Jumat, 12 Maret 2021

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 2 : Chapter 27. Beruang yang Dirumorkan

Volume 2
Chapter 27. Beruang yang Dirumorkan


Jalan di dekat lahan kosong di mana aku mendirikan rumah menjadi terkenal dalam hitungan hari. Itu masuk akal; sebuah rumah dengan bentuk beruang yang dihuni oleh gadis misterius berpakaian beruang tiba-tiba muncul entah dari mana dan mengisi sebuah lahan kosong, rumah itu pasti akan menarik perhatian setiap orang yang lewat. Orang-orang mulai sering berdatangan untuk sekedar melihat rumah tersebut dari jauh. Akibatnya, aku menjadi jarang keluar rumah. Aku pernah keluar untuk mencari makan sekali di hari kedua aku menempati rumah baruku, tapi setelahnya, aku mulai terbiasa untuk memasak di rumah. 

"Yuna-san, aku telah selesai melakukan pemilahan untuk hari ini."

Karena Fina selalu datang ke sini setiap hari setelah aku mempekerjakannya untuk memilah hasil buruanku, aku akhirnya memutuskan bahwa dia harus mengambil libur sehari setelah tiga hari bekerja dan itu adalah aturannya. Dan aku juga telah membatasi jumlah monster yang boleh ia pilah, yaitu lima ekor per hari. Jika tidak dibatasi, Fina mungkin akan memaksakan dirinya dan bekerja terus-terusan. Jika hanya lima ekor, dia pasti bisa menyelesaikannya dalam setengah hari.

"Terima kasih. Berhati-hatilah saat pulang."

"Tentu. Tidakkah kau akan pergi bekerja, Yuna-san?" 

"Kapan-kapan kurasa..."

Jika aku di duniaku yang dulu, mengurung diri di rumah bukanlah perkara besar, tetapi aku tidak bisa terus-menerus melakukan hal itu di sini. Sudah kuputuskan, hal pertama yang akan menjadi agendaku besok adalah pergi mengunjungi guild. Bagaimanapun juga, aku perlu memburu beberapa monster agar Fina punya sesuatu untuk dikerjakan.

Keesokan paginya, aku langsung pergi ke guild seperti yang kujadwalkan.

"Oh, Yuna-san! Anda akhirnya kembali," teriak Helen begitu melihatku masuk ke aula guild.

Kenapa guild harus seberisik ini?

"Selamat pagi, Helen," aku menyapa Helen dan berjalan ke mejanya.

"Sungguh, dari mana saja Anda selama ini? Kami telah lama menanti Anda."

"Menungguku?"

"Ya. Ada sebuah permintaan yang ditujukan khusus untuk Anda."

"Untukku? Sebuah permintaan khusus?"

"Permintaan tersebut datang dari Lord* Cliff Fochrosé." 
<TLN: adalah sebutan umum untuk seorang tuan tanah atau pemimpin suatu wilayah pada abad pertengahan.>

"Siapa dia?"

Tak ada satu pun kenalanku yang punya nama seperti itu. Ini bahkan kali pertamanya aku mendengar nama tersebut.

"Anda tidak tahu siapa beliau? Count* Fochrosé, beliau adalah penguasa di wilayah ini."
<TLN: merupakan gelar kebangsawanan yang sejajar dengan Earl, atau dapat diserupakan dengan gubernur yang memimpin suatu provinsi atau wilayah.>

"Dia tuan tanah di sini?"

Jika dia adalah tuan tanah sekaligus orang dengan gelar Count, dia pasti bagian dari kaum bangsawan. Orang sepertinya mengirimiku sebuah permintaan? Dalam manga dan novel, berurusan dengan bangsawan sama merepotkannya seperti berurusan dengan keluarga kerajaan. Aku lebih baik tidak terlibat. Oleh karena itu...

"Tidak."

"Huh?"

"Aku menolak."

"Huh?"

"Aku ingin pulang." Kataku lalu berbalik.

"Mo-mohon tunggu sebentar," Helen mencondongkan tubuhnya ke meja dan menarik kostum beruangku.

"Apa?" 

"Mengapa Anda malah pulang?"

"Aku ingin tidur."

"Tapi ini masih pagi."

"Bukannya itu tidak ada hubungannya denganmu, Helen."

"Jika demikian, tolong dengarkan saya sebelum Anda pergi. Anda jarang terlihat akhir-akhir ini, dan utusan dari Lord Fochrosé sudah beberapa kali mampir kemari."

"Bukan urusanku."

"Tolong dengarkan dulu kata-kata saya."

"Tidak mau!"

"Tolonglah." Cengkraman Helen semakin menguat.

"Setelah aku mendengarkanmu, bolehkah aku langsung menolaknya?"

"Mengapa Anda begitu menentangnya?"

"Nenekku berwasiat untuk jangan terlibat dengan kaum bangsawan atau keluarga kerajaan."

"Wasiat macam apa itu?"

"Yah, mereka para bangsawan dan keluarga kerajaan akan langsung membunuh atau memenjarakan siapa saja yang tidak mereka sukai. Atau jika mereka mendapati seorang wanita cantik, mereka akan mengincar tubuh wanita tersebut dan mengancamnya jika dia menolak. Mereka akan menuduh orang lain atas kejahatan yang tidak orang tersebut lakukan. Mereka mengambil uang rakyat, dan menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Jenis orang semacam itu lah mereka. Ditambah lagi,  anak-anak mereka angkuh dan keras kepala, selalu ingin segala sesuatu berjalan sesuai apa yang mereka kehendaki dan mereka akan menyalahgunakan kedudukan yang mereka miliki untuk mewujudkan hal tersebut."

"Pemikiran macam apa itu?"

"Apa aku salah?"

"Memang beberapa dari mereka ada yang seperti itu. Tetapi Lord Fochrosé berbeda. Beliau adalah orang yang baik dan sopan."

"Sudahkah kau bertemu dengannya?"

"Sudah. Dan saya belum dengar ada satu pun rumor buruk tentang beliau, jadi beliau pastilah orang baik."

"Tapi di sisi lain, jika dia membunuh siapa saja yang tahu watak aslinya, orang-orang tidak akan mengira kalau dia orang jahat. Pepatah mengatakan; orang mati tidak berbicara."

"Mengapa Anda menyimpulkannya sampai seperti itu?"

Aku tidak bisa bilang padanya bahwa aku telah terpengaruh oleh manga dan novel.

"Hey, kenapa pagi-pagi sudah ribut begini?"

Di saat aku dan Helen berdebat, gumpalan otot yang disebut Guildmaster datang dari ruang belakang.

"Guildmaster!"

"Helen, kau tahu kalau pagi-pagi itu kita sibuk. Apa yang kau lakukan?"

"Ini bukan salahku. Aku hanya ingin memberitahu Yuna perihal permintaan dari Lord Fochrosé yang ditujukan khusus untuknya, tetapi dia memiliki prasangka aneh terhadap para bangsawan dan tidak mau mendengarkan isi dari permintaan tersebut."

Itu semua bukan prasangka. Dalam manga dan novel, memang seperti itu lah adanya.

"Prasangka?"

"Dia mengatakan hal-hal seperti bagaimana para bangsawan membunuh orang-orang yang mereka benci dan mengincar setiap wanita cantik yang mereka lihat, dan bagaimana anak-anak mereka bersikap angkuh dan keras kepala."

"Yah, itu ada benarnya," ucap Guildmaster.

"Guildmaster!"

"Oke, maaf. Memang ada bangsawan yang seperti itu, tetapi Cliff berbeda, jadi kau tidak perlu khawatir."

Cliff? Pikirku. Memangnya tidak masalah untuk memanggil seorang bangsawan dengan nama depan mereka seperti itu? 

"Apa kau sungguh yakin?"

"Ya. Selain itu, aku mengenal pria tersebut."

Kurasa masuk akal jika tuan tanah dari wilayah ini adalah kenalan Guildmaster.

"Tolong terimalah," ucap Helen. "Jika Anda menolaknya, Anda akan membuat guild kehilangan kepercayaan dari beliau." Sekarang dia menarik kostumku dengan dua tangan. Kurasa dia tidak akan melepaskanku sampai aku menerima permintaan tersebut.

"Ummm. Baiklah, aku paham. Akan kudengarkan."

"Terima kasih banyak. Tapi sebenarnya, tidak banyak yang bisa saya sampaikan. Beliau hanya menyuruh Anda untuk menemui beliau di kediamannya."

"Hah, apa?"

Itu terdengar seratus kali lebih mencurigakan. Dia seperti mencoba merencanakan sesuatu diam-diam...

"Kau tidak perlu khawatir. Kurasa dia hanya ingin bertemu dengan beruang yang akhir-akhir ini jadi perbincangan banyak orang."

"Siapa yang kau maksud?"

"Anda menjadi sedikit terkenal di kota akhir-akhir ini, Yuna-san" 

Yah, pikirku, kurasa orang yang berjalan-jalan di kota sambil mengenakan kostum beruang akan menjadi bahan perbincangan hangat, tetapi menurutku alasan seperti itu saja tidak cukup untuk membuat dia ingin bertemu denganku.

"Menyerah sajalah untuk kali ini," tutur Guildmaster. "Kau telah banyak menumpas kawanan serigala dan goblin—bahkan kau berhasil mengalahkan Goblin King—itu semua kau lakukan seorang diri, dan sambil mengenakan kostum beruang tersebut. Belum lagi kau orang yang membangun rumah beruang itu dan memanggil beruang untuk kau bawa berkeliling membasmi monster. Mau tidak mau kau pasti jadi perbincangan banyak orang. Bahkan seorang tuan tanah tidak mungkin tidak penasaran setelah mendengar semua rumor tersebut dan ingin bertemu denganmu, bukan?"

"Apa maksudnya dengan rumah beruang itu?" Tampaknya informasi tersebut tidak sampai kepada Helen.

"Kau tidak tahu? Dia menyewa sepetak tanah dan mendirikan sebuah rumah berbentuk beruang di atasnya. Selain itu, rumah tersebut muncul begitu saja tanpa ada yang menyadari, itu menjadi bahan perbincangan kota akhir-akhir ini."

"Saya baru tahu itu. Saya akan mampir ke sana kapan-kapan."

Jangan, tidak perlu, pikirku.

Yang aku lakukan hanyalah menyelesaikan quest seperti yang petualang lain lakukan, mendirikan sebuah rumah (beruang) menggunakan sihir seperti yang orang lain lakukan, membasmi monster sambil menaiki (beruang) tunggangan, dan mengenakan pakaian (beruang) normal saat berjalan-jalan di kota.

"Tidak bisakah aku menolaknya?" Aku tidak ingin bertemu dengannya. Aku ingin kembali ke rumah.

"Siapa yang tahu?" Jawab Guildmaster. "Petualang lain normalnya tidak akan menolak permintaan yang diajukan oleh bangsawan. Jika kau berniat untuk menolak permintaan tersebut, satu-satunya pilihanmu adalah angkat kaki dari kota ini."

"Sungguh merepotkan." Cuma itu yang bisa kukatakan.

"Jangan berkata seperti itu. Dia hanya penasaran denganmu. Jika dia mengundangmu, mau tidak mau kau akan bertemu dengannya."

"Yah, jika aku memang harus pergi, kapan kira-kira waktu yang tepat? Seorang tuan tanah pasti punya jadwal yang padat, bukan?"

"Ya, dia sudah mengabari kapan jadwal miliknya akan kosong. Bisa besok atau tiga hari ke depan di waktu sore."

Jika dia memang sesibuk itu, kenapa pula ia mau repot-repot menemuiku?

"Saya tidak akan melepaskan Anda sampai Anda bilang bahwa Anda akan menerima permintaan tersebut." Tangan Helen masih mencengkram erat pakaianku.

"Baiklah. Aku akan menemuinya. Cuma itu yang harus kulakukan, kan?"

"Sungguh? Terima kasih banyak."

Dia akhirnya melepaskanku. Tanpa bisa menolak, aku akhirnya memutuskan untuk menemuinya besok sore.

Sungguh merepotkan, pikirku sekali lagi. 




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar