Rabu, 03 November 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 21 : Prolog – Penggunaan Floating Weapon

Volume 21
Prolog – Penggunaan Floating Weapon


“Hah!” Aku menangkis serangan cepat dengan perisaiku sambil melihat ke arah rekan latihanku—Ren. "Berusahalah lebih keras!" Aku berlatih dengan Ren di desa. Alasannya sederhana: Ren telah memintaku secara khusus untuk berlatih, tetapi aku tidak tahu kenapa. Raphtalia akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk berlatih dengan pedang, atau bahkan Eclair—terutama mengingat dia memiliki minat padanya.

Dan selain itu, dia juga menempatkan segala macam batasan gila padaku. Sebagai permulaan, daripada bertahan, dia memintaku untuk mencoba menggunakan “pedang.” Aku menggunakan perisai panjang dan tipis yang mungkin digunakan seperti pisau. Kemudian dia memintaku untuk menggunakan Float Shield dan mengendalikannya seperti pedang yang melayang di udara. Aku sekarang bertarung melawan Ren dengan Float Shield dan menggunakan Change Shield untuk mengubahnya menjadi berbagai bentuk berbeda. Tentu saja, dia juga melarangku menggunakan skill, sihir, dan kekuatan kehidupan. Kami bahkan menyelaraskan statistik kami agar mirip satu sama lain. Sepertinya sesi pelatihan ini cukup rumit.

Ren mundur sedikit, berjongkok, dan bergegas berlari ke arahku dengan teriakan. Ini hanyalah sesi latihan, jadi Ren juga mengubah pedangnya sendiri menjadi pedang tumpul. Dia telah bertarung hanya dengan satu pedang sampai beberapa saat yang lalu, tetapi setelah dia melangkah mundur, ketika dia bergegas menyerang lagi, dia tiba-tiba menyerang dengan dua pedang. Aku menerima serangan yang datang dengan perisaiku, menerimanya secara langsung sambil juga mengirim Foat Shieldku di belakangnya untuk mengepungnya.

Ren mendengus sebagai tanggapan, matanya masih tertuju padaku saat dia menggunakan salah satu pedangnya untuk menghentikan salah satu Float Shieldku. Itu mengesankan—hampir seperti dia memiliki mata di belakang kepalanya. Bukannya seranganku sulit dibaca. Kemudian aku menggunakan Float Shield kedua dengan lebih senyap, membuatnya melayang rendah dekat dengan tanah.

"Aku melihat itu juga!" Teriak Ren, dengan cepat mundur untuk menghindari Float Shield. Ketergantungannya pada taktik hit-and-run masihlah tinggi dan itu bagus, tapi dia juga tampak lebih akurat—selain dari statistiknya—daripada saat dia melawan Eclair. Dia telah berlatih dengan banyak orang yang berbeda sejak saat itu. 
<TLN: Taktik Hit-and Run: ialah sebuah taktik dimana menyerang 1x lalu mundur dan diulang-ulang hingga musuh kalah>

“Naofumi, berusaha lebih keras! Aku ingin kau menggunakan setiap trik yang memungkinkan dalam buku ini untuk menyerangku! Kau bisa lebih baik dari ini!” Kata Ren mengejek.

“Mudah bagimu untuk mengatakannya,” Jawabku. Ren tampak lebih bersemangat daripada biasanya. Pelatihan kami telah menarik perhatian Eclair, Raphtalia, Fohl, dan lainnya di desa, yang menonton dari jarak aman. Eclair tampak sangat tertarik, seolah-olah mungkin ada sesuatu yang bisa dia pelajari dari pertempuran kami.

“Aku sudah lama ingin melihat Pahlawan Iwatani menggunakan pedang... dan hasilnya sangat menarik. Apakah begitu cara dia biasanya menggunakannya?” Tanya Eclair, melihat ke arah Fohl. Aku biasanya bertarung untuk bertahan daripada menyerang, yang mungkin menciptakan perbedaan mendasar dalam pendekatanku secara keseluruhan untuk bertarung.

"Tidak. Sikap berpedang Kakak biasanya lebih mirip yang digunakan Raphtalia, dan sebelumnya dia menggunakan jenis serangan tempo cepat yang sama seperti Atla saat menyalin teknikmu, Eclair. Dia berkata ‘amati, tiru’ — dan dia biasanya tidak bertempur seperti itu.” Fohl memberikan analisis yang akurat. Dia mengamati pergerakanku ketika aku melawan Takt. Aku benar-benar mengalahkannya, mendasarkan gerakanku pada Raphtalia dan Atla setelah berlatih dengan mereka begitu lama, sambil melepaskan salinan serangan Eclair milikku sendiri. “Aku tidak bermaksud kasar, tapi dia terlihat tidak nyaman bertarung seperti ini.” Itu karena aku biasanya yang memblokir serangan, tidak melepaskannya seperti Raphtalia, Atla, Fohl, Ren, atau Eclair. Aku tidak akan terkejut jika upayaku untuk bertarung tampak seperti tarian gila dan sia-sia. “Dapat dikatakan,” Lanjut Fohl, “Gaya bertarung yang dia gunakan sekarang juga sangat sulit untuk dibaca. Jika kau melawannya hanya dengan melihat gerakannya, kau pasti akan terluka.”

“Karena dia biasanya sangat fokus untuk melindungi kita... dia bergerak di sekitar kita dengan sangat terampil, untuk menjaga kita tetap aman,” Kata Raphtalia menimpali.

"Itu benar, Nee-san," Kata Fohl setuju.
<EDN: Oke, karena Fohl menyebut naofumi dan raphtalia dengan panggilan kak. Jadi mimin putuskan untuk mengubah panggilan raphtalia jadi Nee-san>

"Hmmm. Ini jelas merupakan bentuk serangan yang aneh. Sangat menarik,” Kata Eclair.

“Apakah ada contoh lain dari gaya bertarung yang diminta oleh Pahlawan Pedang untuk digunakan oleh Tuan Naofumi?” Kata Raphtalia.

“Merujuk pada sebuah buku tentang seni bela diri yang kubaca dulu — gaya bertarung menggunakan senjata yang melayang dengan sihir. Sepertinya empat pahlawan dari masa lalu telah memanfaatkannya,” Ungkap Eclair. Para penonton ini sepertinya sedang bersenang-senang mengobrol sementara Ren dan aku saling bertarung—dan Ren tidak memberiku kesempatan untuk bergabung dalam diskusi.

Faktanya, dengan fokus penuh pada pelatihan, Ren hanya mendorong dirinya lebih keras dan lebih keras. Dia menyerangku lagi sambil meraung.

“Naofumi!” Teriaknya. "Mengapa kau tidak menggunakan Twin Shield untuk bertarung dengan dua tangan?"

“Maaf untuk mengatakannya, tapi aku masih belum menemukan skill itu,” Kataku. Gagasan tentang gaya bertarung dengan perisai di masing-masing tangan terdengar sangat gila bagiku. Bahkan jika itu memang menawarkan peningkatan pertahanan, menerima serangan yang datang pada kedua perisai akan terasa sangat sulit. Itu mungkin dapat memperkuat skill Shooting Star Wall... Maksudku, aku bisa menjalankan simulasi gaya permainan di kepalaku sepanjang hari, tapi aku tidak akan pernah mendapatkan jawabannya tanpa benar-benar mencobanya.

Melihat aku hanya bisa memiliki satu perisai di tanganku, aku bertanya-tanya apakah itu dihitung sebagai cacat. Bagaimanapun juga, ini adalah dunia yang sama sekali berbeda dari Jepang, dengan keberadaan statistik seperti video game, sebuah kesalahan untuk menerima fakta begitu saja.

"Jadi begitu ...” Kata Ren, terdengar sedikit kecewa. Dia mencoba untuk menjauh dan membuat jarak di antara kami lagi, tapi dengan teriakan aku menjajarkan kedua Float Shieldku dengan perisai di lenganku, membentuk dinding horizontal dan kemudian mendekatinya.

Suara keras terdengar saat senjata kami bentrok, Ren mendengus saat dia dipaksa untuk bertahan dengan pedangnya. Salah satu Float Shieldku mendaratkan pukulan, jadi aku menebas dengan yang lain tepat di belakangnya.

Ren lalu menangkisnya dengan pedangnya yang lain. Jika rencananya adalah untuk terus menghindar, maka tindakan terbaikku adalah menyerang dengan Float Shield dan kemudian mendekat begitu dia sibuk memblokirnya. Aku hanya perlu meluangkan waktu sejenak untuk melihat apa tanggapannya.

"Cukup bagus ... tapi itu tidak cukup!" Seru Ren, memutar-mutar pedangnya dalam putaran lebar yang tampaknya benar-benar membuka celah pada pertahanannya. Aku siap untuk mengambil keuntungan dari itu ketika dia menyilangkan pedangnya di depan dirinya sendiri dan menebasnya ke bawah dalam bentuk salib. Bahkan jika aku menerima serangan baru ini pada Float Shield dan mencoba menyerangnya dari samping, aku tidak cukup cepat. Aku tidak menyukainya, tetapi tidak ada aturan yang mengatakan aku tidak bisa menghindar daripada bertahan, Pahlawan Perisai atau tidak. Sebenarnya, aku perlu mencoba melampaui apa yang Ren harapkan dariku, yang berarti menghindari sesuatu mungkin merupakan kejutan yang menyenangkan baginya.

Aku mundur, menghindari serangan Ren yang datang, dan kemudian menempatkan Float Shield untuk mencegah serangan lanjutan di tempat aku mundur. Pedang Ren menebas tempatku berdiri, salah satunya menancap di tanah. Dan yang lainnya mendarat di salah satu perisai. Ren berhenti sejenak sebelum meluncurkan serangan lanjutan dengan raungan tanpa kata. Dia berputar-putar di tempat dan datang tepat ke arahku, mengayunkan pedangnya dengan cepat, tetapi serangan tersebut tidak terlalu kuat. Aku terkesan dengan refleksnya. Serangkaian serangan terengah-engah semacam ini tentu akan sulit bagi seseorang yang tidak berpengalaman dalam pertahanan sepertiku. Bahkan serangan cepat dan ringan pun bisa menciptakan celah, jika cukup sering dilakukan. Aku memiliki dua Float Shield dan perisai di lenganku juga — total tiga perisai,

"Kemampuan Pahlawan Pedang benar-benar meningkat, bukan?" Kata Raphtalia. “Dari level teknis murni, aku tidak yakin bisa menandinginya lagi.”

"Memang. Ren memiliki konsentrasi yang mengesankan, tapi kurasa dia tidak memperhatikan apa pun selain Pahlawan Iwatani. Dalam pertempuran yang sebenarnya, itu mungkin membuatnya tidak dapat menanggapi serangan tak terduga dari samping, ” Kata Eclair, memotong inti masalah dan membuktikan lagi bahwa dia sendiri adalah seorang pejuang ahli. “Apakah kau menyadari perbedaannya dengan Pahlawan Iwatani? Dia telah melirik ke sini sesekali selama mereka bertarung. Sebuah indikator bagus bahwa dia memperhatikan sekelilingnya. ”

“Ya, aku memperhatikannya. Bahkan saat dia melawan Pahlawan Pedang, Tuan Naofumi mendengarkan kita berbicara, ” Kata Raphtalia.

“Ren juga berlatih dengan Pahlawan Tombak, tapi dia tidak menunjukkan konsentrasi setinggi ini. Pahlawan Iwatani juga paling mengesankan, mampu mendorong Ren ke level setinggi itu,” Jawab Eclair. Aku tidak yakin itu semua mengesankan. Ini hanya kecenderungan Ren untuk terpaku pada satu hal, yang kuanggap bukan hal baik. Fokusnya yang intens pada satu musuh dalam situasi seperti ini adalah masalah yang harus ditangani, bukan dipuji. Dia jauh lebih kuat dalam pertarungan satu lawan satu.

“Aku lebih tertarik pada bagaimana Kakak menggunakan senjata mengambang itu. Nee-san, bukankah ada yang seperti ini untuk Seven Star Weapon? Vassal Weapon dari dunia lain cukup mirip dengan senjata di sini, kan?” Tanya Fohl.

“Duel-wielding adalah yang terbaik yang bisa kulakukan, kurasa,” Kata Raphtalia.

“Sepertinya itu sesuatu yang tidak bisa disalin dengan mudah. Aku cukup yakin itu akan membuatku gila, mencoba melakukan trik seperti itu. Kau perlu menggunakan kekuatan kehidupan dan sihir saat berada dalam situasi pertempuran yang berat. Memikirkannya saja membuat kepalaku pusing,” Kata Eclair.

“Aku tahu maksudmu,” Kata Raphtalia setuju.

“Tapi... Pahlawan tujuh bintang memang memiliki senjata yang bisa melayang juga, kan? Seperti yang Pahlawan Iwatani gunakan selama latihan,” Kata Eclair.

"Benar sekali... Dia menggunakannya ketika meminjam Staff dari Raja Bijaksana yang Paling Bijaksana, ” Kenang Raphtalia. “Mungkin kita harus mencarinya.”

“Akan luar biasa jika sesuatu muncul, tetapi aku tidak dapat membayangkan senjata itu akan mudah ditemukan,” Kata Fohl.

"Memang ... mereka tampak sangat berbeda dari senjata suci, setidaknya dalam hal ini,” Kata Raphtalia setuju. Baik dia dan Fohl tampak sangat kecewa.

Kembali dengan Ren dan aku, dia sekarang terengah-engah setelah meluncurkan serangkaian serangan. Aku tidak akan membiarkan celah itu melewatiku, jadi aku mendorong perisaiku—dia menghindari itu, tapi aku sudah menumpuk Float Shieldku, menebasnya. Beban terbesarku di sini adalah kontrol mental dari perisai, yang berarti aku tidak mengeluarkan stamina sebanyak Ren.

Ren menggerutu dan melanjutkan pertahanannya sementara aku menyelipkan Float Shield di belakangnya, di luar pandangannya. Lalu aku dengan cepat menebasnya dari belakang. Aku sedang menunggu saat di mana perhatian Ren akan tertuju oleh perisai yang masuk. Aku sudah siap untuk mengelilinginya dan mulai menebasnya lagi. Perisaiku mengenai perutnya, bukan pukulan berat, tapi cukup untuk membuatnya terengah-engah. Kemudian Ren menurunkan pedangnya, menerima kekalahan, dan mulai bernapas kasar.

“Fiuh... sepertinya kau mengalahkanku, ” Kata Ren.

"Kau bergerak cukup bagus," Kataku padanya. "Kau hanya perlu berhenti berkonsentrasi terlalu keras pada apa yang ada di depanmu." Seperti yang telah Eclair tunjukkan, Ren cenderung terfokus pada satu hal dalam pertempuran. Konsentrasi yang intens bukanlah hal yang buruk, tetapi juga dapat membatasi perspektifmu secara berlebihan—cara yang sangat tidak fleksibel untuk bertarung.

"Aku mengerti," Jawab Ren.

“Hei, kita berdua bertarung dengan batasan aneh yang biasanya tidak kita lakukan. Aku tidak berpikir pertempuran normal akan membutuhkan konsentrasi setinggi itu,” Kataku.

"Tidak, penting bagiku untuk merenungkan hal ini," Tegas Ren, tidak menerima kenyataan bahwa aku mengizinkannya. Dia sangat berpendirian teguh. “Kita tidak tahu musuh seperti apa yang akan kita hadapi esok hari. Naofumi, aku harap kau akan berlatih denganku lagi. Saat aku meningkat, bisakah kau juga mulai menggunakan sihir untuk meluncurkan serangan jarak jauh padaku? Batu, kerikil, lemparan apa pun tidak masalah.” Kata Ren.

"Tentu, kurasa," Jawabku tanpa komitmen. Aku tidak butuh batu untuk mengalahkannya, pikirku, memutar Float Shieldku dengan malas. Ren memperhatikan mereka saat mereka berputar. “Kurasa ada hal lain yang harus kukatakan.”

"Apa?" Tanya Ren.

“Jika kau begitu tertarik dengan Float Shieldku, mungkin kau harus menggunakan skill yang sama?” Saranku. Aku pernah mendengar bahwa senjatanya dari bahan Spirit Tortoise telah menyertakan skill yang memungkinkannya menyerang dengan Float Sword. Jika dia bisa dengan bebas menyerang dengan pedang ke segala arah di area yang luas, itu akan menjadi serangan yang cukup sulit untuk dihadapi.

"Sejujurnya ... Aku tidak begitu hebat dalam mengendalikan Float Weapon,” Kata Ren. Dia diam-diam memanggil pedang mengambang dan mencoba untuk memindahkannya di depan dirinya. Sepertinya dia melakukannya dengan cukup baik.

“Terlihat cukup bagus untukku,” Kataku padanya.

“Itu berlaku jika aku terdiam. Tetapi jika aku bergerak sendiri atau harus berkonsentrasi menyerang, pedang berhenti bergerak. Aku tidak berpikir aku bisa terus menggerakkan mereka dengan bebas dalam pertempuran seperti yang kau lakukan, Naofumi, ” Kata Ren.

"Aku lebih mudah karena biasanya aku hanya memblokir serangan," Kataku padanya. Yang harus aku lakukan adalah melihat pergerakan lawanku dan menggerakkan perisaiku ketika aku ingin mengarahkan kembali dampak serangan musuh. Jika aku benar-benar perlu menyerang juga, itu akan membuat segalanya lebih sulit bagiku.

“Aku rasa itu tidak terlalu berpengaruh. Kau menggunakan perisai dengan terampil dalam pertarungan kita sekarang. Jika aku mencobanya, pedang itu hanya akan melayang di udara. Lihat." Ren mulai berlari dengan memunggungi Float Sword, menunjukkan padaku bagaimana pedang itu tidak akan mengikutinya kecuali dia berkonsentrasi padanya. “Jika ini adalah dua atau tiga pedang yang kita bicarakan, itu akan membuatnya semakin sulit,” Katanya.

“Hmm” aku termenung. Ini adalah masalah yang disebutkan Eclair sebelumnya. Tampaknya konyol untuk sesaat bahwa ada sesuatu yang bisa kulakukan dengan begitu mudah sehingga Ren memiliki begitu banyak masalah. Tapi sekali lagi, aku juga memiliki skill yang tidak bisa digunakan oleh Itsuki dan Motoyasu. “Mungkin kau harus mencoba berlatih dengan pedang sepanjang waktu?” Saranku.

“Aku akan mencobanya, tapi tolong jangan berharap terlalu banyak dariku. Kurasa aku tidak bisa menandingimu, Naofumi, atau... seseorang tertentu lainnya...” Kata Ren. Aku telah merasakan sesuatu yang lain terjadi di sini, dan penyebutannya tentang "orang lain" ini membuatku yakin.

“Hei, Ren. Kau mencoba melawanku untuk menggantikan orang lain ini, bukan?” Tanyaku. Berdasarkan bagaimana Ren bertindak, dan hal-hal yang dia katakan sejak kami memulai pelatihan khusus ini, aku yakin dia mencoba membuatku menyamai gerakan seseorang dari masa lalu.

"Ya itu benar. Aku minta maaf membuatmu melakukan ini, tapi aku tidak bisa memikirkan orang lain yang mungkin bisa membantuku,” Kata Ren.

"Aku punya firasat," Kataku padanya. "Apakah ini berasal dari pengalamanmu bermain game VR-mu?" Di dunia jepang Ren, dia telah terpikat pada game yang sangat mirip dengan dunia ini. Aku membayangkan bahwa bos atau karakter dalam game itu menggunakan pola serangan seperti yang dia buat untuk kutiru. Ini tidak biasa, tapi sejujurnya, itu adalah pelatihan yang baik untukku juga, jadi aku tidak mengeluh.

“Semacam itu, tetapi... kurang tepat.” Jawab Ren tanpa komitmen.

"Maksudmu?" Tanyaku.

“Itu bukan di Brave Star Online, tetapi seseorang yang aku kenal secara online. Aku ingin kau mencoba dan menyalin gerakan yang mereka gunakan,” Jelas Ren, terdengar seperti dia menyesalinya. Aku tidak marah tentang hal itu, jadi dia tidak perlu menyesalinya. Dia sekarang cepat merasa depresi.

“Ren, kau menggunakan Pahlawan Iwatani untuk melawan musuh kuat dari masa lalumu?” Tanya Eclair.

"Ya. Aku minta maaf karena tidak berterus terang tentang itu, tapi aku pikir Naofumi bisa menandingi gaya bertarung yang sama,” Kata Ren.

"Jadi begitu," Kataku. Seseorang memutar-mutar senjata yang melayang—apa itu, semacam paranormal? "Orang seperti apa yang sedang kita bicarakan?"

“Seperti kombinasi setengah kepribadianmu sekarang dan setengah kepribadianmu saat pertama kali bertemu denganmu,” Jelas Ren.

"Kedengarannya benar-benar menyebalkan—tapi aku tidak tahu seperti apa Kakak sebelumnya," Kata Fohl menimpali.

“Hei, Fohl?” Kata Raphtalia memperingatkan. “Kau mungkin harus memilih kata-katamu lebih hati-hati. Tuan Naofumi memelototimu.” Aku harus bertanya-tanya lagi apa yang dipikirkan Fohl tentangku. Jika aku tidak menyukai jawabannya, aku mungkin harus memberinya hukuman—seperti mengirimnya pergi dalam perjalanan panjang dengan anak anjing Keel yang terlalu bersemangat. Mencoba mengikuti semua hal gila yang dia buat bisa sangat melelahkan. Dia berbeda, tetapi sama bodohnya dengan para filoial. Dia juga tampaknya berpikir bahwa Fohl sangat keren, sedangkan Fohl tidak yakin bagaimana harus bertindak ketika dia berada di dekatnya. Menyatukan mereka terdengar seperti hukuman yang berat, setidaknya untuk salah satu dari mereka.

“Tidak ada skill seperti Float Weapon di Brave Star Online, itulah mengapa aku bisa menang di sana,” Lanjut Ren.

"Ini adalah orang yang sama yang kau sebutkan ketika kau mengalahkanku waktu itu?" Tanya Eclair, dan Ren mengangguk. Dulu, ketika Ren masih berlagak angkuh dan bertarung dengan Eclair, aku ingat dia mengatakan sesuatu tentang mengalahkan pemain top dari game lain di Brave Star Online. Sepertinya dia masih membanggakan kemenangannya itu — namun faktanya, walaupun dia telah mengalahkan pemain ini, tetapi itu bukan dikandangnya.
<EDN: Maksudnya bukan digame keahliannya. Seperti pertandingan sepak bola ada permainan tandang dan kandang>

“Ketika aku memikirkannya sekarang, aku yakin dia tidak bersungguh-sungguh melawanku di Brave Star Online. Bahkan jika itu hanya ilusi, aku ingin mencoba dan memastikannya... jika aku bisa,” Jelas Ren.

"Pemain ini sekuat itu?" Tanyaku. Ren mengangguk tanpa ragu.

“Jika dikandangnya, bahkan diriku yang sekarang tidak akan punya kesempatan. Aku yakin itu. Ia pasti akan lebih kuat dariku di dunia ini, karena adanya Float Weapon,” Ujarnya. Itu sangat mengesankan. Lebih kuat dari Ren sekarang itu berarti mereka lawan yang cukup tangguh

“Aku harap dia tidak muncul di antara para reinkarnator,” Komentarku sinis. Ini semua mulai terdengar seperti semacam flag.
<EDN: Awkk, mancing-mancing sih>

“Aku juga berharap begitu. Ia tampak cukup solid, dari segi kepribadian,” Jawab Ren. Kami mungkin berbicara tentang orang terkuat yang Ren kenal—yang membuatku tidak yakin bagaimana harus bereaksi. Aku bisa marah karena aku disamakan dengan orang lain—atau merasa bangga bahwa dia akan menempatkanku di samping seseorang yang dia hormati sebagai saingan yang begitu kuat.

Sepertinya aku tidak terlalu terganggu.

“Kita sedang membicarakan seseorang yang mirip dengan Kakak? Dalam kepribadian juga?” Tanya Fohl.

"Hentikan itu, oke?" Kataku. Perkataanku membuatnya terdiam sejenak, tapi dia terlihat ingin mengatakan lebih banyak. Aku memelototinya dan dia menggelengkan kepalanya, memohon keringanan hukuman dengan matanya.

“Ia terlibat dengan operasi guild besar di dalam Brave Star Online, jadi ia tidak memiliki kekurangan pribadi yang mencolok. Aku juga tidak pernah mendengar ada masalah tentangnya. Kurasa itu adalah alasan lain aku membandingkannya dengan Naofumi,” Jelas Ren. Aku tidak yakin tentang tanggapannya—kedengarannya tidak persis seperti dia melindungiku. Tetap saja, kurasa dia mencoba mengatakan kami mirip karena hal-hal seperti tindakanku mengurus desa. “Jika aku dipanggil sebagai pahlawan, aku ingin tahu apakah ia akan terpilih sebagai pahlawan juga,” Kata Ren mengakui.

“Hentikan pembicaraan ini. Kau terdengar seperti merendahkan dirimu sendiri, dan jika orang mendengar seorang pahlawan berbicara seperti itu, itu akan mempengaruhi moral mereka. Apapun itu, simpan untuk dirimu sendiri,” Kataku memperingatkannya. Ren sudah menjadi seperti ini—benar-benar seperti pecundang—sejak dia datang ke desa. Dia telah menyiksa dirinya dengan sikapnya itu saat kami berada jauh di dunia Kizuna sehingga dia benar-benar kelelahan! Dia sangat lemah di bawah tekanan. Itu jelas mengapa dia tidak ingin mengambil terlalu banyak tanggung jawab. Dia tidak ingin menanggungnya dan terluka sendiri jika ia gagal.

“Aku hanya ingin menjadi kuat... sekuat dirinya,” Kata Ren.

“Dan beginilah caranya bertarung,” Jawabku. Pertarungan jarak dekat dengan campuran Float Weapon—seperti melawan seseorang yang dipersenjatai dengan banyak senjata.

“Jika kita ingin lebih dekat lagi, kupikir kita perlu menempatkanmu pada filolial dengan statistik yang lebih tinggi dariku juga. Tentu saja, kau akan membuat Float Weapon datang dari segala arah,” Renung Ren.

"Ya Tuhan, monster macam apa yang sedang kita bicarakan?" Seruku, hanya setengah bercanda. Aku harus mengubah individu dalam pikiran Ren ini— menjadi semacam dewa perang yang memegang Float Weapon. Aku mengalami kesulitan membayangkannya sekarang. “Ren, aku pikir kau harus berhenti membicarakan orang ini. Kau mulai terdengar seperti Motoyasu yang berbicara tentang Filo,” Kataku memperingatkannya. Ilusi Filo yang ada di kepala Motoyasu telah menggelembung menjadi malaikat—sementara kenyataannya adalah makhluk berbulu serakah yang hanya memikirkan makanan berikutnya.

"Kau pikir begitu?" Tanya Ren.

"Ya. Kau tahu bahwa mungkin otakmu melebih-lebihkannya. Jika kau benar-benar bertemu dan melawannya lagi, kau mungkin menemukan fakta bahwa dia jauh lebih lemah dari sebelumnya,” Kataku padanya. Semakin aku memikirkan hubungan antara Motoyasu dan Filo, semakin banyak keyakinan yang aku pegang dalam kata-kataku. “Bagaimanapun juga, jika rutinitas semacam ini dapat meningkatkan kemampuanmu, aku akan membantu kapan pun aku punya waktu. Teruslah berlatih,” Kataku padanya.

"Oke!" Balasnya.

“Hal yang terpenting sekarang, kau harus mampu merespons secara fleksibel dalam pertempuran. Menjadi fokus bukanlah hal yang buruk, tetapi kau harus tetap waspada terhadap lingkungan sekitarmu,” Kataku padanya.

"Itu tidak mudah bagiku," Katanya.

“Kau harus mengesampingkan keyakinanmu bahwa kau tidak dapat menggunakan Float Skill dan terus berlatih menggunakannya sesering mungkin. kemampuan ini tidak akan datang secara alami kepadamu. Seperti metode peningkatan kekuatan, prasangkamu mungkin dapat menghambatmu,” Kataku memperingatkannya. Saingan inilah yang membuat Ren begitu terpaku pada Float Weapon. Itu mungkin memberinya sedikit kesulitan jika berhubungan dengannya. Itu pasti akan membuka lebih banyak opsi serangan daripada menggunakan dua pedang sekaligus, jadi menguasainya akan memberikan keuntungan besar di masa depan.

“Ya, kau benar, Naofumi. Aku akan terus berlatih,” Jawab Ren.

“Jika kau masih tidak bisa menguasainya, setidaknya coba lindungi punggungmu. Jauhkan pedangmu dari belakangmu setiap saat—membayangkan kau memiliki ekor atau sayap mungkin bisa membantu,” Kataku menasihatinya. Float Weapon bergerak ketika kau memikirkannya, jadi seharusnya tidak terlalu sulit. Semuanya bermuara pada kekuatan mentalmu.

"Kau tahu? Dia mengatakan hal yang sama kepadaku,” Kata Ren, matanya berkaca-kaca.

“Berhenti mengingatnya!” Balasku. Sudah waktunya untuk menghentikan percakapan yang tidak berarti ini.

"Hmmm. Menyaksikan kalian berdua bertarung membuatku ingin melawanmu juga, Pahlawan Iwatani. Sayang sekali Hengen Muso Style tidak memiliki teknik seperti itu,” Kata Eclair.

“Kau mungkin bisa menemukan sesuatu yang serupa—mungkin dengan menerapkan sihir,” Saranku padanya. Mungkin sihir angin—Shildina sudah menggunakannya untuk terbang.

"Hmmm. Kurasa aku tidak memiliki kapasitas sihir yang sesuai, tetapi aku akan melihat apakah aku dapat membuat segalanya melayang dengan memfokuskan kekuatan kehidupanku,” Renung Eclair. Sekarang kami memasuki ranah kemampuan psikis. Aku bertanya-tanya sejenak apakah kekuatan kehidupan benar-benar serbaguna—tetapi kemudian aku mengingat teknik Wall yang membentuk penghalang untuk sesaat, atau teknik Gather yang dapat mengubah lintasan serangan proyektil yang masuk, dan memutuskan bahwa itu sangat mungkin. Wanita tua itu mungkin memiliki beberapa ide untuk menciptakan teknik baru semacam itu, tetapi tidak ada yang bertanya padanya karena dia bahkan tidak berada di zona waktu yang sama.

“Tidakkah menurutmu Itsuki akan menjadi yang paling berbahaya, jika dia menyerang dengan Float Weapon seperti ini?” Kataku.

"Oh ... Pahlawan Busur menggunakan Float Weapon?” Kata Raphtalia.

“Ya, pikirkanlah. Dia bisa menggunakan busur dan senjata api. Dia bahkan tidak perlu sering menggerakannya—cukup mengunci target dari kejauhan dan melepaskan tembakan,” Kataku.

“Ketika kau mengatakannya seperti itu... ya, itu akan menjadi taktik yang menakutkan,” Kata Raphtalia setuju.

“Belum lagi dia juga bisa mengeluarkan banyak instrumen yang berbeda dan membuat orkestranya sendiri—tapi itu mungkin lebih sulit untuk dilakukan,” Lanjutku. Kami telah menentukan bahwa jika kami berada di level yang sama, Itsuki memiliki kekuatan serangan terkuat di antara semua pahlawan, tetapi juga pertahanan terlemah. Dari satu perspektif, sepertinya Itsuki dan aku saling berlawanan dalam hal menyerang dan bertahan. Tentu saja, tidak seperti kekurangan kekuatan seranganku, Itsuki masih memiliki kekuatan pertahanan, jadi itu tidak sepenuhnya sama. Dilihat dari sudut itu, pendahuluku Pahlawan Perisai, Mamoru Shirono, sepertinya lebih dekat dengan kebalikan dari Itsuki.

Itu mengingatkanku kembali untuk menghadapi situasi kami saat ini. Ini bukan hal yang mudah untuk dijelaskan, tetapi kami saat ini hidup di masa lalu dunia tempat kami dipanggil. Sebuah serangan misterius, yang kemungkinan diluncurkan oleh pasukan musuh kakak perempuan S'yne dan Bitch, dan telah membawa kami kembali ke masa lalu bersama dengan seluruh desaku. Kami sekarang tidak memiliki cara untuk menghubungi siapa pun yang tertinggal di masa depan, termasuk Filo, Motoyasu, Itsuki, dan Rishia. Di sini, di masa lalu, kami telah menandatangani aliansi dengan Mamoru Shirono, pendahuluku sebagai Pahlawan Perisai, dan negara yang berafiliasi dengannya, Siltran. Adapun Mamoru sendiri, dia diberkati dengan statistik yang membuatku sedikit iri. Dia adalah Pahlawan Perisai, tapi dia juga bisa menyerang. Dia juga menguasai Float Shield dengan baik. Mungkin aku harus memintanya untuk ikut berlatih bersama kami lain kali. Itu pasti akan berguna untuk memancing pertumbuhan Ren di masa depan.

Saat aku merenungkan hal-hal ini, sesuatu yang lain melintas di benakku — Float Weapon sebenarnya sangat mirip dengan senjata jarak jauh yang dikendalikan dari jarak jauh yang sering muncul di anime mecha. Aku pikir senjata seperti itu terlihat sangat keren di layar dan akan senang untuk mendapatkannya pada saat itu, tetapi begitu aku benar-benar mendapatkannya... ini tidak begitu hebat, sungguh. Itu membuatku sedih karena dulu aku mengagumi semua ini dan Ketika aku mendapatkannya, itu benar-benar diluar harapan.

Itu seperti ketika kau melihat seseorang menggunakan perlengkapan yang benar-benar kau inginkan dalam game online, dan kemudian ketika kau benar-benar mendapatkannya... itu tidak sekuat perkiraanmu.

“Wajahmu terlihat sangat sedih, Tuan Naofumi. Bagaimanapun juga, kupikir pelatihan dengan menggunakan Float Shieldmu seperti ini sangatlah berguna. Ini seperti latihan untuk menghindari rentetan serangan,” Kata Raphtalia. Aku menyuarakan persetujuanku. Aku juga tidak ingin membayangkan kekacauan jika semua orang dipartyku menyerang dengan gerombolan Float Weapon, jadi mungkin segalanya lebih baik tanpa terlalu banyak perubahan. Ren, Raphtalia, dan S'yne mungkin masih terlihat cocok, tapi begitu membayangkan orang-orang seperti Fohl, itu hanya akan terlihat seperti semacam lelucon—Pahlawan Gauntlets membuat sarung tangan melayang di udara untuk menyerang bersama. Aku jadi teringat tentang anime mecha, dan aku menyukai rocket punch! Semua orang yang mengenalku dapat mengetahui kapan aku sedang memikirkan ide anehku, jadi aku memutuskan untuk menghentikan pemikiran itu segera.

“Satu hal yang bisa kita coba untuk membuatnya lebih efektif adalah dengan menemukan atau membuat aksesori yang membuat mereka secara otomatis menyerang targetmu,” Renungku. Aksesori memungkinkan menambah efek di atas efek yang sudah ada di dalam senjata. Salah satu contohnya adalah aksesori yang memungkinkan Glass menyebabkan tebasan di udara saat dia mengayunkan kipasnya. Sesuatu seperti itu terdengar seperti cara praktis untuk membuat Float Weapon Ren lebih efektif.

Aksesoris juga dapat meningkatkan skill tertentu, dan ada berbagai macam untuk ditemukan... tapi membuatnya juga tidak semudah itu. Pertama dan yang terpenting, kau hanya bisa mengetahui efek apa yang dimiliki dengan memakainya dan mencobanya. Beberapa efek—seperti ketajaman ekstra—mungkin sulit ditemukan bahkan saat kau mengujinya. Masalah lainnya adalah ketahanan aksesoris itu sendiri. Dalam beberapa kasus, menggunakannya secara berurutan dapat merusak aksesoris itu sepenuhnya. Jadi kau perlu mencari efeknya dan menanganinya dengan hati-hati agar tidak merusaknya... Ada banyak pekerjaan tambahan yang harus dilakukan.

Tapi karena kami terjebak di sini sampai kami bisa menemukan jalan pulang, jadi aku benar-benar punya banyak waktu. Untungnya, aku telah belajar cara membuat aksesori, dan Imiya—ahli pembuat aksesoris lainnya—juga ada di sini bersama kami. Kami dapat menggunakan sumber daya di desa ini dan bahan baru yang kami temukan di sini dan melihat apakah kami dapat membuat beberapa aksesori baru yang luar biasa atau tidak.

“Ide yang menarik...” Kata Ren.

"Ini akan menjadi taruhan apakah kita dapat menemukannya atau tidak, jadi jangan terlalu mengandalkanku!" Kataku memperingatkannya.

"Tidak apa-apa. Jika kau akan membuat beberapa aksesoris, aku dapat bekerja menempa dan membuat senjata untuk semua orang, ” Jawab Ren. Dia pernah magang dengan master pak tua itu, Kenangku. “Aku tidak seahli masterku atau murid lain, tapi aku punya beberapa teknik pandai besi yang bisa membantu mengisi kekosongan.” Kedengarannya seperti dia telah belajar dengan cepat. Mungkin itu sedikit mirip dengan pembuatan aksesori yang separuhnya hanya untuk mempelajari pola dan menonjolkan daya tarik materialnya. Dia bisa menggunakan kekuatan kehidupan juga, artinya dia mungkin bisa membuat beberapa senjata yang cukup kuat. Bengkel pandai besi yang kami tambahkan saat memperluas desa juga akan berguna. “Membuat senjata cukup menarik,” Lanjut Ren. “Terutama untuk orang sepertiku, yang selalu bergantung pada senjata langka di masa lalu. Sekarang, aku berharap suatu hari nanti bisa membuat senjata yang memiliki efek tambahan langka, seperti yang master buat.” Di antara penduduk desa saat ini, Ren mungkin salah satu yang terbaik baik dalam menempa, jadi tidak ada salahnya jika dia membuat beberapa barang. "Oke. Tunjukkan padaku apa yang bisa kau lakukan, ” Kataku padanya.

"Tuan. Naofumi, aku pikir sudah waktunya kau pergi bertemu Keel dan yang lainnya di Siltran. Dan kita juga perlu bertemu dengan Ruft dan Melty di kastil, kan?” Kata Raftalia.

"Hah? Sudah waktunya ya. Baiklah, pelatihan hari ini cukup sampai disini. Semua orang kembali ke apa pun yang perlu kalian lakukan, ”Kataku.

Berkat serangan misterius dari kekuatan kakak perempuan S'yne, seluruh desa kami telah dipindahkan ke masa lalu dari dunia lain ini—ke sudut sebuah negara bernama Siltran, yang di masa depan akan menjadi Siltvelt. Itu adalah situasi yang masih kami coba tangani.




TL: Hantu
EDITOR: Isekai-Chan
PROOFREADER: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar