Selasa, 26 November 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 10 : Chapter 2 - Mencari Keberadaan Budak

Volume 10
Chapter 2 - Mencari Keberadaan Budak


ku berbaring di kamar tamu dan beristirahat. Ya, aku benar-benar lelah. Berbaring membuatku merasakan beban tubuhku berkurang. Efek kutukan itu sangat berat, dan aku bisa merasakan mereka menjadikanku korbannya. Pada akhirnya, aku menghabiskan sepanjang hari mendiskusikan rencana dimasa depan dengan Ratu dan penasihatnya.

“Oh iya…”

Aku ragu-ragu memeriksa status peralatanku. Benar saja, nama armorku tidak bisa dikenali.  Barbaroi Armor sudah berhenti berfungsi.

“Raphtalia? Rishia? Filo? Periksa peralatan kalian.”
“Ah, ya, benar. Nama yang tercantum aneh, efeknya juga tidak ada.”

Raphtalia sudah mengganti pakaiannya menjadi pakaian lamanya. Sial! Sejak kapan dia punya waktu ganti pakaian!

“Kenapa kau terlihat kecewa?” 
“Tidak?”

Karena itu terlihat sangat bagus untukmu! Karena itu terlihat jauh lebih baik daripada pakaian lamamu!

Raphtalia menatapku dengan curiga saat respon kekanak-kanakan membanjiri kepalaku. 

“Oh! Nama breastplateku juga tidak bisa dikenali.”
“Kau mau pakai Kigurumi lagi tidak?”

Aku merasa menyimpan cadangan Pekkul Kigurumi. Di mana aku meletakkannya? Apa aku simpan di gudang kastil?

“Fuuueh...”
“Sudah, sudah, Tuan Naofumi. Aku yakin Rishia sudah bertambah dewasa, aku rasa fase kigurumi selesai.”
“Heeey, Tuan! Dimana Mel-chan? Dia tidak ada di kamarnya.”

Filo membuka piyamanya sebelum dia bertanya tentang Melty, jadi aku juga memeriksanya. Oh Rupanya Piyama Filo masih dapat digunakan.

“Melty? Aku cukup yakin Ratu menyuruh dia pergi untuk membantu Eclair mengurusi wilayahnya.” 
“Oh, begitu? Besok nanti kita bisa pergi menemuinya?”
“Mungkin.”

Ya, kami berencana untuk menuju ke sana.

“Selain itu, Tuan Naofumi...”

Tiba- tiba Raphtalia mendekat ke tempatku berbaring di kasur. 

“Kamu dapat wilayah! Dan kasta Count! Sekarang kamu terkenal!”
“Aku sudah jadi pahlawan. Aku tidak merasa bedanya.”
“Apa yang kamu cari, Tuan Naofumi?”

Raphtalia menatapku dengan penuh tanda tanya di matanya. Itu mengingatkanku, dia hampir mengatakan sesuatu ketika aku memberi tahu Ratu wilayah mana yang aku inginkan.

“Kau mau bahas alasan aku meminta wilayah? Seperti yang aku katakan sebelumnya. Mempertimbangkan pertempuran yang akan kita hadapi mulai menjadi berat, ada baiknya kita membangun pasukan pribadi seperti yang dilakukan Kizuna, Glass, dan L'Arc.”
“Iya, tapi kenapa kamu memilih wilayah yang sudah rusak akibat serangan gelombang pertama?”

Haruskah aku sebutkan apa adanya tapi aku rasa itu tidak baik.
Aku merasa akan mendapat nasehat darinya nanti, sebaiknya aku coba berdalih dengan fakta yang ada.

“Wilayah itu sudah aku kenali dengan baik, tidak ada orang yang berani protes jika aku mengutak-atik wilayah itu. Selain itu, ayah Eclair memiliki hubungan yang baik dengan penduduk wilayah itu, aku yakin penduduk sana tidak akan merasa terganggu jika aku ikut campur mengurusi wilayah mereka.”

Raphtalia dan aku duduk dalam diam selama beberapa saat. Akhirnya, dia menghela nafas pasrah.

“Oh. Baiklah kalau begitu. Aku percaya dengan perkataanmu.”
“Raphtalia, budak yang akan kita cari, dimulai dari kenalanmu yang dijadikan budak. Aku rasa kita semua akan merasa nyaman jika bertarung bersama orang yang kita kenal lama. Baru setelah itu kita mencari budak lain. Setelah kita mempunyai kekuatan tempur yang cukup bagus, kita dapat mempertimbangkan untuk melatih prajurit kastil atau semacamnya.”

Aku ingin melatih para budak dan mengembangkan kekuatan tempur yang cukup sehingga kami dapat dengan mudah mengalahkan Glass dan yang lainnya jika itu terjadi.

“Pada saat yang sama... muhahaha...”

Ini berarti teman lama Raphtalia, mereka harus bergabung dengan pasukan pribadiku jika mereka ingin kembali ke desa yang mereka hargai. Aku pada dasarnya menyandera wilayah mereka.

“Lagi-lagi kamu merencanakan hal buruk, pasti kamu ingin menjadi tempat mereka sebagai sandera?”

Ya Tuhan. Dia telah sepenuhnya membaca niatku.

“Hehe... Kalian berdua seperti pasangan yang sudah lama menikah.”

Rishia menjatuhkan bom. Meskipun, memang benar kalau aku sudah menghabiskan lebih banyak waktu dengan Raphtalia daripada orang lain di dunia ini, jadi dia mungkin memang memahamiku lebih baik daripada siapa pun. Namun kami tidak terlihat seperti pasangan yang sudah menikah.

“Ka-kamu bilang apa sih?!”


Wajah Raphtalia memerah karena malu ketika dia berteriak pada Rishia. Seperti yang kukira, pembicaraan tentang cinta atau romansa benar-benar mengacak-acak bulu Raphtalia. Rishia sudah menginjak ranjau darat.

Raphtalia mungkin memulai nasibnya dari anak-anak hingga menjadi budak, tapi dia memiliki hati yang sangat baik dan selalu memperhatikan orang lain. Dia kehilangan keluarganya dan desanya telah diambil darinya, jadi mudah untuk membayangkan kesedihan yang mungkin dia rasakan. Itulah sebabnya dia bertarung, untuk memastikan kalau tak ada orang lain yang harus berakhir dalam situasi seperti dirinya.

Didorong oleh tujuan mulia seperti itu, Raphtalia pasti tidak tertarik pada hal-hal seperti cinta dan romansa. Belum lagi, meskipun dia mungkin terlihat seperti orang dewasa, dia masih anak-anak dalam hal usia. Dia bahkan belum cukup umur untuk tertarik pada anak laki-laki. Kurasa karena Rishia jatuh cinta pada Itsuki, entah baik atau buruk, pikiran wanitanya akan peka terhadap hal-hal seperti itu.

“Itu benar, Rishia. Raphtalia tak suka lelucon semacam itu. Sebaiknya berhati-hati.”
“T... Tuan Naofumi...”

Wajah Raphtalia kembali normal ketika dia mulai mendapatkan kembali ketenangannya. Itu jauh lebih baik. Aku tidak ingin Raphtalia terlalu marah.

“Oh baiklah…”

Rishia memiringkan kepalanya ke samping dalam kebingungan sambil menatap Raphtalia dan aku.

“Oke! Besok akan menjadi hari yang sibuk.”

Aku ingin mengakhiri percakapan dengan itu, tapi memikirkan apa yang akan terjadi mengingatkanku pada sesuatu.

“Oh iya, Rishia. Sebelumnya kita pernah membahas soal mereset levelmu atau tidak, ya?”
“Iya.”
“Aku merasa ada baiknya kau tidak mereset levelmu.” 
“Ke... kenapa begitu?”
“Tapi Tuan Naofumi, agar dia bisa mendapatkan bantuan dari kemampuan perisaimu, dia harus mulai lagi dari level satu?”
“Aku sudah memikirkan soal itu. Aku mengamati kemampuan Rishia saat kita berada di dunia Kizuna.” Aku melanjutkan dengan bertanya pada Rishia. “Kau ingat level kita dimulai lagi dari awal, kan?”
“Iya,” jawab Rishia.

Aku memastikan untuk mengawasi bagaimana Rishia berkembang saat kami berada di sana.

“Jujur saja, tidak ada perbedaan besar antara dirimu di dunia Kizuna dengan di dunia ini. Sama sekali tidak ada perubahan.”
“Benarkah?”
“Maksudku, ada perbedaan kecil, tapi dibandingkan dengan Raphtalia atau Filo...” 
“Fuueh...”
“Oleh karena itu, Rishia, aku memperkirakan kemungkinan kemampuan dirimu akan bertambah tinggi. Meski ada masalah yang kau ambil ketika melakukan Kenaikan Kelas.”

Raphtalia dan Filo keduanya meningkat secara drastis setelah kenaikan kelas mereka. Bulu Fitoria memungkinkan Filo untuk memiliki kelas khusus yang membuka jalan bagi banyak kemampuannya untuk benar-benar berkembang. Tergantung pada orang dan kemampuan mereka, Kelas yang diambul bisa memiliki efek jangka panjang. Rishia mengambil kelas jack of all trade, tapi dari sepengetahuanku, kelas yang tepat mungkin membuatnya lebih mahir dalam jenis sihir tertentu atau semacamnya.

“Oh... huh?! Ah, mungkin kau benar. Saat ini... Tuan Itsuki yang memilihkan jalan ini untukku. Itu adalah sesuatu yang aku lindungi dan tidak ingin kuubah.”
“Aku mengerti.”

Dia telah dibuang oleh Itsuki, tapi hatinya tidak berubah. Itu semua menjadi alasan untuk membuatnya menyesal. Itu terdengar bagus untukku.

Kami terus berbicara sebentar, lalu beristirahat untuk hari yang akan datang.

{--}

“Baiklah kalau begitu.”

Setelah makan sarapan di kastil, kami berbicara dengan Ratu sebentar sebelum bersiap untuk pergi.

“Kemana kita akan pergi?” 
“Menuju tempat Pedagang Budak.” 
“Tuan Iwatani.”

Ratu mengangkat tangannya seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia katakan.

“Apa kau akan mencari budak yang berasal dari desa... Nona Raphtalia?”
“Ya, memangnya kenapa?”
“Mengenai itu, ada hal rumit yang sedang terjadi. Sebelum aku jelaskan masalahnya, aku ingin menyampaikan permintaan maaf.”
“...”

Apa yang sedang terjadi? Aku punya firasat buruk tentang ini. Pipiku mulai bergerak. Sebenarnya, aku bahkan tidak ingin tahu apa artinya itu. Tapi tidak ada jalan lain untuk bertanya.

“Maksudmu apa?”
“Yah... Setelah insiden Spirit Tortoise, aku mengembalikan status Nona Seaetto sebagai bangsawan dan mengeluarkan dekrit yang memerintahkan semua warga Melromarc, termasuk bangsawan, untuk segera melepaskan budak demi-human dari wilayah Seaetto yang mereka beli.”
“Terus…”
“Karena itu akan mencakup yang lainnya dari desa Nona Raphtalia, aku berharap dekrit itu akan memungkinkan kita dengan cepat menemukan kenalannya yang selamat.”

Aku sudah tahu apa yang Ratu coba katakan, tapi aku tidak ingin mendengar kata-kata itu, jujur. Bahkan Raphtalia menjadi pucat.

“Investigasi kami menunjukkan kalau hasilnya kurang menguntungkan. Tampaknya sebelum dekrit ini aku buat dan sampaikan, terdapat penjualan masal yang menyangkut budak kenalan Nona Raphtalia.”

Sialan! Mau sampai kapan kegelapan negara ini terus menganggu langkah yang ingin aku ambil?! Bukannya aku tidak bisa memahami motivasi mereka. Jika aku menemukan item yang bisa menurunkan statistik musuh dalam game online, aku akan menjualnya dalam sekejap. Tapi ayolah! Ugh... ini benar-benar menyebalkan.

“Investigasi kami terus berlanjut, dan... penjual monster... yang akan kau temui saat ini sedang mencari teman-teman Nona Raphtalia.”

Dengan kata lain, mereka belum menemukan mereka. Itu sebabnya mereka masih mencari. Aku menenangkan Raphtalia, yang mulai terlihat seperti akan jatuh kapan saja. Rencanaku telah menabrak dinding bata sejak langkah awal.

“Untungnya, sudah ada empat budak, termasuk Keel-sama kembali ke wilayah Seaetto.”

Jadi ada empat, termasuk Keel. Hanya mereka? Mengingat perbaikan dalam rencanaku, kami akan membutuhkan lebih banyak orang. Aku tidak punya pilihan lain.

“Untuk saat ini, sepertinya kita hanya perlu mengumpulkan beberapa budak demi- human dan tidak boleh terlalu pilih-pilih.”
“Tuan Naofumi!”
“Kita tidak bisa membangun wilayah dengan empat orang. Kita membutuhkan lebih banyak orang.”

Ada banyak hal yang perlu dilakukan.

“Kita mau bagaimana lagi. Kita akan memulai dengan membeli beberapa budak yang murah tapi bisa digunakan.”
“Di... mengerti.”
“Aku yakin mereka mungkin saja masih anak-anak.”

Selain itu, budak yang lebih muda akan memiliki lebih banyak ruang untuk pertumbuhan. Aku terus merenungkan situasi saat kami berpisah dengan Ratu dan menuju tenda Pedagang Budak.

Kami mengenakan jubah dan berjalan melalui lorong-lorong belakang menuju tenda yang begitu kukenali untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.

“Oh?”

Di sana duduk seorang Pedagang Budak, seorang lelaki yang aku putuskan untuk tidak bergaul dengannya, dia tampak bosan menunggu pelanggan berikutnya. Bukankah dia seharusnya mencari budak dari desa Raphtalia? Aku membuka tudung untuk menunjukkan wajahku dan memberinya beberapa ucapan selamat.

“Yah, Tuan Pahlawan Perisai! Lama tak jumpa. Aku sudah mendengar berita tentang kesuksesanmu baru-baru ini.”
“Lama tidak bertemu.”
“Kupikir kau mungkin sudah melupakanku.” 
“Aku ragu ada yang bisa melupakan orang sepertimu.”

Bagaimana aku mengatakannya? Pria ini memiliki hawa unik yang akan membuatnya sulit untuk dilupakan. Dia tampak jauh lebih mahir dalam berdagang daripada pedagang biasa. Bisnis semacam ini adalah tentang memastikan pelangganmu mengingat dirimu.

Kalau dipikir-pikir, kami belum mengunjungi tempat ini sejak kami datang untuk membeli cakar Filo. Tidak, sejak saat Raphtalia dan Filo belum bisa melakukan Kenaikan Kelas di jam pasir naga Melromarc. Pedagang Budak menyarankan kami untuk menuju Siltvelt atau Shieldfreeden saat itu.

Tunggu sebentar... Menilai dari komentarnya sebelumnya, mungkinkah ia memiliki transaksi rahasia dengan Ratu?

“Kau pasti sudah merencanakan semuanya? Tak kusangka kau punya transaksi rahasia dengan orang kastil...”
“Aku tak berbohong soal menyukai padangan unikmu, Tuan Pahlawan Perisai.” 
“Ya, ya. Terserahlah.”
“Lalu, apa yang dirimu inginkan hari ini?”
“Aku kemari untuk pelayanan asli tempatmu.”
“Oh!”

Mata Pedagang Budak itu berbinar-binar. Aku tak yakin apa yang membuatnya begitu bergairah, tapi aku tak akan membiarkan segalanya berjalan sesuai keinginannya. Aku bisa membayangkan dia mungkin diam-diam senang atas kenyataan kalau aku masih membeli budak bahkan setelah aku terkenal.

“Aku mencari budak demi-human yang lebih murah untuk saat ini. Semakin rendah level mereka, semakin baik.”
“Sebesar apa anggaran yang kau punya?”

Aku memiliki 5.000 keping perak yang diberikan Ratu kepadaku sebelum insiden Spirit Tortoise.

“Sekitar 5.000 keping perak. Termasuk budak yang saat ini kau cari juga.”
“Aku kira ini investasi untuk proyek baru?”
“Aku sudah memberitahumu sebelumnya, jangan tanya aku pertanyaan yang sudah kau ketahui jawabannya.”

Berapa banyak yang diketahui pria ini? Aku punya perasaan aku mungkin bisa percaya jika dia bilang bahwa dia bisa melihat masa depan atau semacamnya.

“Silakan kemari.”

Pedagang Budak itu menggerakkan kami ke bagian terdalam tendanya. Kami mulai mengikuti di belakangnya, tapi Filo berhenti.

“Kamu kenapa?”
“Firo tidak mau kesana...”

Dia pasti merasakan suasana suram dan bau khas yang terbentang di dalam. Aku sudah terbiasa dengan itu, tapi tentu saja itu tidak menyenangkan.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kau tunggu disini saja.”
“Baik!”

Filo mengangguk ketika dia mengendus lotere telur monster. Apakah dia menyadari kalau di situlah awal kami bertemu? Aku memperingatkannya untuk tidak memakan telur dan kemudian mengejar Pedagang Budak. Setelah berhasil mengejarnya, kami mendekati kurungan tempat aku bertemu Raphtalia.

“Ini adalah tempat di mana nasibku berubah selamanya,” gumam Raphtalia.

Bukannya aku tidak bisa memahami perasaannya, tapi... memikirkannya sekarang, itu benar-benar waktu yang singkat, meskipun rasanya begitu lama. Bahkan belum genap enam bulan.

“Aku akan membuat kesepakatan khusus hari ini.” 
“Sungguh baiknya dirimu.”
“Aku sangat senang dengan proyek kecil yang kau mulai ini. Aku sangat berdebar-debar. Kau akan terus menjadi pelanggan tetap bukan?”
“Ya, kurasa begitu.”
“Bisnisku berjalan dengan baik, berkat dirimu, Tuan Pahlawan Perisai!” 
“Apa artinya itu?”
“Aku yakin kau akan mengerti jika kau hanya menganggapnya sebagai fenomena yang sama yang terjadi dengan dewa burung.”

Ah... Raphtalia telah memainkan peran besar dalam kesuksesan kami. Aku yakin pasukan aliansi juga menghormatinya. Jika orang tahu bahwa budak seperti itu telah dibeli dari orang ini, bisnisnya pasti akan meningkat pesat.

“Tapi, aku rasa tidak ada gunanya beli budak disini jika tidak ada budak yang berasal dari desa Raphtalia tinggal.” 
“Oh, tentu tidak. Itu masalah yang berbeda. Ya.”
“Coba aku pilih dulu...”

Aku pikir aku hanya akan memilih beberapa budak yang menarik perhatianku.

“Yang ini, yang ini, dan yang itu. Juga, yang di sana, yang di bawah selimut, dan yang itu juga.”

Aku memilih dua anak lelaki yang terlihat relatif sehat, sepasang budak yang gemetar sambil berpegangan tangan, sepertinya mereka adalah rekan, yang lain terbungkus dengan selimut dan gemetar di bagian belakang kurungan, dan yang terakhir berdiri di dekat pintu kurungan, menatap Filo. Di tempat Eclair sudah ada empat budak, sehingga totalnya menjadi sepuluh. Itu sepertinya cukup untuk memulai pekerjaan keras.

“Oh iya. Aku ingin segel budaknya ditanamkan di desa saja, sebab disana sudah ada budak namun mereka belum memiliki segel budak, tolong bawakan orang yang bisa melakukan penanaman segel budak. Ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mereka.”
“Pilihanmu benar-benar acak, namun kau begitu bagus. Tuan Pahlawan Perisai memiliki mata yang jeli! Aku sangat mengagumimu! Ya!”
“Fuueh...”
“Tuan Naofumi? Mungkin ada baiknya kamu memilah mereka baik-baik?”
“Aku hanya memilih antara yang tampak sehat dan yang terlihat bermasalah. Hei, kau yang memakai selimut, cepat kemari.”

Aku yakin yang ini akan lemah dan tak berguna. Aku tahu dia juga gemetar ketakutan. Pedagang Budak memberi perintah dan seorang pria berotot membuka kandang dan menarik selimut dari anak itu.

“Tidak... hentikan!”
“Oh?”

Setelah selimutnya diangkat darinya, aku bisa melihat budak menyerupai tikus tanah.

“Dia ras lumo, sejenis therianthrope yang dikenal karena tangannya yang teliti. Mata mereka peka terhadap cahaya, yang membuat mereka menjadi pilihan yang baik untuk bertugas menjaga keamanan dimalam hari. Dia ini  masih anak kecil, tentu saja.”
“Ahh!”

Budak lumo meringkuk dalam ketakutan di sudut. Raphtalia tampak khawatir.

Melihat lebih dekat wajah anak lumo. Jika aku harus menggambarkannya dalam satu kata, aku pasti akan menyebutnya “tikus tanah.” 
Dia seperti versi tikus tanah dari manusia serigala atau semacamnya. Dia pendek, hanya setinggi pinggangku. Apa karena dia masih kecil?

Jadi mereka dikenal karena kemampuannya untuk melakukan pekerjaan yang detail, ya? Aku memiliki semua jenis pekerjaan yang dapat mereka lakukan, jadi itu tidak masalah.

“Berbicara tentang pekerjaan yang mendetail, tipe racoon, seperti rekanmu di sini, juga cukup hebat, kau tahu.”

Aku melihat Raphtalia. Sekarang setelah aku memikirkannya, aku tidak pernah mengajarinya melakukan pekerjaan seperti itu. Aku minta bantuannya untuk membersihkan kulit dan daging monster, tapi hanya itu saja. Mungkin fakta kalau dia tidak menyatakan minat untuk melakukan hal semacam itu berarti dia secara alami ceroboh.

“Kamu sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan, bukan?” 
“Tidak...”
“Tapi ya, jenis lumo cenderung cocok untuk pekerjaan rumit yang membutuhkan tangan yang kecil. Mereka juga cenderung agak pendiam. Pilihan yang bagus. Ya.”

Aku melihat lagi pada budak lumo yang gemetaran.

“Hei, kira-kira kenapa banyak sekali orang negara ini suka melakukan penyiksaan? Sudah seperti hobi saja.”

Setiap budak yang kulihat tertutupi oleh bekas luka karena cambukan.

“Negara ini memiliki sejarah panjang berperang dengan demi-human, jadi sudah wajar saja. Ya.”
“Berarti orang-orang seperti bangsawan yang berperang dalam perang itu menggunakan kekerasan fisik untuk membuat mereka merasa lebih baik, semua itu demi menghidupkan masa lalu?”

Bangsawan yang mengurusi Raphtalia sebelumnya juga, telah melakukan hal yang sama.

“Kami juga menyediakan pilihan harga murah bagi mereka yang ingin melakukan hal semacam itu. Ya. Kami mengharuskan mereka untuk membeli budak secara langsung dengan jumlah yang banyak, apabila mereka mengembalikan budak itu dalam keadaan tidak layak pakai.”

Keburukan negara ini sangat mengerikan, sangat gelap. Melihat diriku merekonstruksi desa demi-human mungkin akan meninggalkan rasa pahit di mulut bangsawan.

“Penyiksaan fisik bisa dihukum, tentu saja. Ya.”
“Jadi itu ilegal? Tetapi itu tampak legal bagiku.”

Mau tak mau aku merasa toko ini juga terlibat dengan dunia gelap. 

“Itulah sebabnya bisnisku berkembang pesat. Ya.”

Berkembang, huh? Cara Pedagang Budak memamerkannya dengan bangga membuatnya tampak sangat hebat. Katakan padaku, mengapa dia menjual budak yang telah dilukai secara fisik?

“Aku rasa itu benar, dia memang terlihat lebih baik daripada kebanyakan Pedagang Budak lainnya.” Respon Raphtalia dalam bisikan.

Apakah dia benar-benar lebih baik daripada yang lain? Aku melihat luka di punggung budak lumo itu. Tampak sangat dalam. Itu adalah bercak-bercak bekas luka dari dicambuk berulang kali.

“Zweite Heal!”

Aku menggunakan beberapa sihir penyembuhan dan luka budak lumo  mulai menutup. Tetap saja, luka-luka itu sangat dalam dan jauh dari kesembuhan sepenuhnya.

“Hah?”
“Kudengar kau punya tangan yang teliti.” 
“Aku tak tahu.”

Budak lumo membuang muka saat menjawab pertanyaanku. Itu tentu respon yang lebih baik daripada mengklaim dia bisa melakukan sesuatu yang dia tidak bisa.

“Jika diajarkan membuat sesuatu bisa kau praktikkan?”
“Jika itu perintah akan aku lakukan. Kumohon jangan, pecut aku.”

Budak lumo menunduk, suaranya tegang seolah-olah ia akan menangis. Aku kira aku tidak bisa menyalahkannya, dia menjalani kehidupan budak yang sulit.

“Aku tidak tertarik melakukan itu. Jika itu yang kau inginkan, minta saja pada tuan yang lain.”
“Hah?”

Oke, sekarang dia mulai membuatku jengkel.

“Aku akan memberikanmu obat, jadi rawat luka mereka. Setelah itu, tolong urus pendaftaran budak.”
“Aku berharap melihat bagaimana Tuan Pahlawan memanfaatkan para budak. Sangat mengasyikkan! Ya!”
“Sudah! Urus mereka. Masih ada yang harus aku siapkan. Aku serahkan padamu.”
“Heh heh heh... Aku semakin tidak sabar menanti apa yang akan terjadi. Ya.”

Aku menyerahkan sisanya pada Pedagang Budak dan kembali ke pintu masuk tenda bersama Raphtalia dan Rishia. Filo melihatku dan berlari mendekati kami.

“Sudah selesai?”
“Ya. Masih ada yang harus diurusi olehnya, selama dia masih belum selesai, kita siapkan hal yang lain dulu.”

Aku melangkah keluar dari tenda. Aku masih punya banyak tempat yang harus kukunjungi.





TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar