Jumat, 13 November 2020

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 : Chapter 13. Beruang Menumpas Goblin

Volume 1
Chapter 13. Beruang Menumpas Goblin


Aku bersama Rulina berangkat dari guild untuk pergi menumpas kawanan goblin.

"Setidaknya biarkan aku bertanya, tapi apakah kau berencana pergi dengan mengenakan pakaian seperti itu, Yuna?" Tanyanya, menatap kostum beruang milikku.

"Tentu saja."

Aku telah pasrah.

"Begitu."

Rulina mendesah pada jawaban yang kuberikan. Bukan berarti aku mengenakan kostum ini karena ingin...

"Jadi, dimana goblinnya?"

"Mereka bersarang di gunung dekat sebuah desa. Butuh tiga jam perjalanan untuk sampai ke sana dari gerbang timur."

"Tiga jam perjalanan?!"

"Ya, itulah mengapa aku ingin segera berangkat agar kita bisa mencapai desa tersebut hari ini."

Memangnya ada, hikikomori yang mau berjalan selama tiga jam penuh? Pikirku. Seandainya tidak ada sepatu beruang yang saat ini kukenakan, aku pasti sudah menolak untuk ikut.

"Aku membawa bekal makanan dan air minum, jadi tidak perlu khawatir."

Bukan itu yang aku khawatirkan. Aku harusnya tadi bertanya terlebih dahulu kemana kami akan pergi sebelum menyetujuinya, seandainya aku tahu situasinya akan berakhir seperti ini. Aku menghela nafas pada kenyataan bahwa kami harus menempuh perjalanan jauh demi menumpas goblin sesaat kami mulai pergi menuju desa tersebut. 

"Umm, dapatkah aku menanyakan sesuatu?" Tanya Rulina.

"Selama aku bisa menjawabnya, tidak masalah."

"Mengapa kau mengenakan kostum tersebut? Aku tidak tahu seberapa kuat dirimu, tapi kurasa akan lebih bagus jika kau mengenakan sesuatu yang lebih layak sebagai seorang petualang."

Ini dia! Pertanyaan yang sudah kuduga.

P: mengapa kau berpakaian seperti itu?

J1: karena aku menyukainya. (Aku tidak berniat untuk berbohong seperti itu)
<EDN: P itu Pertanyaan, J itu Jawaban>

J2: aku akan menjawab dengan jujur bahwa set perlengkapan beruang tersebut membuatku jadi lebih kuat. (Idiot mana yang akan mengungkap rahasia besar mereka?)

J3: akan kukatakan bahwa aku tidak dapat menggunakan sihir tanpa kostum tersebut. (Aku tidak cukup bodoh sampai membongkar kelemahan yang kumiliki)

J4: aku bisa saja bilang kalau ini adalah kenang-kenangan dari almarhum ibuku. (Itu bukan alasan untuk mengenakan kostum tersebut setiap saat)

J5: itu berfungsi layaknya perlengkapan lain. (Mungkin itu adalah jawaban teraman untuk saat ini)

"Kostum ini lebih kuat dari perlengkapan lain pada umumnya."

"Benarkah?"

"Aku tidak tahu terbuat dari bahan apa kostum beruang yang kukenakan, tapi kostum ini memiliki resistensi terhadap serangan fisik maupun sihir, dan juga, sarung tangan beruang putih yang melindungi tanganku adalah sebuah item bag."

Dia kemungkinan sudah tahu tentang sarung tangan tersebut saat aku menjual material dari serigala-serigala yang kubantai tempo hari, kurasa aku tidak perlu menyembunyikan hal itu. Aku membiarkannya berasumsi bahwa set perlengkapan beruang milikku lebih kuat dari perlengkapan normal lainnya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan sarung tangan beruang yang hitam?"

"Kurasa itu memperkuat serangan fisikku." Aku melayangkan tinju beruang pada sebuah batu yang berjarak tak jauh dari jalan, dan membuatnya hancur.

"Jadi, kau menghajar Deborane menggunakan sarung tangan tersebut? Itu menjelaskan kenapa wajahnya bengkak tak karuan."

Aku lega dia dengan mudah menerima sedikit penjelasan yang kuberikan.

"Apakah sepatumu dapat melakukan sesuatu juga?"

"Sepatu?" Tanyaku. Aku memandang ke arah sepatu dan sarung tangan beruang yang kukenakan.

"Oh, Aku dapat sebuah ide."

Aku menyeringai nakal.

"Apa... kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Apakah kau ingin sampai ke tempat tujuan sedikit lebih cepat?"

"Apa maksudmu?" Dia sedikit mengambil jarak dariku, seakan sadar ada sesuatu yang tidak beres.

"Akan merepotkan untuk berjalan kaki selama tiga jam penuh, jadi aku akan melakukan ini!"

Aku dengan cepat bergerak ke belakang Rulina, mengangkat kedua kakinya dari bawah, kemudian menangkap punggungnya sesaat ia akan terjatuh. Ini adalah apa yang diimpi-impikan semua gadis. Aku sekarang tengah menggendongnya layaknya seorang putri. Memang benar jika itu adalah impian sebagian besar para gadis, pikirku, tapi kurasa aku tidak ingin orang lain melakukan hal tersebut padaku.

"Pastikan untuk berpegangan dengan erat. Jika kau mencoba berbicara, lidahmu akan tergigit, jadi berhati-hatilah."

Aku mulai berlari.

"Tunggu—"

Aku menambah kecepatan—lebih cepat dari biasanya aku berlari.

"Yuna, tolong berhenti—"

Aku mengabaikan Rulina dan melanjutkan lariku. Dia terasa sangat ringan dalam gendonganku berkat sarung tangan beruang yang kukenakan. Dan untuk sepatunya, itu membuatku berlari dengan sangat cepat, dan juga, tidak peduli sejauh mana aku berlari, aku tidak merasakan lelah sedikit pun.

Kami telah sampai di dekat desa yang dituju. Saat aku menurunkan Rulina ke tanah, ia menatapku dengan mata berlinang. "Yuna, itu sungguh kejam. Aku terus memberitahumu untuk berhenti tadi, dan juga, itu adalah kali pertamanya untukku—aku sungguh takut!"

"Tapi, bukankah kita sampai ke sini lebih cepat dengan cara seperti itu?" Kami tiba di desa dalam waktu tiga puluh menit, lebih cepat dari pada harus menempuh tiga jam perjalanan dengan kaki.

"Mungkinkah kau mengompol?"

"Tidak! Aku hanya heran kita bisa tiba di sini begitu cepat. Awalnya, aku berencana mengumpulkan informasi terlebih dahulu hari ini, kemudian beristirahat semalam sebelum esoknya kita melakukan pembasmian goblin."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita membasminya sekarang?"

"Tentu... Jika kau tidak lelah, mari temui kepala desa untuk menanyakan detail informasi yang dia miliki."

Sampai di pintu masuk desa, seorang penjaga menyambut kami.

"Apa-apaan dengan pakaian itu? Apakah kalian petualang?" Dia mengamatiku dengan sekilas, dan langsung beralih ke menatap Rulina selanjutnya.

Aku merasa bahwa komentar pertama dari penjaga tadi ditujukan padaku, yang mana komentar setelahnya pasti adalah pertanyaan untuk Rulina.

"Kami adalah petualang. Kami di sini untuk menangani quest pembasmian goblin." Jelas Rulina.

"Hanya kalian berdua?"

Dia tampak ragu. Itu wajar. Meskipun mereka sudah mengajukan sebuah quest pembasmian untuk puluhan goblin, hanya ada dua orang gadis yang muncul—salah satunya bahkan mengenakan kostum aneh. Dilihat dari manapun, kami tampak mengkhawatirkan.

"Ya. Kami ingin mendengar detailnya lebih lanjut, jadi dapatkah kau mengantar kami untuk menemui kepala desa?"

Penjaga pria tadi memandu kami ke sebuah rumah yang terletak di pusat desa, rumah tersebut tampak sedikit lebih besar dari rumah-rumah lainnya. "Apakah kepala desa ada?" Panggilnya.

"Ada apa, Roy?" Seorang pria yang tampak berumur lima puluhan muncul dari dalam.

"Beberapa petualang penerima quest yang kita ajukan telah tiba."

"Oh, mereka akhirnya datang. Sekarang kita bisa sedikit lega..." Wajahnya langsung tertunduk lesu sesaat ia melihatku. "Um, permisi, apakah kalian hanya berdua?"

"Ya, hanya kami berdua," jawab Rulina, "tapi tidak perlu khawatir, kami akan pastikan quest-nya selesai dengan sempurna."

"Begitu."

Kegelisahan tampak jelas di wajahnya seperti penjaga tadi. Penampilan ternyata penting, pikirku. Aku pun akan ragu jika ada seorang gadis dengan kostum aneh tiba-tiba bilang, "aku datang kemari untuk membasmi goblin yang meresahkan kalian."

"Kami ingin anda memberi kami informasi sejauh yang anda tahu dimana goblin-goblin tersebut terlihat." Lanjut Rulina, mengabaikan sikap kepala desa yang tampak ragu.

"Kalian akan menjumpai goblin-goblin tersebut di kaki gunung," ujar kepala desa tadi sambil menunjuk kearah gunung terdekat. "Para pemburu telah berulang kali melihat mereka."

"Laporan mengatakan bahwa ada kurang lebih lima puluh dari mereka. Apakah itu hanya dugaan?"

"Kami telah mengirim orang-orang kami untuk mengintai sarang mereka yang terletak di kaki gunung. Dalam ekspedisi tersebut, satu orang tewas mengorbankan dirinya agar yang lain dapat kembali dengan selamat. Laporan tersebut berdasarkan informasi yang dibawa para pengintai yang berhasil selamat."

"Aku mengerti. Kalau begitu, kami akan berangkat. Jika sampai besok kami tidak kembali, tolong laporkan hal tersebut kepada guild."

"Dimengerti. Kami mengandalkan kalian."

Kami meninggalkan desa tersebut, menyusuri jalan setapak menuju gunung.

"Yuna, apakah kau yakin dapat melakukannya seorang diri?"

"Semua akan baik-baik saja. Aku cuma punya satu permintaan untukmu. Tolong pilah dan ambil kristal sihir dari goblin-goblin yang akan menjadi mayat nantinya."

"Tidak masalah."

Aku bergidik mendengarnya dengan enteng mengiyakan permintaan yang kuajukan. Membawa pulang bukti penakhlukan artinya; kalian harus memotong-motong gundukan mayat goblin. Yup, pikirku, tidak mungkin! Untungnya, daging dan kulit goblin tidak dapat dimanfaatkan maupun diolah, jadi tidak ada alasan untuk membawa mayat mereka.

"Ayo berangkat kalau begitu," ucapku. "Aku yang akan memimpin, kau cukup ikuti aku dari belakang."

Aku menurunkan tudung yang menutupi kepalaku, mengaktifkan Bear Detection. Lewat kemampuan tersebut, kehadiran apapun dalam radius tertentu akan terdeteksi. Tidak dapat menggunakan peta memang merepotkan, tapi setidaknya aku tahu arah mana yang harus dituju. Mendeteksi sejumlah goblin di depan, aku memutuskan untuk terus maju dan menyergap mereka dengan serangan kejutan.

"Uhh, kelihatannya kau baik-baik saja berjalan dengan mata tertutup seperti itu," ucap Rulina, "tapi saranku kau harus lebih waspada terhadap sekitar."

"Tenang saja. Aku tahu kalau tidak ada monster yang bersembunyi di sekitar sini, berkat sihir deteksi yang kugunakan."

"Ada sihir semacam itu?!"

"Tapi jumlah mereka lebih banyak dari perkiraan."

"Lebih banyak dari perkiraan?"

"Mungkin ada seratus dari mereka?"

"Tunggu, seratus! Sungguh? Itu terlalu banyak untuk kita berdua hadapi."

"Kenapa tidak? Mereka hanyalah seratus Deborane."

"Kau serius?"

"Sudah kubilang, bukan?

Rulina mendesah. "Aku akan mengatakan hal ini padamu, tapi; jika keadaan semakin memburuk, aku akan meninggalkannmu dan kabur, Yuna."

"Aku tidak keberatan." Toh, lariku lebih cepat darinya.

"Ahh, akankah semuanya baik-baik saja?" Keluhnya. "Mungkin salahku karena mau diajak olehmu."


Satu jam berlalu, dan kami telah membunuh sekitar dua puluh goblin sepanjang jalan menyusuri hutan yang berada di kaki gunung. Yang tersisa hanyalah menyingkirkan sarang mereka.

"Kau sebut trik yang kau gunakan adalah sihir deteksi, bukan?" Tanya Rulina. "Enaknya! Bisa tahu dimana letak musuhmu berada. Rasanya kau seperti berbuat curang. Kau dapat memadukan kemampuan tersebut dengan sihir serangan jarak jauh untuk menyapu habis satu kawanan goblin sekaligus."

"Pastikan pilah dan ambil kristal sihir dari mayat mereka nanti."

"Aku tahu."

Rulina memilah-milah goblin yang terbujur kaku di depannya, memisahkan kristal sihir dari tubuh mereka. Sebagai penutup, ia memastikan agar tidak menarik perhatian monster lain dengan membakar mayat-mayat tersebut.

"Sepertinya di depan adalah sarang mereka." Ujarku padanya.

Aku mendapat pengalaman dari World Fantasy Online bahwa serangan kejutan sangat efektif untuk melawan musuh dalam kelompok seperti ini. Sergap musuh diam-diam, kejutkan mereka dengan serangan sihir terkuat yang kalian miliki, tekan mereka dengan melancarkan sihir tingkat rendah secara terus menerus sebelum mereka dapat bereaksi.

Rasanya, aku perlu terus bergerak maju, setidaknya, sampai ke tempat dimana aku dapat memastikan mereka secara langsung dengan mata kepalaku.

"Kelihatannya itu adalah sarang mereka."

"Jangan bilang kita akan masuk ke dalam?"

Bahkan aku sendiri enggan memasuki gua yang dipenuhi banyak goblin. Terdapat lima goblin di dekat pintu masuk—mungkin mereka adalah penjaga gua tersebut.

"Aku akan pergi untuk memastikan sesuatu, jadi tetaplah di sini."

Aku merapalkan mantra angin, mengarahkannya pada mulut gua kemudian melepaskannya. Mantra tadi menghembuskan angin yang menjalar masuk ke dalam gua, menelusuri setiap sudut dan celahnya.

"Selesai. Hanya itu satu-satunya jalan masuk. Aku akan ke sana dan kau jangan beranjak dari sini."

"Tunggu, apa kau sungguh akan pergi?"

Sebelum goblin yang berada di pintu masuk dapat bereaksi, aku memenggal kepala mereka menggunakan 'Air Cutter'. Setelah itu, sambil membayangkan sebuah beruang merah yang terbakar, aku merapalkan mantra.

"Bear Fire."

Aku menembakkan bola api berbentuk beruang ke dalam mulut gua dan bersiap untuk merapal mantra lain.

"Bear Wall."

Sebuah batu besar dengan bentuk kepala beruang muncul, menutup mulut gua. Beres sudah, sekarang yang perlu kulakukan hanyalah menunggu.


"Yuna, apa yang kau lakukan?"

"Aku menembakkan ledakan panas dan menyegel pintu masuk gua, membakar habis semua oksigen yang berada di dalam. Goblin yang masih hidup kemungkinan akan mati kehabisan napas."

"Oksigen? Mati kehabisan napas?"

Apakah di dunia ini mereka masih belum menemukan oksigen? Pikirku

"Singkatnya, di dalam gua tersebut tidak ada udara."

"Benarkah?"

"Saat kau menyalakan api dalam ruangan tertutup, udara dalam ruangan tersebut akan menghilang. Para goblin yang berada di dalam gua saat ini, kemungkinan sedang menderita karena kehabisan napas. Ini mudah, bukan? Atau apakah kau ingin masuk ke dalam dan melawan mereka di sana?"

Rulina menggelengkan kepalanya sekuat tenaga.

"Akan butuh waktu sampai semua goblin yang ada di dalam mati, jadi setelah kau mengurus mayat goblin yang berjaga di pintu masuk, bagaimana kalau kita makan siang?"
"Kita akan makan di sini?" Tanyanya, tampak tidak senang.

Dia mungkin enggan untuk makan di tempat terbuka seperti ini, karena musuh bisa saja menyerang secara tiba-tiba, tapi untukku, selama ada sihir deteksi, aku tidak keberatan.

"Kita bisa saja kembali ke desa, tapi itu akan merepotkan."

"Memang, tapi berapa lama kita harus menunggu?"

"Normalnya beberapa menit, kurasa? Selain itu, aku berencana menunggu di sini dan memastikan mereka semua mati dengan sihir deteksi yang kumiliki."

Untuk sekarang, aku membiarkan Rulina mengurus mayat goblin yang tegeletak di pintu masuk. Setelah ia selesai dengan pekerjaannya, Rulina kemudian duduk di sebelahku dan mengeluarkan makan siang dari tas yang dia gantung di pinggang. Oh, jadi itu adalah sebuah item bag, pikirku.

"Berapa kapasitas tas tersebut?"

"Maksudmu ini, Yuna? Tidak sebanyak sarung tangan beruang milikmu, tapi kurasa milikku hanya dapat menampung lima serigala."

Jika normalnya kapasitas sebuah item bag adalah lima serigala, itu berarti penyimpanan beruang milikku mempunyai kapasitas yang cukup gila. Aku memakan bekal yang ia siapkan, tapi rasanya tidak begitu enak, hanya dendeng kering dan air hangat. Kelihatannya waktu di dalam item bag normal berjalan seperti biasa. Seharusnya aku menyiapkan sendiri bekal untuk kubawa.

Selepas makan siang, aku menurunkan kembali tudung beruang yang kupakai dan mengaktifkan sihir deteksi.

"Huh?" Ucapku.

"Ada apa?"

"Satu goblin masih hidup."

"Satu goblin...jangan-jangan."

"Apa?"

"Yuna, kau bilang ada sekitar seratus goblin secara keseluruhan, bukan?"

"Ya."

"Kemungkinan goblin yang masih hidup itu adalah Goblin King."

"Goblin King..."

Goblin King...pemimpin para goblin, tidak diragukan lagi bahwa ia memiliki kecerdasan dan kekuatan diatas goblin pada umumnya. Juga, dalam World Fantasy Online, Goblin King biasanya muncul sebagai bos di awal game.

"Yah, nampaknya ia tidak akan mati, jadi kurasa kita harus melawannya."

"Jangan! Goblin King memiliki tingkat kesulitan C, artinya; kau perlu satu party berisikan para petualang peringkat C untuk mengalahkannya."

Aku tahu dari mana datangnya kekhawatiran Rulina. Memang akan fatal jika menerima serangan langsung darinya, tapi bukan berarti aku tidak dapat menangani makhluk tersebut. Toh, aku tidak berniat menerima mentah-mentah serangan yang ia lancarkan padaku.

"Kita harus kembali ke guild dan meminta bala bantuan."

"Hmm, kurasa aku dapat mengalahkannya."

"Yuna, kumohon. Kali ini saja, tolong dengarkan aku."

"Kalau begitu, aku akan masuk sendirian ke dalam dan melawannya. Jika aku tidak lekas keluar, panggil bala bantuan dari guild."

"Apa kau menyuruhku untuk membiarkanmu mati?"

"Sudah kubilang, semua akan baik-baik saja. Baiklah, aku akan memindahkan dinding batunya."

"Yuna!"

Aku mengabaikan teriakan Rulina dan menyingkirkan dinding batu yang menutup mulut gua. Angin panas berhembus keluar dari dalam. Aku mencoba menyirkulasinya dengan menembakkan mantra angin, tapi hawa panasnya tetap tidak mau hilang.

"Aku tidak bisa masuk ke dalam jika seperti ini."

"Kalau gitu, ayo kembali!"

"Hm? Kelihatannya sang raja sendiri yang menghampiri kita."

"Kau pasti bercanda..."

"Sembunyi di belakangku, Rulina."

Seekor goblin dengan tubuh beberapa kali lebih besar dari goblin normal muncul dari dalam gua. Di tangannya, terdapat sebuah pedang yang tampak mengerikan. Saat tatapannya jatuh padaku, dia meraung begitu kencang sampai-sampai bumi terasa berguncang.

Jadi, pikirku, itu adalah Goblin King. Aku melepaskan 'Air Cutter', tapi sihirku dipotong oleh ayunan pedang miliknya. Dia kemudian menerjang maju, tampak marah. Aku mengeluarkan pedang yang tersimpan pada sarung tangan beruang, menangkis ayunan pedang dari Goblin King yang terarah kepadaku. Ayunan pedangnya begitu kuat hingga memaksaku mundur, tetapi tangan Goblin King yang satunya terayun ke arahku.

Pukulan tersebut mengirimku terbang, meskipun aku sudah memblokirnya dengan sarung tangan beruang putih milikku. Berusaha mengambil kembali keseimbanganku, aku langsung memotong jarak diantara kami dengan menyalurkan mana pada kaki.

Mungkin levelku belum cukup tinggi? Pikirku. Jika sihir biasa tidak mempan, lalu bagaimana dengan sihir 'Beruang'?

"Bear Cutter."

Aku membayangkan cakar angin setajam milik beruang, melepaskannya ketika aku mengayunkan sarung tangan beruangku ke arah Goblin King tadi. Tiga bilah angin terhempas ke arahnya. Ia mengayunkan pedang yang dia bawa, Goblin King berniat memblokir sihir yang kurapal seperti sesaat yang lalu, tapi kali ini dia gagal dan sihirku mengenainya.

"Huh?"

Seranganku barusan tidak merobohkannya. Meskipun sihir beruangku melukainya, tapi luka yang dia terima tidak terlalu dalam.

"Dia kuat."

Setidaknya, aku tahu bahwa aku dapat memberinya luka. Mungkin merasa frustasi karena terluka olehku, Goblin King tadi meraung kencang dan kembali menatapku marah. Dia kemudian mulai berlari.

Kurasa pemenangnya sudah ditentukan. Aku merapal sihir bumi dan seketika sebuah lubang yang dalam terbuka tepat di depan kakinya. Kemarahannya yang memuncak membuatnya ceroboh. Terlalu fokus padaku, dia tidak memperhatikan jika ada lubang di kakinya dan terjatuh.

Aku khawatir dia akan meleleh bersama kristal sihir yang terkandung di tubuhnya dan tak menyisakan material apapun jika aku menggunakan sihir beruang api. Jadi, aku menghujaninya dengan beberapa 'Bear Cutter'.

"Bear Cutter, Bear Cutter, Bear Cutter, Bear Cutter, Bear Cutter."

Goblin King tadi lebih gigih dari pada yang aku duga. Aku dapat mendengarnya meraung dari dalam lubang. Kemungkinan ia mencoba untuk memanjat, tapi rentetan serangan 'Bear Cutter' ku mencegahnya dari melakukan hal itu.

Setelah beberapa kali menembakkan mantra beruang angin, raungannya mulai berhenti. Aku menggunakan sihir deteksiku dan mendapati bahwa aura kehidupan dari Goblin King telah tiada. Aku berhenti merapal mantra, membuat Rulina yang bersembunyi di balik pohon menampakkan dirinya.

"Apakah sudah berakhir?"

"Dia telah mati."

"Tak dapat dipercaya, kau berhasil mengalahkan seekor Goblin King seorang diri."

"Aku sedikit terkejut tadi—dia lebih kuat dari pada yang aku duga. Aku akan memastikan apakah ia benar-benar mati, jadi menjauhlah dari lubang."

Aku menggunakan sihir bumi untuk mengangkat tanah pada dasar lubang ke permukaan. Sebuah pemandangan Goblin King yang menjadi mayat muncul, tubuh kakunya dipenuhi banyak luka serta ekspresi wajahnya menunjukkan rona ketakutan.

"Dia benar-benar mati, kan?"

"Yah." Demi menghilangkan ketakutan Rulina, aku melepaskan 'Air Cutter' pada mayat Goblin King yang terbujur kaku tadi. "Jadi, apa yang harus kita perbuat dengan ini?"

"Yuna, itu muat dalam item bag milikmu, kan?"

"Tentu."

"Maka, dapatkah kau menyimpannya? Kristal sihir dari mayat Goblin King sebenarnya sudah cukup sebagai bukti penakhlukan, tapi jika memungkinkan, aku ingin membawa serta tubuhnya juga."

Aku memasukkan mayat Goblin King tadi ke penyimpanan beruang, dan dengan hati-hati memungut pedang yang dia bawa untuk kumasukkan setelahnya. Aku kemudian merapal beberapa mantra angin dan air di depan mulut gua guna menghilangkan hawa panas yang terkandung di dalamnya. "Kurasa, sekarang guanya sudah dapat dimasuki. Dapatkah kau urus sisanya?"

"Uhh, hanya memastikan, tapi apakah di dalam sana benar-benar aman?"

"Tenang saja. Kecuali terdapat puluhan mayat goblin, gua tersebut aman. Dan juga, kurasa akan memakan cukup waktu dan tenaga untuk memilah mereka semua."

"Yuna, bagaimana menurutmu kalau kau turut membantu—"

"Tidak." Aku tentu saja tidak ingin memilah-milah tumpukan mayat goblin untuk memanen kristal sihir dari tubuh mereka. Menolak permohonan Rulina, aku kemudian merapal sihir cahaya dan menciptakan bola terang berbentuk beruang. "Gelap di dalam sana, jadi ambil ini sebagai hadiah. Kau dapat membawanya bersamamu."

"Terima kasih? Aku tidak terlalu paham kenapa bentuknya mirip beruang, tapi aku hargai itu."

Rulina masuk ke dalam gua sendirian. Memilah mayat goblin kemudian memisahkan kristal sihir dari tubuh mereka membutuhkan waktu paling cepatnya satu menit tiap goblin, dan di dalam sana, kemungkinan ada delapan puluh dari mayat mereka. Mengkalkulasi berapa lama sampai ia menyelesaikan semua pekerjaan itu, aku membuat perkiraan bahwa aku perlu menunggu selama kurang lebih dua jam.

Aku mendirikan rumah kecil dengan sebuah jendela sebagai ventilasi menggunakan sihir bumi yang kurapal. Ketika di dalam, aku menyegel pintu masuk yang membelakangiku demi berjaga-jaga jika kebetulan ada monster yang lewat. Terakhir, aku menciptakan matras dari tanah dan berbaring di atasnya. Itu terasa keras, tapi tetap bisa ditiduri. Kelihatannya aku perlu membeli selimut nanti.

Merasa lelah, rasa kantukku semakin tak tertahankan dan membuatku terlelap.




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar