yang sama.

"...Tutup matamu!" - dia mendengar suara yang familiar.

Dalam sekejap saja dia mengenali pemilik suara ini. Dan pada saat yang sama, cahaya kuat mulai menembus matanya, yang mengaburkan pandangannya.

"Ugh!"

Erangan iblis bisa terdengar. Sepertinya penglihatannya terganggu karena melihat cahaya terang barusan secara langsung.

"...Flashbang!?"

Benda ini secara resmi telah diadopsi oleh MDA. Flashbang dianggap efektif melawan sebagian besar non-manusia, dengan pengecualian satu-satunya roh yang memiliki penglihatan khusus. Tapi siapa yang melemparkannya?

"Di sini! Kita harus segera pergi, kalau tidak kita akan diserbu oleh iblis!"

Manusia? Membalikkan punggungnya dari cahaya yang menyilaukan, Kai berlari ke arah sosok yang memberi isyarat.

"Ayo! Granat itu mungkin cukup kuat, tapi itu tidak bisa bertahan lebih dari 10 detik."

Dalam pandangannya yang masih kabur, tampak sesosok gadis yang mengulurkan tangan padanya. Dan kemudian dia ditarik ke dalam kendaraan lapis baja.

"Kita mendapatkan pengembaranya. Ashlan, ayo pergi!"

"Baiklah!"

Roda mulai berputar dengan kecepatan tinggi. Dan kendaraan itu mulai menjauh dari iblis dengan kecepatan dan kebisingan yang luar biasa.

"Iblis-iblis ini mungkin bisa terbang, tapi kecepatan terbang mereka tidak bagus. Tidak mungkin dia bisa mengejar mobil ini... Jadi kau bisa santai sekarang... Yah, tapi mungkin kita kehilangan beberapa tahun masa hidup dari kejadian barusan."

Gadis itu pindah ke kursi terdekat dan menghela nafas panjang.

"Tapi sungguh, apakah kau bahkan menghargai hidupmu? Dari mana kau berasal? Apakah kau melarikan diri dari iblis? Pakaianmu tentu saja tidak terlihat seperti milik tahanan. Daripada tahanan, kau lebih mirip kami."

"...Saki!?"

"Eh? Kau kenal aku?"

Gadis itu tampak bingung dan takjub. Dia seharusnya seumuran dengan Kai. Dengan tampilan orang bebal, dia memiliki rambut oranye pendek dan mata besar seperti mata kucing. Taring kecil bisa dilihat di sudut mulutnya. Dan dia memiliki bintik-bintik di pipinya.


Tidak salah lagi, dia adalah salah satu rekannya dari unit yang sama.

"Apa maksudmu dengan ‘Apakah aku mengenalmu?’ Ini aku! Kau benar-benar menyelamatkanku, Saki. Aku tidak tahu apa yang terjadi."

"Maksudku, siapa kau sebenarnya?"

"...Eh?"

Keduanya saling berpandangan. Baru kemarin dia berlatih bersama dengannya. Tidak mungkin dia salah mengira dia untuk orang lain.

"Kau Saki, kan? Saki Miscotti... kan?"

"Ya"

"Kau sedang menjalani wajib militer di MDA..."

"Apa itu?"

Dia memiringkan kepalanya dengan bingung dan kemudian mengangkat pandangannya ke arah kursi pengemudi.

"Hei, Ashlan, apakah kau mendengarnya? Sesuatu bernama MDA ini, apakah ada yang seperti itu di Federasi Urza?"

"Tidak, aku tidak pernah mendengarnya" - jawab seorang pria muda, sambil dengan mudah menyetir mobilnya.

Melihat pemuda itu, tidak salah lagi. Ini adalah Ashlan yang sama dari unitnya.

"Hei, Ashlan, kau Ashlan Highrol, kan? Hentikan lelucon buruk ini. Ini aku, Kai Sakura Vento!"

"Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat di masa lalu?"

"..."

Dia tidak bisa berkata-kata. Tidak ada kata yang lebih baik untuk menggambarkan kondisinya saat ini.

"Kau benar-benar... tidak mengingatku?"

"Apakah kau benar-benar bertemu denganku di suatu tempat? Tapi yah, kau bahkan tahu namaku."

Tapi tentu saja. Mereka sudah bersama-sama di unit yang sama lebih dari satu tahun sekarang.

"Kau suka permen karet dengan rasa jeruk. Dan kau benci rasa kopi. Kau juga bangga dengan betapa fleksibelnya tubuhmu. Dan kau bisa melebarkan kakimu dalam rentang 190 derajat."

"Eh!? Tunggu dulu, bagaimana kau tahu tentang aku sebanyak itu?"

"Lalu untuk Ashlan, kau selalu mengalami masalah mabuk perjalanan. Jadi kau tidak akan pernah masuk ke mobil tanpa minum pil sebelum itu. Meskipun begitu kau tetap mengemudi..."

Saat Kai mulai berkata, dia tiba-tiba menyadarinya. Ashlan sedang mengemudi? Itu tidak mungkin. Selalu dia atau Saki yang akan mengantar mereka ke makam, sementara Ashlan sendiri hanya akan tidur siang di kursi penumpang.

"Ashlan... Bagaimana dengan mabuk perjalananmu?"

"Hah? Yah, tentu saja Aku sudah melupakannya sejak lama."

Kendaraan lapis baja mereka melaju dengan kecepatan tinggi melewati reruntuhan ini. Dia mengemudi dengan terampil di jalan yang rusak ini, penuh dengan puing-puing. Bisa jadi Ashlan lebih baik dari Kai sendiri dalam mengemudi sekarang.

"Di dunia ini, tidak bisa mengemudikan mobil hanya akan membuatmu mudah ditangkap dan diperbudak oleh iblis, kau tahu? Berbicara tentang mabuk perjalanan dalam situasi seperti itu... Eh? Hei, bagaimana juga kau bisa tahu tentang aku yang memiliki saluran setengah lingkaran yang lemah?"
<EDN: Saluran setengah lingkaran di telinga manusia itu kalau tidak stabil cairan didalamnya bisa bikin orang pusing, dan bisa berakibat mabuk. CMIIW>

"Bisa mengetahui tentang rasa permen karet favoritku juga cukup aneh" - Saki mengangguk setuju.

"Sebenarnya kau ini siapa?"

"...Kau benar-benar tidak mengingatku."

Kedua orang itu tanpa diragukan lagi adalah Saki dan Ashlan, dan sepertinya ingatan mereka tidak berubah sedikitpun. Meskipun begitu...

"Tunggu sebentar... Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini?"

Hanya dia sendiri yang telah dilupakan dunia.




TL: Regent
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar