Selasa, 26 Juli 2022

Genjitsushugisha No Oukokukaizouki Light Novel Bahasa Indonesia Volume 15 : Chapter 6 - Untuk Masa Depan yang Harus Kami Lindungi

Volume 15
 Chapter 6 - Untuk Masa Depan yang Harus Kami Lindungi



Di Father Island ada sebuah kota yang dikenal sebagai Min, di mana ritual Kerajaan Roh pernah dilakukan disana. Itu adalah kota yang memiliki sejarah penting, dan bangunan batu di tengahnya—yang bentuknya mengingatkan pada piramida atau Chichen Itza—telah lama menjadi sarang monster tipe serangga. Namun, setelah dibersihkan oleh pasukan gabungan dari pasukan Fuuga dan Pasukan Sukarelawan Garlan, mereka dapat menggunakannya sebagai pangkalan utama. Mudah dipertahankan dan dengan pelabuhan di dekatnya, jelas kota itu akan menjadi kota penting. Di sinilah Bito, mantan Raja Gabi, bergegas maju untuk mengambil kemenangan merebut kembali kota itu sebelum dia dikepung dan dibunuh oleh monster.

Sekarang monster sedang dimusnahkan dari Father Island, Min menjadi pusat pemulihan pulau. Banyak orang berkumpul di sana, sibuk berkeliaran. Namun, wajah mereka murung bukan dipenuhi harapan. Penyebabnya: penyakit yang dikenal sebagai Kutukan Raja Roh.

"Kutukan" hanya dialami oleh prajurit. Pertama, orang yang terinfeksi secara bertahap kehilangan kemampuan untuk menggunakan sihir, dan kemudian sihir penyembuhan berhenti bekerja pada mereka. Akhirnya, itu akan mulai mempengaruhi tubuh, menyebabkan berbagai gejala. Pada akhirnya, penyakit mengerikan ini akan mengakibatkan kematian.

Prajurit yang tak terhitung jumlahnya telah tewas di Mother Island. Pasukan Fuuga bahkan tidak tahu penyakit itu ada, dan anggota Pasukan Sukarelawan Garlan juga tidak menyangka begitu banyak orang akan tertular penyakit itu di Father Island. Bahkan jika mereka sedikit khawatir itu mungkin saja terjadi, mereka tidak punya cara untuk bertahan melawannya.

High Elf pasti berharap penyakit itu hanya menyerang orang-orang di Mother Island. Namun harapan itu telah pupus. Dan di sini, di Father Island, sebuah peristiwa akan terjadi yang akan mengguncang penduduk baru di pulau itu. Telah diketahui bahwa panglima tertinggi pasukan gabungan mereka, Shuukin, telah terjangkit penyakit tersebut.

◇ ◇ ◇

"Oh! Aku akan membawa ini padanya!" Elulu berkata, memegang nampan di tangannya. Dia berada di dapur sebuah rumah besar di Min yang pernah digunakan oleh anggota bangsawan High Elf.

Wajah para high Elf yang bekerja di dapur berkerut.

"Putri! Mungkin Anda tidak seharusnya melakukan itu?”

"Itu berbahaya! Jika sesuatu terjadi pada anda…”

“Tentunya tidak perlu bagi anda untuk melakukan pekerjaan sebagai maid, Putri.”

Semua orang tampak menentang, tetapi Elulu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Biarkan aku melakukan ini setidaknya. Dia berjuang demi kita, dan hanya ini yang bisa kulakukan untuk membalasnya.”

"Putri..."

Semua orang tahu bahwa senyum cerah di wajahnya hanya untuk menjaga agar suasana di ruangan itu tidak terlalu murung. Saat mereka menatapnya, tidak bisa menjawabnya, ekspresi Elulu sedikit rileks.

"Aku akan pergi sekarang." katanya riang, dan pergi dengan nampan ditangannya.

Dia bergegas ke sebuah ruangan di sisi timur mansion. Berhenti di depannya sejenak untuk memastikan dia terlihat rapi, dia kemudian mengetuk pintu.

"Aku masuk," katanya, memegang nampan dengan satu tangan sambil membuka pintu dengan tangan lainnya.

"Tuan Shuukin, bagaimana perasaanmu... Ah!"

Mata Elulu melebar saat dia melihat bagian dalam ruangan. Orang sakit yang seharusnya berbaring di tempat tidur tidak ada di sana; dia malah tergantung secara vertikal dari atas bingkai jendela yang terbuka.

"Seratus satu... Seratus dua..." dia menghitung.

Dia menatapnya, tercengang.

"Ah, ya... Itu adalah otot-otot yang bagus di antara sayapnya... Tunggu, tidak!"

Elulu buru-buru meletakkan nampan di atas meja, dan mencoba menarik Shuukin turun dari bingkai jendela. Namun, antara perbedaan berat badan mereka dan cengkeraman kuat Shuukin, dia tidak bisa melepaskan jari-jarinya dari bingkai jendela.

"Kamu sakit, jadi istirahatlah!"

“Oh, itu Putri Elulu.”

Shuukin telah fokus melakukan chin-up, tetapi ketika dia melihat Elulu, dia melepaskan bingkai jendela dan jatuh ke tanah. Karena lengah, Elulu jatuh terduduk.

Dia menggosok bagian belakangnya yang sakit dan menatapnya dengan kesal, tetapi Shuukin sepertinya tidak menyadarinya, dan menyeka keringatnya dengan handuk.

"Wah... Kamu harus benar-benar menjauh dariku," katanya sambil tersenyum. “Akan menjadi masalah jika kamu tertular penyakit yang ada pada diriku.”

"Aku belum pernah mendengar sesuatu yang begitu tidak meyakinkan sebelumnya!"

Dia mungkin sedang mendinginkan diri. Cara Shuukin memutar-mutar lengannya, sulit membayangkan dia sakit. Melihatnya seperti ini membuat Elulu jengkel.

“Kurasa tidak ada orang yang tertular penyakit ini saat merawat orang sakit. Itu mungkin tidak menyebar dari orang ke orang seperti itu... tapi, tidak, sebelum itu, kenapa kamu tidak istirahat saja?!”

Tatapan mencela di mata Elulu tidak memiliki efek pada Shuukin.

“Aku mungkin tidak dalam kondisi terbaik, tetapi tubuhku masih dapat bergerak. Jadi aku harus terus berlatih sampai aku tidak bisa bergerak lagi atau itu akan berdampak buruk padaku sebagai seorang pejuang. ”

"Sudah duduk saja!"

Elulu menyuruh Shuukin duduk, dan meletakkan nampan dengan bubur di pangkuannya.

“Saatnya makan! Makanlah!"

"Oh baiklah. Aku mengerti."

Tampaknya terintimidasi oleh intensitasnya, Shuukin memakan buburnya. Saat dia melihatnya, Elulu menghela nafas, tatapan sedih di matanya.

"Tuan Shuukin... Bagaimana kamu bisa begitu penuh energi?"

Mmph… Hm? Apa maksudmu?" dia bertanya di antara suapan makanannya.

“Ketika para pejuang menjadi korban dari Kutukan Raja Roh... keputusasaan yang paling besar. Saat mereka menderita penyakit itu, mereka melihat tulisan di dinding* dan menyerah pada segalanya... Beberapa bahkan mengakhiri hidup mereka sendiri pada hari yang sama... Tunggu, kurasa aku tidak dalam posisi untuk mengatakan ini.”
(EDN: idiom untuk merasakan kejadian buruk akan segera datang)

“Putri Elulu?”

“Jika kami memberitahumu tentang penyakit ini lebih awal, maka mungkin...”

Elulu menyusut menjadi dirinya sendiri dengan penyesalan. Ketika dia melihat itu, Shuukin menggelengkan kepalanya.

“Itu bukan salahmu, kan? Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan penyakit itu, jadi tidak ada yang tahu kami juga bisa tertular di Father Island.”

“T-Tapi tetap saja...”

“Aku hanya menyalahkan diriku sendiri. Setelah semua kemenangan yang kucapai sebagai bawahan Tuan Fuuga, aku menjadi sangat sombong sehingga aku tidak melihat jebakan di bawahku. Kamu tidak pernah tahu di mana jebakan mungkin mengintai dalam hidup ini. Itu adalah pelajaran yang bagus.”

Mendengar dia mengatakan itu, Elulu menatapnya dengan heran, dan kemudian iri.

"Kamu sangat kuat, Tuan Shuukin ..."

"Itu tidak benar..."

“Tidak, kamu benar-benar kuat. Bagaimana kamu bisa begitu teguh meskipun kamu sedang sakit?”

"Hrmm ..." Shuukin menyilangkan tangannya sambil berpikir, sendok kayu keluar dari mulutnya. Setelah beberapa detik, dia menjawab, "Ini... mungkin karena aku tidak berpikir ini adalah akhir."

Mata Elulu melebar. "Hah?"

"Lihat pesan di sana." Shuukin mengangguk ke arah meja samping tempat tidur.

"Apa ini?"

"Surat dari Tuan Fuuga."

“Dari Tuan Fuuga? Apakah tidak apa-apa bagiku untuk membacanya? ”

"Ya. Tidak ada apa pun di sana yang seharusnya tidak kubiarkan kamu melihatnya. ”

"Oh, oke... Jadi, apa yang Tuan Fuuga katakan?" Elulu bertanya sambil mengambil surat itu. Shuukin tersenyum.

“Untuk menyelesaikan masalah ini dengan Kutukan Raja Roh, dia mendapatkan kerja sama penuh dari Raja Souma dari Friedonia.”

“Frie…donia?”

“Ini adalah negara besar di timur benua. Sampai beberapa tahun yang lalu tidak ada yang menonjol tentangnya kecuali sejarahnya. Namun, telah ada sejumlah kemajuan yang luar biasa sejak raja baru naik takhta. Itu sangat mengesankan sehingga membuat Tuan Fuuga waspada terhadapnya, dan dia bahkan mengirim adik perempuannya Yuriga ke sana untuk belajar.”

“Ah, aku ingat sekarang. Itulah negara yang merupakan pemimpin dari Aliansi Maritim.”

Elulu ingat bahwa pamannya pergi ke Kerajaan Friedonia untuk meminta bantuan pada awalnya. Namun, mereka tampaknya menggunakan kebijakan Kerajaan Roh tentang supremasi High Elf sebagai alasan untuk menolak kerja sama.

Dengan menyilangkan tangan, Shuukin berkata, “Aku hanya akan mengulangi dari apa yang kudengar dari Tuan Fuuga, tetapi surat Nona Yuriga memberi tahu kami bahwa kemajuan negara itu dalam sains dan teknologi luar biasa. Dan ketika berbicara tentang obat-obatan tertentu, dia mengatakan bahwa mereka beberapa dekade di depan kami. Orang-orang yang bukan penyihir cahaya dapat memberikan pengobatan, dan mereka bahkan mampu menyembuhkan penyakit yang dulu dianggap mustahil untuk diobati dengan sihir cahaya.”

“Mereka sejauh itu?! Luar biasa... Seberapa besar kesenjangan dengan negara kami? Kami tetap tertutup dari seluruh dunia begitu lama. ”

Dengan senyum masam pada keterkejutan Elulu, Shuukin berkata, “Dan mereka akan membantu kita. Masih terlalu dini untuk putus asa, bukan begitu?”

"Aku mengerti."

“Yah, satu-satunya penyesalanku adalah bahwa kegagalanku telah membuatku berhutang budi pada Raja Souma. Dan aku mungkin telah menyusahkan Nona Yuriga juga.”

“Itulah alasan mengapa kamu perlu menjadi lebih baik, kalau begitu!” Elulu berseri-seri, sepertinya mendapatkan kembali keceriaannya. “Selama kamu masih hidup, kamu dapat menunjukkan rasa terima kasihmu kepada bawahanmu, dan membayar hutangnya kepada raja itu. Tetapi jika kamu mati, kamu hanya akan menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih yang tidak pernah membayar hutangnya. Jadi tolong, sembuhkan dirimu! ”

“Pfft...! Ah ha ha ha!” Shuukin tertawa terbahak-bahak, tertawa dengan antusiasmenya.

Elulu tidak bisa menahan tawa juga. Ruangan itu dipenuhi dengan keceriaan sehingga sulit membayangkan ada orang yang sedang sakit di sana.

◇ ◇ ◇

Di sebuah rumah besar di Parnam, dua bayi tidur nyenyak di tempat tidur bayi di ruang tamu. Ibu mereka sedang mengawasi mereka.

“Melihat mereka berdampingan seperti ini, mereka terlihat seperti kembar. Itu mengingatkanku pada Cian dan Kazuha,” Roroa menceritakan.

"Kau benar," Tia setuju. “Jika warna rambut mereka tidak berbeda, aku mungkin akan membuat mereka bingung.”

Keduanya adalah saudara ipar, dan mereka mengetahui kehamilan mereka pada waktu yang hampir bersamaan. Hilde telah memberi mereka pemeriksaan rutin, dan mereka juga melahirkan pada waktu yang hampir bersamaan. Mereka sudah pulih setelah melahirkan sekarang, jadi Roroa sering membawa bayinya bermain di kediaman Julius dan Tia.

Ibu-ibu yang penyayang itu melanjutkan.

“Leon tidur dengan mulut terbuka lebar. Dia akan menjadi orang hebat suatu hari nanti.”

“Tius sangat pendiam. Aku merasakan kecerdasan Tuan Julius darinya.”

Putra Roroa dengan Souma adalah Leon Amidonia, dan putra Tia dengan Julius adalah Tius Lastania. Karena mereka berdua masih bayi, Leon dan Tius tampak seperti dua kacang polong; tetapi rambut tipis di kepala Leon berwarna cokelat tua, sedangkan rambut Tius berwarna krem muda.

Saat para ibu memandangi anak-anak mereka dengan penuh kasih, para ayah memperhatikan mereka dari sebuah meja tidak jauh dari sana, di mana mereka sedang minum teh.

"Keduanya adalah seorang ibu sekarang... Itu membuatku agak emosional hanya dengan memikirkannya," kata Souma di antara teguk tehnya. "Kau tahu... mereka tidak terlihat berbeda dari saat aku bertemu salah satu dari mereka."

"Yah, setelah usia enam belas tahun, kurasa dua atau tiga tahun tidak membuat perbedaan besar."

“Namun sebenarnya, itu benar-benar terjadi. Mereka mengatakan pria tidak tumbuh sebanyak itu setelah mereka memiliki anak, tetapi ketika seorang wanita melahirkan, dia menjadi makhluk baru yang disebut ibu... Atau begitulah yang pernah kudengar.”

"Kamu berbicara dari pengalaman?"

“Bagaimanapun, kami sudah ada yang keempat. Aku bahkan tidak bisa menahan mereka saat ini.”

"Heh, kamu mengatakan itu seolah-olah ada waktu ketika kamu bisa melakukannya." kata Julius menggoda.

"Oh, diamlah," jawab Souma, mengangkat bahu.

Mereka berdua dengan santai bercanda sambil memperhatikan istri dan anak-anak tercinta mereka.

Apakah siapa pun yang melihat pemandangan damai ini dapat mengetahui bahwa kedua orang ini pernah memimpin puluhan ribu tentara yang kuat melawan satu sama lain dalam pertempuran sampai mati?

“Terima kasih telah memperkenalkan kami pada Dr. Hilde.” kata Julius sambil membungkuk. “Berkat dia, ibu dan anakku sehat.”

“Hilde satu-satunya yang perlu kamu ucapkan terima kasih. Bahkan jika aku tidak memperkenalkanmu, Kerajaan memiliki banyak bidan dan ginekologis sekarang. Kupikir salah satu dari mereka bisa membantumu tanpa membuat banyak perbedaan siapa yang kamu pilih.” kata Souma, melambaikan tangannya.

<TLN: Ginekologis adalah dokter yang fokus pada kesehatan tubuh dan organ reproduksi wanita.>

Julius mengangguk. “Memang benar bahwa Kerajaan berada jauh di depan dalam hal pelayanan medis.”

“Sejujurnya, ini adalah bidang yang kuingin kita kembangkan dan terus dikembangkan lagi. Kupikir kita masih membutuhkan lebih banyak dokter dan rumah sakit, tapi... itu juga akan memerlukan kenaikan pajak, kurasa.”

"Ini hal yang penting untuk dilakukan, tapi... aku bisa melihat ada penolakan dari orang-orang," Julius menyilangkan tangannya dan mengerang.

"Ya. Aku baru saja berbicara dengan Roroa tentang bagaimana mungkin kita harus melemparkan ide itu ke Perwakilan Rakyat.”

"Perwakilan Rakyat... Itu adalah badan yang mengumpulkan dan mengatur permintaan untuk raja, kan?"

Perwakilan Rakyat dihadiri oleh perwakilan dari setiap ras dan status sosial dari setiap wilayah negara. Mereka seperti kotak saran yang memungkinkan "suara rakyat" mencapai raja. Mereka hanya ada untuk membuat suara-suara itu didengar, dan terserah raja apakah akan bertindak atas permintaan itu atau tidak.

Namun, jika dia terlalu mengabaikan mereka, raja akan kehilangan dukungan rakyat, dan karena itu dia biasanya menerapkan hal-hal yang tidak akan menimbulkan masalah baginya. Contohnya adalah perluasan program siaran.

"Kupikir kita akan membiarkan orang memutuskan apakah mereka ingin pajak dinaikkan untuk mendanai sistem medis yang lebih lengkap," kata Souma.

Dengan tatapan muram di matanya, Julius menggelengkan kepalanya. “Mereka akan menolaknya, tanpa keraguan. Semua orang berpandangan sempit.”

“Yah... ya, kamu mungkin benar. Sistem pendidikan telah membuat lebih banyak penduduk dapat berpikir sendiri, tetapi mereka belum sampai pada titik di mana kita dapat membuat reformasi yang memotong mata pencaharian mereka sendiri.”

“Mengetahui hasilnya, kamu masih berniat menyerahkannya kepada rakyatmu?”

“Ada artinya dalam membuat mereka memutuskan.”

“Hm? Apa maksudmu?"

"Aku sudah memperhitungkan bahwa itu akan ditolak beberapa kali," kata Souma sambil menyeringai. “Tapi setiap kali ditolak, kami mempublikasikan hasil itu kepada orang-orang. Sistem medis yang kuat adalah suatu keharusan. Seiring berjalannya waktu, jumlah warga yang memahami hal tersebut akan semakin bertambah. Akan ada orang-orang di pedesaan yang berpikir, 'Seandainya kotaku juga punya dokter,' kan? Nah, begitu itu terjadi…”

“...Rakyat akan memaksa Badan Perwakilan untuk menyetujuinya, atau beberapa anggota akan berusaha untuk bergerak demi memenangkan hati mereka.”

Seharusnya aku tahu Julius akan mengerti. Dia tajam, jadi jika aku memberinya petunjuk, dia akan mencari tahu sisanya sendiri.

“Tapi bukankah kamu sedikit tidak sabar? Orang-orang tidak akan mengerti apa yang kamu coba lakukan di sini.”

“Aku tahu... Tapi, kau tahu, Julius, aku ingin orang-orang tidak pernah berhenti memikirkan diri mereka sendiri. Jika mereka menerima semua yang mereka dengar, lihat, atau katakan hanya tentang hasilnya, maka mereka tidak akan pernah menemukan apa yang benar-benar tepat. Kesederhanaan bisa menjadi kebajikan, tetapi juga membuat orang rentan terhadap teori konspirasi. Aku tidak ingin itu terjadi pada kerajaanku.”

Souma menghela napas dalam-dalam.

“Itu akan membantu mencegah mereka diambil oleh faksi Fuuga juga.”

“Fuuga Haan?” Julius bertanya.

“Kamu tahu bagaimana karismanya menarik orang kepadanya? Jika Fuuga berkata, 'Naden adalah ryuu putih,' semua orang akan setuju. Jika dia berkata, 'Aku bisa membuat hidupmu lebih baik,' orang akan ingin dia memerintah mereka meskipun dia tidak memiliki apa pun untuk mendukung klaim itu. Jika Fuuga berkata, 'Orang itu jahat,' orang-orang akan membenci orang itu.”

“Kurasa aku mengerti maksudmu... Baiklah. Itu adalah langkah yang digunakan Hashim untuk membentuk Persatuan Negara Timur. Membangkitkan kebencian terhadap pemerintahan saat ini, dan membujuk orang-orang dengan karisma Fuuga. Kami kehilangan semua tentara pengungsi kecuali Jirukoma dan mereka yang tinggal bersamanya seperti itu.”

Julius mengernyit pada ingatan yang dibawa kembali.

Souma mengangguk. “Dia mungkin mencoba hal yang sama di negara ini entah bagaimana. Ketika dia melakukannya, situasinya akan berubah tergantung pada seberapa banyak orang-orang kita dapat berpikir untuk diri mereka sendiri. Bahkan jika dia mencoba untuk memenangkan mereka dengan kata-kata manis, kita membutuhkan orang-orang kita untuk dapat berpikir, 'Apakah itu benar-benar akan sebagus itu?' dan 'Apakah orang itu benar-benar seburuk yang dikatakan Fuuga?'”

"Kalau begitu, kamu melatih Perwakilan Rakyat agar tidak rentan terhadap hasutan semacam itu?" Julius mendesah setengah kagum dan setengah cemas. "Ini adalah metode yang berbelit-belit, tapi sepertinya akan berhasil... Betapa melelahkannya cara seperti itu."

“Kamu tidak perlu mengatakannya dua kali. Dan apakah itu sangat merepotkan?”

“Aku bisa membayangkan rasa sakit yang dialami Putri Liscia dan Perdana Menteri Hakuya karena bekerja denganmu begitu lama.”

“Aku mengerti…” Souma menjawab dengan senyum masam.

Kebetulan, setelah beberapa kali penolakan, rencana ini akhirnya disetujui. Bagaimanapun, peristiwa yang akan datang dan orang tertentu akan terlibat di dalamnya. Ketika Souma melihat laporan itu, dia mungkin berkata, "Itu berjalan lebih cepat dari yang kuharapkan ..." Itu sudah cukup meskipun rencananya sudah melenceng dari yang seharusnya.

Terdengar dentingan saat Julius meletakkan cangkir teh nya di piring.

“Tetapi sebelum kita memikirkan masa depan, kita perlu memikirkan yang sekarang. Apa yang terjadi dengan Kutukan Raja Roh?”

“Kita masih secara aktif menyelidikinya...” Souma menjawab setelah menyesap tehnya. “Aku telah mengirim tim medis ke kota pelabuhan yang diberikan Fuuga kepada kita di pantai barat, dan mereka mengumpulkan informasi. Pertama, mereka memverifikasi sedikit hal yang sudah kita ketahui. Fuuga mengatakan itu adalah penyakit yang terutama menyerang prajurit, dan bukan penyakit yang menyebar dari orang ke orang. Itu sepertinya benar.”

"Itu bagus... Atau begitulah seharusnya?"

“Sulit untuk mengatakannya. Karena orang-orang masih terjangkit penyakit di Father Island.” Souma melingkarkan tangannya di sekitar cangkirnya, melihat ke bawah ke dalamnya. “Sekarang kita tahu penyakit itu tidak menyebar dari orang ke orang, Hilde dan Brad meminta untuk pergi ke sana, tapi...”

“Itu masih berbahaya. Kamu harus menghentikan mereka. ”

"Ya aku tahu. Kita tidak bisa kehilangan mereka. Aku meminta mereka meninjau semua informasi yang kami dapatkan dan membuat tindakan balasan... Cara terbaik untuk menekan keinginan mereka untuk melakukan sesuatu yang terburu-buru adalah dengan membuat mereka sibuk.”

"Benar."

“Aku juga memiliki Genia dan krunya yang sedang bergerak.”

"Genia adalah... kepala departemen penelitian teknis Kerajaan, kan?"

“Mhm. Aku membuat mereka fokus pada studi magicium sekarang, dan salah satu gejala khusus dari Kutukan Raja Roh adalah membuat orang yang terkena penyakitnya tidak dapat menggunakan sihir. Jika itu memiliki beberapa efek pada magicium di tubuh mereka, itu mungkin memberi kita petunjuk. Aku memutuskan untuk meminta mereka bekerja sama dalam hal ini. ”

Julius tampak terkejut sesaat. Souma memiringkan kepalanya ke samping.

"Ada apa?"

“Oh, aku baru saja ingat tentang seberapa baik staf Kerajaan. Apa pun yang ingin kamu lakukan, kamu memiliki personel yang tepat untuk pekerjaan itu dan mereka dapat langsung bekerja. Sejujurnya, kamu telah menciptakan satu negara yang menakutkan. ”

Souma tersenyum kecut mendengarnya.

“Apa yang kamu bicarakan? Kamu adalah salah satu dari kami sekarang. ”

"Aku..?"

“Kita akan melakukan lebih banyak negosiasi dengan Fuuga di masa depan. Hashim akan berada di balik layar, tidak diragukan lagi. Aku tidak yakin seberapa baik semuanya akan berjalan tanpamu dan Hakuya bekerja sama. Setelah kamu merasa nyaman dengan anakmu, silakan kembali bekerja.”

“Heh, aku adalah bawahanmu sekarang. Jika itu perintahmu, maka aku akan mengikutinya.”

Saat masing-masing tersenyum satu sama lain, pipi mereka diapit dari kedua sisi. Roroa dan Tia yang tadinya berputar-putar di belakang suami masing-masing, masing-masing melingkarkan tangan di wajah suaminya.

“Ayo, darling, nii-san. Untuk apa kamu bertingkah begitu murung?”

"Dia benar! Mengerikan sekali kamu mengabaikan istri dan anak-anakmu yang manis seperti ini!”

"Ah! Maaf, Roroa.”

“M-Maaf, Tia.”

Dengan istri mereka yang jengkel pada mereka, Souma dan Julius merasa tidak enak.

"Astaga. Aku senang melihat kalian semua rukun,” tiba-tiba terdengar suara.

Itu adalah pria berambut abu-abu yang datang untuk membawakan mereka sepoci teh segar. Manajer bisnis pakaian bernama The Silver Deer, dan wajah publik perusahaan Roroa, Sebastian Silverdeer.

“Hanya masalah waktu sebelum ada lebih banyak anak-anak, kan,” kata Sebastian sambil tersenyum, dan Roroa mengangguk dengan antusias.

“Sial. Kupikir aku akan mati ketika aku melahirkan, tetapi aku sudah menginginkan yang lain. ”

“A-Aku juga.”

Melihat ekspresi penuh harapan di wajah istri mereka, Souma dan Julius saling memandang dengan canggung. Sebastian menyaksikan semuanya sambil tersenyum.

"Ayah. Bayi,” kata suara yang sedikit terbata-bata di samping tempat tidur bayi.

Itu adalah seorang gadis berusia sekitar tiga atau empat tahun dengan rambut yang sama dengan Sebastian. Dia berjalan ke sisinya dan, mengangkatnya, sehingga dia bisa melihat wajah bayi lebih baik.

“Lihat, Flora. Ini Tuan Leon dan Tuan Tius.”

"Mereka lucu, ayah."

Gadis yang tersenyum ini adalah Flora Silverdeer, putri Sebastian yang memiliki mata murung.

Saat dia melihat mereka, Souma menegaskan kembali tekadnya, berpikir, aku harus melakukan yang terbaik untuk melindungi masa depan anak-anak ini.

◇ ◇ ◇

Ada jalan raya yang menghubungkan utara Kerajaan Harimau Agung Haan dan Parnam, ibukota kerajaan Kerajaan Friedonia. Itu adalah satu jalan yang panjang dan lurus, tetapi itu berubah sepenuhnya saat kamu menyeberang dari satu negara ke negara lain.

Jalan di sisi Kerajaan Harimau Agung hanyalah jalan tanah yang dilalui oleh orang-orang dan tunggangannya, sedangkan jalan Kerajaan Friedonia jauh lebih mudah digunakan, diaspal dengan beton Romawi dan pohon-pohon penghalang monster ditempatkan secara berkala agar tetap mengendalikan hewan liar. Itu adalah demonstrasi yang fasih tentang perbedaan komitmen terhadap infrastruktur antara kedua penguasa.

Seorang pria lajang berada di jalan di sisi Kerajaan Friedonia. Wajahnya disembunyikan oleh tudung yang dikenakannya, dan langkahnya berat. Dia berjalan hampir seperti tahanan dengan kaki terikat.

Namun pria itu masih belum berhenti.

Akhirnya, ia mencapai sebuah kota kecil di pegunungan. Dia membeli sedikit makanan dan anggur di sana, lalu duduk di pinggir jalan untuk memakan semuanya. Cara dia makan, seperti mendapatkan nutrisi adalah yang terpenting.

“Hei, tuan. Kamu tidak terlihat begitu baik,” seseorang memanggil pria itu.

Itu adalah pria besar dengan otot besar dan janggut lebat yang tampaknya menjadi ciri khasnya. Sejujurnya, orang-orang pasti akan berpikir kalau dia sangat terlihat seperti bandit.

Pria berkerudung itu dengan hati-hati menggenggam belati yang tersembunyi di dalam jubahnya saat dia menjawab, "Aku khawatir aku tidak memiliki apa-apa saat ini ..."

"Hah?" pria berjanggut itu menatap kosong padanya sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. “Sudah lama sejak seseorang berbicara kepadaku seperti itu. Jika kamu tidak mengenalku, maka... kamu tidak berasal dari sekitar sini, bukan? Anda seorang petualang?”

Tampaknya pria berjanggut itu tidak bermaksud untuk bermusuhan. Pria berkerudung itu melepaskan belatinya.

“Ahh... Bisa dibilang begitu... Kalau begitu kau bukan bandit?”

“Kau salah paham denganku. Jangan khawatir, aku tidak akan merampokmu. Raja akan marah.”

Pria berjanggut itu memukul dadanya dengan satu tangan.

“Aku bagian dari tim penyelamat gunung di sekitar bagian sini... Tunggu, jika kamu dari luar negeri, kamu tidak akan tahu tentang kami, ya? Tugas kami adalah mencari orang-orang yang terjebak di pegunungan, atau yang menghilang di sana, dan menyelamatkan mereka.”

“Aku belum pernah mendengar pekerjaan seperti itu... Dan? Apa kau ada urusan denganku?” pria berkerudung itu bertanya dengan hati-hati, tetapi pria berjanggut itu mengangkat bahu.

“Tentu saja. Kamu jelas tidak terlihat baik-baik saja. Kupikir aku akan memeriksa dan melihat apakah kamu baik-baik saja.”

"Bolehkah aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri...?"

“Tidak bisa, aku takut. Jika kamu mati di daerahku, aku akan mendapatkan segala macam pertanyaan dari atasan dan dipaksa untuk mengisi banyak laporan. Itu terlalu banyak masalah, jadi maukah kamu membiarkanku membantumu sebelum itu terjadi? ” kata pria berjanggut itu bercanda.

Itu adalah cara yang kasar untuk mengatakannya, tetapi kamu bisa merasakan kekhawatirannya.

Pria berkerudung itu bangkit, meletakkan tangannya di dinding untuk berpegangan. "Aku menghargai kebaikanmu. Namun, aku... punya tempat yang harus kukunjungi. ”

"Pergi? Ke mana kamu akan pergi dalam keadaan seperti itu? ”

“Ke ibu kota negara ini, Parnam.”

Pria berkerudung itu mulai berjalan, tetapi goyah bahkan dengan satu tangan di dinding untuk berpegangan. Kemudian kakinya menyerah.

"Hati-hati!" pria berjanggut itu langsung bereaksi dengan menahannya dengan lengannya yang tebal.

“Kau sendiri yang tersandung. Ada rumah sakit besar hanya sedikit dari sini. Aku akan membawamu ke sana, jadi biarkan mereka melihatmu.”

"Apa itu... rumah sakit?"

“Di situlah dokter—eh, anggap mereka sebagai dukun atau penyihir cahaya, hanya saja lebih menakjubkan. Bahkan tanpa sihir cahaya, mereka bisa mengobati luka dan penyakit yang sulit diobati dengan sihir. Rumah sakit yang didukung oleh pemerintah juga murah.”

“Penyakit juga…? Apakah obat Kerajaan secanggih itu? Sementara kami menutup diri, dunia luar berubah... Sungguh sebuah kesalahan..." kata pria berkerudung itu dengan nada mengejek diri sendiri.

Pria berjanggut menatapnya dengan bingung, tetapi pria berkerudung itu menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu tubuhku sendiri lebih baik daripada siapa pun. Bahkan 'dokter'mu ini tidak bisa menyelamatkanku.”

"Hah?! Seburuk itu?! ”

“Waktuku tidak lama lagi. Aku harus pergi ke Parnam sesegera mungkin. Untuk tanah airku... Untuk melakukan semua yang bisa kulakukan dengan sisa hidupku.”

Pria berkerudung itu mengulurkan tangan ke arah Parnam. Pria berjanggut itu menggaruk kepalanya saat dia melihat, lalu mengangkat pria berkerudung itu ke dalam pelukannya.

“Hah. Sepertinya aku tidak punya banyak pilihan... Wah, sobat, kau terlalu ringan!”

"A-Apa yang kamu lakukan...?"

“Aku sudah melibatkan diri dalam hal ini. Aku Tidak bisa mundur sekarang. Aku seorang pegawai negeri. Aku akan menghubungi atasanku dan menanyakan apakah mereka dapat membawamu ke ibukota. ”

"Apa kamu yakin...?"

“Mereka yang akan memutuskan. Untuk saat ini, istirahat saja.”

Pria berjanggut itu berjalan, membawa pria berkerudung itu. Saat dia melakukannya, tudung itu jatuh kembali. Wajah kurus yang terungkap adalah elf. Mata pria berjanggut itu melebar.

"Kamu adalah elf?"

Pria berkerudung itu tidak menanggapi.

“Oh, ya, kamu tidak pernah mengatakan namamu, kan? Aku Gonzales. Kamu?"

"Gerula Garlan... Jika kamu memberi tahu mereka namaku, aku yakin mereka akan mengetahui sisanya."




TL: Hantu
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar