Minggu, 02 Mei 2021

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 2 : Chapter 34. Beruang Membantu Pindahan

Volume 2
Chapter 34. Beruang Membantu Pindahan


Fina dan keluarganya berhasil mendapatkan rumah baru untuk mereka tinggali—Gentz menyarankan untuk mencari tempat yang dekat dengan guild petualang—rumah tersebut dibeli menggunakan uang tabungan milik Gentz semasa ia membujang. Aku sekarang tengah berada di rumah Fina untuk membantu mereka pindah rumah.

"Angkut ke sini barang-barang yang ingin kalian bawa. Pastikan untuk memasukkan barang-barang kecil ke dalam kardus." Aku mulai memasukkan barang-barang yang mereka kemas dalam kardus ke dalam penyimpanan beruang milikku. "Apa kalian ingin aku membawa meja ini juga?"

"Kami tidak punya uang untuk membeli yang baru. Jadi ya, tolong."

"Kalau begitu, berarti kursi-kursinya juga termasuk?"

"Jika penyimpananmu masih bisa menampungnya, maka iya, tolong."

Yang lain mengurusi barangnya masing-masing sementara aku sibuk mengikuti arahan dari Tiermina, aku terus menerus mengisi penyimpananku dengan barang-barang milik mereka. Fina dan Shuri tampaknya telah bekerja keras untuk mengemas barang-barang mereka yang sedikit.

"Yuna-san," ujar Fina, "bisakah kau membawa kasurnya juga?"

"Tentu." Aku pergi ke kamar Fina. Tersisa beberapa kardus di pojok ruangan dan kasur yang dimaksud.

"Cuma satu?"

"Ya, Shuri dan aku tidur bersama."

"Kalau begitu, maka, mintalah ayah baru kalian untuk membelikan satu kasur lagi."

Aku memasukkan kasur milik Fina ke dalam penyimpanan beruang, lalu pergi ke kamar Tiermina dan melakukan serupa pada kasur miliknya. 

"Oh, item bag milikmu sangat mengagumkan, nona. Normalnya butuh sebuah kereta angkut untuk membawa semua barang ini."

Yah, itu karena item tersebut adalah pemberian admin atau dewa—mana bisa aku memberi tahu mereka seperti itu. Aku pergi ke setiap ruangan dan memasukkan semua perabotan berukuran besar ke dalam penyimpananku. 

"Itu saja barang yang ingin kalian bawa?" Rumah tersebut telah kosong, tak berisi.

"Ya, terima kasih, Yuna," ujar Tiermina. 

Dengan selesainya tahap pertama, kami berlima pergi ke rumah Gentz.


Aku tidak tahu mengapa, tapi aku sering dengar kalau tempat tinggal pria lajang itu cenderung kumuh. Rupanya Gentz tidak lepas dari stereotip tersebut. Dia sudah tahu dari jauh-jauh hari sebelumnya kalau hari ini akan pindah, jadi mengapa ia tidak membereskan kamarnya?

"Ini benar-benar parah," gumam Tiermina sambil mengamati setiap sudut ruangan.

"Maaf," ucap Gentz dengan ekspresi malu.

"Yuna, maaf, tapi bisakah kau antar anak-anak ke rumah baru mereka?"

"Tentu, akan kulakukan."

"Fina, masukkan dulu barang-barang milikmu dan milik Shuri ke kamar baru kalian. Ibu sudah memberi tahumu pembagian kamarnya kemarin, jadi kau harusnya sudah tahu apa yang harus dilakukan. Dan juga, beberapa ruangan sudah ibu bersihkan, tapi belum semuanya, jadi nanti tolong bersihkan sisanya, oke? Utamakan ruang tidur dulu. Kalau sudah selesai, ibu mau kalian menata perabotan rumah. Jangan lupa untuk membersihkan ruangan yang lain juga. Ibu akan menyusul setelah selesai bersih-bersih di sini."

Tiermina menyerahkan kunci rumah baru mereka pada Fina.

Selanjutnya, ia beralih kepadaku, "Yuna, maaf, tapi bisakah kau kembali ke sini setelah selesai memindahkan barang-barangnya?"

"Ya."

"Kalau begitu, kalian bertiga, tolong ya?"

Seperti yang diharapkan dari ibu dua anak, begitu tanggap dan cekatan. Kami kemudian pergi ke rumah baru Fina dan keluarga, yang bertempat diantara guild petualang dan tempat dulu aku menginap. Rumah tersebut lebih besar dibanding rumah mereka yang dulu tapi tampaknya dalamnya tidak berdebu sama sekali; berkat Tiermina yang sudah membersihkannya jauh-jauh hari.

"Yuna-san, bisakah kau keluarkan alat bersih-bersih?"

Aku mengeluarkannya. Fina lalu mengambil sebuah ember dan pergi ke dapur untuk mengambil air dari kristal sihir. 

"Yuna-san, bisakah kau ikut kami ke lantai dua?"

Kami bertiga naik ke lantai dua. Fina mengecek ruangan di sebelah kiri. Luasnya mencapai enam tatami, yang mana, menurut orang jepang sepertiku, ukuran tersebut benar-benar luas. Fina membuka salah satu jendela untuk menyirkulasi udara di dalam.

"Shuri, tolong buka jendela di ruangan yang satunya. Kalau sudah selesai, tolong sekalian dibersihkan juga."

Shuri mengangguk, lantas pergi.

"Yuna-san, bisakah kau menempatkan perabotannya?"

Seperti yang Fina suruh, aku mulai menempatkan perabotan dan kasur di ruangan tersebut. Aku beberapa kali salah dalam menempatkan perabot, tapi berkat penguatan fisik milik kostum beruang ini, aku berhasil membereskannya. Terakhir, aku meletakkan kardus yang berisi barang-barang milik Fina dan Shuri di lantai. 

Aku menempatkan kasur, perabot, dan kardus-kardus milik Tiermina di ruangan sebelah tanpa menatanya. Aku berpikir kalau ia punya seleranya sendiri dalam penataan dan peletakan barang. Aku tidak jadi mengeluarkan barang-barang kecil yang sudah dikemas dalam kardus dan langsung turun ke lantai satu, di mana si kecil Shuri sedang bersih-bersih. Aku menempatkan meja, kursi, peralatan makan, dan sejenisnya di dapur. Terakhir, aku meletakkan barang-barang sisa di dalam kamar kosong di lantai satu. 

"Fina, ini sudah semuanya. Aku akan kembali ke tempat Gentz."

"Terima kasih banyak," jawab Fina.

"Terima kasih," kata Shuri, mengikuti kakaknya. 

"Kalian berdua, berjuanglah!"


Saat aku tiba di tempat Gentz, sudah banyak tumpukan kardus yang menanti di luar. Baunya sangat menyegat dan tajam. Gentz tampak kelelahan tetapi ia mengikuti arahan dari Tiermina dengan patuh. Kelihatannya, stamina miliknya sudah hampir habis.

Aku tanpa disuruh langsung mengikuti instruksi dari Tiermina. Berkat instruksinya tersebut aku berhasil mengemas semua barang milik Gentz ke dalam penyimpanan beruang milikku dengan cepat. Sekarang karena rumahnya telah kosong, kami pindah ke rumah yang baru. 


Di dalam, barang-barang yang belum selesai dibersihkan masih menumpuk. Fina dan Shuri langsung datang menghampiri begitu tahu kalau kami telah kembali. 

"Fina, Shuri, kerja bagus."

"Tapi itu masih belum selesai semua."

"Satu hari tidak akan cukup untuk menyelesaikan semuanya. Untuk sekarang, mari pastikan dulu kalau kita punya tempat untuk tidur. Yuna, bisakah kau pindahkan barang-barang yang ringan, selain perabot, ke ruang belakang yang ada di lantai satu? Aku akan memberi tahumu di mana kita akan meletakkan sisanya nanti."

Kami menata barang-barang besar yang kami bawa dari rumah Gentz, meletakkannya pada tiap-tiap ruangan yang sekiranya cocok. Kami memindahkan barang-barang yang belum jelas mau diletakkan di mana ke ruang belakang yang ada di lantai satu. Kelihatannya, Tiermina dan Gentz akan memikirkan penempatan yang cocok untuk barang-barang tersebut nanti. 

"Nah, sekarang karena tempat tidurnya sudah beres, jadi mari sudahi dulu untuk hari ini." Tiermina turun dari lantai dua ke lantai satu. "Fina, apakah dapurnya sudah bisa dipakai?"

"Maaf. Aku masih belum membersihkannya."

"Tidak apa-apa. Fina, Shuri, kalian berdua sudah cukup bekerja keras. Ini bukan salah kalian. Seorang idiot yang tidak membereskan barang-barangnya dari jauh-jauh hari sebelumnya lah yang bertanggung jawab atas hal ini."

"Maaf." Gentz menundukkan kepalanya. 

"Akan butuh waktu kalau kita menyiapkan makan malam sekarang."

"Kenapa kita tidak makan di luar saja?" Tawar Gentz, mencoba menebus kesalahannya.

"Tidak bisa. Karena sekarang kita berempat telah tinggal bersama, kita harus menghemat pengeluaran. Tabunganku sudah habis, dan kita tidak bisa menggunakan uang simpananmu untuk sesuatu semacam itu."

"Tapi kalau tidak disiapkan sekarang makan malamnya, bisa-bisa nanti tidak sempat. Apa rencanamu kalau begitu?"

Keduanya saling menatap satu sama lain. Aku harap mereka menghentikan tingkah mereka yang seperti akan cerai tepat di hari pertama mereka mulai tinggal bersama.

"Oke, begini saja," ucapku. "Aku yang akan bayar, jadi ayo kita makan di luar. Beres, bukan?"

"Kami tidak bisa terus merepotkanmu lebih dari ini, Yuna. Kami sudah sangat berterima kasih padamu karena mau membantu kami pindah rumah. Akan memakan banyak biaya jika kami menyewa kereta angkut, dan butuh waktu berhari-hari jika kami ingin memindahkan semua barang tersebut sendirian. Kami merasa tidak enak menerima traktiranmu setelah dibantu sebanyak itu."

Aku sebenarnya tidak keberatan, tapi aku paham mengapa ia berpikir demikian. "Kalau begitu, bagaimana kalau kau masak di rumahku?"

"Masak di rumahmu?"

"Kau bebas menggunakan bahan apa saja yang ada, sebagai gantinya, tolong siapkan hidangan yang lezat."

"Umm. kurasa itu tidak masalah? Baiklah! Akan kusiapkan masakan yang nikmat untukmu."

Lega karena masalah terpecahkan, kami berlima berangkat menuju rumah beruang.




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar