Kamis, 31 Desember 2020

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter SS-14. Satou General Store (1)

 Chapter SS-14. Satou General Store (1)


※ Ini adalah cerita sampingan setelah mendapatkan title Demon Lord Slayer hingga sebelum Insiden Menara Ungu.


"Masita, tamu."
"Masita, ayo."
"Masita, cepat."

Saat aku sedang membuat magic potion di dapur belakang toko, hamster setinggi lutut, anak-anak hamkin yang menjaga toko memanggilku.

"Baiklah. Aku akan segera ke sana."

Aku menyimpan magic potion yang hampir selesai di Storage dan berjalan menuju konter diiringi anak-anak hamkin yang menarik lengan bajuku sepanjang jalan.

"Apakah Lolo pergi ke suatu tempat?"
"Lolo, keluar."
"Lolo, pengiriman."
"Lolo, pergi lebih awal."

Lolo yang aku maksud adalah pemilik dari toko ini, [Hero Store].

"O, kau akhirnya muncul."
"Maaf membuatmu menunggu, Nona-san. Apakah kau akan berpetualang hari ini?"
"Ya, lihat saja pakaianku."

Adventurer yang kecantikan fisiknya terlihat seperti akan meledak dari armor kulitnya, Nona-san adalah pelanggan tetap dari general store ini.
<TLN: Yu know lah>

"Lima lesser potion, satu Lostless Candle dan juga 30 porsi makanan yang diawetkan. Dan berikan aku yang lebih mahal! Aku tidak bisa lagi memakan dendeng dan roti keras begitu aku mencicipi makanan yang diawetkan itu."
"Oh, persediaanmu banyak sekali. Apa kau berencana pergi lama kali ini?"
"Ya, aku berhasil merebut kursi dalam ekspedisi yang disponsori oleh klan adventurer besar, lihat."

Gadis ini pergi berpetualang sendiri karena keadaan tertentu selama pertemuan pertama kami, itulah yang ada di pikiranku, tetapi aku rasa itu bukan masalah, karena sekarang dia punya teman.

Aku masuk ke belakang dan berpura-pura mengambil barang-barang yang dia minta sementara mengeluarkannya dari Storageku, dan kemudian aku menaruhnya di konter.

Anak-anak hamster mengambil stok makanan yang diawetkan dari gudang. Berkat penelitianku dan Lulu, makanan awetan yang kami sediakan telah menjadi komoditas yang layak dijual di general store ini.

"Oh dan Water Stone-ku kehabisan mana, tolong isi ulang. Aku sudah menjadi adventurer selama beberapa waktu, tapi aku tidak tahu kalau kau bisa mengisi ulang benda ini."
"Oh, itu karena isi ulang adalah layanan khusus toko kami."

Aku mengisi ulang Water Stone yang tertanam di kantong airnya dengan mana elemen air.
Aku sekarang bisa membuat sebanyak mungkin elemental stone selama aku memiliki bagian intinya, tapi aku tidak akan menjualnya disini. Elemental stone adalah sumber pendapatan utama para adventurer.

"Masita, makanan yang diawetkan."
"Masita, bawa."
"Masita, puji tolong."
"Ya, kalian semua melakukannya dengan sangat baik."

Aku mengelus kepala anak-anak ini untuk memuji pekerjaan mereka, ekor pendek mereka bergoyang-goyang gembira.

Nona-san juga terlihat ingin mengelus kepala anak-anak hamster ini.
Mereka akan sangat senang, jadi tidak perlu menahan diri, kau tahu?

"Totalnya tiga silinder tembaga dan 12 - oh, jangan khawatir tentang ini, tiga silinder tembaga sudah cukup."
"Ou, terima kasih!"

Nona-san mengambil 300 ratus koin tembaga yang diikat dengan 100 keping per silinder, lalu menaruhnya di atas meja.
Rakyat biasa dilarang memperdagangkan koin perak dan emas di kota ini, jadi begitulah cara mereka berimprovisasi dengan koin tembaga.
Mereka menggunakan permata untuk transaksi yang melibatkan uang tunai dalam jumlah besar, maksudku, akan sulit jika tidak seperti itu.

"Haruskah aku juga mengasah pedang di pinggangmu?"
"Eh, aku bisa melakukan itu sendiri."

Nona-san mengambil pedang di pinggangnya dan meletakkannya di atas meja meski mengatakan itu.
Sudah dirawat dengan baik, kira-kira begitu. Karena tempat ini memiliki suhu dan kelembapan yang tinggi seperti di daerah tropis, pedang akan cepat berkarat jika kau tidak merawatnya.
Akibatnya, pengguna pedang logam seperti dia adalah minoritas di sini, kebanyakan orang mengandalkan bone weapon yang diperkuat oleh shaman atau necromancer.

"Coba aku lihat."

Aku mengambil batu asah khusus yang baru-baru ini aku buat dengan alkemis dan mengasah pedang dengan sangat cepat.

"Ini akan membuatnya lebih tajam."

Karena Nona menatapku dengan pandangan ragu, aku mengadakan pertunjukan dengan menjatuhkan kertas ke atas bilahnya, memotongnya menjadi dua.

"Uooo, luar biasa! Lolo itu berhasil menemukan pasangan yang baik. Kalau begini, tidak akan butuh waktu lama sebelum Hero Store mengambil alih Kota Dungeon Akatia!"

Nona-san dengan riang meletakkan kembali pedang di pinggangnya sebelum meninggalkan toko dengan semua senyuman.
Seorang gadis dengan poni yang cukup panjang untuk menutupi wajahnya masuk ke toko segera setelah itu.

"Lolo, selamat datang kembali."
"Lolo, kau terluka?"
"Lolo, puji."

Anak-anak hamster itu melompat keluar dari meja dan berlari ke arah gadis itu.

Dia penjaga toko ini, Lolo.

"Selamat datang kembali, Lolo. Kami baru saja mendapat pelanggan."
"Aku pulang, Satou-san. Oh ya, aku bertemu Nona-san tadi."

Saat aku mengambil kantong kertas dari Lolo, aku disambut oleh kecantikan yang bahkan bisa menjungkirbalikkan sebuah kastil.

Kecantikannya tidak akan kalah dengan Lulu.
Itu wajar. Bagaimanapun juga, kakek buyutnya adalah hero Watari - sama dengan Lulu, keduanya terlihat seperti pinang dibelah kapak jika kau mengabaikan rambut emasnya.

Aku bertemu dengannya seminggu yang lalu.

Berkat title Demon Lord Slayer-ku semakin dikenal, aku menjadi sedikit kesal karena tidak bisa berjalan-jalan di sekitar Royal Capital Shiga Kingdom tanpa penyamaran.
Akatia, Kota Dungeon ini adalah tempat yang aku temui ketika aku sedang mencari wilayah yang jauh di mana aku dapat beraktivitas kembali tanpa mengkhawatirkan pandangan publik.

◇◇◇ ◆ ◇ ◆◆◆

"Jadi ini adalah Sea of Trees ya ..."

Sebuah hutan tropis luas yang cocok dengan nama Sea of Trees terhampar di depan mataku.
Ini adalah hamparan hutan besar di benua yang jauh dari Shiga Kingdom, itu adalah hutan terbesar di benua yang bahkan mencakup Hutan Burainan dan Braibolga Leprechaun Kingdom.

"Benda seperti puncak menara itu sepertinya tidak--"

Aku berpindah dengan Flash Drive menuju Kota Dungeon Akatia sambil merujuk ke Petaku dan mengabaikan reruntuhan yang sesekali aku lihat di sepanjang jalan di Sea of Trees.

"—Itu dia."

Aku menemukan sebuah kota yang dikelilingi oleh benteng.
Aku harus turun, seseorang bisa melihatku dari sana di ketinggian ini.

--KZSSAYAAA.

Aku menebas semua monster mirip dinosaurus yang datang padaku sambil menggeram saat aku menuju ke kota dungeon.
Tingkat kemunculan monster luar biasa tinggi bahkan ketika aku semakin mendekati kota, tapi ada alasan untuk itu.

Itu karena hutan yang luas ini sendiri adalah dungeon.

Dungeon Rampant Evil adalah dungeon type field, yang jarang ditemukan bahkan di seluruh dunia, dan Kota dungeon Akatia yang aku tuju terletak di tengah dungeon ini.

『Nona! Blossom Naga di kiri! Ada Thorn Prick juga! 』

Ada beberapa orang yang bertarung cukup jauh.
Menurut info Map, mereka adalah sekelompok orang berlevel 10-an.

Dari hasil penelitianku, adventurer di dungeon ini adalah keturunan dari adventurer yang melakukan perjalanan menuju ujung Sea of Trees selama era Furu Empire, dan sekarang mereka telah dinaturalisasi dan memiliki status sosial yang sama dengan orang-orang yang tinggal di negara tetangga Sea of Trees.

Mereka tampaknya adalah adventurer peringkat Hungry Wolf.

Aku menggunakan translation magic tetapi sejak aku mendapatkan Akatia National Language Skill, aku mengalokasikan beberapa poin dan mengaktifkannya.

"Mereka mendapatkan Zans! Nona, beri kami waktu!"
"Kau menanyakan hal yang mustahil! Bagaimana bisa seorang light warrior melawan Thorn Pricks sendirian!"
"Diam! Jangan berani-berani memerintahkan kami, Furless rendahan! Kau seharusnya senang menjadi perisai daging daging kami!"
<TLN: Furless itu tanpa bulu, julukan beastmen untuk manusia mungkin ya>

Para adventurer datang ke arahku bersama dengan bau darah.

Seorang tanuki-kin dan bearkin beastmen melompat dari semak yang tinggi.

"Furless lainnya."
"Bagus, mari kita manfaatkan dia sebagai pengorbanan juga."

Pria bearkin itu mengayunkan wild sword putihnya sambil tersenyum menjijikkan.
Aku menangkap pedang dan melemparkannya tanpa membutuhkan bantuan skill Self-Defense atau Evasion.

--Wild sword ini terbuat dari tulang.

Aku pergi ke arah teriakan sambil memikirkan hal sepele yang tidak berguna itu.
Adventurer yang dikorbankan berada dalam bahaya.

"Sialan, kenapa dia sangat keras. Aku bersumpah akan membuat Tobi dan Higua babak belur jika aku keluar dari ini."

Oh bagus, dia masih hidup.

Adventurer itu masih bertarung sambil mengeluarkan caci maki meski tubuhnya berlumuran darah.
Sambil melindungi adventurer lizardkin yang pingsan di belakangnya.

"Aku akan membantu."

Aku berbicara dengannya, mengambil pedang yang tergeletak di tanah dan pergi ke arah monster.

"H-hei, bodoh! Kenapa kau menyerang dengan Thorn Prick tanpa armor!"

Thorn Prick, alias monster Ankylosaurus memutar tubuhnya dan menggunakan momentum itu untuk mengayunkan ekor berdurinya ke arahku.

Aku menghindarinya dengan melompat ringan, menendang sisi samping yang tidak terlindungi untuk membalikkannya dan menusuk perutnya yang terlihat lembut dengan pedang yang aku ambil.
Jenis monster keras seperti ini akan mengamuk untuk sementara waktu bahkan setelah jantung mereka ditusuk tetapi itu berhenti pada saat aku memotong monster lain, kepala Bloom Naga.

"Zans! Oy, jangan berani-berani mati dihadapanku Zans!"

Aku berbalik melihat adventurer pingsan lainnya yang berada dalam kondisi kritis.
Sepertinya ada darah yang menggumpal di tenggorokannya, dia tidak bisa bernapas.

Akan terlambat jika aku menggunakan spell sehingga aku menggunakan skill healing di Magic List dan menyembuhkan mereka berdua. Harus mengandalkan skill Deception-sensei jika mereka menyadari aku menggunakan magic tanpa spell.

"Oooh? Magic apa itu?"

Saat adventurer itu terkejut, adventurer lain di belakangnya terbatuk dan menarik napas.

"Sepertinya kau akan baik-baik saja sekarang. Aku menuju Akatia, kalian ingin ikut?"
"Y-Ya, tentu saja. Seharusnya aku yang bertanya."

Ketika aku menanyakan itu, adventurer itu memberikan jawaban langsung.

"Dan selain itu, Sea of Trees tampak aneh hari ini. Thorn Prick dan Bloom Naga adalah monster yang seharusnya hanya muncul di dekat [Castle]."

Aku tidak tahu di mana [Castle] yang dia sebutkan ini, tapi aku tahu alasan dari kondisi yang tidak biasa di sekitar sini.

"Syukurlah aku bisa mendapat herb yang diminta Lolo, kita bisa segera kembali."

Adventurer itu pergi ke semak-semak untuk mengambil tas kain besar yang mereka buang sebelumnya.

"Nona, bagaimana dengan Tobi dan yang lainnya?"

Adventurer lizardkin yang akhirnya bangun memanggil adventurer itu.

"Mereka lari saat mereka melihatmu pingsan. Meninggalkanku sebagai umpan."
"Tidak kusangka mereka akan meninggalkan rekan-rekan mereka! Mereka sangatlah bodoh!"

Yah, dia pantas untuk marah, tapi tolong tunggu sampai kita berada di dalam kota.

"Ayo pergi. Siapa yang tahu jika lebih banyak monster datang."
"T-tunggu sebentar."

Saat aku berjalan pergi sambil mendesak keduanya, adventurer itu menghentikanku.
Saat ditanya kenapa, dia bilang dia ingin mengumpulkan bagian monster yang bisa dijual.

Aku lupa karena aku biasanya langsung menyimpannya di Storage.

"Jangan khawatir tentang itu. Tidak ada masalah untuk meninggalkannya di sini bukan?"
"Tolong tunggu sebentar. Setidaknya biarkan aku pergi mengambil magic stone mereka, tanduk keras Bloom Naga dan ekor Thorn Prick. Keduanya benar-benar sangat berharga, tapi aku tidak berencana untuk bertindak serakah disini."

Kedua adventurer itu dengan terampil mengambil beberapa bagian tubuh monster tersebut.
Mereka kesulitan mengambil magic stone jadi aku membantu mereka.

Setelah kami mendapatkannya, kami menuju ke kota dungeon.

"Master Muda, apakah kau seorang bangsawan?"

Adventurer tersebut bertanya langsung seperti itu kepada aku saat kami berjalan.

"Ya, seorang bangsawan dari negara yang jauh."
"Mengapa seorang bangsawan pergi jauh-jauh ke sini?"
"Yah, ada sedikit situasi khusus di sana."
"Ah, maaf. Kurasa kau tidak akan berada di tempat yang berbahaya jika tidak."

Dugaannya mungkin benar-benar salah, tetapi sebaiknya aku menggunakannya untuk menghindari pertanyaan yang tidak relevan.

Aku mengubah topik dan membuatnya memberitahuku tentang Kota Dungeon.
Kota dungeon itu disatukan oleh Grand Witch bernama [Master of Source]. Kota dungeon ini mungkin tidak memiliki City Core.

"Itu bentengnya. Kita beruntung. Aku melihat menara pengawas, seharusnya ada gerbang di dekat sini."

Kelegaan melayang bahkan di wajah adventurer lizardkin yang terdiam itu.

Gerbang itu terlihat setelah berjalan sedikit lagi.
Dengan penjaga berbaju kulit yang memegang tombak tulang putih.

Tentara di atas benteng dan di menara benteng menegang ketika mereka melihat kami.

"Yo, Nona. Tangkapan besar hari ini, eh."
"Sayang sekali itu bukan milikku. Master muda ini yang memilikinya."
"Hee, wajahmu terlihat asing."
"Aku bisa menjamin master muda ini. Dia menyelamatkan kita saat akan dihabisi oleh Bloom Naga dan Thorn Prick."
"Itu mengesankan - tunggu, kau bercanda? Lupakan armor. Aku bahkan tidak melihat dia membawa pedang?"

Oh benar, aku menyimpan kembali fairy sword karena itu menghalangi.
Adventurer itu berbicara tentang prestasiku secara berlebihan dan penjaga gerbang yang memiliki [Judge Eye] membiarkan kami lewat tanpa masalah.

"Selamat datang di Kota dungeon Akatia. Semoga Kau mendapat berkah dari Grand Witch-sama."

Penjaga memberiku salam perpisahan seperti itu saat aku berjalan memasuki Kota Dungeon.


"Master Muda, keberatan jika aku mampir ke toko Lolo sebelum kita menjual ini? Aku ingin memberikan padanya sebelum kedaluwarsa."
"Ah, tentu saja."

Lagipula aku tidak punya urusan penting.

Kami bertiga masuk ke gang yang agak jauh dari jalan utama.
Banyak bangunan di kota ini memiliki tanaman merambat ditemboknya.

"Lihat itu, itu toko Lolo."

Toko yang relatif besar di sudut gang.
Ini adalah bangunan yang cukup tua, tetapi etalase dan barang-barangnya tertata rapi.

"Ya ampun, apakah Kau melalaikan kewajiban membayar utangmu zansu?"

Aku bisa mendengar suara sarkasme dari dalam toko.

"Itu suara Babbus penagih utang!"

Tepat setelah adventurer tersebut mengatakan itu, teriakan terdengar.

Adventurer itu memberikan barang bawaannya ke lizardkin dan bergegas masuk ke toko.
Lizardkin itu membawa koper besar di punggungnya, dia tidak bisa masuk ke dalam toko, jadi aku masuk sebagai gantinya.

"Lolo, jangan jahat."
"Lolo, lindungi."
"Lolo, penting."

Anak-anak yang mirip hamster dengan tangan terbuka lebar berdiri untuk melindungi gadis manusia yang berjongkok meskipun tubuhnya sendiri gemetar.
Adventurer itu berhasil ditaklukkan oleh seorang pria tigerkin besar yang tampaknya bekerja sebagai pengawal penagih utang.

Ada alkemis horsekin lainnya di toko ini, tapi dia tidak bergerak satu inci pun dari pintu belakang.

"Ya ampun, pasti ada banyak idiot hari ini."

Pengawal bearkin lainnya berjalan dari belakang pria deerkin yang mengeluarkan kata-kata sarkasme dan mengenakan pakaian mencolok.
Dia melemaskan jari-jari tangannya, tampaknya untuk mengintimidasiku.

Yang lebih penting lagi, bar HP gadis yang berjongkok di AR-ku berkurang.
Darah mengalir dari pipi yang ditutupi tangannya.

"Bersihkan darahmu dengan sapu tangan ini."

Aku memberikan saputangan yang dibasahi magic potion kepada gadis itu.

"T-terima kasih banyak."

Aku menahan nafas saat melihat wajah gadis itu.

--Lulu?

Kecantikannya persis seperti Lulu.

"Lulu? Oh, namaku Lolo."

Sepertinya aku mengucapkan nama Lulu dengan keras karena terkejut.

"Maaf. Kau sangat mirip dengan kenalanku, abaikan saja."

Satu-satunya perbedaan adalah warna rambut dan dadanya yang terlalu datar.

"Apa kau tidak mengerti zansu? Kau pasti benar-benar nafsu hingga ingin merayu manusia yang begitu jelek ini zansu."

Deerkin menyentakkan dagunya, memberi perintah pria bearkin besar itu untuk mengangkat bahunya sebelum mengayunkan tinjunya.

Anak-anak hamster terjatuh dengan tangan di atas kepala karena ketakutan.

Aku berpindah dengan Ground Shrink ke tempat di depan anak-anak, dan melemparkan pria besar itu ke udara sebelum menjepitnya sambil berhati-hati agar tidak merusak toko.
Perbedaan berat tidak berarti apa-apa dihadapan skill self-defense sensei. Atau mungkin itu perbedaan level?

"K-kau cukup hebat zansu. Lihat kontrak di sini zansu? Ini kontrak formal yang dibuat oleh Grand Witch-sama zansuyo?"

Kontrak yang ditunjukkan oleh pria itu dibuat dengan magic circle, dengan semacam batasan tertentu.
Isi kontrak itu sendiri sangatlah tidak adil.

"Menurutku itu adalah surat utang, tapi bukankah dia masih punya waktu tiga hari lagi?"
"Di mana dia berencana mendapatkan 3000 silinder koin tembaga hanya dalam tiga hari zansu?"

--Silinder?

Aku tidak memahami satuan mata uang ini.

"Berapa jumlahnya itu dalam koin emas?"
"--Koin emas? Kau terlihat asing, apakah kau bangsawan dari Mashioku atau Ruinberia zansu? Orang biasa tidak menggunakan koin emas di sini zansu. Dari segi harga, sekitar 230 koin emas kurasa zansu?"

Eh, itu seharga satu atau dua Magic Sword.

"Aku tidak punya koin emas lokal, apakah kau menerima koin Shiga Kingdom?"

Aku tidak berniat untuk ikut campur di sini, tetapi mengingat kemiripannya dengan Lulu, seharusnya tidak masalah untuk ikut campur sedikit di sini.

"Apakah kau buta huruf dan tidak tahu apa-apa zansu? Rakyat Akatia dilarang melakukan transaksi dengan koin emas dan perak zansu. Jika kau tidak dapat membayar dengan koin tembaga, bawakan aku permata zansu."
"Apakah ini cukup?"

Aku mengambil ruby  yang aku buat selama percobaan alkemisku.
Market Skill memberi tahuku bahwa itu seharusnya bernilai sekitar 400 koin emas di sekitar sini.

"Oooh. --I-ini kurang zansu, t-tapi aku akan melepaskanmu kali ini zansu."

Tangan deerkin menjangkau ruby sambil gemetar.
Dia berusaha keras untuk menyembunyikan kegembiraannya, dan usaha itu sangatlah sia-sia.

"Jangan tertipu! Permata itu jauh lebih berharga dari itu!"

Adventurer itu memberi nasihat bahkan saat dia masih terkekang.

"Diam zansu! Para adventurer yang tidak bisa membedakan nilai, sebaiknya diam saja zansu!"

Deerkin dengan panik mencoba menutupinya dengan air liurnya yang berserakan kemana-mana.

"Berikan padaku cepat zansu."
"Berikan juga surat utangnya."

Deerkin itu melemparkan surat utang tersebut padaku, merebut ruby itu, dan lari keluar toko karena takut aku akan berubah pikiran. Pengawal besar mengikuti deerkin dengan tergesa-gesa.

"U-um! Aku akan bekerja sekuat tenaga untuk membayarmu kembali! Jadi tolong izinkan aku terus menjalankan toko ini."

Si cantik - Lolo membungkuk di depanku.

"Aku melakukannya karena niatku sendiri, jadi kau bisa membayarnya kapanpun."
"Terima kasih."
"Diselamatkan."
"Elus?"

Anak-anak hamster berbaris di samping Lolo dan membungkuk.
Salah satu dari anak-anak itu hampir jatuh karena keseimbangan tubuh bagian atas yang buruk. Sedikit imut.

"Lolo, ini herbnya."
"Terima kasih, Nona-san. Apa kau terluka?"
"Tidak, aku baik-baik saja."

Lolo mengambil herb tersebut dan membayar adventurer itu untuk jasanya.

"Seiko-san, kita mendapatkan herbnya! Kita bisa mulai membuat obat untuk Grand Witch-sama sekarang."

Saat Lolo mengatakan itu ke bagian dalam toko, seorang horsekin yang tampak pemalu muncul.

"O-oh tidak, mereka mendapatkan herbnya tepat waktu--"

Skill Eavesdropku menangkap bisikan yang dikeluarkan oleh horsekin tersebut.
<TLN: Eavesdrop itu menguping>

"Maaf, Lolo. Aku telah direkrut oleh Ussha Company. Maaf, aku harus pergi!"
"Oy, Seiko!"

Pria horsekin tersebut menyingkirkan petualangan itu dan langsung kabur, menghilang di balik gang.

"T-tidak ... Tidak mungkin kita bisa membuat obat untuk Grand Witch-sama tanpa Seiko-san ..."

Tidak mungkin semangat campur tanganku tidak akan membara ketika seseorang yang terlihat seperti Lulu menunjukkan ekspresi khawatir seperti itu kepadaku.

"Kalau begitu, apakah kau keberatan jika aku yang membuatnya? Aku sedikit melakukan alkimia jika kau bisa mempercayainya."
"Benarkah ?! Tolong lakukan!"

Lolo menggenggam tanganku secara mendadak, lalu dia tersipu dan mulai panik ketika dia menyadari tindakannya, terlepas dari semua itu, kami berhasil tepat waktu untuk mengirimkan magic potion yang diminta pada akhirnya. Lagipula kami memiliki memo resep yang ditinggalkan oleh horsekin.

Aku mengenal Lolo berkat kejadian ini, dan dengan demikian memulai kehidupanku yang menyenangkan sebagai pengawal sekaligus penjaga toko di Kota Dungeon Akatia.

◆◆◆ ◇ ◆ ◇◇◇

"Satou-san, aku membawakan teh untukmu."
"Oh, lalu bisakah kau menyiapkan tujuh porsi tambahan?"

BAM, pintu toko terbuka saat aku mengatakan itu.

"Kami kembali!"
"Kembali ~"
"Kami kembali nanodesu!"

Arisa diikuti oleh gadis-gadis lain menerobos masuk dengan penuh semangat.

"Sesuai permintaanmu, kami telah mengamankan beberapa jenis Ancient Dragoon fang, Master."
"Terima kasih, Liza."

Oh ya, aku meminta mereka untuk mengumpulkan material dari sekitar area ini.

"Organisme muda, oleh-olehmu, Evil Broccoli, jadi aku memberitahu."
"Nana, terima kasih."
"Nana, senang."
"Nana, elus elus."

Nana mengeluarkan brokoli raksasa yang sudah direbus, anak-anak hamster bersemangat untuk mengunyahnya. Itu adalah makanan favorit anak-anak ini.

"Nn, brokoli lezat."

Mia yang suka sayur tampaknya juga menyukainya.

Nana dengan senang mengawasi anak-anak hamster yang begitu bersemangat mengunyah brokoli.

"Lolo-san ini potion yang kau cari."
"Terima kasih Lulu-san."

Saat Lulu dan Lolo berdampingan seperti ini, mereka terlihat seperti kembar.
Ini adalah kolaborasi yang menakjubkan.

"Ara? Ini cukup ramai untuk toko tua seperti ini."

Seorang gadis pirang berambut twintail mengatakan kalimat yang tidak bersahabat itu saat dia masuk untuk merusak suasana damai di toko ini.

Sepertinya General Store [Hero Store] akan ramai seperti biasanya.


Note:
Akhirnya translate lagi, mimin udah lama gak ngecek english eh ternyata udah banyak xD untuk update selanjutnya belum bisa mimin tentukan harinya kapan tapi kemungkinan besar minggu depan bakal update lagi kok, ditunggu aja yak~ Dan maaf kalau ada kata / kalimat yang aneh karena mimin baru translate lagi Desumachi, udah rada lupa rule translatenya x'D




TL: Isekai-Chan 
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar