Volume 4
Chapter 2
<Note : Wakil Komandan sekarang samain kayak inggrisnya yak Second in Command>
Pada malam yang sama, pertemuan orang-orang yang cukup terkemuka sedang berlangsung di sebuah ruangan di istana Iárnviðr.
Ada Second in Command Jörgen, Perwira tertinggi Klan Serigala.
Felicia, ajudan Yuuto dan adik bawahannya.
Ingrid, kepala Bengkel Mótsognir, yang bulan lalu naik ke peringkat ketujuh di klan.
Sigrún, kapten pengawal pribadi Yuuto, yang juga naik bulan lalu dari peringkat lima belas ke peringkat delapan, suatu promosi yang luar biasa.
Saudara kembar Albertina dan Kristina, yang tidak berpangkat tinggi tetapi masih berstatus tinggi sebagai putri dari Klan tetangga, Klan Cakar.
Linnea, Patriark dari Klan tetangga juga, Klan Tanduk, yang telah memilih untuk tinggal di Iárnviðr setelah Upacara Sumpah Ikatan si kembar untuk mengamati gaya pemerintahan Yuuto.
Dan terakhir...
“Ke-kenapa? Mengapa Ephy ada di sini...?!”
Seorang budak perempuan bernama Ephelia, yang merasa sangat gugup karena tidak pada tempatnya sehingga dia gemetar dan hampir menangis, juga ada di sana.
Di satu sisi, reaksinya sangat alami.
Dari sudut pandangnya, ini semua adalah orang-orang yang statusmua berada jauh di atasnya sehingga mereka mungkin juga hidup di dunia yang berbeda.
"Dari caraku mendengarnya, Ayah sangat menyukaimu beberapa hari belakangan." Jörgen tersenyum lebar kepada Ephelia. "Jika demikian, maka kau memiliki hak yang sama untuk berada di sini."
Wajahnya yang tampak galak memiliki bekas luka di alis dan pipinya. Bagi seorang anak berusia sepuluh tahun seperti Ephelia, senyum Jörgen tidak membuat wajahnya terlihat kurang menakutkan.
Linnea sedikit menegang dan menatap ke arah Ephelia, mengawasinya dengan cermat. "Kakak... menyukaimu?"
"Ah... augh..." Ephelia menjadi lebih ketakutan, tubuhnya gemetar begitu banyak sampai-sampai dia seperti mengalami kejang.
Tepat ketika sepertinya dia telah melewati batas mentalnya dan mungkin akan pingsan karena stress ...
"Menyedihkan." Ingrid mendesah jengkel, menggaruk bagian belakang kepalanya dengan satu tangan, dan menggunakan tangan satunya untuk mengangkat kerah Ephelia.
“Hwah ?!”
“Tenang saja, oke?” Ingrid mendudukkan Ephelia di pangkuannya, dan memeluknya erat. Ingrid memiliki cara berbicara yang kasar dan kuat, tetapi dia adalah tipe gadis yang suka memperhatikan orang lain.
“Itu benar, kau tidak perlu khawatir. Lihat?" Mengelus kepala Ephelia, Felicia menyenandungkan nada yang lembut dan tenang.
"Ah... oke..." Ephelia segera menemukan bahwa perasaan menakutkan itu secara misterius telah memudar dari hatinya, dan ketakutannya telah berhenti.
Sentuhan kulit manusia dan suara detak jantung seseorang katanya mampu memberikan rasa tenang. Mungkin itu juga mengingatkan pada perasaan pelukan ibunya sendiri. Efek galldr Felicia pasti juga berperan.
Meski begitu, situasinya masih terlalu berat bagi Ephelia, dan dia sekarang seperti anak domba lemah yang menempel erat pada Ingrid.
Hal itu tampaknya menarik hati sanubari Ingrid, dan ekspresi gembira menyapu dirinya saat dia memeluk Ephelia lebih erat lagi, berbisik pada dirinya sendiri.
“Ohh... anak kecil sangatlah imut. Suatu hari nanti, dia dan aku akan..."
"Nnn..." Diremas begitu erat memang agak menyakitkan, tapi Ephelia juga merasakan kasih sayang yang ditunjukkan Ingrid padanya, dan mendapati dirinya tidak dapat menahan diri. Dia merintih kecil.
Ketika ruangan sudah tenang sekali lagi, Jörgen berdiri. Dia mulai dengan berbelok ke kiri dan membungkuk kepada Linnea, yang duduk di ujung meja.
"Bibi Linnea, pertama-tama saya harus meminta maaf karena dengan lancang memanggil Anda ke sini atas kemauan saya sendiri."
“Tidak, saya tidak keberatan sama sekali,” katanya. “Klan Serigala dan Tanduk adalah keluarga sekarang. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dan memperdalam ikatan saya dengan keponakan saya seperti ini.”
"Itu sangat melegakan mendengarnya." Setelah membungkuk satu kali lagi kepada Linnea, Jörgen berpaling kepada gadis-gadis lain yang duduk dan bertemu dengan masing-masing mata mereka secara bergantian, sebelum menyatakan dengan nada bombastis
“Hanya ada satu alasanku memanggil kalian semua di sini pada larut malam. Ini ada hubungannya dengan Ayah."
"...!" Setiap orang yang duduk di meja tegang, dan wajah mereka langsung menjadi lebih khawatir.
Di dunia Yggdrasil, hubungan yang dibentuk oleh Sumpah Ikatan itu istimewa. Seseorang tidak dapat memilih orang tua tempat mereka ketika dilahirkan, tetapi mereka dapat memilih orang tua sumpah mereka sendiri. Dan, karena pilihan itu dibuat atas kehendak bebas seseorang, mereka diharapkan untuk sepenuhnya setia, jiwa dan raga, kepada orang tua tersumpah atau kakaknya.
Tentu saja, itu konsep resminya. Itu adalah bentuk yang tepat, sejauh menyangkut masyarakat. Bukannya semua hubungan yang dibentuk oleh Sumpah Ikatan memenuhi cita-cita itu; keuntungan, kerugian, dan pengaruh yang cukup umum untuk memainkan peran dalam urusan Ikatan, baik sebelum dan sesudah sumpah diucapkan.
Namun, paling tidak, setiap orang yang hadir di meja itu memiliki kesetiaan dan kasih sayang yang tulus untuk Yuuto.
Fakta bahwa mereka semua sengaja berkumpul disini untuk mendiskusikan Yuuto lebih dari cukup bagi mereka untuk menganggap ini sebagai masalah serius.
“Ayah memiliki berbagai macam pengetahuan dari atas langit, dan telah menunjukkan kecemerlangan yang luar biasa baik dalam urusan negara maupun militer, namun dia tidak sombong atau angkuh,” kata Jörgen. “Dia adalah tipe orang yang terus bekerja untuk meredam kemampuannya melalui kerja keras. Terlebih lagi, dia pada dasarnya toleran dan baik hati, namun ketika situasi membutuhkannya, dia menunjukkan kekuatan tekad yang lebih besar dari pada siapa pun, dan membimbing kita semua di jalan yang benar. Aku berani mengatakan dia tanpa cacat, jelas terlahir ditakdirkan untuk menjadi penguasa. Tentunya tidak ada orang di sini yang akan menyangkal bahwa kemakmuran yang kita lihat dari Klan Serigala hari ini sepenuhnya berkat Ayah."
Mendengar kata-kata itu, semua orang mengangguk dalam-dalam.
Tidak mungkin salah satu dari mereka akan menyangkalnya, karena hampir setiap dari mereka dibanjiri kesadaran bahwa, seandainya pemuda itu tidak tiba di Yggdrasil ketika itu, Klan Serigala sudah lama musnah dari dunia ini. (Ephelia dan Albertina adalah dua pengecualian.)
“Ayah tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahgunakan kekuasaan dan statusnya untuk bersenang-senang, dan sebaliknya menghabiskan setiap hari untuk sepenuhnya menyelesaikan tugasnya,” Jörgen melanjutkan. “Aku pernah mendengar bahwa, beberapa hari yang lalu, upaya itu sekali lagi membuahkan hasil. Di bawah kepemimpinan Ayah, aku tidak ragu Klan Serigala pasti akan terus bertumbuh dan berkembang. Namun, aku juga prihatin... secara pribadi, aku khawatir apakah Ayah bekerja terlalu keras.”
Alis Jörgen berkerut, dan dengan ekspresi muram, dia melanjutkan.
“Ini akan segera menjadi satu setengah tahun sejak Ayah menjadi pemimpin bangsa. Fakta bahwa dia mendorong dirinya sendiri terus-menerus demi klan kita dan orang-orangnya membuatku merasa sangat rendah hati, tetapi itu semua akan sia-sia jika dia merusak kesehatannya karena itu. Pada akhirnya, kami dari Klan Serigala tidak dapat hidup tanpanya."
Kata-kata Jörgen bukan hanya sanjungan atau kerendahan hati, tetapi secara langsung menyuarakan perasaannya yang sebenarnya.
Sebagai bagian dari perannya sebagai orang kedua, ada banyak kesempatan di mana dia menjabat sebagai Patriark Sementara saat Yuuto sedang tidak hadir. Jika sesuatu terjadi pada Yuuto, dia adalah yang pertama mendapatkan jabatan itu.
Jörgen sendiri adalah sosok terhormat yang naik ke posisinya saat ini karena keahlian dan usahanya sendiri. Dia tanpa diragukan lagi akan menjadi pemimpin klan suatu hari nanti.
Namun, setelah melewati usia empat puluh tahun, dia mulai memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kekuatan dan keterbatasannya sendiri. Dia tidak cukup sombong untuk berpikir bahwa dia akan menjadi pengganti yang sama layaknya dengan Yuuto.
“Jadi, aku berpendapat kita harus membuatnya agar Ayah bisa santai dan bersenang-senang sesekali,” lanjut pria itu. “Meskipun mungkin benar bahwa setiap orang sibuk karena kekurangan personel saat ini, pada saat yang sama, tidak ada masalah mendesak yang memerlukan perintah langsung Ayah. Percayalah, aku dapat mengatur semuanya di sini selama empat atau lima hari. ”
Jörgen menepuk dadanya sebagai penekanan.
Selama masa perang, dia telah dipercayakan untuk tetap tinggal untuk melindungi dan memimpin kota sementara Yuuto pergi bersama pasukan tentara, jadi dia telah melakukan tugas administratif sendiri selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan. Dia memiliki banyak keyakinan bahwa dia dapat mengatur segala sesuatunya tanpa masalah selama beberapa hari.
Sigrún mengangkat tangan dan berbicara. “Aku setuju sepenuhnya dengan meminta Ayah beristirahat sejenak untuk beristirahat dan bersantai, tapi apa sebenarnya yang kau ingin aku lakukan?”
Sigrún tidak memiliki pemahaman tentang politik atau administrasi.
Dia sangat rela melakukan apa saja untuk membuat ayah angkatnya bahagia, tetapi sebagai seseorang yang menghabiskan hidupnya hanya memikirkan pelatihan seni bela diri, sayangnya dia tidak melihat cara bagaimana dia bisa membantu.
“Dia benar, aku ingin melihat Yuu— maksudku, Ayah, beristirahat juga, tapi jika aku harus mengerjakan beberapa pekerjaannya, itu... kau tahu, aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu.” Ingrid, yang hanya mengetahui pekerjaan sebagai pengrajin yang ia tekuni, juga merasa tidak nyaman.
Jörgen menepis kekhawatiran mereka dengan tawa hangat.
“Ha ha ha, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Seperti yang baru saja kukatakan, aku akan mengurus semuanya sendiri di sini. Aku ingin kalian semua melakukan sesuatu yang lain.”
“Sesuatu yang lain, katamu?” Felicia mengulangi dengan heran.
“Ayah adalah orang yang serius dengan rasa tanggung jawab yang kuat,” kata Jörgen. “Selama dia ada di Iárnviðr, dia pasti akan diingatkan tentang satu tugas penting atau lainnya, dan tidak akan membiarkan dirinya benar-benar beristirahat dan melupakan pekerjaan. Itulah mengapa aku berencana mengajaknya melakukan perjalanan ke kaki Gunung Surtsey, dan bersantai di sana. Daun musim gugur akan terlihat paling indah di sana sepanjang tahun ini. Dan... Aku yakin Ayah akan lebih menikmati dirinya sendiri jika ada bunga indah di sana juga. Bukan?”
<TLN: Bunga indah disini bisa berarti gadis>
Mendengar perkataan terakhir itu, Jörgen menatap gadis-gadis itu dengan penuh arti.
Jörgen adalah seorang pria bertampang tangguh dengan wajah penuh bekas luka, tapi bukan berarti dia tidak bisa bersosialisasi. Nyatanya, dengan tiga istri dan delapan anak, dia adalah orang yang paling berpengalaman dalam hal seluk-beluk hubungan antara pria dan wanita.
Jörgen berhenti sejenak, sekali lagi memandangi masing-masing gadis secara bergantian, dan kemudian memberikan pukulan terakhir.
“Aku pikir ini juga akan bermanfaat untuk kalian semua. Biasanya, Ayah selalu sibuk dengan tugasnya, tetapi dalam perjalanan ke lingkungan baru dan asing, dia dapat melupakan tanggung jawabnya dan menjadi jauh lebih bebas. Tidakkah menurutmu itu akan menjadi kesempatan sempurna untuk menjadi lebih dekat dengannya? "
Dalam sekejap, tatapan mata beberapa gadis di ruangan itu berubah total.
Tepat sekali, mereka semua telah menjadi serigala.
********
Sementara itu...
“Wah!” Tiba-tiba terdengar teriakan dari speaker smartphone.
"Hah? Ada apa, Mitsuki ?!” Yuuto bertanya, sedikit panik.
Kekuatan sinyal yang diterima ponselnya sangat dipengaruhi oleh fase bulan saat ini. Itu hanya beberapa malam setelah bulan baru, dan oleh karena itu Yuuto telah menaiki tangga Hliðskjálf, menara suci Klan Serigala, ke ruangan upacara suci, atau hörgr, di puncaknya.
Dari sudut matanya, Yuuto bisa melihat anggota penjaga istananya berdiri diam di sampingnya. Rupanya, Felicia dan Sigrún telah dipanggil oleh Jörgen ke suatu pertemuan, dan pria ini sedang berjaga menggantikan mereka.
Saat itu sudah memasuki paruh kedua musim gugur, dan di tempat-tempat pegunungan seperti Iárnviðr, malam sangatlah dingin. Yuuto merasa bersalah karena membuat orang lain ikut bersamanya dalam keadaan dingin untuk sesuatu yang egois seperti ini.
“Ah, t-tidak, maaf, Yuu-kun. Tidak ada yang salah. Hanya saja, aku merasakan hawa dingin yang aneh di punggungku. Aku penasaran apa itu?" Mitsuki terdiam.
Yuuto dapat dengan mudah membayangkannya sekarang, memiringkan kepalanya ke samping dengan bingung.
“Kau yakin tidak masuk angin atau semacamnya?” Yuuto berkata sambil tertawa kecil. “Pastikan untuk menjaga kesehatanmu. Di sana juga sudah sangat dingin, kan? ”
“Hmm, aku tidak merasa seperti itu. Yuu-kun, hati-hati juga, oke?” ”
“Ah, aku akan baik-baik saja. Aku memastikan untuk berpakaian hangat."
“Umm, sebenarnya bukan itu yang kumaksud, hati-hati.”
“Benar, aku tahu. Aku akan berhati-hati."
Dia tidak yakin apa sebenarnya yang harus dia waspadai, tapi dia tetap ikut dalam alurnya, mengangguk.
Seperti biasa, dia sangat cemas, pikir Yuuto dalam hati dengan senyum masam, tapi dalam kenyataannya dia sebenarnya telah melakukan hal-hal yang membuatnya khawatir berulang kali, jadi dia tidak bisa menyalahkannya untuk itu.
Tetap saja, kali ini setidaknya, dia mengira Mitsuki tidak mengkhawatirkan apa pun. “Jangan khawatirkan aku,” katanya.
“Memang benar kau tidak pernah tahu apa akan terjadi di sini, tetapi untuk saat ini, semuanya damai."
“Ugh! Aku tidak tahu kenapa, tapi mendengarnya membuatku semakin cemas.”
Suara Mitsuki, keluar dari speaker, terdengar bermasalah.
Memang, itu seperti yang Yuuto katakan, Segalanya saat ini sibuk dan sibuk di Iárnviðr, tapi mereka sedang damai.
Namun, ada juga insiden yang hanya bisa terjadi selama masa damai.
Intuisi seorang wanita benar-benar merupakan hal yang menakutkan.
*******
Beberapa hari telah berlalu tanpa insiden, dan domba polos yang tidak menaruh curiga -Yuuto Suoh- mendapati dirinya sedang menunggang kuda.
Yuuto belum cukup ahli untuk mengendarai kuda sendiri, jadi dia duduk di belakang Felicia.
Gunung Surtsey, yang mereka tuju, bukanlah daerah yang berkembang pesat, jadi jalanannya tidak terawat dengan baik. Kereta yang biasanya mereka gunakan untuk berpergian akan memakan waktu dua hari, tetapi dengan melakukan perjalanan langsung dengan menunggang kuda, mereka akan dapat tiba sebelum matahari terbenam hari ini.
Mampu memangkas dua hari libur dari waktu perjalanan sangat penting ketika segala sesuatunya sangat sibuk seperti akhir-akhir ini.
“Tetap saja, meski dengan kesibukan apapun, aku seharusnya benar-benar meluangkan waktu untuk berlatih menunggang kuda...” Yuuto menggerutu saat dia melihat ke arah langit biru yang cerah, cuaca yang jarang terjadi di akhir musim gugur ini.
Seorang penguasa perlu memproyeksikan citra kekuatan fisik kepada rakyatnya setiap saat, terlepas dari kebenaran yang sebenarnya. Jika orang yang bertanggung jawab terlihat lemah, aturannya tidak akan efektif.
Pendapat Machiavelli tentang topik tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam The Prince, adalah: 'Seorang Pemimpin harus selalu waspada, agar dihormati dan tidak dipandang rendah.'
Yuuto merasa menyedihkan bahwa semua gadis yang bepergian bersamanya menunggangi kuda mereka sendiri dengan baik, namun dia belum bisa menungganginya. Dia merasa bahwa ini adalah jenis pertunjukan memalukan yang akan membuat orang memandang rendah dirinya.
Tentu saja, kebenarannya adalah bahwa bepergian dengan sekelompok besar gadis cantik di belakangnya, dimana salah satu dari mereka duduk bersamanya di atas kuda yang sama, memproyeksikan gambaran kekuatan sedemikian rupa sehingga rakyatnya sendiri gemetar melihat kekuatannya, tetapi dia tidak memiliki cara untuk mengetahui hal itu.
Tapi Yuuto dan gerutuannya langsung ditegur Felicia, begitu pula Sigrún, yang menunggang kuda di samping mereka.
"Oh, ayolah, Kakak!" Felicia berkata dengan riang. “Jangan mengkhawatirkan hal-hal seperti itu hari ini.”
“Dia benar, Ayah,” Sigrún menyela. “Setidaknya selama perjalanan ini, tolong lupakan kekhawatiran formal seperti itu dan bersantailah.”
Tujuan dari perjalanan ini adalah agar Yuuto yang biasanya terlalu banyak bekerja memiliki kesempatan untuk istirahat dan bersantai.
Ketika mereka pertama kali mengusulkan ide itu padanya, Yuuto menolak, berkata, "Aku tidak bisa mengambil liburan sementara orang lain begitu sibuk." Tapi dengan Second in Command, asisten kedua, kepala tetua klan, dan semua bawahan Einherjar tepercaya memintanya untuk "tolong istirahat sekali ini saja," bahkan seorang penguasa yang tak terkalahkan dalam perang seperti Yuuto, dipaksa untuk mengaku kalah.
“Aku benar-benar bajingan yang beruntung, memiliki anggota yang setia dan perhatian dalam keluargaku,” Yuuto berbisik dengan masam sambil mendesah, tapi itu adalah ironi yang diwarnai dengan kebenaran.
Sekarang dia mendapatkan kesempatan untuk memikirkannya, sejak menjadi Patriark, hidupnya dipenuhi dengan krisis dan ketidakpastian yang terus menerus. Dia menghabiskan setiap hari bekerja tanpa benar-benar punya kesempatan untuk berlibur.
Benang yang tergulung rapat itu mudah putus, seperti kata pepatah. Dia mungkin harus bersantai sesekali.
Yuuto merasa sedikit bersalah karena telah membuat bawahannya sangat khawatir tentang dirinya, dan pada saat yang sama, dia merasakan kehangatan yang luar biasa di dalam hatinya, mereka semua memikirkan begitu banyak tentang dirinya.
"Yah, kurasa aku akan menerima kebaikan mereka kali ini dan menikmatinya." Yuuto merasakan perasaan menyenangkan dari angin musim gugur yang segar di wajahnya dan pemandangan yang terlewati.
Melakukan perjalanan darat dengan menunggang kuda terasa sangat berbeda dengan pengalaman mengendarai kereta.
Yang pertama dan terpenting, ada gerakan punggung kuda di bawahnya, perasaan bahwa dia sedang menunggang makhluk hidup. Dia bisa dengan jelas merasakan tidak hanya langkah kaki kuda, tetapi bahkan gerakan kecil seperti memutar kepalanya atau melambai-lambaikan ekornya. Sensasi semacam itu tidak mungkin dialami dengan mengendarai kereta.
Ketinggian sudut pandangnya juga sangat berbeda. Itu membuat pemandangan di sekitarnya terasa berbeda dan baru baginya.
Melihat semua ini membuatnya sadar, banyak "pemandangan alam" di Jepang yang dibuat dengan cantik, pikir Yuuto.
Bahkan "taman alam" di dunia asalnya adalah tempat di mana pepohonan ditanam dengan memprioritaskan keindahan visual, dengan bunga sakura bermekaran di musim semi dan warna daun maple di musim gugur.
Kota kecil tempat Yuuto dibesarkan dikelilingi oleh pegunungan, tetapi semua pohon di sana adalah pohon cedar Jepang, ditanam untuk siklus pertumbuhannya yang cepat dan kemudahan penggunaan untuk area pemukiman.
Sebagai perbandingan, alam di Yggdrasil sama sekali tidak tersentuh. Ada bebatuan dan bongkahan besar berserakan di mana-mana, dan beragam tumbuhan tumbuh subur sembarangan, dengan cara yang terlihat jauh lebih indah daripada alam Jepang.
Tapi itu benar-benar alami.
Untuk sesaat, Yuuto membiarkan dirinya tenggelam dalam keagungan pemandangan itu.
*******
Gunung Surtsey adalah gunung berapi aktif, terletak di sebelah tenggara Iárnviðr. Rombongan Yuuto berhasil tiba di vila Patriark di kaki gunung sebelum matahari terbenam.
Meskipun disebut vila, itu sangat jauh dari istana Iárnviðr - tidak lebih dari sebuah kabin kayu sederhana, hanya sedikit lebih besar, di antara dua bangunan kecil yang serupa.
Di dalam, hanya ada beberapa tempat tidur, meja, dan bulu serigala abu-abu di lantai sebagai pengganti karpet.
Menurut Jörgen, itu dibangun oleh Patriark Klan Serigala ketiga sebagai tempat untuk pemandian air panas, saat Klan Serigala menguasai sebagian besar wilayah di Cekungan Bifröst.
Pendahulu Yuuto, Fárbauti, juga rupanya telah berkunjung beberapa kali.
Ada pemukiman kecil pemburu di dekatnya yang hidup dengan menjual daging dan kulit rusa serta babi hutan yang mereka buru. Mereka telah diberitahu tentang kedatangan Yuuto, jadi para wanita di desa mereka telah datang dan membersihkan tempat itu dari sudut ke sudut.
Bagi Yuuto, tempat itu tampak seperti tempat yang sangat nyaman untuk menghabiskan beberapa hari berikutnya.
Jadi segera setelah Yuuto memasuki gedung, dia langsung menuju tempat tidur dan menjatuhkan diri ke atasnya.
"Wah! Aku sangat lelah..."
Mengendarai kuda dan ditarik oleh kuda di dalam kereta adalah pengalaman yang sama sekali berbeda, meskipun dilakukan dengan hewan yang sama. Berkuda adalah olahraga resmi tersendiri. Di zaman modern Jepang, ada mesin latihan elektronik yang mensimulasikan berkuda yang dijual untuk digunakan untuk menurunkan berat badan, karena alat ini bekerja keras pada otot-otot tubuh untuk menjaga keseimbangan saat berkuda.
Alasan Yuuto berbaring telungkup adalah karena pantatnya sakit setelah melakukan perjalanan jauh dengan menunggang kuda.
Tetap saja, dia sering beristirahat dan untungnya sebelum perjalanan, dia sudah mengoleskan salep yang terbuat dari minyak kuda ke pahanya, jadi dia terhindar dari lecet di pahanya. Itu sendiri merupakan pencapaian penting.
Dia datang ke sini untuk berendam di mata air panas, jadi tidak akan lucu jika dia datang dengan paha lecet, dan tidak bisa masuk ke air panas.
Felicia segera membongkar barang bawaan mereka dan menghampirinya membawa handuk linen besar. “Kakak, bagaimana untuk segera memasuki pemandian air panas, untuk menyembuhkan beberapa kelelahan dari perjalananmu?”
Yuuto memiliki keinginan untuk hanya tidur seperti batu dimana dia berada, tapi dia juga merasa kotor dan basah oleh keringat sampai ke celana dalamnya.
"Ya, aku pikir akan melakukannya." Yuuto memaksa tubuhnya yang lelah untuk bangkit kembali.
Karena gadis-gadis itu memaksanya, dia merasa sedikit tidak enak menggunakan pemandian lebih dahulu. Tapi, menempatkan dirinya pada posisi mereka, mereka tidak bisa benar-benar merasa nyaman sebagai bawahan dengan gagasan untuk mendahului Patriark mereka, dan bahkan jika mereka melakukannya, mereka pasti tidak akan bisa meluangkan waktu dan bersenang-senang.
Sebagai atasan mereka, hal yang harus dilakukan dalam situasi ini adalah buru-buru dan cepat-cepat berendam, sehingga mereka bisa menggunakan pemandian tanpa merasa khawatir.
"Baiklah, kalau begitu," katanya. “Kuharap kau tidak keberatan, tapi aku akan masuk duluan. Tolong beri tahu yang lain. "
Dia ingin menghindari situasi di mana dia dan gadis-gadis itu bertemu satu sama lain di pemandian, dengan cara apa pun.
Sebagai seorang laki-laki, bukan berarti dia tidak pernah berfantasi tentang situasi seperti itu, tetapi pemikiran tentang Mitsuki tidak hanya membuat tulang punggungnya merinding, itu juga membuat perutnya sakit.
Memang, sekitar dua bulan lalu, di Istana di ibu kota Klan Tanduk, dia akhirnya harus masuk ke pemandian bersama Felicia dan Sigrún karena masalah keamanan karena berada di negara asing. Tapi sekarang dia sepenuhnya berada dalam wilayah Klan Serigala.
Yuuto mengambil handuk dari Felicia dan membukanya dengan hentakkan yang memuaskan! sebelum mengayunkannya ke bahunya. Dia kemudian berjalan ke luar, menuju sumber air panas di belakang gedung.
“Ahhh, beginilah caranya menghargai alam,” gumamnya, mengapresiasi pemandangan dihadapannya.
Ada aliran air gunung yang jernih setinggi lutut yang mengalir dan di belakangnya terbentang hamparan pepohonan yang rimbun, beberapa di antaranya dengan daun bernoda merah yang indah.
Ada bebatuan dan batu besar berserakan di sepanjang tepi sungai, dan di satu area, ada sedikit tebing, di bawahnya Yuuto bisa melihat uap putih naik. Tidak terlihat jauh berbeda dari genangan air biasa, tapi itu pasti sumber air panas. Di satu sisi ada bangunan kecil seperti paviliun, kemungkinan berfungsi sebagai tempat bersantai dan ruang ganti.
"Bagus! Bagus!" Yuuto segera menyukai tempat ini, dan meskipun dia merasa sangat lelah, langkah kakinya semakin ringan saat dia memasuki paviliun.
Dengan gembira, dia dengan cepat membuka pakaian dan memasukkan tangannya ke dalam air untuk mengetes suhunya. Mungkin agak terlalu panas untuk seleranya, tetapi tidak terlalu panas sehingga dia tidak bisa mengatasinya.
Di zaman modern Yuuto Jepang, resort dan hotel pemandian air panas menampilkan suhu air. Berdasarkan pengalamannya di tempat-tempat itu, suhu airnya mungkin sekitar 42 derajat Celcius. Jika dia masuk dan membiarkan tubuhnya terbiasa, itu sebenarnya akan menjadi suhu yang bagus untuk mandi air panas.
“Whoa, panas sekali!” Yuuto menggunakan ember yang dia temukan di paviliun untuk membasuh keringat dari dirinya dengan air panas, lalu melangkah perlahan ke dalam kolam, dan menurunkan tubuhnya.
"Wah, ini surga ..."
Ada sebuah batu besar dengan bentuk yang sangat nyaman didekatnya, jadi Yuuto bersandar di sana dan menarik nafas dalam.
Rasanya seperti semua kelelahannya mencair ke dalam pemandian air panas.
Dan menatap keagungan alam memberinya perasaan damai. Dia bisa merasakan hatinya menjadi lebih ringan, terbebas dari tekanan terus-menerus dari tugasnya sebagai Pemimpin.
Aku sangat senang datang ke sini, pikir Yuuto. Dan seperti yang dia pikirkan...
"Wooow, pemandian air panas, pemandian air panas!"
"Al, tolong jangan berlarian sembarangan seperti anak kecil."
"J-jangan katakan itu, Kris, aku bukan anak kecil!"
“Baiklah, coba kita ingat, terakhir kali kau mengompol...”
“Awawawa, apa yang kau katakan tiba-tiba, apa yang kau katakan ?!”
"Dan ngomong-ngomong, suara tetesan yang kudengar tadi ..."
“I-itu bukan aku, oke ?! Aku tidak melakukannya! ”
“Oh, aku hanya berbicara tentang suara sungai. Tapi kau terdengar cukup mencurigakan, tadi. Apakah ada sesuatu yang terlintas dalam pikiranmu? ”
“T-tidak tidak tidak, tidak apa-apa! Aku belum mengompol, tidak akan mengompol, selamanya! "
“Yah, kurasa itu benar, bahkan untuk orang sepertimu, Al. Kau bukanlah balita. "
"Uh huh, itu benar."
“Sedikit gugup saat pertama kali bertemu Ayah, bukan?”
“Jangan bicarakan itu saat dia ada di sini, di depan kita!”
Dua suara yang familiar menarik Yuuto keluar dari lamunannya dan kembali ke dunia nyata.
Saat dia dengan panik berbalik ke arah suara-suara itu, dia melihat si kembar muda, bercanda seperti biasa.
“Kenapa kalian berdua datang ke sini ?!” Yuuto berteriak menanyai mereka, tapi Kristina hanya balas menatapnya dengan tatapan kosong.
“Apapun maksudmu? Kami berada tepat di sampingmu selama ini.”
“APA!, serius?!” Yuuto tidak menyadarinya sedikitpun.
Tentu saja, itu sangat bisa dimengerti. Keduanya tak tertandingi dalam Klan Serigala dalam hal seni menyembunyikan kehadiran mereka. Yuuto tidak jauh lebih baik dari seorang amatir dalam hal seni bela diri, jadi tidak mungkin dia bisa merasakannya.
"Ya, dan kami melihatmu secara luas, menyeluruh, dan mendalam," Kristina menyeringai.
"Ya, aku sangat terkejut miliknya jauh lebih besar daripada ayah kita!"
“Memang, dan mengingat milik ayah kita jauh lebih besar dari rata-rata pria... Seperti yang diharapkan dari, Hróðvitnir! Kau seharusnya dapat membuat setiap wanita berbahagia setiap malam."
“Jangan sembarangan membocorkan rumor berbahaya seperti itu!” Yuuto berteriak, dan meskipun dia tahu itu sudah terlambat, dia secara naluriah menutupi selangkangannya dengan tangannya.
Wajahnya terasa sangat panas. Meski mereka hanya anak-anak, terlihat telanjang oleh lawan jenis seperti ini memang memalukan. Dia dengan marah membuat gerakan mengusir kedua si kembar dengan satu tangan.
“P-pergi saja dari sini sekarang. Perjalanan ini seharusnya agar aku bisa bersantai, jadi setidaknya biarkan aku mandi dengan tenang untuk sementara waktu. Selama kalian berdua ada di sini, aku tidak bisa santai bahkan jika aku mau. "
"Itu tidak boleh," desak Kristina. “Bagaimanapun juga, kami harus menjagamu.”
“Aku tidak membutuhkannya. Tidak ada bandit di sini.” Yuuto melontarkan kata-katanya, semakin kesal.
Pemandian air panas ini di tiga dari empat arahnya dikelilingi oleh bangunan vila, dan diblokir oleh dinding batu di arah keempat. Bangunan-bangunan itu dibangun dengan tujuan untuk dengan mudah melindungi pemandian pribadi sang Patriark. Dan veteran Einherjar Yuuto saat ini berada di gedung-gedung tersebut. Itu bukanlah tempat di mana penjahat bisa menyelinap masuk.
Persis seperti yang Jörgen katakana kepadanya, “Anda tidak akan khawatir disapa oleh bandit di tempat itu. Anda akan dapat menikmati pemandian air panas sepenuhnya.”
“Memang benar aku ragu bandit akan menyerang kita di sini, tapi ada rusa dan monyet liar di hutan yang kadang-kadang datang ke sini, jadi Second in Command menyuruh kami untuk memastikan menjagamu dengan waspada, Ayah.”
“Apa— ?!” Mata Yuuto membelalak. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang itu. “T-tapi, bukan berarti kalian berdua bisa melakukan apa pun terhadap hewan liar.” Yuuto memanfaatkan apa yang tampak seperti kesempatan bagus.
“Pe-Pergi panggil Rún atau orang lain saja.”
Kristina tidak ahli dalam pertempuran, dan sementara Albertina adalah ahli teknik pembunuhan yang bisa bergerak lebih cepat dari Sigrún, namun dia kekuatannya tidak cocok untuk melawan binatang buas.
Menggunakan itu sebagai alasan, dia akan mengirim mereka untuk memanggil orang lain, dan kemudian menggunakan waktu itu untuk bergegas pergi dan mengenakan kembali pakaiannya.
Dengan menanggapi situasi yang tidak terduga dengan pemikiran yang begitu cepat, dia berharap dia dapat mengatakan bahwa dia telah memenuhi reputasinya sebagai ahli strategi yang tak terkalahkan, tetapi dia harus mengakui Kristina satu tingkat di atasnya, mengingat iblis kecil itu dengan hati-hati. berhasil menempatkannya dalam perangkap seperti itu sejak awal.
Tetap saja, semuanya akan baik-baik saja sekarang.
“Kau benar, dan itulah mengapa semuanya harus kemari.”
"Hah...?" Yuuto tercengang. "Semua orang?"
"Tepat sekali. Lihat." Dengan seringai jahat, Kristina berbalik dan menunjuk.
"Ap... apa..." Tatapan Yuuto mengikuti tangannya, dan dia tercengang. Dia begitu asyik berdebat dengan Kristina sehingga dia tidak menyadarinya, tapi semua gadis lain sekarang mendekat, dengan handuk di tangan! "K-kau menipuku, bukan, Kris ?!" dia berteriak.
"Heh heh, apa yang kau bicarakan?"
"Urgh, kau-kau rubah kecil licik!" Yuuto berteriak dengan kesal pada anak perempuan sumpahnya, yang hanya menyeringai dingin sebagai jawaban.
Dikatakan bahwa Jenderal Kartago yang hebat, Hannibal, telah menggunakan taktik licik untuk mengepung dan memusnahkan pasukan musuh yang jauh lebih besar di Pertempuran Cannae, mengirimkan gelombang kejut yang sangat besar ke seluruh Republik Romawi pada era itu.
Dan selama Periode Sengoku Jepang sendiri, selama Pertempuran Okitanawate, klan Shimazu telah menggunakan taktik militer yang sekarang terkenal yang disebut "nelayan dan bandit" untuk memalsukan dan mengepung kekuatan yang beberapa kali lebih besar dari kekuatan mereka sendiri, mengalahkan mereka.
Di medan pertempuran, musuh yang mengelilingi seseorang mendapatkan keunggulan taktis yang luar biasa. Cukup untuk membawa kemenangan pada pasukan yang jauh lebih lemah.
Sebaliknya, saat ini, Yuuto adalah seorang pria yang dikelilingi oleh tujuh wanita.
Situasi di medan perangnya, bagaimanapun juga, sudah tanpa harapan.
“Ini benar-benar terasa seperti surga,” kata Felicia, mendesah senang. Dia menyandarkan punggungnya ke salah satu batu besar, dengan hanya kakinya yang terendam di mata air.
Saat dia menghembuskan napas, payudaranya yang besar sedikit bergoyang. Terlepas dari ukurannya, payudaranya cukup kencang sehingga putingnya menonjol sedikit miring ke atas.
<afronote : jir>
Dan dengan pinggangnya yang langsing, sosoknya menarik tatapan iri dari semua gadis yang hadir.
“Ya, ini adalah tempat yang tepat bagi Ayah untuk beristirahat.” Sigrún berdiri di tengah kolam, dengan tubuh ramping telanjangnya yang sepenuhnya terlihat. Sosoknya yang langsing dan berotot, namun tetap feminin dan kenyal, mengingatkan pada kucing predator besar.
<afronote : jir>
Dia masih membawa pedang di tangannya, dan itu membuatnya semakin terlihat seperti dewi dari mitos, dengan aura suci.
“Yy-ya, i-ini sangat bagus, ya!” Tanggapan Ingrid adalah berteriak dengan suara nyaring dan melengking yang tidak proporsional, wajahnya semerah apel.
Sama seperti Felicia, dia sedang beristirahat di atas batu besar dengan hanya kakinya yang berada di dalam air, tapi mungkin karena malu, dia menutupi dirinya dengan handuk. Namun, dengan bagian atas payudaranya terbuka, dan lekuk feminim tubuhnya masih terlihat jelas.
<afronote : jir>
“Ini pertama kalinya aku mengunjungi pemandian air panas, tapi ini sangatlah bagus. Ahh…" Linnea sedang bersandar ke depan, menumpukan lengannya diatas batu, dengan tubuh bagian bawah berada di dalam air, mengeluarkan desahan penuh kebahagiaan.
Ekspresi wajahnya yang memerah entah bagaimana terlihat erotis. Bayangan punggung ramping dan pantatnya yang berbentuk bagus bergetar di bawah riak air yang beruap.
<afronote : jir>
“Wheee, anginnya terasa sangat lembut!” Albertina terkikik saat dia berlari kesana kemari, naik turun tepi sungai.
Dia juga telanjang bulat.
<afronote : jir>
Dia tampak sehat dan penuh energi, setidaknya.
Kristina menghela nafas. “Sungguh, Al, suatu hari nanti kau perlu mempelajari sopan santun sebagai seorang wanita.” Saat dia mengikuti adiknya dengan matanya, dia mendesah jengkel.
Kristina sibuk mengambil air dengan kedua tangannya lalu membiarkannya jatuh kembali, berulang-ulang. Riak yang diciptakan olehnya berhasil menyembunyikan tubuh telanjangnya yang tampak seperti ilusi sihir.
Bisa dikatakan terlihat, tapi tidak terlihat juga, namun anehnya itu menciptakan efek menarik.
<afronote : jir>
“B-bisakah budak perempuan seperti Ephy benar-benar diizinkan berada di tempat yang menakjubkan seperti ini?” Ephelia sedang duduk di tepi kolam sambil memegangi lututnya, dan gemetar dengan gugup.
<afronote : protect ephy, jan biarkan para pedocon mendekat, ganti>
<EDN: Situasi terpantau, FBI belum terlihat>
Dia awalnya bermaksud untuk tetap tinggal di paviliun dan menjaga pakaian semua orang, tetapi Felicia dan Ingrid bersikeras dia juga harus ikut masuk, dan dia belum bisa sepenuhnya menolak mereka.
Yuuto, sementara itu, duduk dengan punggung menghadap gadis-gadis itu, terperangkap dalam lingkaran penyesalan. "Sialan, seharusnya aku lari saja saat ada kesempatan."
Dia tidak bisa berdiri dan keluar dari kolam dengan semua gadis yang melihatnya, dan dia mendapati dirinya terududuk di sana, menunggu celah untuk melarikan diri.
Pepatah mengatakan bahwa mundur adalah aspek tersulit dalam pertempuran. Begitu seorang jenderal menyadari situasinya terlalu tidak menguntungkan, dia harus bersiap untuk menerima beberapa kerugian dan segera mundur.
Begitulah logika berjalan, tetapi orang memiliki kecenderungan untuk kehilangan kemampuan untuk bertindak rasional tanpa emosi ketika menghadapi situasi krisis sungguhan.
Dalam hal ini, Oda Nobunaga benar-benar sosok yang luar biasa. Selama Pengepungan Kanegasaki pada tahun 1570M, Nobunaga telah merasakan bahaya bahwa pasukannya mungkin terperangkap dalam serangan jepitan, dan meskipun pertempuran telah menguntungkannya, ia dengan cepat memerintahkan untuk mundur.
“Tapi bagaimana aku bisa memprediksi ini...?” Yuuto terus menggerutu pada dirinya sendiri.
Di Iárnviðr, dia telah memastikan untuk menjelaskan semuanya kepada semua orang beberapa kali, dan setelah itu, dia bisa mandi sendiri tanpa harus mengatakan apa-apa secara khusus.
Insiden di pemandian di ibu kota Klan Tanduk hanyalah pengecualian dalam keadaan darurat, dan Yuuto telah memastikan bahwa adik perempuan dan anak perempuannya mengerti itu.
Yuuto sangat menyadari kekurangannya sendiri. Itulah mengapa dia memilih untuk menaruh kepercayaannya pada orang lain, mengandalkan mereka untuk membantunya.
Kepercayaan yang tulus itu memberikan kesan yang dalam pada bawahannya, menginspirasi kesetiaan yang dalam di dalam hati mereka dan kesediaan untuk melakukan apa pun untuknya.
Itu memang kualitas langka yang dimiliki oleh seorang penguasa sejati.
Tetapi secara khusus di saat-saat seperti ini, itu memiliki efek samping negatif.
Seringkali, kekuatan dan kelemahan seseorang adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Yuuto tidak pernah memiliki obsesi tertentu dengan kekuatan atau otoritasnya sendiri, oleh karena itu dia penjagaannya sangat lemah ketika berhubungan dengan sekutunya sendiri.
"Ayah? Daripada mengecilkan diri seperti itu, mengapa kau tidak kemari dan membuat tubuhmu rileks?” Kristina memanggil.
“Kau pikir aku bisa melakukannya sekarang ?!”
“Tidak apa-apa, Ayah. Aku jamin, milikmu adalah spesimen yang sangat bagus dan luar biasa, jadi kau tidak perlu khawatir."
<afronote : jir>
“Lupakan topik itu! Sebenarnya, aku sudah cukup lama di sini! Aku keluar!" Yuuto berteriak dengan marah tanpa melihat ke arah Kristina, dan keluar dari air. Pada titik ini, dia cukup marah sehingga dia tidak peduli lagi jika mereka melihatnya telanjang.
Gadis-gadis itu tiba tepat setelah dia keluar dari air, yang membuatnya sulit untuk pergi. Dan si kembar ini adalah ahli dalam operasi mata-mata. Itu saja sudah cukup bagi Yuuto untuk memahami bahwa ini telah direncanakan.
Jadi bahkan jika dia menunggu badai berlalu, seolah-olah, mereka tidak mungkin memberinya kesempatan itu. Jelas bahwa tinggal di sini hanya akan membuat segalanya semakin buruk.
Sigrún dan Felicia bergerak, dengan kecepatan luar biasa, untuk berdiri di depan ruang ganti dan memblokir jalan keluar.
“Mohon tunggu, Ayah,” kata Sigrún cepat. "Aku tidak bisa mencuci punggungmu selama waktu itu di istana Klan Tanduk, jadi aku memohon padamu untuk memberiku kesempatan lagi!"
<afronote : jir>
"Benar, Kakak," kata Felicia. “Kau mengabulkan keinginan itu kepada Elder Sister Linnea untuk yang terakhir kali, tetapi tidak memberikan kepada kami hak istimewa yang sama, itu terlalu kejam. Aku sangat sedih karena seolah-olah kau telah membuat jarak di antara kita."
Tak satu pun dari mereka berusaha menutupi tubuh mereka sendiri.
<afronote : jir>
Yuuto mendapati dirinya menoleh ke kanan karena malu. Tetapi ketika dia melakukan itu, sosok gadis lain yang masih mandi memasuki bidang penglihatannya, jadi dia terpaksa menutup matanya, dan tidak bisa bergerak. Dia akhirnya menyadari, sangat terlambat, bahwa dia sudah skakmat.
Yuuto menundukkan kepalanya.
"...Baiklah, lakukan apapun yang kau suka."
Pada titik ini, hanya kata-kata itu yang berhasil dia ucapkan.
*******
"... Situasi apa ini ?!" Yuuto keluar dari air, duduk di atas batu yang berbentuk nyaman, dan benar-benar bingung.
Matanya masih terpejam, jadi dia tidak memahami sepenuhnya situasinya, tapi dia tahu bahwa gadis-gadis itu mengerumuninya dari suara napas mereka.
“Ini adalah hasil dari diskusi yang tak terhitung jumlahnya yang kami lakukan, mengambil pelajaran dari kegagalan di pemandian Klan Tanduk, tentang bagaimana setiap orang dapat menunjukkan pengabdian mereka dengan benar kepadamu, Kakak.”
“Mengapa hal kecil seperti ini menjadi masalah besar bagimu?!” Yuuto berteriak dengan suara bernada tinggi.
Satu pepatah populer mengatakan bahwa pria berasal dari Mars dan wanita dari Venus. Bahkan di zaman modern abad ke-21, masih menjadi misteri bagi pria apa yang dipikirkan oleh wanita.
Dan memang, hal yang sama berlaku untuk Yuuto pada saat itu. Tidak ada yang masuk akal tentang perisitwa kali ini.
“Menyebutnya ‘hal kecil' itu keterlaluan,” tegur Felicia. “Aku tidak bisa membiarkanmu mengatakan itu, Kakak. Setiap dari kami berterima kasih kepadamu dari lubuk hati kami, dan kami ingin mengungkapkan perasaan itu dengan membasuh punggungmu, namun hingga sekarang kami belum dapat melakukannya. Kami tidak mungkin membiarkan kesempatan langka seperti ini lolos."
“Kebetulan, kami menentukan posisi kami secara adil dengan undian,” kata Kristina sambil memegang lengan kiri Yuuto. Dia bisa tahu dari nada suaranya bahwa dia menikmati melihat dirinya berada dalam situasi ini.
Albertina memegangi lengan kirinya. Sigrún di sebelah kaki kanannya, dan Ingrid di sebelah kirinya, tersipu dan bergumam, "Ya ampun, oh ya ampun," pada dirinya sendiri.
<afronote : jir>
Linnea berada tepat di depannya, dengan kedua lutut di lantai dan bersandar kepadanya dari balik balutan handuk.
Dan sepertinya, ajudannya yang tepercaya, Felicia, kebetulan telah menarik undian untuk posisi punggungnya.
Yuuto telah berjuang sampai akhir untuk menahan selangkangannya. Handuk yang melilit pinggangnya adalah tindakan perlawanan terakhirnya terhadap mereka. Dia belum pernah merasakan bahwa sehelai kain begitu penting baginya.
Secara kebetulan, Ephelia telah menolak undian. Bawahan langsung sang patriark, yang telah bertukar Sumpah Ikatan suci dengannya, dengan sungguh-sungguh menunggu kesempatan untuk memenuhi keinginan yang telah lama mereka pendam. Gagasan tentang seorang budak perempuan seperti dia, sangatlah lancing jika dia ikut berpartisipasi juga.
“Augh, Baiklah! Tapi setelah ini selesai, kita langsung pulang! Mengerti?!" Yuuto menyatakan kekalahannya dan sedikit kesal. Dia merasa seperti sepotong daging di atas meja penjagalan.
Pengekangan diri Yuuto untuk tidak membuka matanya patut dipuji.
Dia adalah tipe pria kuno dari pedesaan. Dunia Yggdrasil bukanlah dunia di mana menikah adalah masalah kebebasan pribadi, seperti di Jepang abad ke-21.
Seperti yang pernah dialami Jepang selama berabad-abad sebelum ledakan ekonomi pascaperang, dan seperti yang dialami Felicia secara langsung, masyarakat di Yggdrasil bersikap dingin terhadap wanita yang tidak bisa menikah.
Di dunia dengan nilai-nilai seperti itu, Yuuto sangat berkomitmen untuk tidak melihat wanita telanjang yang belum menikah, karena dia tidak dapat mengambil tanggung jawab dan menikahinya.
Tetapi dia juga tidak dapat menyangkal bahwa komitmen yang sama pada nilai-nilainya telah memutuskan cara dia untuk keluar dari situasi ini sejak awal.
"Baiklah, aku akan mulai, Kakak." Yuuto mendengar suara Linnea, dan dia merasakan handuk basah mulai menggesek dadanya.
"Serahkan padaku, Ayah!"
"Baiklah, Ayah ..."
"Mari kita mulai, Kakak."
Dia merasakan sensasi yang sama mulai dari lengan dan kakinya. Ini sedikit geli, tapi juga terasa sangat nikmat. Meminta orang lain membasuh tubuhnya merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Dan yang memandikannya semuanya adalah gadis-gadis yang sangat cantik.
<afronote : jir>
Meskipun matanya tertutup, dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Dia bisa merasakan area di antara kedua kakinya semakin panas.
<afronote : JIR!!!!!>
Ini bukan jenis tindakan antara pria dan wanita, itu tidak lebih dari ekspresi terima kadih dari para gadis kepada kakak dan ayah sumpah mereka. Yuuto mengulangi kata itu pada dirinya sendiri berulang kali dalam pikirannya, tapi—
Kyun.
“Uwagh ?! N-Nona F-Felicia, a-apa yang kau gunakan untuk membasuh punggungku?!” Yuuto sangat terkejut sampai dia berbicara dengan Felicia menggunakan panggilan sopan.
Felicia menanggapi dengan berbisik ke telinganya, dengan suara yang seksi. "Itu jelas... Aku membasuhmu dengan payudaraku."
<afronote : jir>
"Ke-ke-kenapaaaaaa?!"
“Mencuci punggung kakak tercinta hanya dengan alat atau kain akan menjadi puncak dari kekasaran. Menurutku, membasuhmu dengan tubuhku sendiri adalah cara paling setia dan murni untuk mengungkapkan pengabdianku padamu! "
<afronote : jir>
"Pasti ada yang salah dengan dirimuuuuu?!" Yuuto tiba-tiba merasakan sesuatu yang basah di telapak kaki kirinya.
“RR-Rún! A-apa yang barusan kamu lakukan ?! ”
Apa itu tadi? Yuuto sama sekali tidak bisa membayangkan apa itu. Itu adalah sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dalam hidupnya.
“Aku menjilati kakimu, Ayah. Um, aku harap itu tidak sakit, kan? ”
<afronote : jir>
"Menjilat?!"
"Ya, aku khawatir prajurit kikuk sepertiku dapat membahayakan kulitmu yang berharga, jadi aku meminta nasihat Felicia, dan dia menjawab bahwa aku sebaiknya menggunakan lidahku saja."
“Felicia, nasehat macam apa yang kau berikan pada Rún ?!”
“Kh ...! Seperti yang diharapkan dari dua orang yang paling dekat dengan Kakak! Aku tidak bisa ragu dalam situasi seperti ini! "
"Ah ... yy-yah, aku punya rasa terima kasih yang besar terhadap Yuuto seperti kalian semua, dan aku tidak akan kalah!" Ingrid berseru.
“Kalian berdua harus menggunakan semangat kompetitif itu untuk hal lain!”
Tangisan putus asa Yuuto tidak sampai ke telinga mereka. Dia mulai merasakan hangat, sensasi lembut di dada dan kaki kanannya yang bukan berasal dari kain. Dia tidak ingin memikirkan apa itu, dan sejujurnya tidak memiliki kapasitas untuk memikirkannya lagi.
<afronote : jir>
Dia sudah cukup lama berada di pemandian air panas, dan dia mulai merasa pusing. Situasinya saat ini juga tidak membantu. Faktanya, itu malah memperburuk keadaan.
“Baiklah, aku akan mencobanya juga!” Albertina berseru.
"Al, kau masih terlalu muda untuk melakukan hal seperti itu, jadi mari kita gunakan kain linen ini untuk menggosoknya, oke?" Kristina berkata dengan dingin.
“Wow, wow, Kau-terlihat sangat luar biasa, Master!” Ephy berseru-seru.
Fakta bahwa gadis termuda tidak berpartisipasi dalam kompetisi panas ini setidaknya merupakan angin segar, tapi itu tidak menghentikan mereka.
"Ah... oh... sial .." Yuuto merasa ada sesuatu yang keluar dari hidungnya. Tapi, dia tidak lagi memiliki kemampuan untuk memikirkan apa itu.
Saat kesadarannya mulai memudar, dia hanya merasakan sensasi kepalanya berputar, dan perasaan aneh karena tidak tahu arah.
"Kakak?!"
"Ayah?!"
"Kakak?!"
“Y-Yuuto?!”
"Ayah?!"
"Master?!"
Suara samar dan jauh dari gadis-gadis itu adalah hal terakhir yang Yuuto dengar sebelum dia akhirnya kehilangan kesadaran.
*******
“Kami benar-benar minta maaf! Mohon maafkan kami. "
Ketika Yuuto sadar, dia berada di tempat tidur di dalam vila.
Dia membuka matanya untuk melihat tujuh pasang mata khawatir menatapnya.
Setelah dia tersadar kembali, gadis-gadis itu mundur dari tempat tidurnya, berlutut, dan mulai meminta maaf sebanyak-banyaknya.
"Umm..." Yuuto masih pusing, dan tidak yakin bagaimana harus menanggapinya.
Dia menggelengkan kepalanya, menjernihkan pikirannya, dan mencoba memahami situasinya.
Dia pasti digendong ke sini saat dia tidak sadarkan diri. Tidak ada pria lain yang menemaninya dalam perjalanan ini, jadi pasti gadis-gadis inilah yang melakukannya.
Dia mengenakan pakaian malam yang longgar, dan jelas gadis-gadis itu pasti juga memakainya. Mereka pasti melihat tubuhnya. Itu sangat memalukan. Hanya memikirkannya saja sudah membuat wajahnya mulai terasa panas.
“Kakak ?! K-kau seharusnya tidak...” Felicia mulai bergegas ke sisinya, tapi Yuuto mengangkat tangannya untuk menghentikannya.
“Tidak, aku baik-baik saja, Felicia.”
Saat berada di pemandian air panas, panas dan aliran darah ke kepalanya telah dikombinasikan dengan reaksi bingungnya terhadap tubuh telanjang gadis-gadis itu, dan dia tidak bisa berpikir jernih. Tapi sekarang pikirannya sudah sehat kembali.
Sebelumnya, ada pertanyaan yang perlu ditanyakan.
“Jadi, kenapa kalian semua melakukan itu? Aku cukup yakin aku mengatakan bahwa aku ingin mandi sendiri. Bukan?"
"Itu... hewan liar terkadang mendekati mata air panas, jadi, kupikir aku perlu berada di sana, untuk berjaga-jaga..." Dengan terbata-bata, Sigrún mulai memberikan pembelaan yang sama persis dengan yang digunakan Kristina sebelumnya.
Memang benar bahwa karnivora seperti serigala bukanlah satu-satunya hewan liar yang harus diwaspadai, bahkan monyet dan rusa bisa sangat berbahaya.
Astaga, Second in Command satu itu benar-benar tidak memperingatkanku tentang sesuatu yang penting seperti ini, pikir Yuuto dalam hati sambil menghela nafas panjang.
Setidaknya itu menjelaskan tindakan perwira militernya. Yuuto kemudian mengalihkan pandangannya ke gadis-gadis lain.
"Um, aku sudah mengatakannya di pemandian air panas, tapi kami berhutang budi padamu, Kakak," kata Felicia, matanya tetap melihat ke bawah. “Kami ingin meminta izin mengungkapkan perasaan itu. Dan karena kau pada akhirnya akan kembali ke rumah, kami ingin melakukannya sekarang, selagi kami punya kesempatan."
Beberapa gadis lainnya mengangguk setuju.
Yuuto lemah terhadap argumen itu. Dia tahu bahwa gadis-gadis yang berkumpul di ruangan ini memiliki kasih sayang dan rasa hormat yang tulus padanya. Dan perasaan ingin melakukan sesuatu untuk orang terdekat juga perasaan yang dia pahami. Termasuk fakta bahwa perasaan itu semakin kuat ketika kau tahu tidak ada banyak waktu.
Ketika mendiang ibunya jatuh sakit parah, Yuuto sangat menyesal. Dia telah marah pada dirinya sendiri, bertanya-tanya mengapa dirinya tidak bisa menjadi anak yang lebih berbakti?
Dia juga berutang banyak pada kakak angkatnya, tapi pada akhirnya hanya berhasil membalasnya dengan penderitaan, sebuah kenangan yang masih membuat hatinya sakit.
"...Baiklah. Aku juga bersalah di sini.” Yuuto mengambil nafas dalam, dan saat dia menghembuskan nafas, dia melepaskan ketegangan dari wajahnya.
Dia selalu menolak untuk mengizinkan gadis-gadis itu untuk merawatnya secara pribadi sampai sekarang. Tentu saja, alasan terbesarnya adalah perasaannya terhadap Mitsuki, tetapi sebagian besar dari itu juga perasaan canggung dan malu yang dia bawa dengan akar pada nilai dan adat istiadat Jepang modern.
Namun, di dunia Yggdrasil ini, dengan budaya yang lebih menekankan pada ikatan keluarga yang dibentuk oleh Sumpah daripada pada ikatan darah dan menuntut kesetiaan dan pelayanan penuh dari hati seseorang, sikap Yuuto terhadap gadis-gadis itu mungkin benar-benar terlalu dingin.
Kekeraskepalaannya hanya menyebabkan perasaan mereka ingin melayaninya terus menumpuk, mengundang insiden yang baru saja terjadi, di mana mereka telah melangkah terlalu jauh.
"Ketika di Roma, lakukan seperti yang dilakukan orang Romawi," seperti kata pepatah. Mungkin setiap orang perlu mengeluarkan sedikit tenaga sesekali.
Demi keselamatan Yuuto, dia tidak punya pilihan lain.
"Baiklah, baiklah," katanya. “Untuk sisa perjalanan ini, aku akan membiarkan kaliam melayaniku sesukamu. Tapi kalian harus mengenakan pakaian! Dan kalian juga tidak boleh melakukan hal seperti tadi! Deal?!"
“T-terima kasih banyak!!” Semua gadis berteriak terima kasih dengan serempak, wajah mereka berseri-seri penuh kegembiraan.
Apakah ini benar-benar sesuatu yang membuat mereka sebahagia itu? Yuuto berpikir dengan masam, tapi dia juga merasa bersalah karena telah menolak mereka begitu lama sampai sekarang.
Dia begitu tegas berbicara dan menganggap mereka sebagai keluarganya, tetapi mungkin pada tingkat tertentu dia menjaga jarak antara dirinya dan mereka.
Setelah itu, gadis-gadis itu dengan semangat memenuhi setiap kebutuhan Yuuto (dalam jumlah sedang), dan Yuuto menghabiskan sisa liburannya dengan segala kenyamanan.
Dia kembali ke Iárnviðr dengan tubuh dan jiwanya yang telah disegarkan.
********
Setelah menyelesaikan misi lima harinya sebagai patriark pengganti, dia sekarang sedang berjalan santai menuju rumahnya.
Second in Command Klan Serigala Jörgen tiba-tiba berhenti, berbalik dan memanggil kegelapan di belakangnya.
“Apakah kau membutuhkan sesuatu dariku?”
Dalam kegelapan malam itu, satu-satunya cahaya yang bisa dia ajak bicara adalah bulan di langit dan obor kecil yang dipegangnya. Ia hampir tidak bisa melihat lima ele di depan. (Elle adalah bentuk pengukuran kuno di Yggdrasil yang setara dengan sekitar 50 sentimeter.) Meski begitu, mata prajurit veteran itu terkunci dengan kuat pada satu titik di dalam kegelapan.
“Saya cukup yakin saya menghapus kehadiran saya juga. Sungguh, Anda adalah pria yang menakutkan, Second in Command! ♪”
<EDN: Disini Kristina berbicara dengan bahasa sopan karena Jorgen jabatannya lebih tinggi dan lebih tua juga. Sedangkan Jorgen akan menggunakan bahasa biasa karena statusnya dan berbicara dengan gadis yang jauh lebih muda darinya>
Dengan kata-kata terakhir dalam nada nyanyian, pemilik suara itu menyelinap keluar dari kegelapan dan masuk ke bidang penglihatan Jörgen. Itu adalah gadis yang sangat muda, yang biasanya terlihat aneh di jalan yang gelap di malam hari. Tapi orang tidak bisa menilai dari penampilan saja.
Terlepas dari usianya, dia adalah orang dengan keterampilan dan potensi yang hebat, dan dia baru saja bertukar Sumpah Ikatan secara langsung dengan Patriark Yuuto, menjadi putri sumpahnya. Namanya Kristina, seperti yang diingat Jörgen.
“Aku bisa mengatakan hal yang sama tentangmu, dirimu telah menghabiskan dua tahun terakhir, memoles kemampuanmu untuk berbaur dengan bayang-bayang, bukan?” Sudut mulut Jörgen menyeringai ke atas.
Klan Serigala dan Cakar pernah menjadi musuh, dan Kristina telah mencoba menyusup ke Istana Iárnviðr lebih dari satu kali. Setiap kali dia melakukannya, yang memaksanya untuk menyerah dan berbalik adalah kehadiran Jörgen dan Skáviðr, dua prajurit veteran klan.
“Jadi anda juga tahu tentang itu,” kata Kristina. “Setidaknya, saya yakin bahwa saya tidak pernah terlihat secara jelas...”
“Tidak, itu sangat mengesankan. Aku baru yakin sekarang bahwa itu dirimu. Aku ingat sensasi merayap di kulitku yang meresahkan ini." Jörgen menggulung lengan bajunya untuk memperlihatkan lengannya merinding.
Intuisi murni seorang pejuang yang berhasil melewati pertempuran demi pertempuran, berjalan di ujung tanduk, bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan dengan logika. Tidak peduli seberapa sukses lawan bisa menyembunyikan niat membunuh mereka, atau kehadiran mereka, pria ini masih bisa merasakan sesuatu. Kulitnya bereaksi.
Jörgen tidak memiliki rune, tapi dia memiliki insting yang diasah dengan baik yang tidak kalah luar biasa dari kemampuan Einherjar. Pengalaman yang terakumulasi, terkadang, bisa terbukti lebih kuat daripada kemampuan mentah.
“Yah, tentu akan sangat nyaman bagi kami jika kau menggunakan teknik itu demi Ayah,” kata Jörgen.
“Hee hee, tentu saja itulah yang akan saya lakukan. Bukankah sudah jelas? Aku adalah putrinya sekarang, kau tahu."
"Aku tahu lebih baik daripada mempercayai kata-kata rubah."
"Ya ampun, padahal saya sudah berkata jujur." Kristina menghela nafas, terlihat sangat sedih.
Jörgen tidak mempedulikan itu, dan menatapnya dengan tekanan yang lebih besar, seolah mencoba menggali niat yang sebenarnya. “Jadi, aku akan bertanya sekali lagi. Apakah kau membutuhkan sesuatu dariku?”
“Tidak, sebenarnya tidak penting,” kata Kristina. "Saya hanya ingin datang dan berterima kasih karena telah bertindak begitu cepat."
“Tidak, tidak, aku yang seharusnya berterima kasih. Kau melakukan hal yang hebat dengan memberitahuku."
“Oh, apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa-apa selain menanyakan satu atau dua pertanyaan, karena kepedulianku terhadap Ayah."
“Ahh, memang hanya itu yang kau lakukan, bukan?”
"Memang." Kristina terkikik.
Dia pergi ke Jörgen, mengaku mengumpulkan informasi untuk penelitian Yuuto.
“Ayah sedang mencari informasi tentang pengguna sihir seiðr yang terkenal. Apakah Anda tahu sesuatu tentang mereka?” Begitulah cara dia mengucapkannya. Dan dia telah merencanakan untuk melaporkan apapun yang dia pelajari kembali ke Yuuto.
Aku adalah putri yang penuh perhatian dan pengabdian kepada Ayah, kata dia.
Dan, tentu saja, kesimpulan apa pun yang mungkin diambil Jörgen setelah mendengar pertanyaannya, dan tindakan apa yang mungkin dia ambil, semuanya ada dalam rencananya.
“Seluruh urusan ini memusingkan,” kata Jörgen. “Pertama dia bertanya kepada utusan Kaisar, Goði Alexis apakah ada teknik untuk menyeberang antar dunia, dan dia telah mengumpulkan legenda dan catatan lama dari seluruh negeri. Dan sekarang, dia mencari pengguna seiðr. Tampaknya Ayah akhirnya mulai memfokuskan upaya penuhnya untuk kembali ke kerajaannya di langit sana.”
Jörgen menggelengkan kepalanya, wajahnya sedih.
Dia tidak punya niat untuk menyalahkan Yuuto atau menyebutnya tidak bertanggung jawab. Pria muda itu tidak pernah bermaksud untuk menginjakkan kaki di dunia ini sejak awal, dan sebaliknya, dia dipanggil ke sini di luar keinginannya. Keinginannya untuk kembali ke tanah airnya adalah hal yang wajar dan benar baginya seperti halnya bagi manusia mana pun.
Dia juga tidak menginginkan tahta Patriark. Sebaliknya, Patriark sebelumnya memaksakan posisi itu padanya. Dan meskipun begitu, pemuda itu telah menyelamatkan Klan Serigala dari satu demi satu krisis, dan telah membantu mereka tumbuh dan berkembang lagi.
Dalam keadaan normal apa pun, dalam menghadapi hutang terima kasih yang begitu besar, hal benar yang harus dilakukan adalah seluruh Klan Serigala bergabung bersama untuk membantunya mencari jalan pulang, dan kemudian mengantarnya pergi dengan perpisahan yang indah.
"Seperti yang kukatakan selama pertemuan kami sebelumnya, pada akhirnya, kami Klan Serigala bukan apa-apa tanpa Ayah," keluh Jörgen.
Tidak ada yang bisa menggantikannya.
Sekarang Klan Cakar dan Tanduk secara resmi melayani Klan Serigala, Klan Gandum dan Anjing Gunung mencoba untuk masuk ke dalam perlindungan mereka juga. Tapi mereka tidak benar-benar berjanji untuk melayani Klan Serigala - hanya untuk Yuuto, sosok yang sangat kuat dan karismatik.
Jörgen percaya bahwa dia tidak memiliki apa yang diperlukan untuk mempertahankan hubungan internasional yang sama jika dia menggantikan Yuuto, tidak sedikitpun. Dan alasan Jörgen sudah terbukti benar.
Pemuda berambut hitam yang dikenal sebagai Yuuto Suoh itu adalah sosok yang jauh lebih besar bagi Klan Serigala daripada yang disadari Yuuto sendiri. Memang, dia terlalu hebat.
“Kita harus membuat Ayah menyerah untuk pergi, apa pun yang terjadi.” Jörgen mengucapkan kata-kata itu dengan keras pada dirinya sendiri, dengan tekad yang teguh.
Secara pribadi, dia bersimpati dengan Yuuto dan merasa bersalah tentang hal itu, tapi sebagai pegawai negeri yang memikirkan keamanan dan kemakmuran Klan Serigala, itu adalah satu-satunya kesimpulan yang bisa dia capai.
Namun, Yuuto adalah otoritas tertinggi di dalam klan, jadi secara alami penggunaan kekuatan tidak mungkin dilakukan.
Tetapi meskipun Yuuto mungkin tampak lemah lembut, begitu dia memutuskan sesuatu, dia akan dengan keras kepala menindaklanjutinya sampai akhir, dengan kemauan yang gigih.
Saat segala sesuatunya telah damai sekarang, bahkan jika semua orang berkumpul dan memintanya untuk tetap tinggal, itu akan membuatnya kesal. Tidak ada kemungkinan dia akan mengalah.
Setidaknya belum.
“Jika memungkinkan, aku berharap salah satu dari kalian akan mengambil kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat,” kata Jörgen. "Aku tidak yakin apakah aku harus lebih kecewa pada saudara perempuan klanku, yang bahkan tidak bisa merayu seorang pria lajang meskipun diberi kesempatan yang sempurna, atau apakah aku harus memuji kesetiaan Ayah yang sangat kuat, karena mampu menahan diri meskipun dikelilingi oleh begitu banyak wanita cantik. Bagaimanapun juga itu menjengkelkan.”
Jörgen menghela nafas, ekspresi sedih muncul di wajah penuh lukanya.
Saat Yuuto kembali, tidak ada perasaan bahwa dia dan gadis-gadis itu berbagi kecanggungan, hal romantis, dan manis yang unik dari pasangan baru.
Bahkan tanpa bepergian dengan mereka, Jörgen langsung tahu bahwa tidak ada hal seperti itu yang terjadi selama perjalanan itu.
“Heh heh, itu mengingatkanku. Seharusnya ada rumor dari masa lalu bahwa mereka yang mengunjungi pemandian air panas itu akan diberkati dengan anak-anak.” Kristina memberikan tatapan sugestif kepada Jörgen.
Jörgen menanggapi dengan senyum puas. “Telingamu cukup tajam, rubah kecil. Ya, aku telah membayangkan bahwa jika mungkin Ayah memiliki seorang anak, itu akan membuat timbangan hatinya sedikit lebih menguntungkan kita. Yah, sepertinya setidaknya ada sedikit kemajuan kali ini, jadi kurasa aku harus puas dengan itu untuk saat ini. Kita masih punya waktu. Kita dapat menciptakan lebih banyak peluang.”
“Oh, mengesankan. Seperti yang diharapkan dari Second in Command Klan Serigala, anda memiliki kemampuan untuk merencanakan hal semacam ini."
"Tapi aku tidak seberapa jika dibandingkan dengan ayah kandungmu."
Selama Jörgen naik ke posisinya saat ini, dia telah bertahan melalui berbagai perebutan kekuasaan politik internal.
Seseorang tidak dapat mempengaruhi orang dengan pendekatan yang kuat sendirian.
Wajah Jörgen yang penuh luka dan menakutkan memungkiri bakat sejatinya. Dia unggul dalam politik pintu belakang, mengelola kepentingan dan meletakkan dasar sehingga rencananya berjalan lancar. Statusnya sebagai Second in Command bukanlah kebetulan.
Meski dengan kecenderungannya untuk selalu fokus pada kerja sama dan urusan internal, kemampuannya dalam melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas terbatas.
“Tetap saja, aku sedikit terkejut padamu,” tambah Jörgen. "Bukankah akan lebih nyaman bagi Klan Cakar jika Ayah meninggalkan dunia ini?"
“Saya adalah anak dari Patriark Klan Serigala sekarang, anda tahu. Tapi, baiklah, jika saya berbicara sebagai anak kandung Patriark Klan Cakar, Botvid, saya akan mengatakan ini:
Daripada dengan bodohnya mencoba merusak Klan Serigala dan merampas kekayaan mereka, akan lebih bijaksana, dan jauh lebih menguntungkan, untuk mempertahankan kesetiaan kepada mereka dan menerima bagian dari kemakmuran mereka. Itu menunjukkan betapa kuat, dan hebatnya, Ayah. "
"... Hm, begitu."
Menurutku rubah kecil itu masih belum menunjukkan seluruh niatnya, tapi sepertinya apa yang dia katakan barusan dapat kupercayai, Jörgen berpikir.
Setelah kekalahan besar Klan Cakar di Pengepungan Iárnviðr, dan kampanye pembalasan oleh Klan Serigala setelah naiknya Yuuto menjadi Patriark, Klan Cakar telah kehilangan cukup banyak wilayah dan tentaranya. Mungkin situasi internal di sana bahkan lebih buruk dari yang diyakini Klan Serigala.
“Tetap saja, sangat mengesankan bahwa kau memiliki wawasan yang begitu tajam untuk seseorang yang masih muda,” kata Jörgen. "Aku takut akan masa depan."
“Ya ampun, haruskah saya ulangi? Saya adalah bawahan langsung dari Patriark Klan Serigala. Saya berharap Anda akan mengatakan Anda memiliki harapan yang tinggi untuk saya." Kristina menggembungkan pipinya untuk menunjukkan sikap kekanak-kanakannya. Berdasarkan kepribadiannya, itu jelas sebuah akting.
Jörgen tersenyum, lalu menjawab dengan desahan panjang. “Dari sudut pandangku, rasanya seperti kita sedang merawat ular di leher kita.”
<EDN: Maksudnya saling mengancam satu sama lain>
“Betapa kejamnya! Pertama saya seekor rubah, dan sekarang Anda membandingkan saya dengan seekor ular? Saya tidak yakin apa yang mungkin anda pikirkan, tapi saya masih seorang gadis yang memiliki perasaan..."
"Kau harus menganggapnya sebagai pujian, karena menurutku kau terlalu pintar dan berbahaya untuk diabaikan. Yah, setidaknya pada titik dimana kita tidak ingin kehilangan tuan kita, tampaknya Klan Serigala dan Cakar memiliki kepentingan yang sama. Kesimpulan itu sendiri cukup berharga.” Dia mengangguk dalam-dalam pada dirinya sendiri, lalu menyeringai lebar. “Aku berharap ini adalah awal dari persahabatan yang panjang. Ha ha ha!"
Dalam cahaya obor kecil di kegelapan, bahu Jörgen bergetar dengan tawanya yang menggelegar dan ceria.
Dia telah mengkonfirmasi bahwa, setidaknya untuk saat ini, rubah kecil yang licik ini akan menghasilkan keuntungan bagi Klan Cakar dengan bekerja secara loyal untuk Klan Serigala.
Itu adalah berita yang menggembirakan baginya, dan beban berat di benaknya.
Note:
Banyak jir moment di chapter ini :v welp tapi belum ada tragedi penjebolan kok. Ingat, 'belum'.
0 komentar:
Posting Komentar