Minggu, 16 Mei 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 18 : Chapter 8 – Masakan Herbal

Volume 18
Chapter 8 – Masakan Herbal


“Fiuh...” Pengalamanku memasak untuk banyak orang sepanjang waktu juga sangat membantu. Di desa, aku biasanya hanya memasak beberapa menu, tapi ini juga menyenangkan. Aku ingin memoles keterampilan memasakku lagi.

“Nak, kau terlihat sangat hebat tadi,” kata L'Arc.

"Memang... seorang ahli sejati. Kau juga menakjubkan, Kizuna,” kata Glass.

“Yang aku lakukan hanyalah memilih bahan dan memotong ikan...” Kizuna menjawab. Semua sekutunya dengan cepat memujiku. Kizuna juga meremehkan perannya dalam banyak hal. Sisi persiapan itu sangat penting, terutama jika menyangkut ikan.

“Kau memiliki timing yang unik saat menerapkan kekuatan kehidupanmu. Kurasa itu akan sangat sulit untuk ditiru,” kata Glass.

“Makanan Master! Hah? Kita tidak diizinkan memakannya?” Filo bertanya.

“Dia menyuruh Kizuna menyiapkan sesuatu hanya untukmu. Lihat, Filo, Tuan. Naofumi sedang membawanya sekarang," kata Raphtalia.

“Yay! Oooh, baunya enak!” Filo berkata dengan gembira.

"Mungkin agak beracun, jadi hati-hatilah," kataku padanya.

"Ara... bisakah seseorang akhirnya menjelaskan kepada kami apa yang sedang terjadi?” Tanya Sadeena.

"Jelaskan pada kami!" Shildina menambahkan.

“Entah bagaimana kami akhirnya terlibat dalam pertarungan memasak...” Raphtalia lalu menjelaskan kepada paus bersaudara apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Bisakah kedua koki membawa makanan mereka? Aku yakin Tuan Seya akan menang, tapi kita akan mulai memakan makanan penantang terlebih dahulu,” kata MC, keberpihakkan satu sisi masih tertancap dengan kuat. Para juri mulai membawa makananku ke mulut mereka.

Pertama makanan pembuka.

"Heh, makanan penantang ini pasti tidak bisa dibandingkan dengan Tuan seya—" bangsawan gemuk mulai mengejek makananku, namun setelah satu suap, matanya terbuka lebar dan dia mulai memujinya. “Ini tidak mungkin ?! Apa ini? Sangat lezat! Enak sekali! Dan rasanya seperti racun mengalir keluar dari tubuhku saat aku memakannya! Sangat menyegarkan! Ini yang terbaik!" Bangsawan itu meningkatkan kecepatan, memenuhi mulutnya dengan semua makanan yang dihidangkan. Juri lainnya juga melakukan hal yang sama. Sejujurnya, mereka bukan pemakan yang bersih.

“Daging itu kelihatannya busuk, namun lihat sekarang! Rasanya, teksturnya, sungguh menakjubkan!” kata bangsawan.

“Karena dari awal itu tidak busuk sama sekali. Sekilas mungkin terlihat seperti itu, tapi sebenarnya itu hanya daging tua yang menjadi lebih lezat karena diawetkan. Dan itu tercampur diantara daging yang disediakan oleh restoran. Seseorang telah repot-repot membuatku kesulitan, tetapi ada orang bodoh lain yang mengira itu adalah daging busuk dan memberikannya kepada kami,” jelasku lugas, melihat ke arah Seya, Trash III, dan MC lainnya. Trash III menanggapi dengan menatap balik diriku. Aku bisa mengejek mereka sepuasku.

“Sensasi apa yang kurasakan ini? Ini sangat selaras dengan teksturnya. Bumbu apa yang sudah kau tambahkan?” tanya bangsawan.

“Itu adalah campuran dari ramuan herbal. Rempah-rempah yang agak pedas baik untuk kesehatan dan meningkatkan nafsu makan yang kuubah menjadi jeli dengan tujuan agar kalian memakan makanan yang sehat, ” jelasku. Aku memberi isyarat pada anak itu yang sedang menonton dari kerumunan, mengetahui bahwa dia akan menyukai ini.

"Aku mengerti. Itulah mengapa begitu aku makan satu suap, aku merasa ingin makan lebih banyak. Semakin banyak kau makan, semakin kau menginginkannya lagi, namun itu membuat tubuhmu terasa lebih kuat dan dimurnikan! Masakan yang misterius!” bangsawan berteriak. Semua juri meraih hidangan satu demi satu.

“Ini seperti sup yang selalu disajikan oleh Tuan Seya... tapi jauh lebih enak! Ini seperti berenang di lautan rasa yang pekat! Dibandingkan dengan sup ini, rasa sup Tuan Seya seperti air selokan... huh, apa yang aku katakan ?!” bangsawan berteriak. Aku kesulitan memahami mengapa dia berkomentar sejauh itu juga. Dia adalah yang paling dekat dengan karakter dari manga memasak dari siapa pun di sini! Consommé tidak seperti berada di lautan, tidak juga... tapi mungkin itulah yang dia rasakan saat mencicipinya. Imajinasinya agak terlalu berlebihan bagiku.

"Menurutku, sup yang disiapkan dengan hati-hati akan terasa lebih lezat daripada sup bubuk," kataku. “Koki kelas tiga mungkin berpikir bahwa menyajikan sesuatu dengan cepat akan membuatnya lebih lezat.” Aku dengan senang hati mengakui bahwa menjadi lebih cepat itu nyaman, tetapi makanan yang lezat datang dari cara yang berbeda. Tentu saja, aku juga tidak mempermasalahkan makanan apapun, asalkan bisa dimakan.

“Jika kau menghina Tuan seya lebih jauh, kau akan didiskualifikasi!” kata MC.

“Ini adalah pertarungan memasak, namun apa yang aku katakan akan mengubah hasil. Itukah yang kau pikirkan? Tuan Seya kau lebih berpikiran sempit dari yang aku kira,” kataku.

“Hah. Biarkan dia bersenang-senang,” kata Seya, masih terlihat cukup percaya diri saat dia menenangkan MC. Namun, ada tatapan "Aku tidak akan pernah memaafkanmu untuk ini" terkubur di matanya yang bisa langsung kupahami. Ngomong-ngomong, MC menjadi sedikit lebih tenang.

“Ini adalah versi sederhana yang aku buat dalam waktu yang aku miliki. Kalau diberi lebih banyak waktu untuk masak, aku bisa membuat sesuatu yang disebut double consommé,” jelasku.

“Kau bisa membuat sesuatu yang levelnya lebih tinggi dari ini?” kata bangsawan, matanya melebar. Semua juri menatapku dengan mulut ternganga. Kalian masih kurang memahami kuliner.

"Dan ini... Apakah ini hanya stew biasa? Setelah semua yang kau masak sejauh ini, aku akui aku mulai memiliki ekspektasi lebih!” kata bangsawan gemuk itu. Dia dan juri lainnya mencoba sup itu.

“Apa ini?!” salah satu dari mereka berteriak.

“Hoh-hoh-hoh-hoh! Rasanya aku hanya bisa tertawa! Tidak ada waktu untuk berbicara saat memakan sesuatu yang sangat enak!” kata bangsawan gemuk itu — sebuah kontradiksi yang sangat jelas — saat dia terus mengoceh sambil mengisi mulutnya yang tersenyum. Dia berkata tidak ada waktu untuk berbicara, namun dia tetap berkomentar. “Ikan ini benar-benar lezat! Sausnya benar-benar menonjolkan rasanya... Ini memiliki rasa yang mirip dengan gelatin di hidangan pembuka, tapi terasa tidak membosankan, bukan?”

“Aku secara sengaja mengatur indera perasa kalian lewat makanan dan memunculkan pengalaman berbeda melalui kombinasi makanan. Hanya dengan mengubah urutan makanmu akan mengubah rasa yang akan kalian dapatkan, ”kataku.

"Apa?! Kau bahkan telah mengatur kejutan semacam itu untuk kami! Tapi aku hampir memakan semuanya...” Bangsawan itu melihat ke arah hidangan yang dimakan para juri lainnya, memberikan tatapan iri, tapi mereka semua hampir menghabiskan seluruhnya juga. L'Arc dan Glass melihat itu, lalu membusungkan dada mereka dengan bangga, meskipun mereka tidak memberikan banyak kontribusi.

“Apa yang sedang kita lakukan?” Kizuna berkata, menggelengkan kepalanya.

"Tolong, jangan tanya aku," jawab Raphtalia, juga merasakan betapa bodohnya semua ini. Hei, jangan lihat aku! Aku memiliki perasaan yang serupa.

“Selanjutnya... ini terlihat seperti sesuatu yang pernah aku makan sebelumnya,” kata bangsawan itu.

“Ini daging sapi panggang, jadi kurasa kau sudah pernah memakannya. Aku pikir hidangan utama yang simple lebih menarik,” jelasku.

“Astaga!” pria itu berteriak dengan mulutnya yang penuh. “Daging panggang ini meleleh di mulut! Aku tahu itu daging, seharusnya itu adalah daging, namun meleleh begitu saja... Ini adalah rasa yang biasanya terdapat pada daging marble kualitas tertinggi! Ini tampak seperti daging biasa, tidak lebih, namun itu meleleh di mulut! Ah, aku bisa melihatnya! Aku bisa melihatnya dengan sangat jelas! Daging monster itu, menua, menjadi bahan yang jauh lebih hebat dari sebelumnya... dan sekarang berubah didalam mulutku! Ah, jiwa monster itu gemetar karena kegembiraan! Bersukacita, berubah dari daging busuk... menjadi seperti ini! Telah diselamatkan!” Bangsawan gemuk itu berbicara begitu cepat sampai aku khawatir dia akan menggigit lidahnya.

Salah satu juri berteriak dengan liar. Aku melihat ke atas... dan sepertinya tanduk telah tumbuh dari kepalanya. Aku tidak akan mengomentari itu. Raphtalia menatapku dengan heran, tapi aku mengabaikannya juga. Bagaimanapun juga, ini adalah dunia fantasi yang gila. Mungkin monster bisa dihidupkan kembali di dalam diri seseorang yang memakannya. Daging yang aku gunakan mungkin memiliki semacam parasit.

“Nak, hei... itu tidak akan terjadi pada kita, bukan?” L'Arc bertanya, sedikit ragu.

"Aku tidak tahu. Namun aku sebisa mungkin menghilangkan parasit," kataku kepada mereka.

“Dan akhirnya, makanan penutup... Sayang sekali ini sudah berakhir... Astaga. Sangat simple. Aku merasa segar dan masih bisa memakan makanan lain,” kata bangsawan gemuk itu.

“Aku tahu kau masih memiliki makanan lain untuk dimakan setelah ini, jadi aku ingin memberimu ruang untuk menilai dia juga. Itu adalah makanan penutup herbal yang dapat membantu pencernaan dan memberi kekuatan,” jelas aku.

“Sangat bijaksana, memberikan pertimbangan seperti itu kepada Tuan Seya! Kau pasti saingan terbesar yang dia hadapi sejauh ini!” sang bangsawan gemuk memproklamirkan. Semua juri tampak senang dengan hasilnya... walaupun mungkin mereka ingin tambah lagi. “Satu-satunya penyesalanku adalah makanannya sudah habis!” Yang gemuk dengan cepat menyuarakan pikiran itu.

“Aku telah melihat apa yang biasanya kalian makan. Salah satu hal menyenangkan tentang makanan adalah perasaan ingin memakannya lagi, bukan?” Kataku. Mendengar balasanku, mereka semua menerima pendapatku, bahkan jika dia tidak mendengarkan semua yang kukatakan.

“Hoh-hoh-hoh-hoh! Sebuah strategi yang licik, seakan-akan memberikan pertimbangan kepada lawanmu padahal sebenarnya merusaknya. Sangat pintar. Aku memujimu untuk itu,” sang bangsawan menyetujui. Seya dan anak buahnya tampak tidak terkesan dengan pujian yang kami terima dari para juri. Mereka jelas tidak ingin melihat atau mendengar lawan mereka mendapatkan pujian apa pun. Jika mereka memperhatikannya, mereka mungkin akan belajar sesuatu dari itu, tetapi mereka hanya memiliki telinga untuk mendengarkan pujian bagi diri mereka sendiri. Mereka sama sekali tidak belajar apa pun dari pertempuran mereka. Para juri jelas tidak berada di pihak mereka saat ini.

"Jika kau ingin menyerah, sekaranglah waktunya," kataku pada Seya.

"Itu kalimatku," balasnya. Dia memberikanku kesempatan untuk menyajikan hidangan terlebih dahulu, dan lihatlah yang terjadi sekarang... Aku bersedia memberinya kesempatan untuk mundur, tetapi dia masih tetap percaya diri.

“Mengapa kau memasukkan tanaman herbal ke dalam masakan?” Kizuna bertanya. 

"Seseorang memintaku untuk melakukannya," kataku.

"Meminta kepadamu?" dia menjawab.

"Ya. Itu untuk membebaskan semua orang dari polusi masakan Seya,” kataku padanya.

"Polusi?" Kizuna bertanya, terlihat bingung.

“Kau tidak menyadarinya?” Aku membalas. “Baiklah, lihat saja.” Dia bukan orang yang cepat paham, itu pasti.

"Hmmm, kupikir aku harus pergi ke kamar mandi terlebih dahulu," kata bangsawan gemuk itu. "Aku akan segera kembali." Para juri bergantian mengunjungi kamar mandi. Begitu mereka semua kembali, tibalah waktunya untuk menyantap makanan Seya.

"Huh?" Kizuna, L'Arc, dan Therese tampak bingung. Pengunjung lain di sekitar kita juga. Kurasa ada alasan untuk sedikit curiga.

"Baiklah, mari kita nikmati masakan Tuan Seya," kata bangsawan gemuk itu. Dia dan para juri lainnya menyantap hidangan yang Seya buat dengan penuh semangat. Pada saat bangsawan memakan suapan pertamanya, senyuman penuh percaya diri menyebar di wajah Seya.

“Ini adalah keahlian koki sejati!” Seya memproklamasikan.

"Kau merasa terlalu percaya diri sekarang karena para juri sangat baik kepadamu, tapi di sinilah kau akan merasakan kekuatan Tuan seya yang luar biasa!" MC mengoceh, dengan cepat ikut berkomentar. Hasilnya bahkan belum pasti dan mereka sudah mengklaim kemenangan. Hanya ada satu sisi yang bangga dengan diri mereka sendiri di sini.

Segalanya tidak akan berjalan sesuai keinginan mereka kali ini.

“Sup apa ini ?!” bangsawan berteriak, benar-benar memuntahkannya dari mulutnya. “Ini tidak seperti sup lezat yang biasa kau sajikan! Apa yang terjadi?" Dia memelototi Seya, sup menjijikan keluar dari mulutnya.

"Apa? Apa yang kau bicarakan ?! Aku membuat supku yang normal dan luar biasa!” Seru Seya. Sup bubuk itu — luar biasa? Dia telah menambahkan beberapa hal, beberapa daging dan bahan lain, tetapi pada dasarnya itu hanyalah sup bubuk. Itu hanya akan membawamu sejauh ini! Belum lagi, itu berwarna pucat dan tampak mengerikan. Tapi itulah intinya — dia telah menipu mereka. MC meraih sup yang telah dicicipi bangsawan itu dan mencobanya sendiri.

“Tidak ada yang salah sama sekali! Ini adalah sup Tuan seya yang luar biasa, seperti biasa!” Pada kesaksiannya bahwa itu sama seperti biasanya, mata bangsawan terbuka lebar karena terkejut. Kali ini dia meraih kari dengan hati-hati dan mencobanya sesendok.

“Apa ini? Rasanya tidak lebih dari lumpur pedas! Sebenarnya tidak... bukan berarti aku pernah mencicipinya... tapi sepertinya, yah... sesuatu yang lain berwarna coklat! Pahit dan menjijikkan! Aku bahkan tidak bisa menahan baunya! Apa yang terjadi di sini?! Hmmm... rasanya sudah kembali sedikit, tapi tetap saja... ini kari biasa. Itu tidak memiliki rasa kari Seya yang biasa!"

"Mustahil! Ini adalah Seya Curry di lantai tertinggi! Ah, cukup lezat untuk membuat lidahku meleleh!” Ada kesenjangan yang terlalu besar antara evaluasi juri dan MC. Suara protes juga mulai terdengar dari penonton. Bangsawan itu lalu mencoba hidangan lainnya, tetapi dia memiliki ekspresi mual di wajahnya dan memuntahkan sebagian besar dari mereka, memegangi hidung mereka sepanjang waktu.

“Tuan Seya, apa yang terjadi di sini? Apakah Kau sengaja memberikan kami omong kosong menjijikkan ini?” Dia bertanya. Dia melihat ke matanya seolah dia tidak percaya apa yang terjadi. Kepercayaannya pada Seya sepertinya hanya meningkatkan dampak dari pengkhianatan ini.

"Mustahil! Bagaimana masakan pamungkasku dievaluasi dengan sangat buruk?” Seya berteriak. Lalu tiba-tiba tatapannya tertuju padaku dengan penuh amarah, disertai dengan tuduhan. "Kau curang! Itulah satu-satunya cara untuk menjelaskan semua ini!” 

“Seperti yang kuharapkan dari orang sepertimu, menjadikan itu sebagai alasan. Kalau begitu aku akan jujur. Kau benar,” jawabku. Tidak peduli seberapa adil aku mencobanya, kami berurusan dengan jenis orang yang selalu menemukan kesalahan segera setelah mereka dikalahkan. Jadi aku hanya akan menerapkan rencana. Tidak ada sesuatu yang bisa disebut "curang".

"Bocah!" L'Arc berseru.

"Tuan. Naofumi !?” Raphtalia bergabung dengannya.

“Naofumi... Aku tidak percaya kau akan melakukan tindakkan serendah itu!” Kizuna menambahkan. Setiap orang yang seharusnya berada di sisiku sekarang menatapku dengan penuh curiga di mata mereka. Maksudku, tentu saja, aku terlalu sedikit memberikan penjelasan, tetapi mereka seharusnya bisa lebih mempercayaiku!

Bahkan anak yang meminta bantuanku menatapku curiga. Aku berharap mereka semua akan mendengarkanku dulu.

“Hei, jangan salah paham. Aku tidak melakukan apa pun yang akan mengubah evaluasi mereka jika makanan itu benar-benar terasa enak. Seya sudah berbuat curang untuk meningkatkan cita rasanya sendiri, dan yang kulakukan hanyalah mereset ulang hal itu,” jelasku.

"Apa? Kau pengecut! Trik macam apa ini!” Seru Seya. Dia tidak mendengarkan.

“Buktinya ada di puding. Jika kau memakan beberapa masakanku, makanan pembuka, sup, atau makanan penutup, dan kemudian memakan masakanmu sendiri, kau mungkin akan mengalami hal yang sama dengan para juri sekarang. Ini adalah kesalahanmu karena membiarkanku menyajikannya terlebih dahulu,” kataku, dengan nada santai. Kizuna lalu tiba-tiba berteriak.

“Aku pernah melihat ini di anime! Kau memasak sesuatu dengan rasa yang lebih kaya, yang membuat rasa rasa lawan hilang!” serunya. "Tidak! Tidak ada yang seperti itu!" Aku balas berteriak. Di sisi mana kau berada! Aku telah membaca trik serupa di manga memasak sendiri, tetapi aku tidak menggunakan yang seperti itu kali ini. Aku menunjuk masakan Seya dan melanjutkan penjelasanku. “Ketika aku pertama kali mencoba masakanmu, aku menyadari bahwa itu mengandung sesuatu yang akan membuat seseorang ketagihan. Sesuatu yang mungkin jauh lebih membuat ketagihan daripada tembakau, alkohol... bahkan narkotika. Itulah bahan spesial dalam masakan yang lezat dan menawan ini.” 

"Kau pasti bercanda!" Kizuna berteriak karena terkejut. Dia seharusnya pahlawan! Bahkan L'Arc, Raphtalia, dan Glass tampak terkejut mendengar ini. Aku bertanya-tanya bagaimana mungkin mereka tidak menyadarinya.

“Ada apa ini? Apakah maksudmu aku diberi makan sesuatu yang membuatku ketagihan?” tanya bangsawan yang juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

“Dan tidak ada yang seperti itu dalam masakanmu, Nak?” L'Arc bertanya. Aku hampir ingin menamparnya! Cukup dengan serangan dari sekutuku! Seolah-olah aku akan menambahkan sesuatu seperti itu!

“Kau ingin aku mencobanya? Jika aku melakukannya, kau tidak akan dapat memikirkan apa pun selain makan... Kau akan menjadi lebih buruk daripada orang-orang di kota ini. Itukah yang kau inginkan?” Aku bertanya. Mendengar ancaman ini, L'Arc menggelengkan kepalanya dengan cepat. L'Arc dan yang lainnya adalah pahlawan, jadi mereka mungkin masih bisa sedikit menahannya.

"Jadi, apa yang kau lakukan?" Seya mengamuk.

"Ah!" Kizuna akhirnya paham. “Jadi itu sebabnya kau menggunakan begitu banyak herbal di masakanmu!”

"Tepat. Alasan mereka semua ingin pergi ke kamar kecil setelah makan adalah untuk membuang racun. Aku juga menggunakan herbal lain untuk meningkatkan perasaan lesu yang timbul,” jelasku. Mereka sudah terbiasa memakan makanan itu selama beberapa waktu, jadi mereka tidak akan bisa membuang semuanya. Tetapi ini setidaknya memiliki efek sementara. Sebagai buktinya, semua juri terlihat jauh lebih sehat sekarang daripada saat aku pertama kali melihat mereka. Mereka yang hadir dapat dengan mudah membedakannya juga.

Ingat apa yang dikatakan juri saat mereka makan? Aku lalu mengulangnya kembali, mengatakannya langsung kepada Seya. “Rasanya seperti racun mengalir keluar dari tubuhku saat aku memakannya. Nah, itulah yang sebenarnya terjadi. Aku mengeluarkan racun dari masakanmu dengan masakan herbalku, memulihkan vitalitasnya, dan memberi mereka perlawanan. Itu saja. Itu memungkinkan mereka untuk memberikan evaluasi yang lebih rasional terhadap masakanmu sambil menyoroti betapa menjijikkan racun di dalamnya.” Pada dasarnya masakanlah yang membuat alkohol atau tembakau terasa sangat tidak enak.

Penjelasanku terlalu panjang. Aku bisa merasakannya sendiri. Terkadang menjelaskan sesuatu membutuhkan waktu yang lama.

"Kau pasti bercanda! Kau seharusnya malu memasak kotoran seperti itu!” Seya menuduh. Aku tidak malu terhadap apa pun. Sebenarnya, aku ingin bertanya apakah dia tidak malu membuat makanan yang penuh dengan racun yang membuat orang-orang ketagihan.

“Kau tidak berhak mengatakan hal itu!” Aku balas berteriak. “Kau telah memasukkan racun ke dalam makananmu sendiri, memberiku setumpuk bahan-bahan busuk, dan tidak membuat apa-apa selain makanan instan sambil berteriak tentang bagaimana aku akan 'tenggelam dalam cita rasamu’ atau apa pun itu! Kaulah yang pasti bercanda.” Ada lebih sedikit bahan yang bisa dimakan di tumpukan itu daripada yang tidak bisa dimakan. Dia telah memberi aku tumpukan sampah itu untuk dimasak dan dengan pengecut mencampurkan racun yang sangat adiktif ke dalam makanannya sendiri. Belum lagi para juri sudah disuap! Dia tidak mungkin mengharapkanku untuk menganggapi dengan serius lelucon dari pertarungan memasak ini!

Aku benar-benar membenci orang yang mencoba curang sebelum itu terjadi.

"Ah, ada satu hal lagi yang harus aku lakukan," kataku. Aku menunjuk pada bangsawan dan memberi isyarat agar dia mendekatiku. Tentu saja, dia tidak menurut. Karena tidak punya pilihan, aku cepat-cepat menghampirinya. Sekutu Seya, staf restoran, mencoba menghentikanku, tetapi aku menyingkirkan mereka.

"Apa? Apa yang kau inginkan?" tanya si gemuk.

"Pilihlah. Apakah kau ingin terus diperlakukan seperti ini, dalam keadaan mabuk racun yang membuat ketagihan sampai kau mati, atau kau ingin mencoba makanan yang aku buat ketika aku benar-benar serius?” Aku bertanya kepadanya. Dia mendengus mendengar pertanyaan itu, dan aku terus berbicara. “Teman-temanku mungkin akan memberitahumu bahwa makananku juga enak dan sangat membuat ketagihan, dari sisi itu, mungkin tampak sama. Tapi apa kau ingin memakan makanan yang hanya berupa bubuk yang dilemparkan ke dalam air, lalu dipanaskan kembali, atau kau ingin memakan makanan yang dibuat dari bahan-bahan yang tepat, dimasak dan disiapkan dengan hati-hati?” Bangsawan ini secara khusus memiliki semacam aura para gourmet disekelilingnya, dan aku yakin aku memberikan penawaran yang lebih baik daripada terus memakan makanan instan ini. Jika dia menganggap masakan herbalku terasa begitu lezat, aku yakin kesepakatan ini akan berhasil.

“Jangan biarkan dia menipumu! Masakanku pasti lebih enak! Tidak ada racun di dalamnya! Mereka mengada-ada!” Seya mengkritik.

"Tepat sekali!" MC Seya dengan cepat mendukungnya. “Kau adalah salah satu pelanggan peringkat teratas Tuan seya!” Bangsawan gemuk yang dimaksud tampak kebingungan antara Seya dan aku. Jika dia sudah tidak yakin, itu berarti aku berhasil.

“Mereka berbohong! Keluargaku makan di tempat ini dan sekarang mereka semua sudah mati!” Anak itu mengambil momen ini untuk berbicara, dengan gerakan yang tepat waktu.

"Diam! Kami tidak tahu mengapa keluargamu meninggal, ”seseorang di antara kerumunan itu berkomentar.

"Kau tidak bisa menyalahkan Tuan Seya atas semua hal buruk yang terjadi!" kata yang lain ketika semua orang di dekatnya mulai menceramahi anak malang itu.

“Kami tidak akan mengizinkan siapa pun menghina Tuan Seya!” MC juga ikut beraksi. "Aku akan menghapus semua poinmu jika kau melakukannya!" Ancaman ini cukup menimbulkan keributan di tengah kerumunan.

"Tidak, jangan itu!"

“Kau harus minta maaf, sekarang juga!” kata seseorang. Tapi bocah itu tidak mundur.

“Tidakkah menurutmu ini aneh? Kalian semua dulu memasak di rumah sebelum Seya membuka tempat ini! Sekarang kalian makan di sini setiap hari! Ketagihan pada sesuatu dan menikmati makan adalah dua hal yang sangat berbeda!” anak laki-laki itu berteriak.

"Diam! Kita tidak bisa hidup tanpa restoran Tuan Seya!” seseorang menjawab.

"Tepat sekali!" kata orang lain. Masakannya benar-benar sudah menguasai seluruh kota, itu pasti.

“Aku tidak yakin... Aku suka ini...” Sang bangsawan semakin terguncang dengan melihat semua ini. Sepertinya dia memiliki sisa kebaikan di dalam dirinya. Sekarang aku perlu mencungkil jariku ke dalam lubang itu. Aku mencondongkan tubuh ke arahnya dan berbisik ke telinganya.

“Setelah aku menang dan mengklaim semua asetnya, aku akan mengambil aksesori itu dan memberikan resepnya kepadamu. Maka kau bahkan tidak akan membutuhkan dia untuk membuatkan masakan untukmu lagi, bukan? Kau juga tahu siapa kami, bukan?” Aku berkata padanya. Semua resepnya sederhana yang bisa dibuat dengan alat. Sangat mungkin bahwa jika kita bisa mendapatkan resepnya, siapa pun akan bisa membuatnya. Bangsawan ini tampaknya memiliki pemikiran yang sama, karena perubahan terjadi di matanya.

“Penantang, kembali ke posisi awal! Tuan Seya, Kau juga tenang!” kata bangsawan.

"Ya tentu! Para juri telah memperlihatkan kesetiaan mereka melihat kerja kerasku! Kau telah kalah, membocorkan trikmu bahkan sebelum hasilnya terungkap!” Seya berteriak.

Kita akan melihatnya. Mengenai "kesetiaan mereka," aku tidak memiliki kata-kata untuk menjawabnya. Bahkan berbicara secara obyektif, dia tidak bisa dikatakan telah bekerja keras.

Aku segera kembali ke tempatku setelah selesai memasak. 

“Perasaan apa ini? Seperti sesuatu yang buruk akan terjadi," Kata Raphtalia.

"Kebetulan sekali. Aku memiliki perasaan yang sama," kata Glass.

"Hmmm. Ini dengan cepat menjadi masalah yang sangat pribadi,” kata Tsugumi. Baginya, dia pernah berada di posisi yang sama sebelumnya. Dia tampak cukup keren dalam beberapa hal, mengingat semua yang telah terjadi.

“Jadi begitu... dari apa yang diklaim bocah itu di belakang sana, kedengarannya seperti Tuan. Naofumi melakukan hal yang benar,” kata Raphtalia. 

"Bocah memang biasanya seperti itu," L'Arc setuju.

"Skill dari Master Craftsman," Therese kagum.

“Therese, hei... Apa kau bisa berhenti menjadi orang berbeda ketika kau berbicara tentang si bocah?” Kata L'Arc. Dia punya urusan sendiri untuk ditangani, itu pasti. Lagipula dia tidak berbeda darinya, tergila-gila pada satu hidangan.

"Master, apakah hanya ini makanan yang kau miliki?" Filo bertanya. Dia mulai menggangguku, tapi membiarkannya tidak puas hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah nanti. Aku menaruh sup di depan Filo.

“Bertahanlah dengan ini. Aku akan membuatkanmu lagi setelah kita kembali,” kataku padanya.

"Baik!" katanya. Lalu aku memperhatikan paus pembunuh bersaudara, yang sekarang telah dibawa oleh Raphtalia dan yang lainnya, menatap Seya dengan penuh curiga di mata mereka. Aku bertanya-tanya ada apa dengan itu. Para juri juga mulai berbisik di antara mereka sendiri. Seya dan anak buahnya masih memelototiku dengan sedikit ketidakpuasan.

"Apa menurutmu kita sudah aman, Naofumi?" Kizuna bertanya.

"Tidak ada ide. Bagaimanapun juga, aku benar-benar mengacaukan masakannya,” kataku. Itu membuatku merasa sedikit lebih baik. Ketika aku mengesampingkan semua masalah memasak, sikap buruk mereka dan kurangnya rasa hormat dalam memasak telah memaksaku melakukan semua ini.

"Aku hanya tidak yakin tentang metodemu," kata Kizuna.

“Tidak ada yang adil tentang pertempuran ini. Pemenangnya akan selalu menjadi orang yang lebih licik, lebih licik dari yang lain,” kataku.

“Hmmm, sayang sekali kau tidak bisa menang begitu saja karena makananmu paling lezat,” kata Kizuna.

“Hei... Kau terlalu banyak membaca manga tentang memasak. Itu adalah sebuah ilusi bahwa hal-hal yang enak dan baik akan dievaluasi lebih tinggi. Yang Kau butuhkan adalah popularitas dan permintaan,” kataku. Tentu saja, itu harus memiliki rasa yang enak, tetapi menempatkan penekanan pada hal itu sebagai persyaratan juga menjadi masalah. Jika kau berencana menjual makanan di restoran, tentunya harus memiliki rasa yang enak. Pelanggan datang karena elemen lain, karena popularitas. Jika restoran Seya runtuh di sini, itu akan menimbulkan masalah bagi semua juri. Itulah mengapa aku menciptakan pelarian bagi mereka. Demi mewujudkan masa depan yang diinginkan bocah itu. Pembicaraan Itsuki tentang keadilan? Aku tidak peduli tentang itu. Jika aku tidak menangkis percikan api berbahaya yang menghujani kami, aku sendiri akan terbakar.

Ambil contoh restoran ini, yang bisa dibilang seperti aliran agama yang sesat dan gila.

Membiarkan tempat ini terus berjalan dapat memicu segala macam masalah lainnya. 

“Begitukah cara kerjanya?” Kizuna bertanya. “Kedengarannya lebih seperti menjadi pedagang daripada koki."

"Kau tidak salah. Makanan terlezat harus menjadi pemenangnya. Tapi makanan Seya sama sekali tidak enak. Kalian menginginkan ini, bukan?” Kataku. Ketika aku melihat ke arah L'Arc dan yang lainnya, mereka tidak terlihat sangat terkesan.

“Itu tidak terasa seperti yang kami harapkan...” Kata L'Arc. “Jika Seya tetap berpegang pada aturan — rasa terbaik yang menang — dan bertarung dengan adil, aku tidak akan melakukan sesuatu sejauh ini. Tapi pikirkan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka tidak punya rencana untuk melakukan pertarungan yang adil,” aku mengingatkan mereka. Jika mereka memberikan bahan yang sama dan kami harus memasak sesuatu dalam batasan waktu, hasilnya mungkin berbeda. Tetapi tidak dengan mereka. Mereka telah memaksimalkan keuntungan pada pihak mereka, memberi kami bahan-bahan busuk dan ikan beracun. Mereka bahkan menyuap para juri. Mereka pengecut dan telah mendapatkan ganjaran yang sesuai.

“Seperti yang kuharapkan darimu, Naofumi. Namun, ini masih sedikit menggangguku...” Kata Kizuna.

"Rasanya seperti aku telah melihat sisi yang lebih buruk dari dunia ini," tambah Raphtalia. 

“Kita harus tangguh, atau kita tidak akan selamat dari musuh yang ada di depan kita,” aku memperingatkan mereka. Si bitch sudah cukup buruk, tapi musuh bebuyutan S'yne adalah gambaran dari kelicikan. Sesuatu seperti ini hanya akan menjadi pemanasan bagi mereka.

“Yah, kau mungkin tidak salah...” Kata Kizuna.

“Aku rasa kau telah belajar banyak dari pengalaman seperti ini. Meski begitu, segalanya tampak jauh lebih baik di sini, di duniamu, Kizuna,” kataku padanya. Bocah itu muncul dengan keranjang tuanya yang besar dan membantuku bukanlah sesuatu yang benar-benar aku harapkan terjadi di dunia kita. Contoh terbaik yang dapat aku pikirkan adalah anak yang membantu kami saat melawan gelombang kedua.

Bagaimanapun juga, satu perbuatan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik pula.

Jika ini tidak berjalan seperti yang aku inginkan, kami akan menggunakan otoritas L'Arc untuk membelokkan segala sesuatunya sesuai keinginan kami. Lagipula, aku adalah Pahlawan Cermin, dan para pahlawan juga memiliki hak tertentu.

Bangsawan gemuk dan juri lainnya semuanya berdiri, dengan wajah terlihat lebih bertekad dari sebelumnya, diskusi mereka selesai. Beberapa musik yang menciptakan ketegangan mulai dimainkan. Itsuki tidak bersama kami, tapi aku tetap melihat sekeliling, hampir berharap untuk melihatnya.

“Duh... duh... duuum!” Itu adalah Filo, bernyanyi untuk dirinya sendiri. Aku penasaran siapa yang mengajarinya dan berharap dia akan menghentikannya pada saat yang sama. Dia hanya meningkatkan ketegangan disini!

Bangsawan dan yang lainnya semua mengangkat penanda mereka. Penanda dengan logo restoran Seya yang dicoret (mereka sudah membuang penanda milik kami bahkan sebelum pertandingan dimulai).

“Pemenangnya adalah koki penantang!” kata mereka. Sepertinya pertarungan memasak yang dipenuhi tipuan licik ini telah berakhir dengan kemenanganku.


Note:
Sayang gak ada adegan baju robek kayak di shokug*ki...




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar