Sabtu, 21 November 2020

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 : Chapter 14. Laporan Beruang

Volume 1
Chapter 14. Laporan Beruang


"Yuna! Yuna! Bangun."

"Rulina, kau terlalu berisik." Aku mengusap mataku yang masih mengantuk saat bangun dari tidur.

"Akhirnya kau bangun juga," ujar Rulina, mengintip dari celah kecil yang sebelumnya kusisakan sebagai ventilasi. "Aku di luar sini bersusah payah, memilah goblin dan memisahkan kristal sihir dari mayat mereka sementara kau membangun rumah dan terlelap di dalamnya? Sungguh tidak adil."

"Pemilahan mayat goblin adalah tugasmu, bukan? Apa kau sudah selesai?" Aku meluruskan posturku sambil meregangkan sendi-sendi yang kaku.

"Ya, aku kaget begitu keluar dan melihat sebuah rumah. Saat kuintip ke dalam, kau malah tertidur! Dan juga, karena pintunya tidak ada, aku tidak bisa masuk!"

Aku merapal sihir bumi, menciptakan sebuah pintu dengan membelah dinding rumah kecil buatanku dan keluar. Matahari mulai turun dari cakrawala, jadi aku berasumsi kalau sekarang adalah jam tiga sore.

"Terlalu banyak goblin di dalam sana. Aku kerepotan—semua itu karena kau tidak ikut membantu."

Aku mengabaikan Rulina dan merubah topik pembicaraan. "Masih adakah hal lain yang perlu kau lakukan di dalam gua?"
"Kurasa tidak."

"Maka aku akan menyegelnya agar tidak ada monster lain yang bersarang di dalam."

Aku merapal sihir bumi dan menutup gua tersebut.

"Jadi," ujarku, "kurasa kita bisa pulang sekarang."

"Tapi, aku lelah."

"Tidak masalah. Aku akan menggendongmu." Aku tidak mau membuang-buang waktu dan ingin segera pulang.

"Yuna...kau tidak bermaksud..."

"Kita tengah berada di gunung, jadi jangan coba berbicara karena jalannya jelek."

Dengan seringai nakal, aku menggendong Rulina yang tampak pasrah dan mulai menuruni gunung.

Lompat! Lompat! Lompat! Setiap kali aku melompat, Rulina akan berteriak, itu sangat berisik karena wajahnya berada dekat dengan telingaku, tapi aku mengabaikannya dan terus berlari. Saat kami berada cukup dekat dengan desa, aku menurunkan Rulina dan kami berjalan menuju gerbang bersama. Hanya perasaanku saja atau langkahnya tampak sedikit sempoyongan?

Kami menyapa penjaga gerbang dan langsung menuju rumah kepala desa.

"Uhh, kelihatannya kalian kembali dengan begitu cepat. Mungkinkah quest-nya terlalu sulit untuk kalian tangani?" Raut muka kepala desa seakan mengatakan, 'yah, aku sudah menduga hal itu'.

"Tidak," jawab Rulina, "kami telah menghabisi seluruh goblin."

"Sungguh?" Ekspresinya langsung berubah kaget.

"Kami telah menyelesaikan quest pembasmian goblin yang kalian ajukan. Ini adalah kristal sihir dari mayat mereka."

Rulina menarik keluar dari item bag miliknya sebuah kantung yang terbuat dari kulit. Ia kemudian melepas tali yang mengikat kantung tersebut dan memperlihatkan isinya kepada kepala desa. Itu kemungkinan berisi kristal sihir dari goblin yang kami basmi, tapi aku terlalu enggan untuk mengintip. Melihat sekantung penuh kristal sihir yang berlumuran darah akan merusak makan malamku.

"Kelihatannya kalian berhasil menghabisi seluruh goblin. Tapi, bukankah ini sedikit lebih banyak dari perkiraan?"

"Ada sekitar seratus dari mereka."

"Seratus?!" Sontak kepala desa tertegun. Wajar saja, dihadapkan pada realita bahwa goblin yang mengancam desanya ternyata berjumlah lebih banyak dari perkiraan, siapa yang tidak kaget.

"Tolong tenanglah. Kami telah menghabisi semuanya. Kami juga telah mensterilkan sarang yang mereka tinggali sebagai markas dan menyegel tempat tersebut, jadi kami rasa tidak akan ada monster lain yang akan bersarang di sana."

"Te-terima kasih banyak." Kepala desa tadi menundukkan kepalanya. "Tolong ijinkan kami menyiapkan kalian tempat untuk bermalam hari ini."

"Ya, terima kasih."

"Tidak perlu, kami akan pulang sekarang."

Rulina dan aku menjawab secara serempak, lantas kami saling memandang satu sama lain.

"Yuna, ini sudah sore." 

"Kita bisa sampai ke kota sebelum matahari terbenam."

"Kau tidak bermaksud menggendongku lagi, kan?"

"Dua kali, tiga kali, apa bedanya?"

"Tapi mereka sudah berbaik hati menawarkan kita tempat untuk menginap."

"Prinsipku adalah menyelesaikan hal-hal merepotkan secepat mungkin."

"Oh, baiklah," dengan terpaksa, Rulina mengalah. "Lagipula aku masih harus melaporkan perihal Goblin King juga."

Selepas para penduduk desa berterima kasih, kami pulang. Aku pasti telah membuat Rulina ketakutan setengah mati dengan lompatan-lompatan gila yang kulakukan saat aku menggendongnya menuruni gunung. Karena, ia sendirilah yang kali ini berpeganan erat padaku. 

"Tolong pelan-pelan saat berlari. Dan juga, jangan melompat—sama sekali."

"Oke, oke."

"Aku benci mengatakannya, tapi sangat nyaman berada dalam pelukan kostum beruang ini."

Rulina mengusap lengan kostum beruang yang kukenakan. Aku tidak terlalu suka caranya menyentuhku seperti itu, jadi aku mengencangkan gendonganku dan langsung berlari untuk mencegahnya membelaiku lebih jauh. Tanah di sini datar, itu membuatku lebih mudah untuk berlari daripada di gunung.

Aku mendeteksi kehadiran monster di depan, itu tak sedikitpun menyulut langkahku. Aku melanjutkan lariku dan mengabaikan mereka. Begitu juga dengan para petualang dan kereta barang yang terkadang lewat, aku berpapasan tanpa menghiraukan mereka. Orang-orang yang kutemui sepanjang perjalan pulang cenderung berisik, tapi pada kecepatanku berlari saat ini, butuh sepersekian detik sampai kebisingan mereka keluar dari jarak dengarku.

Gerbang kota mulai tampak dari kejauhan.

"Rasanya memalukan," gumam Rulina, "jadi bisakah kau menurunkanku segera?"

Dia mulai membisikkan sesuatu di telingaku, tapi mengabaikannya, aku melanjutkan lariku.

"Yu-Yuna? Kumohon?"

Cengkeramannya padaku semakin menguat, anehnya itu tidak terasa sakit. Aku berlari lurus menuju gerbang barat, mengagetkan penjaga yang bertugas dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Rulina memerah saat aku menurunkannya dan dalam diam, aku menyerahkan kartu guild milikku. Penjaga tadi mengeceknya tanpa mengucap sepatah kata pun, dan kami dengan tenang memasuki gerbang kota.

"Uh, jadi, ingin kugendong sampai ke guild?"

"Hentikan!"

Rulina masih tampak memerah sepanjang perjalanan kami menuju guild untuk mengirim laporan. Setibanya di sana, kami melihat banyak petualang yang berkumpul di pintu masuk. Bagaimana kami bisa lewat jika seperti ini, saat aku berpikir demikian, kerumunan tersebut menyadari kehadiranku dan seketika jalan terbuka, layaknya laut yang terbelah di hadapan musa.

Saat kami masuk ke dalam, kerumunan massa menyesaki depan meja resepsionis. Kami hendak mengambil antrian sebelum sebuah suara menghentikan kami.

"Rulina, apa yang terjadi?" Lanz beserta Gil tengah duduk di sebuah kursi, memandang ke arah kami.

"Lanz, mengapa kau di sini?"

"Kenapa? Tentu saja karena firasatku mengatakan kalau kalian akan gagal, dan sepertinya itu benar. Jika kalian kembali secepat ini, pasti banyaknya goblin di sana telah membuat kalian ketakutan dan lari terbirit-birit."

Lanz tersenyum mengejek, ia tak sedikitpun menyembunyikan ekspresi senangnya pada asumsi bahwa kami kembali karena gagal. Apakah dia sadar jika kegagalan kami akan menjadi kegagalannya juga?

"Lanz," ujar Rulina, "sayangnya, quest tersebut telah selesai."

"Apa?!" Mulut Lanz ternganga, menciptakan ekspresi bodoh di wajahnya.

"Kami telah menyelesaikan quest-nya. Seratus goblin berhasil ditumpas, beserta seekor Goblin King sebagai tambahan."

"Apa? Apa yang kau katakan? Seratus goblin? Seekor Goblin King? Itu tidak lucu sama sekali. "

"Itu bukan lelucon."

Terima kasih pada Lanz yang tidak bisa menjaga suara, sekarang semua petualang di dalam guild memperhatikan kami sambil berbisik satu sama lain. "Seratus goblin?" "Seekor Goblin King?" "Mereka pasti bercanda." "Tidak mungkin mereka dapat mengalahkan Goblin King." "Tapi ini si Beruang yang itu lho." "Maksudmu si Beruang yang itu?" "Mungkin jika ini si Beruang, dia benar-benar dapat melakukannya." "Yap, maksudku, ini si Beruang yang itu."

Yang benar saja—apakah mereka berpikir jika itu aku, maka mungkin bagiku untuk melakukannya karena aku beruang.

Pada titik ini, Helen datang menghampiri. "Saya ingin menanyakan beberapa hal. Jika anda tidak keberatan, silahkan lewat sini..."

Dia membawa kami menepi ke sebuah meja, menjauh dari kerumunan massa. "Sekarang, tolong jelaskan apa yang terjadi. Quest yang kalian ambil adalah misi pembasmian sekawanan goblin yang muncul di dekat desa Touz, benar begitu? Kalau tidak salah jumlah mereka sekitar lima puluh?

"Benar, tapi saat kami tiba di sana, mereka ternyata berjumlah seratus."

"Maaf untuk berkata demikian, tapi apakah kalian membawa kristal sihir dari seratus goblin tersebut sebagai bukti pembasmian?"

Rulina mengeluarkan dari item bag miliknya kantung kulit yang sebelumnya telah ia tunjukan kepada kepala desa.

"Bolehkah saya memeriksa kristal sihir ini?" Helen menerima kristal sihir tersebut kemudian mengoperasikan sesuatu di balik meja konter. "Ah—benar, tidak salah lagi kalau semua kristal sihir yang kalian bawa berasal dari monster yang terbunuh hari ini. Saya juga mendengar sesuatu tentang Goblin King. Apakah itu benar?"

"Ya, sarang yang mereka tinggali ternyata dipimpin oleh seekor Goblin King."

"Benarkah itu? Kalau begitu, kalian seharusnya meminta kepada guild untuk mengirimkan party berisikan petualang tingkat C..."

"Tidak perlu khawatir. Yuna telah mengalahkan semuanya."

"Dia mengalahkan Goblin King seorang diri..." "Si Beruang mengalahkan seekor Goblin King."

Si beruang ini lah, si beruang itu lah, kata-kata tersebut menggema ke setiap sudut bangunan guild.

"Apakah itu benar? Apakah anda membawa serta kristal sihir dari mayat Goblin King tersebut? Jika iya, dapatkah saya melihatnya?"

"Yah, daripada kristal sihir, kami membawa serta mayatnya juga."

"Ah, pasti itu sekarang berada dalam penyimpanan beruang milikmu, bukan begitu Yuna-san? Um, karena kemungkinan mayat tersebut akan memakan cukup tempat, maukah anda untuk pindah ke ruang sebelah?"

Banyak dari petualang yang membuntuti kami layaknya barisan para semut.

"Silahkan, anda dapat mengeluarkannya di sini."

Aku menjulurkan tanganku yang terbalut sarung tangan beruang putih, mengeluarkan mayat dari Goblin King yang kubunuh. Sorak-sorai, riuh bercampur menjadi satu, menciptakan sebuah kegaduhan di sekitar kami.

Wajah murka dari mayat tersebut memancarkan aura kebencian, seakan siap menghabisi siapa pun yang berada di hadapannya. Pemandangan tersebut membuat ngeri para pengiringku. Banyaknya luka pada tubuhnya tampak jelas, menceritakan pertarungan sengit yang kami alami.

"Terima kasih banyak. Dapatkah kami membeli mayat tersebut darimu saat ini juga?"

"Mayat Goblin King dapat dimanfaatkan?"

"Ya. Tidak seperti kulit goblin pada umumnya, kulit Goblin King memiliki tingkat ketebalan dan ketahanan yang tinggi, jadi kami dapat mengolahnya menjadi pakaian pelindung. Seperti kristal sihirnya yang dapat dimanfaatkan, kami juga dapat memanfaatkan tulangnya sebagai bahan dasar pembuatan senjata maupun item sihir."

"Aku tidak keberatan dengan hal itu, tapi bagaimana denganmu, Rulina?"

"Aku juga tak masalah."

"Kalau begitu, mari kembali ke meja resepsionis."

Kami kembali ke meja konter yang sebelumnya. para petualang yang tadi mengekor masih mengikuti kami membentuk barisan semut.

"Party milik Rulina lah yang mengambil quest ini. Dikarenakan Yuna turut membantu, bagaimana anda ingin kami memprosesnya?"

"Tolong catat itu sebagai quest gabungan antara party-ku dengan Yuna."

"Rulina?" Tanyaku.

"Kau lah satu-satunya yang mengalahkan mereka semua, dan kami merasa tidak enak untuk mengklaim sendiri catatan penaklukan tersebut. Yang kulakukan hanya mengambil kristal sihir dan bertanya pada orang-orang."

"Dimengerti," ucap Helen. "Maka kami akan mencantumkannya demikian. Mohon untuk semua party member, termasuk nona Rulina, masing-masing menyerahkan kartu guild-nya."

"Aku tidak usah."

"Lanz?"

"Aku hanya menonton tanpa melakukan apapun, berpikir kalau dia akan gagal dan kembali. Yang kulakukan cuma menertawakannya dan meragukan ia dapat mengalahkan sekawanan goblin sendirian."

"Gil?"

"Aku tidak memerlukannya. Aku pun sama, tidak melakukan apa-apa."

"Baiklah. Jika seperti itu, maka kami akan mencantumkannya sebagai quest yang berhasil diselesaikan oleh nona Rulina dan nona Yuna. Apakah kalian tidak keberatan?"

"Ya, silahkan."

"Maka, ini adalah bayaran atas kristal sihir dari goblin-goblin yang berhasil dibasmi, beserta hadiah dari penyelesaian quest. Sebagai tambahan, ada bonus atas pembelian mayat Goblin King juga."

Rulina menerima dua kantung dari Helen. Kantung pertama yang berisikan bayaran atas pembelian mayat Goblin King diberikannya utuh kepadaku, begitu pun dengan kantung yang satunya, tetapi setelah ia menyisihkan setengah dari isinya. Aku dengan rendah hati menerima kantung tersebut, kemudian memasukkannya ke dalam penyimpanan beruang.

"Maaf atas apa yang telah terjadi sebelumnya. Aku akan pastikan untuk berbicara dengan Deborane nanti, begitu juga dengan Lanz."

"Tidak apa-apa, tadi itu menyenangkan! Ditambah, aku dapat melatih sihirku melawan Goblin King juga." Pertarunganku dengan Goblin King merupakan uji coba yang layak.

Saat kami beranjak meninggalkan guild, Rulina mengajakku makan malam bersama dengan anggota party miliknya. Kami berakhir di rumah makan yang dia, Lanz, dan Gil rekomendasikan. Lanz pada akhirnya menundukkan kepalanya dan meminta maaf, begitu juga dengan Gil, dia menyesal karena tidak turut serta membantu kami. Aku memaafkan mereka dan mentraktir mereka makan.

"Apakah kau yakin?" Tanya mereka.

"Yap. Aku mendapatkan bonus dari mengalahkan Goblin King, dan kalian bisa menganggapnya sebagai kompensasi atas biaya perawatan Deborane."

"Baiklah. Maka, kami akan dengan senang hati menerimanya."

"Terima kasih."

Kami berempat menikmati makan malam bersama, dan kembali ke rumah masing-masing setelahnya. Aku memberitahu Elena untuk tidak membuatkanku makan malam dan langsung pergi ke kamar. Tanpa membersihkan diri, aku langsung meringkuk di balik selimut dan langsung tertidur.




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar