Volume 11
Chapter 9 - Witch Adalah Namanya
Aku membuntuti sosok itu sendiri. Akan lebih baik jika bersama Raphtalia, tetapi aku memerintahkannya untuk berburu bandit. Aku hanya harus melakukannya. Tapi aku ingin Raph-chan ikut bersamaku.... Seharusnya aku mengajak dia juga.
Targetku rupanya sedang membuntuti seseorang juga. Atau lebih tepatnya, dia sepertinya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendekati orang tersebut. Kami sedang berjalan melalui suatu daerah yang hampir tidak ada orang di sekitarnya. Seberapa jauh dia berencana untuk pergi?
Sial .... Tanpa Raphtalia, aku harus tetap bersembunyi balik tembok bangunan. Itu sangat menjengkelkan, tetapi jika aku mencoba berbicara dengannya, dia pasti akan lari. Jika ternyata dia tinggal di suatu tempat di dekat sini, yang terbaik adalah menunggu Raphtalia kembali dan datang lagi dengan semacam rencana untuk menyergap dan menangkapnya.
“Aku harus bagaimana ini? Semoga saja tidak seperti kejadian dengan Elena tadi.”
Kurasa targetku masih belum menyadari ada yang membuntutinya, karena dia masih melihat lurus ke depan dan berjalan dengan gugup. Apa yang sebenarnya idiot ini khawatirkan? Aku mengikuti garis pandangnya untuk melihat apa yang dilihat si idiot, kemudian tiba-tiba berhenti. Aku juga tidak bisa berkata apa-apa setelah melihat yang dipandang si idiot.
Ada Bitch and Wanita 2.... aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi, karena mereka mengajak bicara Ren di kedai. Apa yang mereka bicarakan? Aku memutuskan untuk mengabaikan si idiot, alias Motoyasu, dan mendekati Bitch. Lebih tepatnya, aku bermaksud menangkapnya. Aku tidak bisa menangkap Motoyasu karena dia akan lagi lari menggunakan portal miliknya, tetapi berbeda dengan Bitch. Apa yang dibisikkan Bitch pada Ren?
“Si Tombak bukanlah pahlawan. Sejak pertama kali kita bertemu, saya yakin sepenuhnya bahwa Tuan Ren lah pahlawan sesungguhnya yang bisa menyelamatkan dunia.”
Omong kosong luar biasa keluar dari mulutnya. Aku ingin langsung lompat ke sana dan meninju tepat ke wajahnya. Aku mengabaikan Motoyasu dan masuk ke kedai.
“Bukan hanya itu... Si Tombak memiliki sifat yang sama dengan Si Perisai, dia juga memaksakan kehendaknya pada kami. Saya ingin menolak, tetapi tidak bisa. Sekarang saya akhirnya bebas, dan mencarimu, Tuan Ren, agar kami bisa diselamatkan.”
Benar-benar perkataan yang sangat konyol. Bahkan dia masih mencoba menyalahkan orang lain. Hei kau, sudah berapa bulan waktu yang kau habiskan bersama Motoyasu? Aku secara tidak sadar melihat ke arah Motoyasu, yang sangat terkejut sehingga dia tidak menyadari aku berdiri di sampingnya.
“Grr....”
Wow. Dia benar-benar membuat wajah kesal sambil mengintip ke dalam kedai.
“Tetapi, dari jauh-jauh hari, Ratu sudah menjelaskan pada kami, pahlawan bahwa kau itu orang pembawa masalah.”
Bahkan Ren tidak cukup bodoh untuk melahap umpan tersebut tanpa curiga. Bagaimanapun, Bitch telah menunjukkan wajahnya yang sebenarnya.
“Tuan Ren, Anda hanya belum tahu wujud asli Mama. Mamaku mempunyai julukan Rubah Melromarc. Dia mengatur semua ini agar bisa mendapat manfaat dari mempermalukanku. Dia lakukan itu agar Perisai Keji menjadi bagian kelompoknya. Dan sekarang Tombak telah jatuh dalam tipuannya juga.”
Bitch terus menekan Ren. Kata-katanya membuatku benar-benar tak bisa berkata-kata dan gemetar karena marah.
“Bukan hanya itu. Monster yang merenggut semua nyawa rekan Tuan Ren, Spirit Tortoise. Sebenarnya ada orang dibalik layar yang mengendalikannya. Semua rencana keji itu dilakukan hanya demi mendapatkan kepercayaan dari orang-orang. Dalang dari semua ini adalah Iblis Perisai!”
Apa yang dikatakan dia ini? Jadi semuanya salahku sekarang? Dia tidak berubah sama sekali. Kali ini dia pasti dieksekusi.
“Apa itu... benar?! Itu sebabnya monster itu menjadi keras sekali!”
Hei! Jangan bilang dia percaya padanya! Sudah jelas banyak kejanggalan dalam penjelasannya itu! Kemudian akhirnya, Bitch memeluk Ren dan mulai mengelus rambutnya.
“Tuan Ren.... Saya yakin perasaan Anda begitu menyakitkan kehilangan rekan-rekan lama Anda. Tidak apa-apa menangis sekarang. Jangan khawatir. Bilamana seluruh dunia menyatakan Tuan Ren sebagai pendosa, saya akan selalu percaya Anda, Tuan Ren. Saya sangat meyakini bahwa Anda sedang berjuang demi dunia ini.”
Dia ini ahli sekali ya dalam menguasai hati seseorang yang lemah dan jatuh. Tunggu.... semua itu kalimat curian dari Raphtalia? Bajingan! Karena tindakanmu, kenangan baikku bersama Raphtalia jadi tercemar! Tak akan aku maafkan! Aku hampir berteriak pada Bitch, tetapi sedetik sebelum aku berkata...
“Tunggu!”
Motoyasu berteriak sambil lari ke arah mereka. Matanya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian. Mungkinkah ini yang disebut kena NTR? Tidak tidak....
“Wah, ternyata Si Tombak datang.”
Bitch menghempaskan rambutnya ke belakang dan membuat wajah yang sangat jahat sambil perlahan berbalik untuk menatap Motoyasu.
“Kemana saja kau?”
“Yang ingin bertanya itu aku! Kemana saja kamu selama ini?! Ada apa denganmu sampai merayu Ren? Aku selama ini mencarimu!”
“Ahaha! Aku tidak sebodoh itu melakukan serangan sembrono sepertimu. Tolong dengarkan saya, Tuan Ren, uhmhiks.” Bitch menempel pada Ren sambil berpura-pura menangis. “Sewaktu keadaannya berbahaya, Si Tombak berbalik kepada kami dan menuntut kami agar menarik perhatian Spirit Tortoise demi memberinya waktu melarikan diri. Hiks, dia mencoba menjadikan kami sebagai perisainya! Kami takut sekali dan lari darinya. Dia hiks malah mengejar kami sekuat tenaga sambil berkata tidak akan memaafkan kami lari karena takut dihadapan musuh.”
“Bohong!”
Kepalaku mulai terasa sakit. Ekspresi Motoyasu mengingatkanku pada sesuatu. Oh itu, huh. Sama persis sepertiku waktu itu!
Bitch, masih saja kau mengulangi hal yang sama. Kau berusaha untuk menancapkan taring racun pada ketiga pahlawan sekarang. Bitch telah melampaui ranah pelacur. Witch adalah namanya sekarang. Dia adalah pelacur yang paling menyebalkan, dan di atas itu dia sama jahatnya dengan penyihir.
Jika dia melawan, sebaiknya aku bunuh saja dia. Ini cara sempurna untuk membujuk Motoyasu ke sisiku! Mau selemah apa pun aku. Aku yakin masih bisa mengatasi Witch.
“Lihat, Tuan Ren! Si Tombak membawa Iblis Perisai bersamanya! Mereka berkonspirasi bersama untuk menangkapmu, Tuan Ren!”
Ya, aku sudah diputuskan. Hanya membunuh jalan keluarnya. Sial! Andai saja Raphtalia dan Filo ada di sini, aku bisa mengakhiri nyawa wanita busuk itu tanpa mengandalkan Motoyasu!
“Ternyata itu yang kau lakukan? Sudah seburuk Naofumi, tidak Motoyasu, kau lebih buruk darinya, siapa pun yang mengkhianati kepercayaan orang lain adalah aib bagi umat manusia.”
“Ren! Pelacur berbohong padamu! Percayalah padaku!”
“Siapa yang mau percaya?!” bentak Ren.
“Benar tidak ada! Setiap malam dia memaksakan kami berhubungan intim.... dia mengancam akan membunuh Papa jika aku menolak! Bukti lainnya, dia bilang mencariku tapi tetap memanggilku Pelacur!”
“Berhenti berbohong! ....Aku benar-benar mengkhawatirkannya!”
“Jika benar peduli padanya, seharusnya kau panggil namanya!”
“Aku akan mendapat hukuman jika memanggil nama aslinya!”
Aku ingin terus menikmati kemalangan Motoyasu, tetapi aku tidak bisa menahan perilakunya.
“Aku heran ada orang yang bisa berbohong sebanyak itu, Witch.”
Witch mengangkat alisnya. Ekspresinya jelas merupakan upaya untuk terlihat tidak terganggu meski dihadapkan dengan orang yang dibencinya. Aku tahu karena itulah yang aku lakukan juga.
“Maaf, kau memang harus mati. Anggap itu hukuman karena mencoba menciptakan perselisihan sesama pahlawan.”
Dia sudah bertindak sejauh ini. Tentunya Ratu akan sadar bahwa eksekusi adalah satu-satunya pilihan. Dia bisa saja kembali ke kastil tanpa menyebabkan masalah lagi.... Tapi yang bisa dilakukan hanya menciptakan perselisihan sesama pahlawan?! Setelah mendengar kata-kataku, Ren adalah yang pertama bertindak.
“Menjauh dari Myne!”
Ren mengayunkan pedangnya. Suara dentang terdengar dan percikan api terbang saat pedang menghantam lenganku. Jeritan menggema di seluruh kedai. Bagaimanapun juga, perkelahian baru saja terjadi di antara para pahlawan. Pelanggan lainnya mulai menyebar dan lari untuk menyelamatkan hidup mereka.
“Ayo, Ren. Pikirkan baik-baik, antara aku dan Witch, manakah ucapan kami yang lebih bisa dipercaya?”
Aku belum pernah berbohong pada Ren sejauh yang kuingat. Aku tidak berusaha untuk mengatakan bahwa aku adalah orang yang jujur, tetapi aku tidak pernah berusaha menipu dia.
“Diam! Menjauhlah dari Myne! Shooting Star Sword!”
Wah! Aku tidak yakin seberapa kuat serangan Ren sekarang, tetapi Motoyasu berdiri di belakangku. Aku tidak bisa membuatnya terbunuh oleh peluru nyasar. Aku mengulurkan perisaiku dan menghentikan serangan itu. Sepertinya Motoyasu telah menyiapkan dirinya untuk bertarung juga. Ini bukan seperti yang aku harapkan, tetapi aku rasa tidak ada pilihan lain.
“Ren, kau jangan mau percaya ucapan Witch. Dia orangnya persis seperti yang dikatakan ratu.”
Dia adalah tipe orang yang bisa menuduh seseorang tanpa berpikir dua kali dan kemudian menikmati penderitaan mereka. Tidak salah lagi dia akan menipu Ren dan membuangnya juga. Seperti yang dia lakukan pada Motoyasu!
“Lihatlah Motoyasu baik-baik. Wajahnya itu sangat menyedihkan, bukan? Menurutmu, apa benar ini adalah wajah dari orang yang berbuat hal semacam itu?”
“Tidak benar! Aku dengar ratu menipu dia! Semua masalah ini bersumber dari ratu dan juga kau, Naofumi!”
“Informasi itu cuma berasal dari satu orang saja, bukan?”
“Aku tidak peduli! Aku akan bertarung demi orang yang percaya padaku!”
“Tenang. Biasanya kau memikirkan dulu info yang didapat dan memahami situasinya. Selain itu, aku juga percaya padamu.”
Aku menahan diri untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya ingin kukatakan pada Ren. Tampaknya tidak seperti itu, tetapi aku mencoba untuk membujuknya.
“Diam!”
Ah... Ini tidak akan berhasil. Dia sungguh percaya melakukan hal yang benar. Bukannya aku tidak tahu bagaimana perasaannya. Pada awalnya, jika ada sesuatu yang tampak aneh, aku abaikan dan terus meyakinkan diri sendiri bahwa diriku yang benar. Dan sekarang, Ren jauh lebih tidak stabil secara emosional daripada aku saat itu. Witch sudah mengucapkan apa yang ingin dia dengar, jadi dia percaya padanya.
Pada akhirnya, dia lebih memilih percaya perkataan Witch, yang seorang wanita daripada aku, seorang pria.
“Sudah kuduga! Kau memang sumber masalahnya! Kematian semua rekanku dan kehancuran diriku... Semua ini salahmu, Naofumi!”
Apa.... Aku serasa mendengar suara pecah dalam benak! Aku sudah habis kesabaran. Sayang sekali Raphtalia sedang tidak ada di sini. Jika ada dia di sini, mungkin aku bisa mempertahankan rasa tenangku.
“Ya, semua itu benar sekali! Jika itu yang kau tegaskan sekarang, biar kutegaskan juga padamu. Rasanya pasti lega sekali ya, melimpahkan suatu kesalahan pada orang lain? Rekanmu mati? Ya, itu terjadi karena kau selalu menganggap dunia ini seperti game. Seranganmu itu terlalu ceroboh. Jika mau menaruh dendam pada orang yang membunuh rekanmu, dendamlah pada dirimu sendiri.”
“Apa?!”
Ren berteriak ke arahku dengan ekspresi marah di wajahnya. Aku tidak tahan lagi. Aku tidak bisa lagi merasa kasihan kepada orang bodoh yang hanya percaya pada omongannya sendiri, dan kali ini dia sudah keterlaluan.
“Itu bukan salahku? Semua rekanmu percaya sekali padamu sampai mereka kehilangan nyawa percaya padamu, atas apa yang mereka lakukan kau malah berkata itu? Kau yang sekarang ini bukan hanya gagal sebagai pahlawan, tapi juga sebagai orang!”
Aku masih menerima kalimat lainnya seperti melanjutkan perjuangan rekannya yang lain. Tapi tidak dengan ini, tidak pada kalimat itu bukan salahku. Bajingan ini... Aku berani bilang, dia ini hanya bisa bermain game dengan dasar senior lebih berkuasa pada junior. Seperti membawa mereka untuk melawan bos yang tidak bisa dia kalahkan sendiri, begitu mereka mati karena misi bunuh diri yang dia ajukan, dia malah menyalahkan kematian mereka karena mereka lemah sekali. Seperti dugaanku, ini semua hanyalah game baginya.
“Dunia ini bukanlah game. Hanya akan ada masalah jika kau terus menilai dunia ini seperti game.”
“Di.... diam!”
“Mau sebanyak apapun kita menyesal, kita tidak bisa kembali ke dunia kita masing-masing sebelum gelombang berhasil kita atasi. Semua ini juga terjadi karena keegoisan penghuni dunia ini yang berdalih melakukan pemanggilan pahlawan suci yang sebenarnya penculikan orang dari dunia lain, dan ya, mungkin kita bukan orang yang patut untuk disalahkan. Tapi, mengeluh dan diam saja tidak akan membuat kita selamat, sedangkan bagi yang selamat harus melanjutkan perjuangan.”
“HAh-”
“Sebelumnya kau pernah bilang ini padaku, ‘Saat posisinya tidak menguntungkan, kau putuskan untuk lari? Dasar orang lemah,’. Itu sebabnya aku sampaikan ini karena ucapanmu dulu. Apa sekarang kau mau melemahkan diri lagi?”
Dia mendapatkan apa yang pantas diterimanya. Apa dia tidak menilai dulu kekuatan musuhnya setelah melihat semua rekannya mati? Aku sendiri mencoba melawan dan menilai musuh sebelum meminta rekanku melawannya, tetapi idiot ini menggantungkan semua penilaiannya pada game yang dulu dia mainkan. Dia adalah orang yang berkeliaran di medsos mencari cara menyelesaikan sebuah event, baru setelah itu dia bermain sendiri untuk menyelesaikan event itu. Pengecut sekali. Aku ragu dia pernah bermain dan menyelesaikan event dengan kepalanya sendiri.
“Waktu bermain game sudah habis. Pengetahuan game-mu tidak membantumu sama sekali.”
“Kau salah! Aku... Itu bukan salahku!”
“Jangan biarkan kata-kata Perisai menipumu, Tuan Ren!” Witch menyela, mengganggu percakapan kami. Wanita itu selalu menjengkelkan.
“Diam, Witch! Diam saja kau bila tidak ingin segera mati!”
Witch pasti merasakan niat membunuhku, dia menjerit kecil. Meski begitu, aku tahu dia masih akan mencoba mengatakan sesuatu.
“Oh, jadi kau memang ingin mati? Shield Prison!”
Kurungan terbuat dari perisai muncul dan menjebak Witch dengan cepat. Baik. Sekarang tinggal beralih ke Wrath Shield dan menutup hidupnya memakai Iron Maiden. Tetapi sesaat kemudian, aku menghentikan diriku sendiri. Apa tidak bahaya jika aku memakai Wrath Shield di tempat ini? Tanpa Raphtalia atau Filo? Aku mungkin lepas kendali dan akhirnya dikuasai kemarahan, mungkin saja aku membakar gosong Ren dengan Dark Curse Burning S.
“Aku tidak salah! Lepaskan Myne!”
“Lepaskan dari apa maksudmu? Kau ini sekarang lebih merepotkan dari Motoyasu.”
Terus saja bahas lepaskan, bebaskan, berisik sekali para idiot ini. Jika mereka ingin dibebaskan, mau aku bebaskan dari hidup?
“Selain itu, sebelumnya kau pernah bilang, ‘aku tidak akan memaafkanmu’? Jika kau masih keras menolak mengakui perbuatanmu, biar aku ucapkan saja padamu. Tindakanmu tidak akan pernah bisa dimaafkan. Banggalah Pembantai Mahluk.”
“Diam! Berisik! Tutup mulutmu!”
Ren bergemetar hebat seolah-olah mulai menyalahkan dirinya sendiri. Itu mengingatkanku pada saat aku memberi tahu dia soal desa yang dilanda epidemi karena ulahnya, aku juga ingat sosok dia yang mengaku bersalah dan berusaha segera menuju desa itu. Jauh di lubuk hatinya, dia tahu itu salahnya. Tapi dia tidak bisa mengakuinya. Atau lebih tepatnya, dia tidak bisa membiarkan dirinya mengakuinya. Tapi kenyataannya, dia tahu.
“Aku tahu kau tidak disengaja. Tapi ingat, kau masih hidup. Karena masih hidup, kau pasti tahu ada hal yang harus dilakukan, bukan?”
“Berisik! Tutup mulutmu!”
“Akan terus aku ucapkan berulang kali. Sebenarnya kau sudah tahu, bukan? Kau tahu jelas apa yang harus dilakukan sekarang. Aku jamin salah satunya adalah untuk tidak mempercayai ucapan wanita ini.”
“Diaaaaaam! Aku percaya Myne!”
Ren menarik pedangnya kembali dan mengayunkannya dengan keras. Aku menangkis serangan itu dengan tamengku, dan itu membuat suara dentingan bercahaya. Hmm?
“Terima ini!”
Ren terus menyerang dan mengayunkan pedangnya ke wajahku. Aku... tidak berusaha melindungi diri. Aku mendengar suara dentang logam datang dari dekat telingaku dan Ren menyeringai. Tapi segera setelah itu, matanya membelalak tak percaya.
“Ha... Tidak mungkin...”
“Pedang yang kau gunakan itu, tampaknya terbuat dari bahan Spirit Tortoise yang sangat kau inginkan, tapi... bukankah terlalu lemah?”
Benar sekali. Aku menahan serangan Ren bahkan tanpa perlu melindungi diriku. Tentu saja, perisaiku telah sepenuhnya diperkuat dan segalanya aktif, tapi tetap saja, dia terlalu lemah. Jika Raphtalia yang menyerangku tadi, aku yakin sudah terluka. Itu adalah fakta bahwa senjata suci telah kalah dari senjata vassal yang sepenuhnya menerapkan metode penguatan dan pengguna sedang lemah 30% dari seharusnya karena kutukan.
“Tuan Ren, kita mundur saja!”
Sial .... Shield Prison menghilang saat kami saling beradu argumen. Aku harus membuat langkah selanjutnya sebelum Ren memakai skill portalnya. Biasanya aku akan memerintahkan Raphtalia atau Filo, tetapi saat ini hanya ada satu orang yang bisa aku andalkan.
“Motoyasu! Kau sudah tahu harus berbuat apa! Cepat habisi wanita bajingan itu!”
“Ba.... baik!”
“Tidak mungkin! Kau nge-cehat! Berhentilah memonopoli semua kekuatan!”
Sudah berapa kali dia menyebutku nge-cheat? Aku cukup yakin dialah yang sebenarnya ingin nge-cheat. Aku tergoda untuk mengatakannya, tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk itu.
“Pahamilah situasinya! Alasanmu kalah---”
Udara dipenuhi bunyi dentingan saat Ren memukuliku dengan pedangnya berulang kali, tetapi tidak satu pun dari serangannya yang meninggalkan bekas.
“Agraaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Dia benar-benar marah pada saat ini. Ren yang aku tahu akan mampu menganalisis situasi dengan lebih tenang. Sial .... Yang bisa dia lakukan hanyalah terus memanggilku curang. Situasi dia sekarang begitu buruk sehingga berpikir secara rasional pun sudah tidak mungkin lagi baginya.
Aku abaikan saja Ren untuk saat ini. Aku harus bergegas segara membunuh Witch. Jelas dia sedang berencana melakukan hal buruk lagi.
“Motoyasu! Apa yang kau tunggu?! Cepat lakukan!”
“Ba.... baik!”
Motoyasu sepertinya mengerti. Dia menyiapkan tombaknya dan mulai mendekati mereka. Sama seperti Ren, dia tampak dalam keadaan kebingungan yang cukup serius. Bagaimanapun juga, dia sepertinya mau mengikuti perintahku, jadi aku akan membuatnya membunuh Witch.
“Tuan Ren!”
Witch berteriak keras memanggil Ren, dan dia tersadar kembali. Mungkin itu karena dia menyadari akan terjadi hal buruk, kejadian Witch akan mati. Sial! Andai saja dia terus menyerangku tanpa henti....
“Baik! Flashing Sword!”
Dia pasti menyadari berada diposisi yang kurang menguntungkan, karena Ren mengangguk pada Witch dan melepaskan skill. Pedangnya bersinar kilat, membutakanku sejenak.
“Ugh....”
Motoyasu juga telah dibutakan dan tidak bisa bergerak.
“Sial .... Kau!”
Aku melihat bintang-bintang. Aku mengulurkan tangan untuk mencoba meraih Witch agar dia tidak bisa kabur, tetapi sudah terlambat. Ren meraih Witch dan Wanita 2 lalu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi ke udara.
“Transport Sword!”
Sama seperti Motoyasu sebelumnya, Ren mulai menghilang. Bersama Witch juga.
“Witch, sepertinya kau berhasil kabur kali ini, tapi aku akan terus mengincarmu sampai ujung neraka. Hiduplah dalam kecaman dariku.”
“Pfft!”
Witch mendengus padaku sebelum menghilang sepenuhnya. Skill ini benar-benar menyusahkan. Aku berbalik dan menatap satu orang yang menetap, Motoyasu. Dia menghela nafas dengan kepala tertunduk lemah, seolah-olah dia telah kehilangan seluruh motivasinya. Dia tampak seperti pria dengan cangkang kosong.
“Ada apa? Kau tidak lari?”
“Aku tidak peduli lagi.... Aku percaya dan menghabiskan waktuku mencari semua rekanku, dan inilah hasilnya.... Orang-orang di kota dan desa memperlakukanku dengan dingin. Aku lelah.”
Matanya kabur. Itu adalah mata seseorang yang telah kehilangan semua harapan. Aku khawatir dilahap oleh kutukan.
“Ya sudah Motoyasu, aku akan mengamankanmu untuk dibawa kembali ke kastil. Lalu pastikan kau dengarkan semua perkataanku, karena sekarang kau tahu kebenaran yang terjadi.”
Tentunya ini sudah cukup bagi Motoyasu untuk akhirnya memahami betapa wanita busuknya yang ingin dia percayai itu. Berbagi musuh bersama akan menciptakan solidaritas di antara kami, dan kemudian kami bisa berbagi metode peningkatan kekuatan kita. Itu menguntungkan bagi kami berdua. Kemudian, dengan ikatan baru kami yang semakin dalam, kami bisa pergi bersama dan membunuh Penyihir.
“Ya, ya. Masa bodo. Terserah mau kau bawa aku kemana. Bunuh saja aku jika kau mau.” Motoyasu memberikan jawaban asal saja dan mengangguk.
“Siapa yang bilang akan membunuhmu.” Aku rasa setelah apa yang baru saja terjadi, responsnya dapat dimengerti.
“Semua orang mengharapkan mendapat pertolongan dariku, tetapi begitu salah sedikit, mereka langsung melempariku dengan batu... Aku percaya pada Pelacur dan Elena, tetapi ternyata mereka sebenarnya tidak seperti yang aku kira... Aku sudah tidak peduli lagi....”
Dengan kata lain, dia percaya pada rekan-rekannya dan akhirnya keluar dari situasi yang sulit, hanya untuk berhadapan langsung dengan sifat sebenarnya dari rekannya itu, yang membuatnya putus asa.
Matahari mulai terbenam. Aku rasa sebaiknya kami pulang ke desa, tetapi aku masih menunggu Raphtalia dan Filo.
“Bencana itu kau limpahkan saja padaku... Sudah puas?”
“Tidak, itu bukan salahmu... Untuk apa aku jauh-jauh ke dunia berbeda kalo bukan menyelesaikan masalah?”
Penyebab bencana adalah Kyo, kan? Itu jelas bukan Motoyasu.
“Biarkan aku sendiri dulu....”
Ada baiknya aku tidak membawa Motoyasu ke desa sekarang. Tempat itu selalu ribut, ada kemungkinan Motoyasu akan terkejut. Melihat Atla dan Sadeena selalu mendekatiku mungkin hanya akan membuatnya merasa lebih kesepian dan tertekan. Aku rasa tidak ada pilihan lain.... Untuk malam ini sebaiknya kami cari kamar penginapan dan menunggu Motoyasu sembuh kembali pada dirinya yang emosional.
“Kami kembali, Tuan.... Naofumi?” Raphtalia dan Filo kembali bersama bandit terikat di belakangnya.
“Apa yang terjadi disiniii?” tanya Filo.
“Yah....” Aku menjelaskan pada Raphtalia dan Filo apa yang baru saja terjadi.
“Aku tidak mengerti kenapa dia sampai berbuat itu....” Raphtalia benar-benar tak percaya ketika aku memberitahunya tentang Witch yang mencuri perkataannya.
“Aku tidak akan pernah memaafkan Witch.”
Filo menyodok Motoyasu yang putus asa itu dengan jarinya. Huuh, apakah dia benar-benar tertekan hanya karena dia melihat sifat sebenarnya dari wanita itu? Sebenarnya, dia mungkin sudah benar-benar lelah karena semua yang telah dia lalui. Aku tidak terlalu peduli dan aku menikmati melihat penderitaan di wajahnya. Aku punya perasaan Raphtalia memberiku ekspresi yang buruk.
“Tuan Naofumi? Apa ada yang salah?”
“Tidak ada apa-apa. Ayo kita cari penginapan.”
“Kita tidak kembali ke desa sekarang?”
“Motoyasu.... dia dalam kondisi rapuh sekarang. Jika dia melihat betapa suksesnya aku dan membandingkan kondisinya saat ini, dia bisa mencoba bunuh diri. Itu hal yang tak aku inginkan.”
“A.... aku mengerti.”
“Nanti, aku akan kembali ke desa dan memberi tahu apa yang kita hadapi. Ya kebetulan juga, sekarang kita ada waktu untuk istirahat yang tenang.”
Bagaimanapun juga, ada banyak masalah yang menunggu kami di desa. Seperti Atla dan Sadeena, misalnya. Tidak ada ruginya untuk istirahat sejenak dan memulihkan diri.
Atas berbagai hal yang terjadi, kami menyewa kamar penginapan dan membawa Motoyasu bersama kami.
0 komentar:
Posting Komentar