Senin, 27 Januari 2020

I Became Hero’s Bride! Novel Bahasa Indonesia Chapter 30 – Aku Menjadi Pengantin Wanita Sang Pahlawan

Chapter 30 – Aku Menjadi Pengantin Wanita Sang Pahlawan



TLN: Ayee hari pernikahan pun tiba!


Dan waktupun berlalu, akhirnya hari pernikahan tiba.

"Anda sangat cantik, Yang Mulia."

Melihat Clarice dalam gaun pengantin, Karina menutupi mulutnya dan air mata keluar dari matanya. Dia memikirkan berbagai insiden yang dialami Clarice, sentimennya sudah sangat besar melebihi orang lain. Clarice perlahan mengamati sosoknya yang terpantul di cermin.

Dibalik cadar gaun pengantinnya, wajah yang ibarat terbuat dari bunga lily. Bibirnya yang dicat dengan hati-hati terlihat sangat menarik bahkan bagi matanya sendiri. Di bawah gaya rambutnya yang sederhana, kalung berlian, melambangkan cinta abadi, menghiasi lehernya, memberikan kesan yang elegan.

Gaun yang bahunya terbuka memperlihatkan garis leher dan bahu polosnya, dan dengan berani mengungkapkan kulit putih lily-nya yang sampai sekarang, telah disembunyikan oleh pakaian sederhana yang sesuai dengan seorang putri. Selain itu, gaun itu juga tanpa lengan. Lengan polosnya hanya dihiasi dengan sarung tangan putih, yang menekankan kemurnian dan kebajikan.

Sebuah korset membantu menonjolkan sosok langsingnya, dan ditutup dengan sulaman renda yang anggun untuk memberikan penampilan yang tidak kasar, namun memperlihatkan kecantikan yang feminin. Di bawah pinggul roknya terdapat banyak lapisan yang mengalir seperti air.

Terasa sangat canggung baginya. Karena walaupun para pelayan telah menghabiskan banyak waktu dan usaha mereka, dia memang terlihat sangat cantik, tetapi di sisi lain, sulit untuk menerima semuanya. Clarice dengan hati-hati menyentuh tiara yang menghiasi mahkota kepalanya dan bertanya.

"Apakah Hero-nim akan menyukai ini?"

Mengenakan gaun pengantin meskipun dia dulunya seorang pria. (astaga :v) Perasaannya pada sang pahlawan telah lama tumbuh melewati titik dimana dia tidak bisa kembali lagi. Namun masih ada sedikit keraguan. Anggap saja sebagai nurani yang tersisa dari mantan statusnya sebagai seorang laki-laki.

"Tentu saja. Saya, Karina, bisa menjaminnya dengan semua barang yang telah saya kumpulkan sejauh ini."

Pfft. Senyum kecil muncul di bibir Clarice. Kau tidak perlu mempertaruhkan sesuatu seperti itu. Tetapi dia tidak dapat menyangkal bahwa dia merasa lega dengan jawabannya.

Clarice menatap cerminan dirinya lagi. Meskipun memalukan untuk mengakuinya sendiri, tetapi melihatnya lagi, dia terlihat cukup cantik.

"Kalau begitu mari kita pergi?"

Ke tempat Hero-nim, suaminya yang sudah menunggu.

***

Di luar pintu besar itu, musik yang indah mulai diputar. Waktunya telah tiba. Sudah saatnya pengantin wanita masuk. Perlahan, pintu terbuka. Cahaya terang bersinar melalui celah di antara pintu untuk menerangi Clarice. Pengantin putih suci dikelilingi oleh cahaya terang. Pada penampilannya yang bercahaya, semua orang menahan napas.

Clarice perlahan membuka matanya. Jalan sutra putih terukir di mata berwarna indigo-nya. Dan di ujung jalan itu berdiri seorang lelaki berjubah. Dia tersenyum. Karena senyumannya, Clarice juga membalas senyuman tersebut. Kegugupan dan gemetar yang selama ini melekat dalam benaknya meleleh seolah-olah larut dalam air gula.

Menggantikannya dengan perasaan kebahagiaan yang tulus.

Seiring dengan melodi, dia bergerak maju dengan lembut. Di belakangnya, sebagai pelayan, Karina memegangi ekor gaun untuknya. Dengan setiap langkah yang diambilnya, ia diselimuti kelopak bunga yang terbang, menjadikannya seperti seorang dewi bunga yang turun ke bumi.

Di kedua sisi dia bisa melihat banyak tamu. Sambil berpegangan tangan dengan wajah bangga, para baji-, bukan, maksudnya Ayah dan Ibunya (di mana hati nurani mereka?), Senyun meraung menggigit saputangannya (menangis dengan sangat baik dan bagus tetapi akan lebih menyenangkan jika dia bisa diam.), Ericia yang telah mengenakan gaun yang cocok untuk acara ini, tetapi baju renang bikininya bisa terlihat dari balik gaun tipisnya (dia harus menghukumnya setelah ini selesai.), Orleia (= pecundang) yang sedang menggertakkan giginya dengan wajahnya yang dihiasi warna hitam dan biru, dan ordo ksatria, korps penyihir, kepercayaan Mitohi, Nyonya Wellington dan anggota masyarakat kelas atas lainnya, bangsawan daerah lainnya.

Semua orang di sini hadir untuk menyaksikan pernikahannya dan sang pahlawan. Di depan semua orang ini, dia secara resmi akan menjadi istri sang pahlawan. Meskipun dia masih memiliki rasa benci pada para baji-, bukan, maksudnya Ayah dan Ibunya itu, tetapi pada akhirnya, itu menjadi sesuatu yang patut disyukuri, cukup ironis.

Siapa yang tahu bahwa akhirnya dia akan menemukan kebahagiaan menikahi sang pahlawan sebagai seorang wanita.

Meskipun, melihat ke belakang, ini semua bisa saja sesuai dengan rencana baji- bukan, maksudnya Ayah ketika dia mengetahui perasaannya untuk Hero-nim...

Clarice dan Minwoo berdiri berdampingan di altar. Dan upacara pernikahan dimulai.

Mulai saat ini, akankah Anda mencintai dan menghargai pasangan Anda, apakah Anda akan menjadi pilar kekuatan satu sama lain melalui angin dan hujan, melalui suka dan duka, memiliki kepercayaan satu sama lain dan bertukar cinta sejati...

Upacara yang menekankan kedamaian keluarga dan moral antara pasangan berlangsung lama setelah itu. Jika dia sendiri tidak berdiri di sana, dia mungkin akan mengabaikannya seolah-olah itu sudah jelas. Sekarang dia tahu. Sekarang setelah dia yang berdiri di sana, dia bisa merasakannya. Setiap sumpah yang sebelumnya dianggapnya membosankan, semuanya memiliki makna yang tidak bisa dianggap enteng.

Mulai saat ini, saya akan mencintai dan menghargai sang pahlawan sebagai suami saya. Melalui angin dan hujan saya akan menjadi pilar kekuatannya. Saya akan percaya kepada satu sama lain dan bertukar cinta sejati.

"Apakah pengantin pria Park Minwoo bersumpah untuk mencintai pengantin wanita Clarice selamanya?"

Karena dia,

"Saya bersumpah."

Adalah pengantin sang pahlawan.

"Apakah pengantin wanita Clarice bersumpah untuk mencintai pengantin pria Park Minwoo selama-lamanya?"

Dari balik cadarnya, Clarice tersenyum lembut.

"Saya bersumpah."

Dari saku dadanya, Minwoo mengeluarkan sebuah cincin dan perlahan meletakkannya di jari manis Clarice. Minwoo dengan hati-hati mengangkat cadarnya. Wajah cantik Clarice terungkap. Aula menjadi sunyi, bahkan suara nafas-pun terhenti. Minwoo menelan ludah, dan wajahnya perlahan mendekati wajah Clarice. Bibirnya. Clarice menutup matanya.

Dan keduanya adalah satu-satunya penghuni yang tersisa di dunia mereka.

***

Ini dan itu terjadi.

Orang tua pengacauku, Senyun, yang secara tidak sengaja menimbulkan masalah karena berpikir itu demi diriku, Ericia yang menyebabkan masalah tanpa benar-benar berpikir, atau Orleia yang benar-benar berusaha keras untuk mencari masalah denganku.

Pada saat itu aku terlalu sibuk dengan kejadian yang ada di depanku, tetapi pada akhirnya, inilah yang terjadi.

Terkadang, aku berpikir bahwa jika aku dulu bertindak dengan pikiran yang lebih jernih, mungkin hasilnya bisa berbeda.

Tapi aku tidak menyesalinya.

Karena bahkan jika aku diberi kesempatan lain,

Aku masih ingin tinggal di sisi sang pahlawan, sama seperti sekarang. 
<TLN: awww so sweet>

Dan sekarang, akhirnya, aku menjadi pengantin sang pahla-





















"Tunggu Dulu!!!!!!!!!"

Kwakakakakannnn !!!!!!!!

"" "?!?!?!? !!?!" ""

Nasib buruk memiliki kebiasaan menimpa orang kapan pun saat mereka merasa sudah paling aman. Sama seperti bibir sang pahlawan dan putri yang hendak bertemu - seolah-olah sudah ditakdirkan, 'kemalangan' menghantam mereka, tidak, seluruh aula memutar kepala mereka.

Pintu ke aula pernikahan hancur berkeping-keping dan menciptakan awan debu besar. Lingkungan berubah menjadi kekacauan mutlak. Baik Clarice maupun Minwoo tidak bisa memahami apa yang terjadi, dan hanya bisa melihat-lihat dengan jarak bibir kurang dari selebar telapak tangan.

Apa yang sedang terjadi.

"A, siapa kau?!"
"Lindungi Yang Mulia!!"
"Bajingan mana yang berani mengganggu pernikahan putri kita tercinta?!! Datanglah padaku jika kau berani!! ”
"Senyun padamkan bola api itu! Kau akan menyebabkan kebakaran di sini!! "
"Orleia! Apakah itu kau?! Apakah itu kau!?!! ”
"Huh?! Aku lebih memilih untuk menusuk orang dari belakang daripada menyerangnya dari depan?! ”
"Dan kau menyebut itu sebagai alasan?!!"

Kekacauan. Hanya kekacauan tersisa. Saat debu mereda, seorang 'gadis kecil' dapat terlihat. Tingginya lebih pendek daripada Senyun. Twintail merah muda. Mata dan taring kecil yang imut. Gaun loli gothic dihiasi rumbai di mana-mana. Dan….

Melengkung ke arah langit...

Tanduk. Dari iblis.

"R, r, r-r-r-r-r..."

Mengenali sosok tersebut, semua orang mengarahkan jari mereka ke arahnya dan berteriak, bergema di seluruh aula.

"" "Raja Iblis?!? !!? !!!!!" ""

Hmph. Tepat sekali. Tamu terhormat ini adalah raja iblis! Mengangkat dadanya yang cukup mengejutkan, jauh lebih montok daripada Senyun, raja iblis ‘Biella’ berteriak.

“Pernikahan ini !! Biella tidak akan pernah mengakuinya! ”

Biella menunjuk ke arah Clarice.

"Karena Clarice di sana sudah menikah dengan pengikut Biella, seorang orc!"
"" "........?!?!" ""

Tunggu apa? Bigami?? Pada sebuah pernyataan yang bahkan Clarice sendiri baru pertama kali mendengarnya, semua orang yang hadir terkejut.
<TLN: bigami=sudah menikah tapi melakukan upacara pernikahan lagi>

.....dan pernikahan kedua orang yang sepertinya akan berakhir tanpa terlalu banyak keributan jatuh ke kedalam kegilaan, seperti yang selalu terjadi.


Note:
Kalian kira ini chapter terakhir?? Tentu saja masih ada! :v




TL: MobiusAnomalous
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar