Kamis, 20 Juni 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 6 : Chapter 9 - Tujuan dari Pelatihan

Chapter 9 - Tujuan dari Pelatihan


Pada hari keempat pelatihan, Ren tidak datang.

Aku pergi mencarinya, ketika aku menemukannya, dia memperlihatkan kejengkelannya, mengatakan bahwa jika kita punya cukup waktu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, kita harus menghabiskannya untuk mencari senjata yang lebih kuat. Itu terdengar seperti alasan buatku.
Pada hari yang sama, sekitar tengah hari, Motoyasu dan Bitch serta rekannya menggunakan portal untuk melarikan diri dari sesi latihan.
Tidak lama sebelum aku menyadari bahwa Itsuki juga menghilang.

Ratu telah mengirim perintah ke perbatasan, sehingga mereka tidak bisa meninggalkan negara. Guild telah diberitahu untuk mengirim mereka kembali ke kastil. Jadi yang mereka lakukan adalah kembali ke kamar mereka.
Setelah semua yang telah terjadi, satu minggu telah berlalu, hanya menyisakan satu minggu lagi sampai gelombang datang.

Lalu suatu hari aku melihat pahlawan lain lari menuju gerbang yang mengarah ke pinggiran luar kota kastil. Aku berteriak agar mereka berhenti dan membuat mereka diam, paling tidak, membantu kita semua.
Mereka sepakat untuk kembali ke tempat latihan kastil untuk membantu Eclair, Wanita Tua, Raphtalia, Filo, Keel, dan Rishia dalam latihan mereka.
Tetapi sejak awal sudah jelas bahwa ada masalah. Aku tidak ingin mereka merusak pelatihan untuk semua orang, jadi aku harus meminta mereka meninggalkan lapangan.

“Mengapa kau mengganggu kami?!” tanya Itsuki.
“Itu yang ingin kutanyakan padamu. Mengapa kalian tidak menganggap ini serius?” tanyaku kembali.
“Karena tidak ada gunanya sama sekali!” bantahnya.
“Jika kalian menerima bantuan dari mereka, apa kalian merasa tidak perlu melakukan apa yang diminta mereka? Yang bisa kita lakukan sekarang adalah latihan dan latihan!” balasku.

Apa mereka mengira melawan monster dan leveling adalah yang harus mereka lakukan? Apa Itsuki hanya ingin melakukan quest dan berpura-pura menjadi juara keadilan rahasia?

“Dengar, jika kalian ingin senjata, minta saja pandai besi kerajaan untuk membuatkannya. Sedangkan level kalian sudah cukup tinggi.”

Mereka hanya menginginkan senjata baru karena mereka ingin menghibur diri dengan anggapan bahwa kelemahan mereka adalah karena senjatanya. Aku merasa akan kehilangan akal jika mereka terus berbicara tentang level.

Tidak peduli seberapa banyak aku mengatur segalanya untuk mereka dan mengajari mereka cara metode peningkatan, mereka tidak mendengarkan. Setiap kali mereka bertemu sesuatu yang ditidak sukai, mereka mengeluh terus. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana kami bisa bekerja bersama.

Pada satu titik mereka menyerah untuk mencoba memecahkan batu-batu besar seperti yang dikatakan Wanita Tua. Sebaliknya mereka pergi ke hutan dan berburu naga.
Mereka menyebutnya pelatihan, tetapi yang sebenarnya mereka lakukan hanyalah bermain dengan skill yang sudah mereka ketahui bagaimana menggunakannya — hal-hal yang mereka pikir membuat mereka terlihat hebat.
Ketika aku mencoba untuk menghentikan mereka, mereka juga terlihat sangat kesal.

Terus terang, peranku dalam semua ini belum berubah sejak awal. Aku seorang pengguna perisai, dan itu tidak akan berubah.
Tapi itu baik-baik saja. Masalahnya adalah mereka tidak merencanakan serangan bersama-sama, jadi kami tidak bekerja sama sebagai sebuah tim. Mereka hanya mampu memikirkan Party mereka sendiri.
Aku pikir mungkin mereka akan mencoba dan membenarkan alasan mereka sebagai cara untuk mengumpulkan persediaan material, tetapi kami sudah memiliki stok material yang mereka dapatkan.

“Hasil semua pandai besi kerajaan ini tidak cukup,” kata Ren, jelas mengandalkan apa pun yang telah ia pelajari dalam permainan yang telah ia mainkan.

Dengan alasan itu, dia berbicara buruk itu, yang mana itu melibatkan toko senjata Pak Tua, itu membuatku jengkel.
Tidak masalah apa yang dia katakan sekarang, tapi aku merasa seperti aku ingin dia mengakuinya.

“Itu karena game yang kau mainkan? Pernahkah kau mempekerjakan salah satu pandai besi Melromarc?” tanyaku.
“...”

Aku benar, tetapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.
Akhir-akhir ini dia mengambil sikap ini setiap kali kami berbicara. Dia tidak mendengarkan apa yang kukatakan.
Rasanya seperti hubungan kami sedikit lebih buruk setiap kali kami bertemu.
Motoyasu dan Itsuki mengangguk bersamaan dengan pertanyaanku, tetapi Ren tidak siap untuk mengakui delusinya.

“Aku belum punya material yang cukup untuk membuat senjata yang kuinginkan!” sanggahnya.

Pada akhirnya, mereka bertiga menggunakan alasan yang sama. Mereka tidak ingin membiarkan pandai besi dari Melromarc membuat senjata mereka.

Aku sudah memberikan semua proyek senjataku kepada toko senjata Pak Tua, jadi aku juga tidak menggunakan pandai besi kerajaan. Tetapi dari sekian banyak pandai besi, pasti ada yang terampil.

“Apa yang membuat kalian tidak puas?” tanyaku pada mereka.
“Tidak puas? Baiklah, aku akan memberitahumu! Aku tidak tahan mengikuti pelatihan bersama seorang pengecut!” seru Motoyasu sambil menusukkan jarinya ke arahku.
“Kau suka melihat kami mencoba dan melakukan hal-hal yang mustahil? Kau suka melihat kami terlihat bodoh? Kau pengecut!” tambah Ren.

Ren mengangguk setuju pada perkataan Motoyasu.
Mereka semua melotot padaku sekarang.

“Betul sekali, kau menaruh dendam pada kami sejak dijebak karena kami tidak mempercayaimu, jadi sekarang kau mencoba untuk menghukum kami. Kau hanya ingin menyaksikan kami menderita! Kau pikir itu menyenangkan!?” tambah Itsuki.

Mereka benar-benar mulai membuatku jengkel.
Anggota party Ren melihat sekeliling seolah-olah mereka hampir tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, tetapi Motoyasu, Bitch, dan yang lainnya, termasuk Itsuki dan anggota partynya yang sombong, menatapku seolah aku penjahat. Mereka menunjuk ke arahku dengan tatapan menuduh.

Mereka semua menggunakan pengetahuan dan teknik permainan mereka untuk naik level dan mendapatkan kekuatan mereka, tetapi ketika orang lain melakukannya, mereka menyebutnya curang? Apakah itu cara kerjanya?

Sejauh yang mereka ketahui, mereka istimewa, tetapi orang istimewa lainnya adalah curang. Benar-benar sekelompok anak-anak!
Selain itu, jika aku curang, apa masalahnya? Selama kita mengalahkan musuh kita, apa masalahnya?
Musuh setidaknya sekuat aku. Apakah itu berarti mereka juga curang?

“Aku tidak bisa berdiri mendukung kerajaan yang terus mendukung orang curang dan pengecut! Aku bosan dengan tempat ini! Kami akan melakukan apa pun yang kami inginkan mulai sekarang!” teriak Ren, cemberut, dan berbalik untuk pergi.
Motoyasu setuju dengannya dan berkata, “Naofumi, kau terlalu egois dan mementingkan diri sendiri, kau seperti itu sejak kita mengalahkan paus agung. Aku tidak mau mendukung lagi.”

Mementingkan diri sendiri? Bisakah kau bercermin!?
Apa yang tidak bisa mereka dukung? Mereka hanya tidak ingin melakukan usaha yang diperlukan untuk menjadi lebih kuat.

“Sejujurnya, aku juga tidak bisa berdiri mengikuti rencana kerajaan ini dan Naofumi-san lagi.” tambah Itsuki.
“Tepat sekali! Perkataan yang bagus, Tuan Itsuki! Mari kita berangkat ke tanah baru, di mana kita bisa melanjutkan keadilan tanpa hambatan!” Armor meneriakkan persetujuannya dengan senyum menjengkelkan sebelum mengikuti Itsuki pergi.
“Aku setuju. Semuanya, harinya akan tiba ketika kalian semua akan membutuhkanku. Sampai saat itu, kita harus berpisah.”

Kalian semua? Apa dia kira itu membuatnya terdengar keren? Dia hanya terdengar seperti pecundang bagiku.
Selain itu, mereka sudah mengakui bahwa aku lebih kuat dari mereka, jadi mengapa mereka berpikir aku akan bergantung pada mereka?
Aku tidak bisa membayangkan itu terjadi.

Tapi aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku harus mengatakan sesuatu.

“Ren, kau sangat puas sendirian. Kau belum memikirkan cara bekerja sama dengan siapa pun, termasuk dengan rekanmu sendiri. Jika kau terus puas sendiran, suatu saat satu dari mereka akan kehilangan nyawa.”

Hal itu telah dibuat sangat jelas sejak dia memperkenalkan partynya kepada kami. Aku menyaksikan bagaimana dia mengambil tindakan dalam pertempuran itu.
Menilai dari apa yang aku ketahui tentang game, Ren adalah tipe pemain yang akan membiarkan anggota yang lebih lemah dari partynya mati.

“Motoyasu, apa kau disini hanya untuk membuat harem? Ketika kau menghadapi musuh yang kuat, haremmu tidak akan ada gunanya.”

Setiap kali dia punya waktu luang, dia menggunakannya untuk mengejar gadis-gadis.
Dia adalah pahlawan, jadi ada sejumlah kekuatan yang bisa dia andalkan untuk membuat orang dekat. Tetapi ketika tiba saatnya untuk menghadapi musuh yang lebih kuat darinya, apa dia pikir gadis-gadis itu akan tetap bersamanya?

“Dan terakhir kau, Itsuki. Menurutmu apa itu keadilan? Apakah keadilanmu menolak orang yang berusaha supaya kau bisa terus menuai pujian dari orang-orang? Keadilan tanpa kekuatan tidak berharga, tetapi kekuatan tanpa keadilan hanyalah kekerasan. Lebih pastinya ini tentang keadilan yang kau putuskan. Kau tidak ada bedanya dengan Motoyasu.”

Ketika dia berhadapan dengan musuh yang tidak dapat dikalahkan, posisinya di puncak hierarki party tidak akan bertahan lama.
Aku hanya bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh anggota party yang gila itu.

Tidak ada dari mereka yang mau mendengarkan apa yang kukatakan. Mereka semua berbalik mengajak anggota party mereka dan untuk meninggalkan halaman kastil.

“Sekarang aku mengerti.” Ratu datang. Dia menutupi mulutnya dengan kipas lipatnya dan mengangguk. “Tuan Kitamura, aku yakin kau sadar akan hal ini, tetapi putriku, Bitch, memiliki hutang besar kepada kerajaan. Karena itu, aku tidak bisa membiarkannya pergi bersamamu.”
“Kyaaaaaaa!” Bitch berusaha lari tetapi tersandung dan jatuh. Motoyasu berlari ke sisinya.
“Beraninya kau!” Motoyasu mengarahkan tombaknya ke arah Ratu.

Sial ! Apakah kita benar-benar mencapai titik dimana kita tidak bisa kembali berdamai?

“Bagi kalian yang bepergian dengan Tuan Kawasumi, keluarga kalian pasti sedih dengan berita kematian kalian. Kalian sudah siap menerima itu?”
“Itu curang.”

Itsuki dan partynya mengertakkan gigi dan memelototi Ratu.
Kemudian Itsuki menyiapkan busurnya dan berbalik menghadapku.

“Apa kau kira kami akan menyerah pada ancamanmu?” sebut Itsuki.

Ratu mengabaikan mereka berdua dan berbalik ke arah Ren.

“Aku telah memberi tahu penjaga perbatasan Melromarc, mereka tidak boleh membiarkan para pahlawan lewat. Aku juga telah memberi tahu guild, mereka tidak boleh memberikan quest atau pekerjaan kepada para pahlawan. Setelah mengetahui semua itu, apa kalian masih berencana untuk pergi?”

Dengan kata lain, mereka tidak punya tempat untuk pergi. Itu yang ratu katakan.
Jika mereka pergi sekarang, hanya kematian yang menunggu mereka. Mungkin mereka bisa berasumsi negara lain yang memiliki koneksi dengan Melromarc juga tidak akan menerima mereka.

Jika mereka ingin bebas untuk pergi dan melakukan apa yang mereka inginkan, mereka harus menemukan tempat yang jauh, jauh dari Melromarc, baik secara geografis maupun diplomatik.
Ren melingkarkan jari-jarinya di sekitar gagang pedangnya. Dia tampak siap untuk menyerang.
Ratu menghela nafas dalam-dalam, secara perlahan mengeluarkannya, kemudian mengangkat wajahnya untuk berbicara.

“Baiklah. Jika kalian setuju untuk melakukan dua hal sederhana untukku, maka aku akan mencabut perintah yang telah kukeluarkan dan kalian pahlawan akan bebas untuk bepergian sesuai keinginan kalian.”

Itu adalah kompromi, konsesi, dan upaya untuk menenangkan saraf mereka —penundaan.
Begitu banyak hal sekaligus sehingga aku tidak tahu harus bilang apa.
Dia benar, mereka semua tidak merasa puas mendengarkan apa yang dikatakan orang.

Jadi bagaimana kau membujuk orang seperti itu? Yang bisa kau lakukan adalah meninggalkannya sendiri dan membiarkannya tenang.
Tiga pahlawan lainnya, semuanya berpikir bahwa mereka kalah dalam pertempuran terakhir karena senjata mereka tidak cukup kuat dan level mereka tidak cukup tinggi.

Jadi cara terbaik untuk mendapatkan apa yang kau inginkan dari mereka adalah memberi mereka ruang bernapas yang mereka inginkan. Beri mereka kebebasan dan tawarkan bantuanmu ketika mereka menabrak tembok. Dia ingin memberi mereka kebebasan sehingga akhirnya dia bisa mengendalikan mereka. Apa lagi yang bisa dia lakukan?

Aku juga berada di ujung batasku juga.
Hari demi hari aku mengajari mereka cara menjadi lebih kuat dan memberi mereka sarana untuk melakukannya, namun mereka menolak untuk mendengarkan. Aku tidak tahan lagi.
Mereka harus belajar dengan cara yang sulit. Mereka harus membuat diri mereka dalam masalah besar sebelum mereka mengerti.
Aku lebih suka menghindari itu. Jika mereka akhirnya mati atau tidak bisa bertarung, maka semua ini akan sia-sia.

“Apa maumu?” Motoyasu menyalak. Sambil membantu Bitch berdiri.
“Selama beberapa hari terakhir laporan tentang monster misterius telah datang diberbagai negara.” jawab ratu.
“Monster misterius?” tanyaku.
“Iya. Aku tidak memiliki laporan yang dapat diandalkan mengenai detailnya, aku tidak dapat memberi tahumu info lain. Itu adalah monster yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya.”

Monster yang muncul di seluruh dunia?
Apa artinya itu? Apakah itu masalah yang benar-benar membutuhkan ikut campur para pahlawan?
Bagaimana mereka bisa muncul di banyak tempat yang berbeda?

“Dua permintaanku adalah sebagai berikut: satu, pemberantasan monster ini. Dua, partisipasi dalam gelombang minggu depan. Jika kalian setuju untuk menindaklanjuti kedua kondisi ini, maka aku akan menjamin kebebasan kalian pahlawan.” jelas ratu.
“Bagaimana dengan kebebasan Bitch?!” tanya Motoyasu.
“Tuan Kitamura, itu masalah lain. Dia memiliki hutang besar untuk dibayar. Tapi, aku akan mengizinkannya bepergian denganmu.” jawabnya.
“Omong kosong!” Motoyasu sangat marah. Tapi apakah dia tidak menyadari bahwa negara tidak bisa membiarkan penjahat bebas begitu saja?
“Bitch, tolong mengerti. Kau telah melakukan kejahatan serius dan juga telah menimbulkan banyak hutang kepada kerajaan. Masalah-masalah itu tidak bisa dihilangkan.” kata Ratu pada Bitch.
“Mama, mengapa kau ingin aku menderita?!” keluh Bitch.
“Kau pernah mendengar singa akan mendorong anaknya ke jurang tanpa dasar? Jika kau ingin mengikuti jejakku, kau harus menemukan jalan keluar dari jurang itu.”

Bitch menghentikan tangisan palsunya dan melotot pada ibunya.
Dia benar-benar tidak bertobat, tercermin dari tindakannya, sama sekali tidak ada kapoknya. Bagaimana orang bisa bersimpati padanya? Yah hanya party pahlawan yang paling menyedihkan saja yang bisa.

“Para Pahlawan! Apa kita benar-benar mengikuti perintah ibuku, di—” sebut Bitch terpotong.
“Jika kau menyelesaikan kalimat itu, aku akan mencabut tawaranku. Itukah yang benar-benar kau inginkan?”

Jika aku tidak masuk ke sini, keadaan mungkin akan lebih buruk.

“Jika kalian membunuh Ratu, apa itu akan menyelesaikan masalah kita? Apakah itu akan membantu kita bertahan dari gelombang berikutnya?” tanyaku pada mereka.

Aku melangkah di antara mereka dan menatap para pahlawan.
Kemudian aku mengangkat tangan kananku dan berbicara dengan lembut, tetapi dengan provokasi yang jelas.

“Apa kalian tidak mencoba untuk meninggalkan suatu negara karena tidak punya waktu untuk buang-buang dalam pelatihan ini? Sekarang kalian ingin membuang waktu lagi untuk sesuatu yang mengerikan seperti membunuh Ratu?” lanjutku.

Aku sudah tahu dari waktu kita di Pulau Cal Mira bahwa mereka tidak bisa mengalahkanku dalam pertarungan.
Memang, aku juga tidak akan bisa melukai mereka, tapi aku pasti bisa berdiri di sana, menangkis serangan mereka, dan menahan mereka. Saat mereka fokus pada upaya untuk menembus pertahananku, prajurit kastil dapat mengalahkan mereka satu per satu.

Tapi bukan itu yang kuinginkan, pastinya.
Yang aku lakukan hanyalah menempatkan kemampuan negosiasi yang kupelajari saat menjajakan daganganku.
Hal terpenting adalah memberi pelanggan apa yang mereka inginkan dan tidak meremehkan sifat mereka..

Ratu akan memberi mereka apa yang mereka inginkan — kebebasan — sebagai imbalan atas terpenuhinya syarat-syarat tertentu.
Tetapi mereka tidak mendengarkan dan mereka malah mau mengancamnya. Agar hal itu tidak terjadi, aku harus turun tangan dengan ancaman.

Mereka sangat kesal dan gelisah sehingga jika aku tidak menginjak rem mereka, mereka akan meledak dan melakukan sesuatu yang bodoh.
Untuk berpikir hanya butuh satu minggu pelatihan untuk membuat mereka sekesal ini. Betapa tidak sabarnya orang-orang ini?

Bitch tidak menyahut juga. Dia hanya menatapku dengan kebencian membara di matanya.
Aku terus bertanya-tanya apakah tidak ada cara yang lebih baik, jika aku melakukan kesalahan dalam melangkah. Tapi tidak ada gunanya khawatir tentang hal itu. Mereka tidak akan mendengarkan apa pun yang kukatakan.

“Baiklah. Kita hanya perlu menyetujui kedua syarat itu, kan?” sebut Ren.
“Ha! Baiklah. Tapi ini yang terakhir kali kami membantu!” jawab Motoyasu.
“Ya, silakan. Saat pekerjaan itu selesai, kami akan segera bebas.” tambah Itsuki.

Memahami bahwa tidak ada jalan keluar yang aman jika mereka memilih pertarungan, para pahlawan menyimpan senjata mereka.
Ratu pasti gugup. Dia tenang, sekarang ketegangan mereda dari bahunya.

“Baiklah, aku akan membagikan instruksi untuk kalian semua. Silakan pergi ke negara-negara yang ditunjukkan. Jika kalian mengalami masalah, jangan ragu untuk menghubungiku.” jelas ratu.

Seorang Shadow muncul di sisi Ratu dan menyerahkan sebuah gulungan ke masing-masing pahlawan.

“Lalu, tolong pastikan untuk kembali ke kastil setiap hari.” tambah ratu.
“Ingin memastikan kita tidak melarikan diri?” tanya Ren.
“Terserah kau.” saut Motoyasu.
“Baiklah.” terima Itsuki.

Mereka bertiga mengangguk dengan acuh tak acuh dan pergi.

“Jadi . . aku perlu melakukan itu juga?” tanyaku pada ratu.
“Iya. Aku akan sangat menghargai kerja samamu, Tuan Iwatani.” jawabnya.
“Baiklah.”

Shadow itu memberiku sebuah gulungan. Aku membuka dan mulai membacanya.
Disebutkan sebuah desa di barat daya. Itu tempat bioplants tidak terkendali? Gulungan itu menunjukkan bahwa monster misterius telah muncul di sana.
Tidak ada tanda-tanda akan mendapatkan hadiah. Sepertinya semua negara berusaha untuk memecahkan masalah ini jadi mereka tidak dapat menjaminnya.

“Bagaimana dengan pelatihan kita?” tanyaku.
“Ditunda dulu untuk sementara waktu. Masalah ini harus segera diatasi.” jelasnya.
“Baiklah.”

Sejujurnya, Rishia telah sedikit membaik, tetapi Raphtalia dan aku tidak mengalami kemajuan.
Kami hanya memperoleh pemahaman yang agak kabur tentang itu. Setidaknya, aku telah belajar merasakan sesuatu tertentu di dalam diriku.

Ketika aku sangat lelah, aku mencoba meminum life force water dan bisa merasakan sedikit kehangatan yang dibicarakan Rishia.
Aku belajar untuk merespons serangan pembalik pertahanan dari Wanita Tua. Meskipun hasil nyata dari pelatihan itu masih tampak jauh dan tidak terjangkau.

“Bagaimana dengan Eclair dan Wanita Tua, si penasihat tempur?”
“Aku ingin mereka ikut menemanimu, Tuan Iwatani.”
“Baiklah. Kalau begitu aku akan mulai bersiap untuk berangkat.”

Astaga. Sejak kami kembali dari Pulau Cal Mira, itu hanya percobaan demi percobaan, kami berakhir dengan sedikit pertunjukkan untuk itu.
Aku berharap kami dapat menyelesaikan misi baru ini tanpa banyak kesulitan, tetapi siapa yang tahu apa yang menunggu kami?

Kemudian gelombang berikutnya akan datang dan kita mungkin harus menghadapi Glass lagi.
Aku tidak yakin kami bisa mengandalkan pahlawan lain ketika itu terjadi, tetapi apa pun yang akhirnya terjadi, kami harus mengakhiri semua ini.

Ngomong-ngomong, sebelum kami pergi, aku memutuskan untuk meninjau kembali apa yang telah kami dapatkan dari pelatihan.
Anehnya, setelah upacara kenaikan kelasnya, Raphtalia baru tahu dia mampu menggunakan mantra sihir selain ilusi sihir. Dalam minggu terakhir dia belajar mantra baru dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya. Dia seperti spons yang menyerap air.
Tapi tentu saja dia tidak dapat mempelajari sihir tingkat lanjut, lagipula dia hanya punya dua atau tiga hari untuk belajar itu.
Dia mengatakan, dengan bantuan penyihir kerajaan, dia memperkirakan tidak akan terlalu lama sebelum dia bisa menguasai kelas mantra Draifa.
Jadi ada yang dinanti-nantikan.

Filo membawa Keel leveling di siang hari dan kemudian bermain dengan Melty di malam hari. Melty mengatakan dia membantu Filo belajar.
Dia juga menambahakan, secara mengejutkan Filo pandai dalam belajar dan dia mungkin memiliki masa depan sebagai seorang sarjana - benar-benar konyol jika kau bertanya kepadaku.

Dia berpartisipasi dalam pelatihan energi Kii dari waktu ke waktu. Wanita Tua berkata bahwa Filo secara alami dapat memanipulasi energi Kii.
Menurutnya, itu adalah hal biasa bagi monster untuk melakukannya.
Aku bertanya kepadanya bagaimana dia melakukannya. Dia mengatakan bahwa dia “hanya meremas dirinya sendiri sampai semuanya siap”. Bahkan Melty tidak tahu apa yang dia bicarakan.

Berkat life-force water, Rishia rupanya belajar mengidentifikasi energi Kii di dalam dirinya. Atau begitulah katanya.
Dia telah membuat kemajuan paling dratis dari kami minggu itu.
Gerakannya yang lambat menjadi lebih halus dan lebih cepat.
Namun, mungkin karena kepribadiannya yang bimbang, dia berkata dia tidak merasa seperti mengendalikan semuanya dengan benar.

Keel telah naik level dengan cepat, sudah tidak perlu diragukan lagi, ia telah tumbuh cukup banyak pada waktu itu. Setelah mengatakan itu, akan butuh waktu sampai dia tumbuh ke level Raphtalia.
Dia berada di level 34. Tapi dia tidak tahu bagaimana cara menangani dirinya sendiri dalam pertempuran, jadi aku minta dia berlatih dengan Eclair.

“Sebentar lagi kita berangkat.” beritahuku.
“Tunggu!” seru Filo.

Kami selesai menyiapkan gerbong keberangkatan. Aku sedang menunggu Raphtalia dan Filo tiba.
Kami mencari monster misterius. Aku tidak tahu apa artinya itu, aku tidak tahu jenisnya sebelum melihatnya secara langsung.

“Hei, berhenti, tuan disana.”
“Hah?”

Seseorang memanggilku. Aku menoleh untuk melihat siapa orang itu.
Seseorang berdiri di sana dengan jubah tebal dan dalam. Dia tampak sedikit lebih pendek dariku.

“Apakah dirimu..... pemilik senjata murni perisai?”

Orang itu menarik tudungnya dan aku melihat wajahnya. Aku sudah terbiasa dengan gadis-gadis cantik seperti Raphtalia dan Rishia, tetapi wanita ini adalah salah satu orang tercantik yang pernah kulihat. Itu adalah jenis wajah yang tidak bisa kau singkirkan.
Itu hampir menyihir, seperti Bitch dan Ratu.

Aku penasaran berapa usianya. Mungkin dia berusia pertengahan 20-an, atau mungkin sedikit lebih muda.
Ratu tampak jauh lebih muda daripada dia sebenarnya, jadi sulit bagiku untuk menilai usia sebenarnya orang.

Rishia tampak seperti siswi SMP, ternyata dia sebenarnya berusia 17.
Rambutnya kecokelatan, meskipun warnanya cokelat lebih terang dari rambut Raphtalia. Disanggul dengan gaya Cina.
Payudaranya sangat besar — cukup besar sampai kau bisa melihat bentuk tubuhnya melalui jubah tebal yang dikenakannya.

Aku bisa melihat tangannya. Jelas bahwa kulitnya kencang dan halus.
Aku berasumsi bahwa dia memiliki kaki yang panjang.
Dia memiliki mata yang agak sipit dan tajam yang memberikan gambaran sangat ketimuran padanya. Terus terang saja, dia memiliki aura seperti rubah.
Wanita seperti itu bukan tipeku. Sepertinya mereka muncul hanya untuk memanfaatkan orang, seperti Bitch.

“Aku tidak tahu maksud dari senjata murni, aku adalah Pahlawan Perisai. Apa yang kau inginkan?”

Aku harus memikirkan sesuatu untuk dikatakan. Aku berdiri diam di sana.
Jika dia mulai melenggang ke arahku secara sugesti, aku pasti akan langsung mengambil jarak.

Tapi dia tidak melakukan itu. Dia bertindak seolah-olah dia tidak mengerti betapa cantiknya dia ketika dia, tanpa tergoda sama sekali, dengan rendah hati menggenggam tanganku dan membungkuk padaku. Dia tampak dalam kesulitan.

“Tolonglah, kumohon. Kau harus segera mengalahkanku.”
“Apa?”

Dia belum menjelaskan dirinya sendiri, tapi dia malah memintaku untuk mengalahkannya? Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan.
Selain itu, aku adalah Pahlawan Perisai. Jika aku tidak bisa menyerang, bagaimana dia mengharapkan padaku untuk menghancurkannya? Semua bentuk seranganku membahayakan diriku sendiri.

“Jika ini dilanjutkan, aku tidak bisa lagi menyelesaikan tugasku. Jadi . . Jadi aku memohon kepada seseorang yang memiliki senjata murni untuk membantuku!”

Ketika dia berbicara, permata di tengah perisaiku tiba-tiba bersinar.
Apa? Apa yang sedang terjadi?

“Apa yang kau ...”

Apa yang dia maksudkan? Aku tidak bisa mengerti apa yang dia katakan.
Tetapi jika perisai meresponsnya, maka aku harus berasumsi bahwa ada sesuatu yang ingin dia katakan.

“Aku. . . aku berada di sana. Tolong hentikan aku.”

Dia menunjuk ke langit arah timur.

“Hei, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, bagaimana aku bisa membantumu?”
“Tuan Naofumi!”
“Maaf kami sudah lama sekali!”

Aku menoleh untuk melihat Raphtalia dan yang lain mendatangiku. Aku melambai kepada mereka.

“Kalian lama sekali!”
“Kumohon. Jika tidak, akan ada banyak kematian yang tidak perlu. Aku ...” sebutnya.
“Kau harus memberi tahuku apa yang sedang terjadi atau aku tidak akan dapat membantumu—” kataku, sambil berbalik. Tapi kemudian aku menarik napas. Wanita itu tiba-tiba menghilang.

Apa dia melarikan diri karena Raphtalia dan Filo datang kemari?
Itu tidak mungkin, tidak ada cukup waktu. Sepertinya dia telah berteleportasi atau semacamnya.

“Apakah kalian barusan melihat wanita di hadapanku?”
“Hah?”
“Filo, kau melihatnya, kan?”
“Um ...?”
“Rishia, apa kau melihatnya juga?”
“Eh?”

Mereka semua saling memandang, bingung.

“Memangnya ada, ada gitu?” Filo terhuyung dan mengendus-endus tanah di sekitarku.

Apa yang baru saja terjadi?
Terserahlah. Aku tidak tahu jenis sihir apa yang telah ia gunakan, tetapi kami tidak punya cukup waktu untuk melanyani semua orang yang datang.
Dia mungkin monster, atau hantu, atau sesuatu yang menyeramkan.
Ada monster tipe undead di dunia ini. Mungkin dia itu salah satu dari mereka, dia mencoba menakutiku di siang bolong.
Aku mengingat wanita misterius itu memintaku untuk mengalahkannya. Aku terus memikirkan maksdunya, namun ada banyak hal penting yang perlu lakukan sekarang.

“Baiklah, ayo kita berangkat. Jangan ada yang ketinggalan.”

Jadi kami mulai berangkat untuk mencari monster misterius.



TL: Kuaci
EDITOR: Isekai-Chan
PROOFREADER: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar