Selasa, 10 November 2020

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 : Chapter 12. Beruang Kembali Terlibat Perselisihan

Volume 1
Chapter 12. Beruang Kembali Terlibat Perselisihan


Keesokan harinya, aku berangkat lebih awal menuju guild, berharap bisa memilih quest yang aku mau. Aku mengincar quest yang berisi permintaan pembasmian, jadi aku bisa sekalian berlatih sihir...jika memungkinkan, aku ingin mengambil quest penaklukan monster lain selain serigala.

Saat aku sedang menikmati pemandangan kota sembari berjalan menuju guild, sebuah suara dari belakang menghentikanku.

"Yuna-san, selamat pagi."

"Selamat pagi, Fina. Apakah kau akan pergi mengunjungi guild juga hari ini?"

"Ya, tentu. Bagaimana denganmu?"

"Yah, aku berencana untuk mengambil beberapa quest."

"Quest? Tolong berhati-hatilah agar tidak terluka."

"Aku harap ada pekerjaan untukmu, Fina."

"Semoga saja."

Fina tersenyum, mencoba meraih tanganku (atau, bisa dibilang sarung tangan beruang milikku) dan menggenggamnya. Aku tak tega untuk menolaknya, aku menggenggam balik tangan miliknya dengan erat. Wajahnya semakin terlihat bahagia.

Aku tidak punya satu pun saudari kandung, tapi aku selalu menginginkan seorang adik perempuan seperti dirinya.

Kami mengobrol di sepanjang perjalanan, sampai berada cukup dekat dengan bangunan guild. "Kalau begitu," ucapnya, "aku pergi dulu."

"Semoga beruntung."

Aku melambaikan tangan pada Fina dan masuk ke dalam guild. Di dalam, sejumlah petualang tengah mengerumuni papan quest. Mungkin aku sedikit terlambat. Seseorang dari kerumunan mulai menyadari kehadiranku, kemudian diikuti dengan yang lain, tapi tak seorang pun mengajakku bicara. Yah, itu wajar—

"Kaukah orangnya? Gadis yang menghajar Deborane-san?" Ucap seorang laki-laki yang tampak tiga atau empat tahun lebih tua dariku.

"Deborane? Siapa itu?" Aku memiringkan kepalaku, bingung siapa yang ia maksud.

"Itu pastilah dirimu. Kau mengenakan kostum, sarung tangan dan sepatu beruang. Dia bilang kalau pelakunya adalah seorang gadis dengan pakaian konyol."

Itu benar, jika kalian mencari keseluruh negeri, akulah satu-satunya orang yang akan kalian temui mengenakan kostum konyol tersebut. Jika ada yang lain, aku harus memastikannya sendiri dengan mata kapalaku sendiri.

"Aku tidak tahu siapa Deborane, tapi gadis berpakaian konyol yang kau maksud mungkin adalah aku."

"Berkatmu, Deborane-san babak belur dan tidak dapat bekerja."

"Maksudmu orang yang menantangku berkelahi tempo hari?" Cuma itu spekulasi yang dapat kupikirkan.

"Ya."

Oh, pikirku. Sekarang aku ingat.

Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk memanggil guild master. Dia telah berjanji akan mengurus hal-hal merepotkan semacam ini.

"Si goblin itu, dialah yang menantangku berkelahi dan dia kalah. Itulah yang terjadi. Dari awal bukan aku yang salah."

"Kau sebut Deborane-san goblin?!"

"Dia tidak punya tata krama, mengganggu yang lebih lemah, dan keras kepala. Dia hanya berani saat dikelilingi oleh banyak pendukungnya. Bagaimanapun kau melihatnya, dia adalah goblin."

"Jangan bercanda!" Pria ini sungguh berisik.

"Menyangkut insiden tempo hari," kataku padanya, "semua sudah beres, dan guild telah menetapkan bahwa dia bersalah."

"Tidak mungkin Deborane-san akan kalah dari gadis aneh sepertimu!"

Seorang wanita memotong masuk, menengahi antara aku dan pria berisik tadi. Perawakannya ramping dengan rambut bewarna pirang, umurnya mungkin berkisar di pertengahan dua puluh. Dia adalah wanita yang cantik. Dibelakangnya, berdiri seorang pria besar, ototnya sebanding dengan milik Guild master.

"Lanz, tolong hentikan," ujar wanita tadi. "Guild master telah menjelaskannya bahwa gadis tersebut tidak salah."

"Tapi, kita kekurangan personil berkat ulahnya!"

"Kau tidak bisa menyalahkannya karena itu."

"Gil," ujar Lanz pada si pria besar, "apakah kau tidak ingin mengatakan sesuatu?"

"Deborane lah yang salah." Ucap pria besar tadi.

"Apa? Kau juga ikut membela gadis aneh tersebut?"

"Jika kau perhatikan baik-baik apa yang dikatakan guild master," lanjut Gil, "jelas bahwa kesalahan jatuh pada Deborane."

"Tapi dia tidak perlu sampai menghajarnya seperti itu."

Aku penasaran apakah Deborane benar-benar dalam kondisi yang mengkhawatirkan, karena aku membuat wajahnya babak belur.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan karena Deborane lah yang salah," ujar Gil.

"Itu benar," ujar si wanita. "Bahkan, kartu guild miliknya hampir dicabut."

"Bukankah itu karena ulahnya juga?"

"Uhh," kataku menimpali, "jika kalian bertiga ingin berdebat sendiri-sendiri, bisakah aku pergi sekarang?"

"Oh, maaf," kata si wanita. "Lanz hanya marah karena tidak dapat menyelesaikan quest yang telah kita ambil, semenjak Deborane terluka."

"Bukan berarti kalian bisa menyalahkanku."

"Aku tahu itu," ucap si wanita.

"Tidak bisakah kalian menunda quest-nya sampai Deborane sembuh?"

"Quest-nya sudah terlanjur diambil," saut Lanz.

"Jika kami menundanya, maka itu akan dicatat sebagai kegagalan."

Kegagalan quest akan dicantumkan dalam kartu guild. Aku paham mengapa mereka tidak ingin hal itu terjadi, tapi aku masih tidak terima bahwa mereka menyalahkan ku atas insiden tersebut. "Bagaimana jika kalian membatalkan quest-nya?"

"Jika kami membatalkannya, maka akan sulit bagi kami untuk menaikkan peringkat," Jawab Gil.

"Saat pertama aku dengar bahwa beberapa petualang terlibat perselisihan dengan Yuna, aku tidak heran kalau kalian bertigalah orangnya." Gumpalan otot yang juga dikenal sebagai guild master muncul. Seorang pegawai resepsionis kemungkinan yang memanggil dia kemari.

"Guild master!" Teriak mereka bertiga serempak.

"Aku sudah menjelaskannya bukan, bahwa insiden tempo hari itu sepenuhnya adalah salah Deborane? Kalian menuai apa yang kalian tabur. Deborane menantangnya dalam duel dan berakhir dengan kekalahan. Kalian harusnya paham kalau ia gampang terlibat pertikaian. maka dari itu, sudah tugas kalian untuk selalu mengawasinya dan tidak membiarkan ia berbuat onar."

"Itu benar," ucap Lanz, "tapi..."

"Oleh karena itu, aku tahu solusi yang tepat."

"Apa? Akankah kami dibebas sanksikan meskipun quest-nya kami batalkan?"

"Tidak. Aku tidak bisa berpura-pura menganggap quest tersebut raib setelah kalian setuju menerimanya."

"Lalu, apa solusi yang kau sebutkan tadi?"

"Bawa Yuna turut serta bersama kalian. Aku sangat yakin kalau ia lebih kuat dari Deborane."

Si otak otot itu, dia malah menawarkan sesuatu yang konyol. "Tidak mau," ucapku. "Apa yang membuatmu berpikir kalau aku harus ikut serta dalam quest tersebut?"

"Karena itu adalah cara termudah untuk menyelesaikan seluruh masalah ini."

"Uh, namamu Yuna, kan? Maukah kau ikut bersama kami sebentar?" Ucap si wanita. Setelah kuperhatikan lebih seksama, ternyata pakaian yang ia kenakan mirip dengan jubah seorang penyihir. 

Sebagai seorang yang tidak punya pengalaman bersosialisasi bahkan di game sekalipun, apa yang harus kuperbuat? Membayangkan diriku bermain dalam sebuah party membuatku tidak nyaman. Bukan berarti aku tidak pernah bergabung dalam party. Tentu saja aku pernah, tapi itu hanya sebentar. Selain itu, aku tidak tega untuk menolak ajakan wanita tersebut saat dia menatapku dengan wajah seperti itu.


Aku bersama dengan party milik Deborane, kami mengadakan pertemuan dalam sebuah ruangan di guild. Guild master yang seharusnya bertanggung jawab atas hal ini malah kabur. Bukankah seharusnya orang itu yang menjaminku dari terlibat hal-hal merepotkan semacam ini?

"Baiklah kalau begitu, kami akan memperkenalkan diri kami terlebih dahulu. Mulai dariku, namaku adalah Rulina, Kemudian orang yang berisik tadi adalah Lanz, dan terakhir, orang yang pendiam adalah Gil."

"Aku Yuna."

"Mari mulai diskusinya. Quest yang telah kami ambil adalah quest penaklukan goblin."

Penaklukan goblin? Pikirku. Goblin adalah monster tipe humanoid dengan kecerdasan otak dibawah rata-rata. Bukankah goblin hanya monster kelas rendah? Seberapa lemah orang-orang ini, jika mereka membutuhkan sebuah party untuk menaklukan goblin?

"Bukan hanya satu atau dua, mereka setidaknya berjumlah lima puluh dalam satu kawanan. Akan sulit menakhlukan mereka tanpa Deborane sebagai garda terdepan."

Lima puluh goblin. Jika di dunia ini ada serigala seperti yang ada di game, maka tidak aneh jika di sini juga terdapat goblin. Membunuh sekawanan serigala adalah hal yang mudah, dan dalam World Fantasy Online serigala dan goblin tidak jauh berbeda.

"Antara kawanan goblin dan serigala, manakah yang lebih mudah untuk ditangani?'

"Jika yang kau maksud adalah kriteria tingkat kesulitan quest, maka mereka berada pada level yang sama. Tapi jika melihat langsung di lapangan, itu tergantung dari komposisi sebuah party. Kurasa party kami lebih cocok untuk menangani goblin."

"Alasannya?"

"Serigala memiliki kelincahan dan kegesitan. Mereka adalah musuh berat bagi seorang penyihir dengan peran pendukung sepertiku. Di lain sisi, goblin dapat ditangani dengan mudah lewat pertarungan jarak dekat."

Goblin, huh, pikirku. Rasanya cepat atau lambat aku pasti akan menghadapi monster tipe humanoid juga. Di dalam game, itu bukanlah masalah, tapi ini dunia nyata, memikirkannya saja membuatku merasa mual.

"Berhubung ini adalah salahmu, kau harus membantu kami."

"Lanz, diamlah!"

Aku tidak keberatan menolong mereka, tapi aku tidak ingin melakukannya sebagai pengganti Deborane. Orang bernama Lanz ini punya kepribadian yang buruk, dan Gil hanya menatapku tanpa kata-kata. Satu-satunya orang sopan dalam party tersebut hanyalah Rulina.

Insting hikikomori-ku bilang kalau membentuk party dengan mereka akan merepotkan. Tapi, karena akulah yang menyebabkan Deborane terluka, maka mau tidak mau terpaksa aku harus membantu mereka—perlu kukatakan lagi, itu bukan salahku.

Sungguh dilema.

"Uhhh, dapatkah aku mengajukan sesuatu?"

"Jika itu adalah sesuatu yang dapat kami lakukan, maka tidak masalah."

"Kau ingin kami membagi hasilnya denganmu, huh, dasar gadis licik," saut Lanz. Aku mengabaikannya.

"Serahkan quest-nya padaku. Kalian dapat mengambil catatan penakhlukan untuk diri kalian sendiri. Aku juga akan menyerahkan semua uang yang kudapat dari quest tersebut pada kalian. Sebagai gantinya, pastikan agar Deborane tidak mengusikku lagi."

"Yuna," ucap Rulina, "kau bilang untuk menyerahkan semuanya padamu...?"

"Apa maksudmu kami hanya tinggal diam dan menyaksikan?" Tanya Lanz.

"Apa?" Ucapku. "Kenapa tidak? Pencapaian yang kudapat akan menjadi milik kalian beserta dengan semua hadiah yang nantinya akan kuperoleh. Kalian sama sekali tidak dirugikan di sini."

"Jika kau gagal, maka itu juga akan terhitung sebagai kegagalan kami. Jelas kami tidak setuju."

"Kami tidak ingin menyuruh orang lain menyelesaikan quest yang kami ambil dan mengklaim catatan penaklukannya. Itu sungguh perbuatan yang tidak terpuji."

"Kalau begitu, bagaimana jika hanya Rulina yang ikut denganku?"

"Kenapa hanya Rulina?"

"Itu jelas. Dialah satu-satunya orang dengan pemikiran rasional dan sopan santun diantara kalian, dia juga mudah diajak bicara, terlebih, dia adalah wanita. Tapi alasan sebenarnya adalah bahwa aku tidak ingin bekerja sama denganmu."

"Kau sialan!"

"Lanz, tolong hentikan." Rulina menenangkannya. "Yuna, sanggupkah kau menghabisi sekawanan goblin seorang diri?"

"Aku sanggup mengahadapi sekawanan serigala sendirian, jadi kurasa tidak ada masalah. Jika ada yang membantu, aku khawatir dia malah akan menghambatku saat merapal sihir."

"Kau dapat menggunakan sihir? Kudengar kau mengalahkan Deborane dengan tangan kosong."

"Kalau begitu, kurasa aku tidak perlu menggunakan sihir." Pada saat pertarunganku dengan Deborane tempo hari, aku belum mempelajari sihir. "Tidak perlu sampai membuang-buang mana untuk menghadapi musuh lemah. Kau tidak akan menggunakan sihirmu untuk membunuh seekor serangga, kan, Rulina?"

"..."

Lanz dan Rulina ternganga mendengar ucapanku.

"Dapatkah kau benar-benar melakukannya?"

"Aku hanya perlu mengalahkan lima puluh Deborane, bukan?"

"Mereka itu goblin!" Bentak Lanz. Di sebelahnya, Rulina, yang termenung, mulai angkat bicara.

"Baiklah. Aku akan ikut denganmu."

"Rulina?"

"Apakah kau setuju dengan itu Gil?"

"Tidak masalah."

"Kalau begitu, Yuna, mohon bantuannya."

"Jadi, kapan kita akan berangkat?"

"Jika kau tidak keberatan, kita bisa berangkat kapan saja."

"Tentu, tapi aku belum mempersiapkan apapun."

"Tidak masalah. Sebenarnya, kami berencana untuk pergi pagi ini, jadi kami telah menyiapkan semuanya, mulai dari bekal untuk empat orang dan juga kebutuhan yang lain."

Aku menghiraukan Lanz yang menatapku diam. Dan untuk Gil, dia tidak mengucap sepatah kata pun.


Note:
Mimin zatfley kembali menjadi translator di project kuma kuma xD jadi mungkin mulai sekarang kalian bakal sering lihat dia di sini~




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar