Senin, 17 Juni 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 21. Kontradiksi Dalam Beraksi

Chapter 21. Kontradiksi Dalam Beraksi


Kebun di kastil menjadi lapangan duel.
Obor memenuhi pinggiran area. Mereka yang menikmati pesta ikut melihat pertarungan antara hero.
Bagaimanapun, hasilnya sudah diketahui dari awal.
Pertarungan antara aku, hero perisai yang tidak memiliki kemampuan menyerang, dengan Motoyasu yang tidak lain adalah hero tombak.
Pertarungan antara kelompok hero perisai dan kelompok hero tombak… tidak seperti itu. Ini hanya aku dan Motoyasu, satu lawan satu.
Seperti yang diduga, Harga diri Motoyasu sangat tinggi, sehingga ini menjadi duel.
<TLN : Harga diri tinggi, tidak ingin dibantu teman party nya>
Semua orang sudah bisa menebak hasilnya.
Suara orang yang memasang taruhan bahkan tidak bisa didengar.
Tidak hanya para bangsawan yang berada di kastil, namun para petualang yang ikut melawan gelombang juga ada disana.
Umumnya, pasti tidak akan ada yang bertaruh.
Dengan kata lain, semuanya tahu bahwa aku akan kalah.
Ren dan Itsuki juga berada di teras, melihat sambil tertawa.
Kekalahanku, kehilangan budakku, sepertinya semua orang ingin melihatnya.

Sial! sialsialsialsialsial!

Semua orang ingin merebut apa yang aku miliki dengan paksa.
Bahkan dalam gelombang, aku dihujani bola api.
Dimana-mana, yang bisa aku temukan hanyalah musuh yang menghinaku.
… baik. Sepertinya kekalahan hanyalah pilihanku. Namun, tidak akan aku berikan dengan cuma-cuma.
Bersiap, Motoyasu. Dendamku tidak bisa aku tahan.

“Baiklah, duel antara hero tombak dan hero perisai akan segera dimulai! Hasilnya akan diputuskan jika salah satu tidak bisa bertarung lagi atau mengakui kekalahan.”

Memutar pinggangku untuk pemanasan dan melemaskan jari-jariku, aku sudah siap.

“Siapakah yang akan menang diantara perisai dan tombak? Jawabannya… belum dipastikan.”

Motoyasu menatapku dengan pandangan merendahkan.
Sungguh lelucon.

“Baiklah…”

Motoyasu, aku akan mengajarimu bahwa pertarungan bukan hanya sekedar mengalahkan musuhmu.
Orang disekitar mulai berargumen, mengenai tulisan ‘kontradiksi’; Jika tombak terkuat dan perisai terkuat saling beradu, yang mana yang lebih kuat? itu adalah suatu tulisan yang menunjukan ketidakcocokan.
<TLN: ‘kontradiksi’ dalam jepang ditulis 矛盾, Yang mana merupakan gabungan dari kata 矛 ‘tombak / benda panjang yang runcing’ dan 盾 ‘perisai’.>
Bagaimanapun, tulisan ‘kontradiksi’ itu sendiri menurutku mengandung unsur ‘kontradiksi’.
Lalu, apa yang menandakan akhir pertandingan?
Sama seperti shogi dan go.
Sebagai contoh, jika kau dalam keadaan tangan kosong, apa yang akan kau lakukan?
Tombak adalah senjata yang digunakan untuk membunuh musuh.
Perisai adalah pelindung yang digunakan untuk melindungi pengguna.
Dengan kata lain, jika aku dapat menghentikan tombak terkuat, perisai menang.
Dari awal tujuan dibuat tombak dan perisai memang sangatlah berbeda.

“Fight!”
“Uoooooooo!”
“Deriyaaaaa!”


Aku berlari kearah Motoyasu dengan membawa tinjuku, sementara Motoyasu berlari dengan mengacungkan tombaknya dan bersiap menusukku.
Jarak antara kami mengecil dan, ketika aku berada dalam jangkauannya, Motoyasu menggenggam tombaknya dengan erat lalu menusuk kearahku.
Serangan yang bisa datang darimana saja, merupakan serangan yang tidak bisa ditangani.

“Chaos Strike!”

Tombak Motoyasu tiba-tiba berubah menjadi banyak.
Skill! keluar, menusuk kedepan dengan tiba-tiba.
Aku berhenti.
Sambil melindungi kepalaku aku bergerak mundur.
Gaingain*
Zushu*
Oof… Rasa sakit terasa pada salah satu bahuku.
Meskipun hanya goresan, kenyataannya serangan yang dikeluarkan hero sangatlah sulit untuk ditangani.
Namun, skill yang digunakan Motoyasu adalah skill ultimate, jadi dia mendapatkan cooldown yang lumayan lama.

“Terima ini!”

Motoyasu terus melayangkan tombaknya kearahku.
Kelemahan dari tombaknya, atau lebih tepatnya tombak kerajaannya adalah jangkauannya.
<TLN : Motyasu menggunakan tombak(spear) dalam bentuk tombak kerajaan(helberd), sehingga translatenya begitu>
Ketika musuh mencapai area menengah yang efektif bagi senjata jarak jauh, penggunaannya akan semakin sulit.
Umumnya ini sangat efektif untuk menyerang lawan sebelum mereka bisa mendekat. Namun bagiku, satu serangan tidaklah cukup untuk mengalahkan perisai.
Aku menghindari tusukan Motoyasu dengan jarak minimal, Melemparkan bebanku kedepan, dan menunduk.
Aku melayangkan pukulanku ke muka Motoyasu.

Gan!
Ch! mustahil bagiku untuk memberikan damage.
Namun, seranganku tidak berakhir disitu.
Motoyasu mengejekku, meremehkan pukulanku yang sama sekali tidak terasa sakit ataupun gatal.

Seberapa lama kau dapat mempertahankan muka itu?

Aku mengeluarkan senjata andalanku dari balik jubah dan melemparkannya kearah muka Motoyasu.
Chomp!*

“Ow!”

Karena aku menerima hujan api saat berada di gelombang sialan itu, aku membawa sesuatu yang bisa aku gunakan untuk mengancam mereka, saat menuju ke kastil.

“Ap?! Apa!?”

Kukuku… Motoyasu orang ini, suara kekacauan penuh kebingungan keluar.
Omnomnom*!

“Ow ow!”

Motoyasu menderita kesakitan saat mukanya tergigit.
Sepertinya, seranganku membuahkan hasil.
Untuk seseorang dengan julukan ahli balon, balon-balon itu sungguh mudah untuk digunakan sebagai senjata.

“Oraoraora!”

Dua balon di mukanya, sebuah balon dilemparkan ke bagian bawah Motoyasu, Motoyasu tertahan dan tidak bisa berdiri.

“Ke, kenapa balon?”

Teriakan penonton terdengar.
Namun mereka sudah mengetahuinya.
Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk terus menerus memukul bersamaan dengan balon dan menendang tepat di antara kakinya.
“Guh… kau! melakukan ini!”
“Dengan tujuan memenangkan pertandingan ini, aku akan melakukan apapun! Sasarannya adalah muka yang memiliki kehidupan seperti gigolo, dan bukti seorang laki-laki, Bola! dengan muka dan bola mu dalam keadaan seperti itu, kau akan dikenang sebagai otaku yang menyedihkan!”
“Ap?! Hentikaaaaaan!”
“Tidak, tidak akan!”

Dengan keras aku terus-menerus menendang Motoyasu di bagian “bola”-nya.
Motoyasu, akhirnya melepaskan balon yang menggigit mukanya, dengan segera menggenggam tombaknya walaupun masih berbaring di tanah.
Karena balon yang berada di mukanya mulai terlepas, aku melemparkannya lagi balon yang lain sebagai pengganti.
Sementara itu, aku mengganggunya dengan cara apapun yang aku bisa.
Pada akhirnya aku akan kalah, jadi setidaknya aku akan membuat trauma yang mendalam kepada Motoyasu.

“Oraoraora!”
“Guh! Hal ini!”

Aku menggunakan seluruh tenagaku untuk menahan Motoyasu yang ingin berdiri dengan segala kekuatannya, dan serangan ganasku berlanjut.
Mwa-ha-haa!
Sungguh melegakan! Tangisan penderitaan!
Itu dia, senyum melegakan yang keluar bersama tawa.

“Gua…!”

Tiba-tiba sesuatu mendorongku dari belakang dan aku terjatuh.
Aku melihat kearah dimana sesuatu tadi mendorongku.
Disana, ada seorang wanita disana!
Mein menyelinap kearah keramaian dan memposisikan tangannya kearah arena ini.
Sepertinya itu adalah sihir angin.
Jika tidak salah, itu dinamakan ‘Wingblew’, sihir angin yang menembakan bola angin seukuran kepalan tangan.
Bola angin itu transparan, jika kau tidak memperhatikannya kau tidak akan bisa melihatnya.
Mein, senyum licik itu keluar dari mukanya, mengejekku sambil menarik kelopak matanya kebawah dan menjulurkan lidahnya.

“Kauuuu!”

Teriakan ku terhenti karena serangan balik dari Motoyasu yang berhasil berdiri karena bebannya hilang.
Aku terjatuh di tanah dengan Motoyasu berada di sebelahku, tombaknya tepat berada dileher. Semua balon sudah dihancurkan.

“Haa…. Haa…. ini adalah, kemenanganku!”

Dengan ekspresi seperti pada saat gelombang, Motoyasu mengacungkan tombaknya dan mendeklarasikan kemenangannya.




TL: LoliLover
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar