Rabu, 15 Januari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 87. Hero Tombak & Rekanku

Chapter 87. Hero Tombak & Rekanku


“Ah, Goshujin-sama~!”

Ketika Aku kembali di penginapan pulau utama, dalam wujud monsternya Filo menghampiriku untuk memberikan salam.
Seingatku, Aku sudah memberitahunya untuk tetap dalam wujud manusianya jika sedang di dalam penginapan.

“Sampai jumpa. Jangan merasa akur denganku ya.”
“Aku tahu.”

Wanita 1 berpamitan lalu bergabung kembali dengan Bitch.

“Terus apa yang terjadi?”
“Uhmm sebenarnya, Raphtalia onee-chan sedang marah.”
“Marah...”

Motoyasu, akhirnya kau membuat masalah.
Yang bersangkutan sedang duduk melihat bintang dilangit sambil menyandarkan dagu dikedua tangannya.
Sedang apa ia. Sepertinya ia sedang berpikir dengan keras.

“Motoyasu-sama?”

Wanita 1 terheran, ketika dia melihat Motoyasu berpose seperti itu.
... Aku tidak mengerti keadaan ini. Apa yang sedang terjadi?

“Filo, apa yang terjadi?”
“Hm~? Firo juga tidak tahu.”

Sudah kuduga.
Bodohnya Aku bertanya kepada Filo.
Mau bagaimana lagi, Aku akan mencari Raphtalia, biarkan saja Motoyasu bersama Wanita 1.
Dan dia sedang disana. Hanya terlihat punggungnya, tapi itu adalah punggung Raphtalia... meski dari kejauhan, sudah jelas sekali untukku Raphtalia sedang menggerutu.
Ekornya yang naik menyatu dengan rambutnya, dan tubuhnya memancarkan aura yang kuat sampai membuat benda sekitarnya seperti yang bergetar.

“Ak-Aku pulang.”

Ketika mendengar salam dariku Raphtalia langsung berbalik, dan amarah yang membuatnya galau telah hilang.

“Aku sudah menunggumu!”

Raphtalia langsung lari menuju arahku dengan air mata yang mengalir dari pipinya.

“Ap-apa yang terjadi?”

Aku berdoa kalau ini bukan pemerkosaan.
Bila Aku melihat ekspresinya Motoyasu sepertinya bukan itu yang terjadi, tapi Aku sama sekali tidak tahu-menahu apa yang terjadi.

“Yang terjadi—“

Aku menjelaskan pengalamanku kepada Raphtalia.
Raphtalia juga mencoba menjelaskan kepadaku apa yang terjadi dari sudut pandangnya.


“Sekarang apa yang akan kita lakukan?”

Setelah Aku pergi, Filo bertanya kepada Raphtalia yang gelisah.

“Bukan masalah kok. Kita hanya akan berburu monster bersama dengan hero-sama yang lain sampai besok malam.”
“Boo~. Bagaimana dengan Goshujin-sama?”
“Kita akan bersamanya nanti.”

Begitulah, penjelasan yang diterima oleh Filo. Raphtalia sedang melakukan push-up selagi menunggu kedatangan Motoyasu.
Akan Aku jelaskan itu. Karena ini sudah menjadi rutinitasnya, Aku sampai melupakannya, kapanpun Raphtalia sedang senggang, maka dia akan melatih tubuhnya.
Ketika kita sedang bepergian dengan kereta, sedang membersihkan kulit monster, dia melakukan push up dan chin up sebanyak mungkin. (chin up hampir sama dengan pull up)
Berkat itu, kekuatan tangannya bertambah ke setiap jari-jemarinya, bahkan dia bisa push up dengan satu jari.
Latihan fisiknya mempengaruhi statusnya. Sedikit demi sedikit, statusnya bertambah.

“Maaf membuat kalian menunggu—“

Motoyasu berjalan masuk kedalam ruangan dengan karangan bunga di tangannya.

“Munya~...”

Filo sedang tidur siang.

“677...678...”

Raphtalia sedang tidak memperhatikan kehadirannya dan terus melanjutkan push up-nya.
Kresek* itu suara dari Motoyasu yang menjatuhkan karangan bunga yang dipegangnya.
Memasuki ruangan cewek yang sedang menunggunya, Motoyasu terdiam, dan hanya bisa melihatnya push up.

“Ummm...”
“680... Ah.”

Raphtalia berhenti melakukan push up-nya dan melihat wajahnya Motoyasu.

“Selamat datang. Hei, Filo, cepat bangun. Ia sudah disini.”
“Muu... Firo masih mengantuk.”
“Ah, iya...”

Selagi mengambil karangan yang dijatuhkannya, Motoyasu masuk kedalam ruangan.

“Mohon bimbingannya sampai hari esok.”
“Salam kenal~!”
“Baiklah, kita sudah pernah bertemu, tapi ayo kita perkenalkan diri kita masing-masing. Namaku Kitamura Motoyasu! Hero Tombak. Salam kenal.”
“Namaku Raphtalia.”
“Firo.”

Dengan lembutnya Motoyasu menyerahkan karangan bunga itu kepada Raphtalia.

“Bunga yang indah ini sangat cocok dengan gadis imut sepertimu.”
“Haa...”

Raphtalia menerimanya, dan sepertinya dia memikirkan tempat menjualnya.
Apa Aku salah mendidik seorang gadis dengan membuat dia berpikir efisiensi sebagai prinsip hidupnya?
Selain itu, Raphtalia dengar kalau bunga itu bisa dijadikan obat.
Aku rasa itu obat sekali pakai.

“Ini tidak terlalu enak.”

Filo menempatkan kelopak bunga itu kedalam mulutnya.
Pastinya, Filo lebih suka dango daripada bunga.

“Baiklah, bisakah kita pergi dan menaikkan level sekarang?”
“Ayo kita pergi belanja di pasar dulu.”
“Benar juga...”

Kemudian, Raphtalia mengikuti Motoyasu menuju pasar.

“Toko ini... sudah tutup.”
“Kok aneh. Padahal tadi Aku melihat ada penjual aksesoris yang berjualan disini.”

Sepertinya Motoyasu mengunjungi toko yang sudah tutup.
Setelah mencari toko lain, ternyata mereka sudah terlambat untuk mengunjungi toko itu.

“Ya sudah, ayo kita lihat hal yang lain saja.”
“Ah, iya.”

Dengan begitu, mereka mengikuti Motoyasu, menuju berbagai toko.
Berjam-jam dihabiskan di pasar itu.
Ditambah lagi, ia akan tetap berbicara dengan wanita cantik lainnya.

“Eh! Kau itu Hero Tombak-sama?”
“Benar sekali. Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”

Sepertinya mereka hanya ingin melihat hero melakukan jurus tombaknya.
Sebagai hasilnya, setiap cewek memberikan ia selembar kertas yang berisi tempat penginapan mereka.
Dasar tukang penggoda.
Selagi melihat aksi playboynya, Raphtalia mengubah pemikirannya tentang Motoyasu.
Kemudian, setelah belanja... hari itu sudah hampir berakhir.
Setelah belanja lalu meninggalkan pasar, Motoyasu berjalan menuju dermaga.

“Um... Untuk bisa kembali kita harus melewati pasar tadi.”
“Tidak masalah, ayo kita lihat itu.”
“Eh? Tapi, bagaimana dengan menaikkan level...”
“Oh iya, Firo-chan. Bisakah kau kembali ke wujud malaikatmu?”
“Tidak!”

Filo terus dalam wujud monsternya, sejak meninggalkan penginapan.
Kemudian, mereka menuju tempat turis di Kepulauan Cal Mira yang berada di pulau utama, ketika matahari terbenam, mereka bergerak menuju pulau lain.
Dengan kapal kecil, melewati lautan ketika matahari sedang terbenam.

“Aku menemukan sesuatu yang bagus ketika kita sedang di pasar tadi.”

Sebuah suvenir terbuat dari kerang diserahkan kepada Raphtalia.

“Umm...”
“Terima saja, ini hanya hadiah kecil dariku.”

Ngomong-ngomong, Filo sedang berenang di sebelah kapal dalam wujud monsternya.
Dalam situasi yang bisa Aku bayangkan dengan mudah.
Aku mendengarkan cerita itu dengan ekspresi tersinggung.
Pertama-tama abaikan kegaduhan Bitch, lalu kita mendengarkan ceritanya dengan baik. Untungnya Filo tidak ada disini.

“Lihatlah, betapa indahnya matahari terbenam.”
“Benar sekali, ini indah sekali.”

Pemandangan matahari terbenam dilaut sangat indah untuk dilihat Raphtalia. Dibelakang mereka, ada seekor monster yang melompat dari dalam laut bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Tercipta suasana yang bagus.
Ketika Raphtalia mulai terdiam menatap matahari terbenam, Motoyasu menggapai tangannya.
Menolak itu, Raphtalia menarik tangannya kembali.
Motoyasu hanya bisa menaikkan bahunya dengan perasaan “Jangan khawatir”.
Ketika itu terjadi pembuluh darah Raphtalia bermunculan di kepalanya.
Kemudian, dia hanya tersenyum terhadap Motoyasu, selagi dia menolak tangannya dipegang olehnya.
Setelah sampai di pulau.
Matahari sudah sepenuhnya terbenam. Raphtalia mempersiapkan diri untuk pertarungan dimalam hari, sedangkan Motoyasu terburu-buru menuju penginapan.

“Um...”
“Hm? Ada apa?”
“Apa kita tidak akan menaikkan level?”
“Hari ini sudah malam tahu. Akan berbahaya bila bertarung diwaktu malam.”
“Y-ya... Tapi-“
“Sekarang, ayo kita makan dan beristirahat di penginapan yang bagus. Aku akan memasak makan malam, jadi kau tunggu saja.”

Raphtalia menyetujui itu lalu pergi membeli bahan masakan di pasar.
Raphtalia juga membeli berbagai jenis obat ringan, contohnya Betadine.

“Makan malam?”
“Itu benar Firo-chan. Jadi berubah menjadi wujud malaikatmu.”
“Tidak!”

Filo sedang dalam wujud monsternya selagi memperhatikan gerak-gerik Motoyasu yang mencurigakan.
Dia sudah terbiasa menendang selangkangnya berkali-kali.
Kemudian, Motoyasu mulai memasak di dapur penginapan sambil memperlihatkan kemampuannya kepada mereka berdua.
Sepertinya Raphtalia berpikir Aku akan makan makanan yang disediakan oleh penginapan.
Aku tidak memasak bila sedang tidak diluar. Aku membuat obat dan aksesoris di dalam penginapan. Belakangan ini, Aku juga sedang mempelajari mantra sihir.

“Makanan yang Aku masak sudah jadi.”
“Ba-baiklah...”

Motoyasu memberitahu Raphtalia selagi piringnya masih hangat, dengan perlahan-lahan Raphtalia memakan masakan Motoyasu, sedangkan Filo memakannya dengan cepat.

“Masakannya Goshujin-sama lebih enak!”
“Shh! Hero Tombak-sama akan tersinggung...”

Setelah mendengar itu Motoyasu terdiam dalam senyumannya.

“Jika kau mau akan Aku buatkan yang lebih enak. Jadi, Firo-chan, wujud malaikatmu!”
“Tidak mau!”

Seberapa suka kau terhadap malaikat itu.
Setelah itu, mereka memasuki ruangan yang terpisah. Ketika itu, Filo akhirnya berubah kembali ke wujud manusianya.
Itu dikarenakan aku memerintah Filo untuk dalam wujud manusianya ketika kita sedang berada di dalam penginapan, itu dilakukan untuk mencegah kerusakan tempat itu.

“Masih belum tidur?”
“Belum...”

Sebelum tidur Raphtalia membuka buku dan mempelajari mantra sihir.

“Wa! Wujud malaikat Firo-chan sangat imut!”
“Menjauhlah!”

Sepertinya Filo sangat membenci Motoyasu.
Apa Motoyasu pernah melakukan hal yang buruk kepada Filo?.... Pernah ia lakukan.
Sebelum Filo tumbuh, ia memanggilnya payah dan tertawa terbahak-bahak.
Ditambah lagi, ia memanggilnya burung gendut. Itu akan aneh bila ia tidak dibenci olehnya.

“Jangan khawatir, tidak akan terjadi apapun.”
“Benarkah?”
“Beneran kok.”
“Muu~...”

Filo berbaring diatas kasur dalam wujud manusianya dan menarik nafas dalam-dalam.
Tapi ahoge-nya tetap berdiri keatas, dan dia tidak tidur dengan nyaman.

“...”

Perlahan-lahan Motoyasu mendekati Filo.

“... Apa yang ingin kau lakukan?”
“Aku hanya ingin melihat wajah Firo-chan yang tertidur.”

Raphtalia menaikkan alisnya atas perilaku Motoyasu yang mencurigakan.

“Baiklah, selagi Firo-chan tidur, maukah kau minum denganku di bar?”
“Apa?”
“Ah, kau belum pernah minum sebelumnya. Jangan khawatir, kau hanya akan merasakan sedikit rasanya menjadi orang dewasa.”
“Rasanya.... ya.”

Tak disangka, Raphtalia tergoda oleh perkataan Motoyasu tentang rasanya menjadi dewasa, lalu dia mengikutinya sampai di bar.
Selagi duduk, Motoyasu memesan minuman.
Dan itu datang dalam beberapa menit.
Minuman pertama untuk Raphtalia. Sepetinya itu alkohol merah.
Motoyasu menuangkannya ke dalam gelas.

“Bersulang untuk mata indahmu.”
“...”

Ketika Motoyasu mengedipkan sebelah matanya pada Raphtalia, ada sesuatu yang menyadarkan dia dari hatinya.

“Masih ada hari esok jadi Aku duluan.”

Sambil menahan rasa membunuhnya dengan sebuah senyuman, gelas yang berisi alkohol itu tidak dia minum melainkan bergetar akibat sihir yang keluar dari tubuhnya.

“Eh? Ah-“

Dengan begitu, dia kembali ke penginapan dengan menggunakan kunci cadangan dan tidur disana.


Kemudian, esok paginya.

“Selamat pagi.”

Dengan niatan untuk melupakan yang terjadi kemarin malam, Raphtalia memberikan salam kepada Motoyasu.

“Ah, selamat pagi. Raphtalia-chan. Firo-chan.”
“Paagii-“

Filo yang terbangun dari tidurnya memberikan salam sambil menguap.
Setelah sedikit sarapan di penginapan, akhirnya tiba waktunya untuk berburu monster.
Tapi....

“Aku tahu kekuatan kalian.”

Baru sebentar berburu monster, kalimat itu diucapkan.
Monsternya tidak terlalu kuat, setelah melaju sedikit, Motoyasu memanggil mereka untuk berhenti.

“Apa?”
“Menaikkan level dengan bertarung yang brutal itu tidak cocok untuk diri kalian yang imut. Kenapa kalian tidak melihatku bertarung saja?”
“Ha~a!?”

Setelah mengatakan itu, Motoyasu melaju menuju monster yang muncul sendirian.
Ngomong-ngomong, jika Filo, maka monster itu akan menjadi musuh yang lemah untuknya.
Ini juga harusnya mudah dikalahkan oleh sekali serangan Motoyasu.

“Meteor Spear!”

Sudah dipastikan, Motoyasu itu kuat.
Tapi ia terus mengirimkan padangan kasih sayang, entah kenapa keringatnya menghasilkan kilauan, dan mengedipkan sebelah matanya ketika mengalahkan monster apapun.

“Bagaimana?”
“-----h”

Kesabaran Raphtalia telah sampai pada batasnya.

“Mana kutahu, jadi berhentilah.”

Pikirannya kosong tiba-tiba, dan sepertinya itu yang membuat Motoyasu gemetaran layaknya seekor domba.
Sambil menekan amarahnya dengan wajah yang tenang, mereka kembali ke pulau utama sebelum siang hari.

Ngomong-ngomong, Raphtalia dan Filo hanya bertambah 2 level, jadi mereka sekarang level 42.
Apa apaan ini, kemarin Aku bertambah 6 level, dan sekarang Aku level 44.
Aku heran kenapa level Raphtalia lebih rendah dariku...

Motoyasu... Aku tidak mengira hal serendah ini akan terjadi.
Aku merasakan adanya konspirasi, tapi tidak bisa mengatakannya dari cerita yang barusan Aku dengar.

Intinya, pemikiran Raphtalia tentang Hero Tombak turun dengan drastis.




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar