Chapter 44. Raja Iblis Eligos yang Tak Terkalahkan
Eligos menunggangi kuda hitam dan mengenakan armor yang memancarkan aura mengerikan dan penuh dengan niat membunuh. Hanya dengan melihatnya sekilas saja. maka kau akan mengetahui kalau dia bukan manusia
“Padahal, dia memang memiliki bentuk manusia.” gumanku.
Jeanne setuju, tetapi kami tidak membahas hal itu lebih lanjut.
Sangat disayangkan Eve tidak ada di sini, dia mungkin akan memberitahuku sesuatu yang berguna, karena dia adalah database berjalan.
Jadi aku tidak punya banyak pilihan selain memberi tahu Jeanne apa yang kuketahui sebagai gantinya.
“Eligos adalah Raja Iblis yang disebut Pangeran dari Neraka. Seperti yang kau lihat, dia terampil dalam pertarungan jarak dekat bahkan lebih kuat dari Raja Iblis Sabnac dalam Duel."
"Hijikata bercerita, pada saat melawan Sabnac dia harus berjuang mati-matian."
"Begitu juga aku."
"Aku mendengar bahwa Astaroth-sama yang pada akhirnya mengalahkannya."
“Ya, pada akhirnya. Tapi apakah semuanya berjalan lancar kali ini? "
Saat aku memikirkan ini, pasukan tim Skeletonku, menyerang Eligos.
Mereka semua memegang pedang dan mengincar leher Eligos. Namun, Eligos mengayunkan tombaknya ke samping, dan seketika tiga puluh Skeleton hancur.
Ini buruk. Aku harus memikirkan sesuatu.
“Mengirim tentara terlemah kita hanya akan mengurangi jumlah kita. Hanya Jeanne dan Hijikata yang bisa bertarung melawannya.”
Hijikata mendengar ini dan mengeluarkan peluit.
"Ah, jadi di sinilah kau ingin aku mati?"
"Tentu saja tidak. Itu akan sangat merepotkan bagiku. "
“Tetap saja, kupikir melawan Raja Iblis mungkin sulit, bahkan untuk kita berdua.”
"Aku tahu. Aku hanya butuh sedikit lebih banyak waktu. Sedikit lagi. Alihkan perhatiannya. Lalu kita bisa menang."
“… Jika kau bisa mengatakan itu, maka seharusnya kau tahu apa yang akan kau lakukan. Apakah itu ada hubungannya dengan pelayanmu itu? "
"Iya. Aku percaya pada Eve."
"Baiklah. Aku akan percaya padamu dan pelayanmu.” kata Hijikata. Kemudian dia berlari menebas pasukan musuh yang berada di jalannya.
"Jeanne, kau tertinggal," ujar Hijikata.
Jeanne tampak kesal kemudian dia menoleh ke arahku.
“Astaroth-sama. Kita akan melawan Raja Iblis Eligos. Tapi masih ada ribuan Undead yang harus kita hadapi untuk sementara.”
“Ya, tidak ada jalan yang mudah.”
“Tapi, kau akan menang. Dan aku juga tidak akan kalah. Astaroth-sama. Pimpin kami menuju kemenangan."
"Aku berjanji kemenangan akan menjadi milik kita."
Setelah aku mengatakan ini, dia memberikan ciuman di pipiku nyaris mengenai bibirku tanpa benar-benar menyentuhnya.
<TLN: halo FBI>
<EDN: FBI cannot reach you in isekai>
Aku terdiam menerima ciuman itu, tetapi kemudian teringat bahwa kami berada di medan perang.
Wajahku menjadi panas.
“... Kau tidak menahan diri, sepertinya.”
Dia memberiku senyum nakal dan berkata,
“Aku seorang wanita Prancis. Itu hanyalah salam. Tapi jika Astaroth-sama dapat kembali hidup-hidup, aku mungkin akan memberikanmu French Kiss yang sesungguhnya."
<EDN: Ehm, perlukan dijelaskan perbedaan French Kiss dengan yang lainnya>
Kemudian dia menghunus pedangnya dan menuju ke garis depan. Dia juga memotong barisan musuh saat dia menyerang. Tumpukan Zombie mulai menggunung di belakangnya.
Mereka akan tergantikan dengan Undead lain dengan cepat…
Dan itu tugasku untuk membunuh mereka.
Ada juga Ghost, Wraith dan Banshees yang hanya bisa dibunuh dengan sihir.
“Baiklah. Ini akan menjadi pekerjaan yang melelahkan.”
Aku harus menjadi komandan dan tentara sekarang.
“Kalau saja Zhuge Liang, Sima Yi atau Nobunaga ada di sini. Hidupku akan jauh lebih mudah…”
Namun, tidak ada gunanya mengeluh tentang itu. Aku harus menghadapinya sendiri.
Jadi aku melepaskan sihir sambil meneriakkan perintah. Dengan taktik seperti itu, kami secara sistematis berhasil mulai mengubur pasukan Undead Eligos.
Raja Iblis Eligos menyaksikan ini dan memasang tampang kagum.
Dia melihat dari jauh dari atas kudanya dan mengucapkan kata-kata berikut:
“Jadi ini Raja Iblis Ashtaroth yang terkenal. Aku telah mendengar bahwa dia mengalahkan Sabnac, dan tampaknya itu bukan kecelakaan."
Tapi kemudian dia melanjutkan,
“Tetap saja, Raja Iblis Sabnac hanyalah Raja Iblis Rank-F. Dia sendiri mungkin seorang pejuang hebat, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku. Ashtaroth hanyalah raja bermata satu di negeri orang buta. Kekekeke." Raja Iblis Eligos terkekeh.
“Aku tidak bisa mengabaikan itu. Kau telah menghina tuanku."
Terdengarlah sebuah suara.
Itu adalah suara seorang pria. Pria bertampang kuat dengan seragam asing.
Eligos memelototinya, tapi dia tidak mundur sedikitpun.
Dan kemudian suara lain berteriak.
“Aku tidak akan memaafkan siapapun yang mengejek Raja Iblisku. Kepalamu adalah milikku! "
Suara ini yang terdengar jelas dan nyaring berasal dari wanita yang memegang pedang dan terlihat seperti seorang Saint.
Itu pasangan yang aneh, pikirnya. Dan mereka sepertinya menyadarinya juga.
“Kami bukan pasangan!” Kata mereka bersamaan saat mereka menebas musuh.
Walaupun mereka bukan pasangan, gerakan mereka terlihat terkoordinasi dan sinkron satu sama lain.
Hijikata memblokir tombak Eligos kemudian Jeanne dengan lincah menusukkan pedang miliknya.
Tentu saja, serangan seperti itu tidak akan sampai padanya.
Tetap saja, mereka tetap menarik perhatiannya. Eligos pun menanyakan nama mereka.
"Kalau begitu sebutkan nama kalian."
"Namaku? Aku tidak yakin kau perlu mengetahuinya. Tapi aku akan berbaik hati kali ini. Namaku Hijikata, wakil kapten Shinsengumi. Hijikata Toshizou.” Katanya.
Kemudian Jeanne melanjutkan.
“Aku Jeanne. Maiden of Orleans. Jeanne d’Arc. Pelayan Tuhan. Tuhan mengirimku ke sini agar aku bisa membunuh semua Raja Iblis jahat. Dan kau adalah salah satunya."
Kemudian mereka menyerangnya lagi.
Gerakan Raja Iblis itu cepat tapi tidak begitu cepat sehingga mereka tidak bisa melihatnya.
Sebagai ahli pedang, Hijikata tetap tenang saat dia menggunakan pedangnya.
Dan sebagai hamba Tuhan, Jeanne menyerangnya tanpa ampun.
Eligos mengenakan armor tebal, yang mencegah mereka melakukan serangan mematikan. Namun, mereka mulai berhasil mengenainya.
Jika ini terus berlanjut, ada kemungkinan mereka bisa menembus armornya.
Tapi apakah itu Hijikata, atau Jeanne? Aku tidak yakin. Tapi ternyata yang pertama kali menembus armor itu adalah Hijikata.
Ada beberapa alasan untuk itu.
Pedang suci Jeanne, Nouvelle Joyeuse, adalah pedang bermata dua. Yang membuat pedang itu cukup berat.
Di sisi lain, Hijikata adalah ahli pedang yang pernah berlatih di dojo wilayah Tama. Dia berada di atasnya sebagai seorang pejuang.
Kapanpun Eligos menghindari pedang besar Jeanne, Hijikata akan menyelinap masuk, tampaknya dari bayang-bayang, dan menusukkan pedangnya ke luar.
Pedang Hijikata tercantap ke dalam perut Eligos. Dan kemudian sesuatu yang menakjubkan terjadi.
Meskipun perutnya tertusuk, Eligos mengabaikannya dan menusukkan tombaknya.
Kemudian dia menendang Hijikata dan mencabut pedang itu dari tubuhnya, dan terlihat kalau dia hampir mati karena serangan itu.
Keringat dingin menetes dari wajahnya.
“… Benar-benar monster. Namun, pastinya itu menimbulkan banyak damage…”
Dia berhenti.
Bahkan jika itu tidak mematikan, itu seharusnya cukup dalam.
Dia memikirkan ini, tapi hanya sesaat.
Perut Eligos telah dibelah. Darah hitam mengalir keluar dari lubang itu, tetapi dengan cepat berhenti. Lalu tertutup.
Lukanya sembuh sendiri.
“Kemampuan pemulihan seperti itu… itu konyol.” Hijikata menghela nafas. Tapi Jeanne tampak semakin kecewa.
“… Hijikata. Sangat disayangkan bahwa kau tidak dapat membunuhnya dengan serangan itu."
“… Apa maksudmu kita tidak akan mendapat kesempatan lagi?”
"Mungkin. Tapi pasukan Raja Iblis Astaroth-sama sudah dalam kondisi yang buruk. Mereka sudah kelelahan. Tidak lama lagi mereka akan tumbang."
Dia melihat ke belakang. Mereka telah mundur cukup jauh sekarang. Formasi akan segera runtuh dan mereka akan ditelan oleh musuh. Ini akan berakhir.
Dan sepertinya mereka tidak punya harapan untuk mengalahkan Eligos sekarang.
Dia tahu betapa kuatnya Eligos setelah bertukar beberapa serangan dengannya.
Dan dengan kemampuan penyembuhan ini, tidak ada yang bisa mereka lakukan.
(... Kami mungkin akan mati.) Pikirnya, tapi tidak putus asa.
Jika ada, dia tenang. Dia puas bahwa dia setidaknya akan mati ditangan Raja Iblis yang sekuat ini.
–Itu seperti yang dia pikirkan. Kemudian Suara Ashta terdengar dari jauh.
“Hijikata. Kau tidak akan mati di sini. Kau akan mati di bawah seratus ribu anak panah. Bukan di tangan Raja Iblis rendahan semacam Eligos.”
“Raja Iblis rendahan katamu !!!!” Teriak Eligos.
Namun, suara Ashta kembali tenang.
“Sudah kubilang aku punya rencana, bukan? Dan aku butuh waktu untuk itu. Jika kau bisa menahannya beberapa saat lagi maka Eve bisa membantu kita."
Saat aku mengatakan ini, tiba-tiba terjadi perubahan pada tubuh Eligos. Secara perlahan aura tidak yang menyenangkan di sekeliling tubuhnya mulai menghilang. Itu adalah awal dari perubahan yang terjadi di medan perang tanpa harapan ini.
Note:
Jangan lupa klo ada kesalahan bisa koreksi lewat komen di bawah atau DM FP Isekai chan yak
EDITOR: Isekai-Chan
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus