Volume 10
Side Story 2 – Minuman Keras Itu Membimbingmu Menuju Takdir
“Kau bisa mencintai seseorang yang dapat menang darimu dalam hal minuman keras. Dengan begitu semuanya akan beres, bukan?”
Sudah berapa lama waktu berlalu sejak aku mendengar perkataan itu?
“Gyoooooo—”
Karena aku, Oneesan memutuskan menggunakan nama panggung ‘Nadia’, dengan menggunakan Drifa Thunderbolt, lawan hari ini berhasil kukalahkan.
Nama asliku Sadeena, tapi di Zeltoble ini, aku tidak mau berlama-lama menggunakan wujud therianthrope ataupun nama asliku diketahui orang-orang.
“Pemenangnya! Nadiaaaa!”
“Yaay~!”
Dalam lomba kali ini, berapa banyak uang yang aku dapatkan? Ya, kali ini aku ingin merayakannya saja. Turnamen kali ini akan segera berakhir juga.
Di Melromarc, bukan hanya desa.... namun orang-orang desa, ‘mereka’ tidak dapat kulindungi.
Karena kehadiran gelombang, bangsawan yang melindungi demi-human memutuskan untuk melindungi diri mereka sendiri, Oneesan tidak bisa meminta banyak dari mereka, hingga akhirnya aku berakhir di Zeltoble ini.
Oneesan memiliki sebuah tugas.
Demi menuntaskan itu, aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkan cara lain. Di Zeltoble, Oneesan bekerja sebagai tentara bayaran. Selama itu aku menghubungi pedagang di sana untuk melakukan pencarian anak-anak dari Melromarc, lebih tepatnya dari desa itu. Setelah mereka ditemukan, aku menggunakan uang itu untuk membeli mereka.
Nama-nama mereka tidak akan membantu pencarian mereka, aku hanya bisa memberikan gambaran kasarnya saja.
Tindakanku membuat harga beli anak-anak desa itu naik, tapi aku berhasil mengumpulkan mereka.
Aku harus menemukan dia, kemungkinan besar Raphtalia-chan masih hidup.
Aku dengar dia masih bisa tersenyum dan memberikan keberanian pada orang-orang desa, namun dia sudah kehilangan orang tuanya.
Sudah... kau tidak perlu memaksakan diri... ingin kusampaikan ini sambil memeluknya.
“Oh, aku dengar suatu rumor. Katanya pemburu budak yang menjual demi-human dari desa itu, ditangkap dan dijual?”
Rumor tak jelas selalu berkeliaran di telinga para tentara bayaran. Kebenarannya memang diragukan. Sebab desa itu sudah ditinggalkan. Kalau tidak salah, desa itu dibuat untuk membangun hubungan baik dengan Siltvelt, mungkin saja Siltvelt yang melakukan pencarian untuk mereka.
“Tanpa disadari, yang menangkap mereka adalah Pahlawan Perisai. Dewa demi-human benar-benar memberikan hukuman pada mereka.”
“Mengenai rumor itu, kemarin aku juga mendengar alasan budak desa Lurolona dijual dengan harga tinggi, penyebabnya...”
Ketika mereka membicarakan itu, seorang tentara bayaran datang dan duduk dihadapanku sambil berbicara dengan keras.
“Hei, Nadia! Ayo kita lomba!”
Si tentara bayaran itu menantang Oneesan lomba minum.
Sepertinya dia ingin melakukan hal mesum denganku.
Astaga.... memangnya kau pikir aku itu siapa? Asalkan kau tahu, tubuhku tidak semurah itu?
Oleh karena itu, Oneesan selalu mengucapkan kalimat ini.
“Ayo~ jika kau memenangkan lomba minum ini, kau boleh melakukannya.”
“Hehe, kuambil perkataanmu! Aku akan memenangkan ini dan menikmati semua bagian tubuhmu!”
Benar... pilihan idealku, orang yang ditakdirkan bisa bersamaku hanya dia yang bisa minum lebih banyak dariku. Oleh karena itu, Oneesan selalu mencari orang itu agar semua ini bisa segera berakhir.
Tetapi, pilihan idealku, orang yang bisa membuatku bahagia harus memiliki suatu kemampuan, yaitu bisa membuat semua orang senang.
.... Sebab aku tidak layak hidup bahagia, aku mungkin lebih cocok menjadi selir saja.
Banyak tong minuman keras dan gelas dibawakan kemari, malam ini, aku ditemani minum lagi oleh seorang tentara bayaran.
“Glug... glug! Muah! Hei, cepat diminum~”
“Ugh... aku masih bertahan!”
Oneesan menuangkan minuman keras lagi dan meminumnya, lawanku melakukan hal yang sama.
Hingga akhirnya...
“Hu, mana lagi!? Ugh....”
Gedebuk, lawan Oneesan hari ini jatuh pingsan sebelum aku selesai minum.
“Ha!! Hanya ini batasmu~! Adakah orang yang bisa mengalahkanku?”
Dia tidak layak dipertimbangkan.
Oneesan hanya mencintai orang yang bisa mengalahkanku dalam lomba minum.
“Mana ada orang yang bisa menang darimu, Nadia!”
“Iya, itu benar!”
“Luar biasa, lomba yang sangat menarik!”
Setelah menerima uang dari pecundang ini, aku berdiri. Semua orang senang melihat lomba tadi, mereka semua tertawa dan pergi.
“...”
Jika orang yang ditakdirkan bersamaku benar-benar ada, akankah dia akan menyelamatkanku tadi?
Si pedang senjata itu, dia pasti terlibat dalam kenaikan harga budak, anak-anak dari desa. Bukan hanya itu, dia juga melakukan pengaturan lomba di Coloseum... Tapi, jika aku menentang keputusannya, dia mungkin akan menjual anak-anak desa secara paksa.
<TLN: pengaturan lomba = pengaturan skor>
... Sungguh, aku harap ada seseorang yang dapat menolongku.
Aku sangat kesal, aku sampai mengambil dan menjilat buah Lucor yang ada di meja bar. Rasanya membuatku pusing.
“Na-Nadia!?”
Master, orang yang mengenalku cukup lama terkejut dengan tindakan nekatku.
Untuk saat ini, aku yakin orang yang ditakdirkan bersamaku tidak ada. Jika aku bisa membayangkan kehadiran orang yang ditakdirkan itu, maka harus lebih melihat kenyataannya!
“Besok kau masih ada lomba. Jangan membuatku syok. Aku bertaruh padamu besok.”
Diantara orang-orang yang bermuka biru ketika melihat tindakanku, ada satu orang yang diam dan melihat lomba ini dengan pandangan biasa.... dia terlihat bosan.
Apa dia tidak tertarik dengan ini?
“Ara? Kau lihat lomba tadi?”
Aku bermaksud berbicara dengannya dan membuatnya jatuh pingsan dengan minuman keras, tapi ternyata dia meminum itu layaknya meminum air biasa.
Ini sebuah pertanda atau bukan? Impian yang seharusnya sudah kubuang, kembali muncul di benakku.
Apa yang terjadi jika aku menyuruhnya memakan buah Lucor?
Jika dia pingsan, aku harus segera mengurusnya. Tapi aku bisa bersenang-senang sedikit, kan?
0 komentar:
Posting Komentar