Senin, 01 Maret 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 17 : Chapter 4 – Tiba dalam Konflik

Volume 17
Chapter 4 – Tiba dalam Konflik


Aku melihat sekeliling. Rasanya seperti melewati terowongan cahaya, persis seperti pertama kali aku mengunjungi dunia Kizuna.

"Ara?"

Aku mendengar suara yang kuharapkan.

"Ara!"

Kemudian aku mendengar suara lain yang tidak kuharapkan. Aku berbalik di tengah kekagetan dari anggota party lainnya. Orang yang dibicarakan juga melihat sekeliling dengan ekspresi terkejut yang sama pada wajahnya.

“Kupikir kita setuju kau tetap tinggal di desa. Apa yang kau lakukan di sini?" Aku bertanya. Sejauh yang aku ingat, dia telah berdiri di samping Ruft dan melambaikan tangan kepada kami.”Jangan bilang, saat kami pergi, kau berkata 'jangan tinggalkan aku!' dan berlari masuk ke dalam cahaya?” Aku bertanya padanya. Apapun alasannya, Shildina berada dengan kami saat melewati terowongan cahaya.

“Naofumi kecil, aku melihatnya sendiri. Shildina kecil tidak melakukan hal seperti itu. Faktanya, saat kita berangkat dan cahaya di sekitar kita mulai muncul di sekitar dirinya juga, dia terlihat sama terkejutnya dengan Ruft,” Sadeena menjelaskan, membela Shildina.

"Itu benar. Aku juga melihatnya,” Itsuki membenarkan. Aku terkesan mereka dapat melihat sedetail itu. Aku hampir tidak melihat apa pun dengan semua cahaya disekitarku.

"Jadi dia dipaksa untuk ikut?" Aku bertanya. Sepertinya sulit dipercaya. Tidak banyak orang yang bisa mewujudkannya.

Aku melihat ke arah Ethnobalt, tetapi dia menggelengkan kepalanya.

“Bukan aku. Aku dengan jelas menetapkan siapa yang harus dibawa oleh aksesori tersebut,” lapornya.

“Ada kesalahan dengan pengaturanmu?” Aku menyarankan.

"Kurasa kita tidak bisa mengesampingkan itu," jawabnya.

“Bisakah kita kembali?” Aku bertanya. Ethnobalt hanya menggelengkan kepalanya dengan tenang. ”Kalau begitu kita sepertinya tidak punya banyak pilihan," kataku sambil mendesah. Aku menatap Shildina lagi dan memperingatkannya sambil menggaruk kepalaku. ”Aku benar-benar ingin kau melatih semua orang di desa, tapi karena ini adalah kejadian tidak terduga, maka tidak ada yang bisa disalahkan. Namun, aku tidak ingin mendengar keluhan, apa pun yang terjadi.” Aku khawatir dengan buta arahnya. Bahkan jika ini tidak terjadi, masih ada banyak potensi masalah.

“Oke, Naofumi yang manis! Setidaknya aku akan membuktikan diriku lebih berguna daripada Sadeena!” dia menjawab.

"Bagus, bagus untukmu," jawabku singkat.

Kami melanjutkan melewati terowongan cahaya.


Kami menyelesaikan perjalanan kami melalui terowongan cahaya dan muncul di dataran berumput yang telah aku lihat sebelumnya. Ini adalah dataran tempat negara L'Arc berada, dekat dengan kota pelabuhan dimana rumah Kizuna. Bukan tempat yang buruk.

“Semuanya, periksa level dan perlengkapanmu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” aku memperingatkan mereka. Dengan begitu, aku juga memeriksa kondisiku sendiri. Levelku sama dengan saat terakhir kali aku pergi dari dunia Kizuna. Barbarian Armor tidak memiliki teks acak seperti dulu, tetapi statusnya sedikit menurun. Aku seharusnya bersyukur itu bahkan berfungsi. Pada dasarnya, itu semua berkat usaha dari pak tua toko senjata. Perlengkapan yang dia berikan pada Itsuki dan Rishia berada dalam kondisi yang sama.

Dalam hal perisai, aku mendapat kejutan yang menyenangkan saat menemukan bahwa Spirit Tortoise Carapace Shield masih bisa digunakan. Namun, levelku agak terlalu rendah untuk bisa menggunakannya. Aku harus puas dengan ini untuk sementara waktu.

"Aku baik-baik saja," seru Filo. Aku sudah menduganya. Filo telah memeriksa statistiknya dalam wujud manusianya. Mempertimbangkan kemampuannya di dunia ini, Filo cocok sebagai support.

"S'yne juga baik-baik saja," kata familiar S'yne mewakili dirinya.

"Level 58," tambahnya.

"Jadi ini dunia yang pernah kau kunjungi sebelumnya," kataku. Aku sedikit gelisah dengan levelnya, tetapi kedengarannya cukup untuk berpindah saat setiap gelombang terjadi.

"Raph?" Raph-chan terdengar terkejut.

"Ara!"

"Astaga!"

Aku melihat kedua paus pembunuh bersaudara dan mendapati diriku harus menunduk ke bawah— menunduk lebih dari yang kuharapkan.

Sadeena baik-baik saja. Sekilas, dia sepertinya tidak berubah sama sekali — tidak ada cara untuk mengetahui secara visual apakah dia memiliki perlengkapan dengan teks acak atau tidak.

Masalahnya adalah Shildina. Dulu di dunia kita, dia berukuran hampir sama dengan Sadeena, tapi sekarang... dia telah menyusut. Dia saat ini dalam bentuk demi-human-nya, jadi tidak diragukan lagi. Dia sekarang hanya sedikit lebih tinggi dari Raphtalia saat kecil, dan pakaiannya juga longgar. Dia bahkan terlihat lebih muda, seperti anak kecil, dengan sedikit semburat merah jambu di kulitnya. Suaranya juga lebih tinggi. Dia benar-benar hanya terlihat seperti anak kecil normal — atau setidaknya tidak seperti seseorang yang pernah menjadi wanita dewasa beberapa saat yang lalu.

“Fehhh...” Rishia melihat dengan heran. Serius, aku berharap dia akan berhenti membuat suara yang mengganggu itu. Sulit untuk mengatakan apakah dia benar-benar membuat kemajuan. Sekarang Itsuki-lah yang membuatnya tenang.

“L'Arc memang menyebutkan bahwa Raphtalia menjadi lebih kecil ketika dia pertama kali datang ke dunia ini,” kataku.

“Aku telah mendengar tentang apa yang terjadi denganmu. Itu cukup berkesan, jadi aku mengingatnya dengan baik,” kata Ethnobalt.

“Jadi kurasa, seperti bagaimana Filo dan Ethnobalt berubah untuk menyesuaikan dunia masing-masing, demi-human menjadi lebih muda,” aku menyimpulkan.

"Astaga? Bagaimana denganku?" Tanya Sadeena.

“Ketika Filo datang ke dunia ini sebelumnya, dia adalah peri bersenandung, bukan? Tapi ketika aku pergi ke duniamu, aku menjadi sesuatu yang mirip dengan usapil, bukan?” Kata Ethnobalt.

“Mungkin usia juga berpengaruh. Kau tumbuh cukup besar juga, bukan, Ethnobalt,” aku mengingatkannya. Raphtalia sebenarnya baru berusia sekitar sepuluh tahun. Mungkin itu sebabnya dia terlihat sangat muda saat pertama kali tiba di dunia ini. Hal yang sama berlaku untuk Filo. Kenyataannya Filo bahkan belum berusia satu tahun. Dalam kasus Ethnobalt, itu mungkin karena dia adalah ras yang berkembang dengan lambat... tapi itu masih menyisakan pertanyaan.

“Naofumi Kecil, apakah kau ingin melihatku ketika aku masih kecil?” Tanya Sadeena.

"Tidak terlalu," jawabku. Aku ingat Sadeena mengatakan dia berusia 23 tahun. Dia telah menghabiskan waktu dengan orang tua Raphtalia bahkan sebelum Raphtalia lahir, jadi masuk akal kalau dia lebih tua. Dia memiliki sejarah sebagai miko naga air dan algojo di Q'ten Lo juga.

"Ya ampun," kata Shildina.

“Kau sangat manis, Shildina kecil!” Sadeena berkata sambil menggendong adiknya dari belakang.

"Hentikan. Turunkan aku!" protesnya, tampak sangat tidak senang. Itu membuatnya semakin terlihat seperti anak kecil. Penampilan bisa sangat membingungkan.

“Aku mungkin lebih suka kau seperti ini. Kau terlihat sangat manis, Shildina,” lanjut Sadeena.

"Aku tidak peduli apa yang kau pikirkan, Sadeena," balasnya. Shildina berubah menjadi bentuk therianthrope dan mulai memukul Sadeena dengan ekornya. Aku menarik napas kagum. Paus pembunuh mini! Dia seperti maskot akuarium yang imut. Seaneh Keel, hampir — dan sangat mirip dengan boneka Sadeena yang dibuat S'yne. Sadeena tetap menahan Shildina yang telah bertransformasi dan memperlihatkannya padaku.

“Lihat, Naofumi kecil. Bukankah Shildina kecil begitu manis?” dia bertanya kepadaku. Aku memberi ”hmmm," mengambil Shildina dari Sadeena dan mengangkatnya. Dia terasa sangat ringan karena perbedaan level kami. Shildina hanya mengibaskan — jika memang bisa disebut — ekor tanpa menunjukkan tanda-tanda ketidaksenangan. Apakah seperti ini Shildina saat dia masih kecil? Dia kecil, itu pasti. Aku memperlakukannya seperti orang dewasa, tapi aku harus lebih mengawasinya lagi sekarang.

“Tinggi! Tinggi!” Kataku, mengangkatnya ke udara.

“Naofumi Kecil?” Sadeena menatapku dengan keheranan. Bukankah itu yang kau lakukan dengan seorang anak? Aku telah melakukan hal yang sama dengan Raphtalia ketika dia masih kecil juga. Aku punya masalah sendiri saat itu, tetapi Shildina mungkin lebih suka diperlakukan lebih dekat dengan usianya sendiri. Aku juga mengelus kepalanya.

"Ya ampun!" Shildina sepertinya tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Dia adalah seorang anak yang tidak pernah dimanjakan, jelas. Akhirnya, mungkin karena kehabisan sihir, atau mungkin karena pertimbangan kepada diriku, dia kembali ke bentuk demi-human-nya.

“Mengapa kau mengasuh Shildina, Naofumi?” Ethnobalt bertanya, jelas bingung. Tetapi tidak ada alasan pasti. Aku hanya mengikuti arus. ”Ada beberapa orang yang cukup kekanak-kanakan di desamu juga... Aku mengerti." Ethnobalt sepertinya telah menyadari sesuatu — atau itu anggapanku. Hei! Tidak perlu memperhatikan hal seperti itu!

“Jadi kau akan jadi seperti ini setelah punya anak, Naofumi kecil,” kata Sadeena.

"Mungkin begitu," kataku. Orang asing yang lewat mungkin akan melihat adegan ini seperti aku sedang menggendong anakku dengan Sadeena. Namun, pada saat itu, Shildina mengarahkan tinjunya pada Sadeena.

“Aku bukan anak Sadeena!” dia memprotes.

"Ara!" Sadeena tertawa, matanya penuh tatapan kehangatan.

"Aku akan kembali ke wujudku semula sebelum kau menyadarinya!" Teriak Shildina. Aku senang melihat dia termotivasi, tetapi aku berharap mereka tidak terlalu banyak bertengkar.

"Raph," kata Raph-chan untuk menarik perhatianku dan kemudian menunjuk ke sebuah kastil. Ada sebuah kota di sekitarnya, tetapi tampaknya dalam kondisi yang sangat buruk. Pasti ada kebakaran. Seluruh tempat itu tampak jauh lebih kumuh dari sebelumnya.

“Fehhh...” Kata Rishia.

"Tetap waspada. Kita harus mengetahui situasinya terlebih dahulu,” kataku.

"Ara. Kuharap Raphtalia kecil baik-baik saja,” komentar Sadeena.

“Kita hanya bisa berdoa. Raph-chan, apa kau bisa merasakan dimana dia?” Aku bertanya. Raph-chan awal mulanya adalah shikigami yang digunakan untuk menemukan Raphtalia. Aku tidak yakin apakah fungsi itu masih bekerja, tetapi tidak ada salahnya untuk bertanya.

"Raph," jawab Raph-chan, sepertinya mengerti persis apa yang aku tanyakan, dan menunjuk ke kota — ke kastil. Sepertinya Raphtalia ada disana.

"Baik. Cukup bermain-main. Ayo bergerak. Namun... pastikan untuk tetap berhati-hati. Karena level kita masih rendah,” aku mengingatkan mereka. Aku lalu memberikan sihir dukungan pada semua orang, dan kemudian kami menuju ke arah kastil.


Di depan kota — di depan gerbang kastil — ada pertempuran yang hanya bisa dikatakan sebagai ”pertempuran intens". Pasukan berbaju besi yang tidak aku kenali sedang melawan mereka yang mengenakan armor yang dikenakan oleh pasukan L'Arc, masing-masing pihak saling menyerang, dengan senjata di tangan mereka. Sepertinya sedang terjadi invasi ke negara L'Arc.

Setelah aku memikirkan langkah selanjutnya, aku melindungi Filo dan Ethnobalt dan berjalan menuju garis depan. Jika aku terus menggunakan Shooting Star Shield, tidak ada kekhawatiran terhadap salah sasaran.

Sebuah geraman menarik perhatianku, aku menoleh dan melihat Glass serta Raphtalia dengan senjata mereka masing-masing, terkunci dalam pertempuran melawan seseorang yang memegang sabit yang seharusnya milik L'Arc. Raphtalia ada di sana! Dan dia tampak kehilangan keseimbangan. Dari L'Arc aku merasakan ketegangan, semacam kepanikan.

"Sekarang! Kalahkan Raja L'Arc Berg yang arogan, mantan pemegang vassal weapon!” teriak seseorang. Itu berasal dari seorang wanita yang berdiri di belakang pasukan musuh. Dia memiliki atmosfir yang paling buruk disini, bisa dikatakan seperti Penyihir. Sementara itu, Therese bertarung di belakang Raphtalia dan Glass.

“Dasar sampah! Mencuri senjataku dan melakukan semua ini! Sudah kukatakan, itu bukanlah tujuan dari senjata-senjata ini!” L'Arc menggeram.

Ada orang lain di sana — seorang pria menjawab, ”Hah! Mengapa kita mendengarkan seseorang yang senjatanya mencampakkannya? Sabit kecil yang manis ini tidak menginginkan pencinta keadilan yang sok tahu sepertimu! Senjata ini datang kepadaku karena aku adalah pemilik yang selalu diinginkannya!” Pria yang memegang sabit mendengus pada kemarahan L'Arc. Dia memiliki aura yang sama seperti Kyo dan Takt.

"Kau berbohong! Vassal weapon sabit tidak akan pernah memikirkan hal seperti itu!” Therese menyangkal klaim itu, dan Raphtalia serta Glass memelototinya. Lelaki bersabit itu mundur, kemudian meluncurkan serangan sihir yang tak terhitung jumlahnya dan ofuda langsung ke arah Raphtalia dan Glass. Keduanya melawan semua serangan itu.

“Serius? Kalian tidak dapat melakukan apa pun kecuali kalian semua berkumpul bersama! Menyedihkan. Kalian tidak akan bisa menyelamatkan dunia ini, jika seperti tu,” sang musuh terkekeh. Ini semua tidak terlihat bagus. Untuk satu hal, L'Arc memiliki perban yang melilit kepala dan lengannya. Dia juga tidak memiliki vassal weapon sabitnya. Kedengarannya seperti telah dicuri, seperti Takt mencuri senjata kami. Therese juga memiliki perban yang melilit lengan dan kakinya. Dari cara dia berjalan, dia menderita luka serius. Glass sepertinya tidak memiliki luka tertentu, tapi pakaiannya compang-camping. Mereka jelas kelelahan karena serangkaian pertempuran berturut-turut.

"Bahkan aku tidak lagi memiliki kesabaran untuk mematuhi keinginan Kizuna," kata Glass. ”Ini adalah waktu untuk benar-benar mengakhirimu dan pertempuran bodoh yang telah kau mulai!” Dia mengangkat kipasnya dan memasuki pose bertarung. ”Raphtalia, jika terjadi sesuatu padaku, aku serahkan Kizuna dan L'Arc padamu.”

“Tenang, kumohon, Glass!” Raphtalia menanggapi. Glass mencoba mengumpulkan semua energi jahat ke dalam dirinya. Aku sendiri telah menggunakan Shield of Rage, jadi aku mengerti aura yang bergetar diudara ini.

“Jika kita kalah dalam pertempuran ini, Kizuna tidak akan kembali. Aku akan melakukan apapun yang diperlukan—” Saat itulah aku melompat ke depan Glass, menghentikan tindakannya.

"Tenang. Kita mungkin bisa memenangkan ini tanpa pengorbanan apapun,” kataku padanya.

"Suara itu!" Bekerja. Glass menghentikan apa yang telah dia lakukan. Dia mencoba menggunakan senjata terkutuk. Itulah mengapa aku menghentikannya.

Ada alasan kenapa aku tidak berbicara dengan Raphtalia dan yang lainnya segera setelah tiba di medan perang.

“Aku, Pahlawan, memerintahkan langit dan bumi! Buka jalan alam semesta dan hubungkan kembali untuk mengeluarkan kenajisan! Kekuatan Dragon Vein! Sekarang patuhi perintah dari sang pahlawan, sumber kekuatanmu, gabungkan sihirku dengan kekuatan sang pahlawan. Bacalah kembali sumber dari segala sesuatu dan berikan kekuatan kepada mereka semua!” Aku melantunkan mantra. 

”All Liberation Aura X!” Sihir dukungan tingkat tertinggi dilemparkan kepada semua orang dalam jangkauan yang aku anggap sebagai sekutu.

"Ini... luar biasa! Aku merasa sangat ringan!” kata Glass.

“Statistikku telah meningkat luar biasa! Benar-benar kekuatan yang luar biasa!” kata L'Arc.

"Hah?" Orang dengan sabit L'Arc mengalihkan pandangannya ke arahku, jelas tidak senang dengan kedatanganku yang tak terduga ini. ”Kau siapa?”

"Tuan Naofumi!” Raphtalia melihatku, matanya terbuka lebar dan ekspresinya cerah. Bahkan ada air mata di matanya. Tentu saja, terakhir kali aku melihatnya, aku sendiri hampir mati. Dia bahkan tidak tahu apakah aku masih hidup atau mati, jadi ini bukan reaksi yang berlebihan. Sejujurnya, aku ingin menikmati reuni itu sendiri, tetapi pertama-tama kami perlu melakukan sesuatu terhadap musuh-musuh ini.

“Kau awal mulanya adalah sekutu Kizuna, bukan?” Ethnobalt telah memberi tahuku bahwa mereka adalah mantan sekutu yang telah melancarkan serangan mendadak dan mencuri sabit L'Arc. ”Bukankah dia memberitahumu tentang diriku? Salah satu dari empat pahlawan suci dari dunia lain?” Jika mereka sekutu, aku pasti akan muncul dalam percakapan mereka.

“Jadi kau adalah bala bantuan, dipanggil karena teman-teman kecilmu di sini berdarah-darah. Pulang dan kembalilah ke mana pun kau berasal, dan aku berjanji untuk tidak menebasmu saat kau pergi,” pria itu menggeram.

“Kau tidak dikendalikan oleh Kyo, bukan?” Aku bertanya. Dia bertingkah seperti bajingan itu. Ethnobalt membuatnya terdengar seperti orang ini dan Kizuna sangat dekat. Kepercayaan diri yang dia tunjukkan benar-benar membuatku kesal. Itu memberitahuku satu hal: dia adalah musuhku.

Dia sudah melakukan begitu banyak hal buruk, dan juga, sepertinya tidak ada banyak harapan untuk resolusi damai, seperti yang telah aku lakukan dengan Ren, Itsuki, dan Motoyasu.

“Kau menyamakanku dengan sampah itu? Lihat saja aku! Aku jauh lebih kuat dari sebelumnya,” pria itu balas menggeram.

"Tentu saja. Dan jika kau kuat, apa pun yang kau lakukan akan dimaafkan, bukan? Aku muak mendengar omong kosong itu,” jawabku. Salah satu hal lain yang sama dengan Kyo —Berpikir bahwa kekuatan memungkinkannya melakukan apa saja. Apakah itu berarti dia juga garis terdepan dari gelombang? ”Siapa yang berada dibelakangmu, boneka?" Aku bertanya kepadanya.

“Apa untungnya bagimu, menanyakan itu?” dia membalas.

"Katakan saja padaku," kataku.

“Kau benar-benar mengira aku akan mengatakannya?” dia membalas.

“Tidak, kau benar.” Tentu saja tidak. Semua teman bajingannya sudah mulai menyerangku dengan sihir, panah, dan bermacam-macam senjata.

"Tuan Naofumi!” Raphtalia berteriak. Jika aku mencobanya lebih lama lagi, Raphtalia akan marah. Tapi karena aku tidak bisa membuat Takt bicara, kupikir ini kesempatan bagus.

“Jika kau memaksakan keberuntunganmu... ini akan lebih buruk dari kematian bagimu,” aku memperingatkan. Mengingat apa yang terjadi dengan Takt di dunia kita, belum lama ini. Terlepas dari orang yang memulainya, begitu mereka membiarkan semuanya menjadi seperti ini, begitu mereka dikalahkan, itu selalu berakhir tragis. Aku tidak akan menutup-nutupi sesuatu. Ejekan, hinaan, apapun yang mereka ingin lempar, aku bisa menerimanya. Aku sudah terlalu banyak membawa beban di punggungku. Demi Atla dan Ost dan semua orang yang telah gugur di sepanjang jalan, tidak ada jalan untuk kembali bagiku — betapapun kotornya jalan yang harus aku lalui.

"Jangan menyemangati dia," Glass menyarankan, akhirnya memahami situasinya. Seluruh pertempuran ini benar-benar berubah 180 derajat menguntungkan kami.

“Mungkin campur tanganku tidak diterima?” Aku bertanya padanya, satu alis terangkat.

"Tidak sama sekali. Ini bukanlah musuh yang layak untuk sebuah pertempuran terhormat,” jawabnya.

Dengan teriakan amarah, L'Arc mendekati salah satu musuh dengan kecepatan tinggi dan menebas mereka. Yang lain hanya berdiri di sana, tertegun, menengok kiri dan ke kanan.

“Menurutmu trik kecil ini cukup untuk menang? Aku hampir kehilangan kata-kata, jujur. Biar aku tunjukkan apa yang benar-benar bisa aku lakukan!” pria sabit itu mengamuk.

“Jika kau punya sesuatu untuk ditunjukkan kepadaku, silakan. Kalahkan aku, jika kau bisa,” jawabku dengan tenang. Kemudian aku mengaktifkan Attack Support dan meluncurkan anak panah ke musuh yang memegang sabit L'Arc.

“Glass, habisi dia!” Aku berteriak.

"Oke!" dia menjawab. Attack Support mendarat tepat sasaran dan — bahkan lebih cepat dari Raphtalia — Glass mengibaskan kipasnya dengan kuat ke samping, ancang-ancangnya begitu rendah. Seluruh gerakannya kemungkinan akan terlihat seperti sekejap mata bagi siapa pun yang tidak berada di bawah pengaruh sihir pendukungku.

“Circle Dance Slice Formation! Flicker!" Glass telah mengiris musuh dari belakang dengan kipasnya lima kali, lalu dia menjauh dengan punggung menghadap musuhnya.

“Sebagai mantan sekutumu... Aku memberimu belas kasihan terakhir. Kau akan mati tanpa rasa sakit,” katanya.

"Hah? Kau benar-benar mengira kau telah mengalahkan—”Pada saat dia berbalik untuk membalas pernyataan kemenangan Glass, pria dengan sabit terbelah menjadi beberapa bagian, lalu berubah menjadi kabut merah dan menghilang.

Menakjubkan. Dia sama sekali tidak meninggalkan jejak.

Wanita musuh melihat sekeliling dengan ekspresi terkejut di wajah mereka. Semua wanita yang bertarung bersamanya mulai berteriak. Di antara kebisingan itu, terdengar seperti beberapa dari mereka meneriakkan namanya, tetapi terlalu bising untuk didengar.

Untuk sesaat aku bertanya-tanya apakah ini semacam kutukan, semacam ritual, yang harus aku lalui. Ini seperti saat denganTakt.

"Raph!" Dari posisinya yang menunggangi bahuku, Raph-chan melompat ke bawah dan menghantam tempat musuh seharusnya berada dengan ekornya, menghempaskan sesuatu disana.

“Bukankah sedikit kejam jika menghancurkan jiwanya juga?” Glass bertanya.

"Kita tidak ingin dia kembali seperti Kyo," aku mengingatkannya.

“Poin yang bagus. Aku minta maaf atas kenaifanku,”jawabnya. Sesaat kemudian, cahaya redup muncul dari tempat musuh seharusnya berada dan kemudian terbang menuju L'Arc. Saat cahaya menghilang, vassal weapon sabit muncul kembali di tangan L'Arc.

Kemudian aku melihat sesuatu. Saat sabit kembali ke tangan L'Arc, aksesori yang terpasang padanya hancur. Apa itu tadi? Ada aksesori serupa saat kami berurusan dengan Takt.

“Bosmu sudah mati! Sabit di tanganku ini adalah buktinya! Apakah kalian akan menyerah atau terus melawan? Pilihlah!" L'Arc berteriak. Melihat L'Arc memproklamasikan kemenangan, sebagian besar musuh mulai mundur.

"Kau akan membayar untuk membunuh—" Namanya tidak terdengar kembali, hilang ditengah lebih banyak teriakan saat sejumlah wanita bergegas menyerang, berteriak untuk membalas dendam. Pasukan kami dengan cepat menjatuhkan mereka. Aku memperhatikan bahwa wanita seperti penyihir itu mencoba melarikan diri, jadi aku mencengkeram kerahnya.

"Lepaskan aku! Apakah kau tahu siapa yang kau lawan?” teriaknya.

"Tidak tahu. Tapi jika kau memiliki peran penting, maka aku benar-benar tidak bisa melepaskanmu,” kataku padanya.

"Bagus sekali, Naofumi!" Glass mulai memukul perut wanita itu dengan gagang kipasnya, membuatnya pingsan. ”Dia sekutu dari musuh kita. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika kita tidak menangkapnya.”

"Cukup masuk akal. Tetap saja...” Rasanya agak antiklimaks, memusnahkan mereka dengan begitu mudah. Sepertinya, masih ada lebih banyak dari mereka di luar sana, tapi ini semua mungkin akan berakhir lebih cepat dari yang kubayangkan.

“Kita perlu membentuk kelompok pengejar dan menangkap musuh negara ini untuk memastikan kemenangan kita dalam perang ini!” L'Arc berteriak. Pasukannya membalas persetujuan mereka, dan kemudian mereka mulai mengejar musuh yang melarikan diri.

"Raph!" Raph-chan menunjuk ke arah Raphtalia. Dia berlari ke arahku.

"Tuan Naofumi!” dia menangis.

“Raphtalia!” Aku menjawab, secara naluriah bergegas menuju ke arahnya sendiri. Aku menangkapnya di dalam pelukanku.

"Tuan Naofumi?” tanyanya heran. Aku mendengar suaranya, sedikit tidak yakin tentang apa yang terjadi. Dia berbau harum. Aku senang, sangat bahagia, bahwa dia tidak terjebak dalam hal serumit kunjungan terakhir kami ke sini.


“Apakah kau tidak apa-apa? Aku mengkhawatirkanmu,” kataku.

“Itu kalimatku. Belum lagi peningkatan yang luar biasa ini, hampir tidak wajar untuk statistik kami. Apa itu tadi?" Kemudian Raphtalia menjauh sedikit dan melihatku dari ujung kepala sampai ujung kaki. ”Lukamu — bagaimana dengan itu?” Raphtalia tetap tinggal untuk membiarkan kami melarikan diri dari pertemuan pertama kami dengan Takt, di mana aku terluka parah. Segala macam hal telah terjadi setelah itu, tapi dia tidak tahu satupun dari itu.

“Semua baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Raphtalia? Kalau butuh penyembuhan, beri tahu aku sekarang juga,” kataku.

"Aku juga baik-baik saja. Tidak ada luka serius. Katana memindahkanku sebelum semuanya memburuk,” jelasnya. Raphtalia juga terlihat lega melihat perisaiku. Itu karena, sebelum berpisah dengan Raphtalia, Takt telah mencuri perisaiku.

“Perisaiku? Kau pasti berpikir aku mendapatkannya kembali. Nyatanya, itu tidak pernah diambil dariku,” aku merenung.

"Jadi, apakah itu dicuri atau tidak?" dia bertanya.

“Sulit untuk dijelaskan. Cara terbaik untuk menjelaskannya...” Saat kami berbicara, L'Arc, Therese, dan Glass datang.

“Kau menyelamatkan kami. Tanpa bantuanmu, kami akan kesulitan untuk mendapatkan kemenangan seperti itu,” kata Glass.

“Kau tampaknya kesulitan. Bagaimana jika sesuatu telah terjadi pada Raphtalia?” Aku bertanya. Aku harus bertanya. Aku tahu itu bukan salah mereka, tapi aku tetap harus mengatakannya.

"Tuan Naofumi—”Raphtalia memulai.

"Aku tahu," aku memotongnya. Aku mengenalnya dengan sangat baik. ”Dalam keadaan seperti ini, Kau tidak akan pernah kabur dan melarikan diri sendirian." Jika dia lari untuk keselamatan dirinya sendiri, dia sama sekali bukan Raphtalia.

"Naofumi, sepertinya kau dalam kondisi yang sangat buruk," kata Glass.

“Nona Glass, tenang. Lihat apa yang baru saja dia lakukan — dia jelas mengatasi masalahnya,” jawab L'Arc. Aku senang dia cepat bertindak.

"Ngomong-ngomong. Sadeena dan beberapa yang lainnya juga ada di sini, jadi mari kita bertemu dengan mereka,” usulku. Kami menjauh dari pertempuran di depan gerbang, bertemu dengan Sadeena dan yang lainnya. Kami mulai mengobrol di halaman kastil.

“Raphtalia Kecil! Aku sangat senang bertemu denganmu lagi,” kata Sadeena.

Begitu Sadeena melihat Raphtalia, dia memeluknya.

"Sadeena, kumohon hentikan. Kau mencekikku,” kata Raphtalia.

“Apakah itu telah menyelesaikan masalah disini? Apakah ini sama dengan mengalahkan Takt?” Aku bertanya.

"Ya, mungkin. Kau telah mengalahkan salah satu musuh. Tapi, Tuan Naofumi, apa yang terjadi dengan Pahlawan Cambuk? Ratu terluka parah bersamaan dengan dirimu, bukan?” Tanya Raphtalia. Aku mengalihkan pandangan mendengar pertanyaannya, terdiam. Menyadari apa artinya itu, Raphtalia juga menunduk ke bawah.

“Aku nyaris tidak dapat bertahan hidup, ini karena vitalitasku sendiri dan kekuatan Roh Perisai,” akhirnya aku berhasil mengatakan sesuatu.

"Begitu," jawab Raphtalia, tenang.

“Mengenai Pahlawan Cambuk, Takt... Sampah mengambil alih situasi setelah ratu meninggal, kau tahu, dia kembali menjadi Raja Bijaksana yang paling bijaksana. Takt memutuskan dia ingin mengambil alih dunia, tapi Trash menghentikan rencananya dan meraih kemenangan untuk Melromarc,” jelasku.

“Apakah kita berbicara tentang raja yang sama? Aku hampir tidak bisa membayangkannya.” Raphtalia hanya tahu Sampah yang lama. Tidak mengherankan jika dia tidak bisa membayangkan perubahan dalam dirinya.

“Aku hanya mendengar rumor itu sendiri, tapi dia benar-benar berbeda,” Sadeena membenarkan.

“Aku setuju. Dia sangat pantas untuk menyandang gelar Raja Bijaksana yang paling bijaksana,” komentar Itsuki. Tentu saja, Itsuki dan Rishia telah bertarung bersama pasukan Sampah. Itu berarti mereka mungkin memiliki gagasan yang lebih baik tentang apa yang dia mampu lakukan. Itsuki melanjutkan. ”Aku hanya bertarung, melakukan apa yang diperintahkan, tetapi bahkan sebelum aku menyadarinya, pasukan Faubrey telah dimusnahkan."

"Aku dapat menjamin itu. Itu benar-benar sangat cepat,” tambah Rishia, mendukung kata-kata Itsuki dengan anggukan. Mereka hanya mengikuti perintah, jadi tentu saja mereka tidak melihat keseluruhan pertempuran. Aku secara pribadi telah mengalahkan Takt, jadi aku juga tidak menjadi bagian dari pertempuran utama.

"Aku yakin ratu yang sudah meninggal akan sangat senang dengan hasilnya," kata Raphtalia. ”Tapi raja belum mengganti namanya kembali?”

“Dia sepertinya telah menerima nama 'Sampah' sekarang. Dia mengatakan kepadaku untuk tidak mengubahnya,” jawabku.

“Itu sedikit menyedihkan, bukan?” dia berkomentar. Jangan lihat aku! Aku pikir itu gila juga.

“Itu sangat mengesankan, sungguh. Dia sangat karismatik. 'Sampah' sama sekali tidak cocok untuknya. Dia memimpin pasukan koalisi, dengan jumlah dan kekuatan yang lebih rendah, dan mengusir tentara Faubrey milik Takt,” kataku. Aku memanggilnya Aultcray, dan dia menatapku tajam sampai aku memanggilnya ”Sampah" lagi. Aku masih tidak yakin mengapa hal itu membuatnya sangat kesal. ”Aku juga mengambil bagian dalam operasi Sampah, dan membalaskan dendam kepada Takt sekejam mungkin."

“Dengan kejam? Membalaskan dendam? Kedengarannya tidak menyenangkan,” Raphtalia berkomentar, mengerutkan alisnya. Aku lanjut menjelaskan jalannya peristiwa yang menyebabkan kekalahan Takt. Setelah meminjam staff dari Sampah, aku telah menggunakan statistikku yang diperkuat oleh sihir dukungan All Liberation Aura X untuk benar-benar membuatnya kewalahan. Aku telah menjadi jauh lebih kuat darinya sehingga sulit untuk menahan serangan apa pun, jadi aku akhirnya membiarkan dia juga mengambil staff dan kemudian bekerja sama dengan Fohl untuk mengalahkannya. Akibatnya, aku tidak hanya mendapatkan kembali perisai aku tetapi juga membebaskan semua senjata tujuh bintang. Setelah melucuti semua yang dimiliki Takt— harga dirinya, kesombongannya — aku menangkapnya.

“Itu sepadan dengan perbuatannya. Karena dia berencana mengambil alih dunia, dia dieksekusi bersama sebagian besar harem wanitanya. Tidak banyak yang membantunya, mengingat situasinya. Tapi aku tidak bisa mengatakan aku benar-benar menikmati eksekusi publik,” kataku padanya. Itu bukan kenangan yang menyenangkan, tapi penting untuk mengingat apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Berencana untuk mengambil alih dunia, memulai perang dengan alasan egois, dan kemudian dikalahkan hingga mendapatkan akhir seperti itu.

“Aku tidak bersimpati pada mereka. Mereka adalah orang-orang yang membunuh Atla, dan yang lainnya,” jawab Raphtalia.

"Itu benar," aku setuju. Jika Takt tidak terlibat dalam pertarungan dengan Phoenix, seluruh situasi akan berubah menjadi sangat berbeda. Itu adalah eksekusi yang buruk dan kejam, tapi aku tidak bersimpati pada mereka yang terbunuh.

"Bagaimanapun juga, perbuatan mereka telah dibalas, itu hal terbaik yang bisa kita lakukan," Raphtalia menyimpulkan. Kami telah menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan mengalahkannya. Itu adalah sikap yang harus dipertahankan. Aku yakin Atla akan senang juga.

“Sebenarnya, tentang itu,” kataku. ”Ketika aku di ambang kematian, aku bertemu Atla di ruangan seperti... Kurasa aku bisa menyebutnya dunia di dalam perisai. Dia masih seperti dirinya dahulu.” Aku menunjukkan perisai pada Raphtalia, dan batu permata itu bersinar. Apa itu Atla yang mengejek Raphtalia dari dalam perisai? Cahayanya memang terlihat sedikit mengejek, walaupun mungkin mustahil cahaya bisa menyampaikan sesuatu seperti itu. Raphtalia sepertinya menyadari hal yang sama, dan alisnya berkerut.

"Aku senang melihat kau dalam keadaan sehat, Tuan Naofumi," kata Raphtalia.

“Atla mengatakan hal yang hampir serupa. Tetap saja, aku pikir seluruh pengalaman ini telah membuatku sedikit lebih menerima daripada sebelumnya,” jawabku. Aku tidak sepenuhnya tidak tertarik pada cinta lagi. Aku masih harus mengutamakan tugasku, tetapi setidaknya aku bisa menanggapi perasaan orang lain sekarang. ”Setelah gelombang selesai, setelah menyelesaikan tugasku, sebelum aku pulang, aku memikirkan sedikit tentang 'kesenangan' yang Sadeena singgung.”

"Itu adalah salah satu keinginan terakhir Atla, dan aku bisa memahaminya, tapi aku masih penasaran mengapa harus seperti itu," tanya Raphtalia. Dia membuat poin yang bagus. Rasanya seperti aku berdiri di sini memberi tahu seorang wanita yang mempercayaiku bahwa setelah aku menyelamatkan dunia, aku akan mencari wanita sebanyak yang aku bisa.

“Ayolah, Raphtalia kecil. Naofumi kecil telah membuat banyak kemajuan! Ini adalah saat kau harus mengedepankan yang terbaik. Seperti yang sudah kulakukan. Lihatlah ini! Aku mempersembahkan kepadamu buah cinta dariku dan Naofumi Kecil!” Sadeena, benar-benar terbawa suasana, meraih tangan kecil Shildina yang sedang menunggang di pundaknya.

"Apa? Sudah sebanyak itukah waktu berlalu di dunia lain ?!” Raphtalia tersentak. Karena jengkel, aku segera turun tangan, namun Shildina melakukannya untukku.

“Berhenti mengubahku menjadi anakmu!” dia meratap, memukul kepala Sadeena. Raphtalia memandang Shildina dengan ekspresi bingung untuk sesaat.

“Apakah itu Shildina?” katanya, bisa memahami situasinya.

"Itu benar," aku menegaskan. ”Kami berencana untuk meninggalkannya, tapi dia ikut terseret. Setelah melintasi antar dunia, dia berakhir seperti ini.”

“Ini sama seperti ketika Raphtalia datang ke sini,” komentar L'Arc.

“Memang,” aku setuju. “Tampaknya mereka yang memiliki penampilan luar yang sangat bergantung pada level mereka berubah menjadi seseorang yang lebih cocok dengan usia mereka begitu mereka melintasi antar dunia.”

"Itu memang terjadi, bukan?" Raphtalia mengingat-ingat kenangan lama.

"Aku ingin sekali melihatnya," komentarku dengan santai.

“Mengapa kau ingin melihatku sebagai gadis kecil?” Raphtalia bertanya.

“Hanya untuk mengingat seperti apa saat kau masih kecil. Melihatmu dan menyayangimu, itu saja,” jawab aku.

“Kau terlalu blakblakan. Dan membicarakan tentang 'menyayangi'-ku juga memalukan!” dia menjawab. Terutama dalam keadaanku yang lebih menerima seperti saat ini, aku tidak akan membantah betapa imutnya dia saat itu. Tentu saja, aku tidak akan pernah mempertimbangkan membuat Raphtalia yang terlihat seperti itu menjadi kekasihku.
<TLN: Yu know sir, there is no police over there. Its legal, do it Naofumi, I cherish you~>

“Ngomong-ngomong, sepertinya kau mengalami masa-masa yang cukup sulit, Naofumi. Raphtalia dan aku sama-sama mengkhawatirkanmu,” kata L'Arc, agak mengelak, setelah mendengar penjelasanku tentang kejadian itu. Ketika aku memikirkannya, Ethnobalt datang mencari bantuan kami, tetapi kami sendiri berada di situasi yang cukup rumit. Hanya setelah menyelesaikannya kami baru bisa datang ke sini dan menawarkan bantuan kami ke dunia ini.

"Aku yakin kedengarannya sangat kejam bagi kalian, tapi mereka melakukan lebih dari cukup untuk menerima hukuman seperti itu," jelasku. Gagasan tentang kemurahan hati karena ia seorang wanita adalah sebuah kesalahan. Pendirianku pribadi adalah mencurigai semua yang dilakukan wanita, tapi itu semua berkat Penyihir. Aku benci gagasan bahwa hanya karena korbannya adalah seorang wanita, semua yang dia katakan pasti benar.

“Mereka berlarian membunuh pemegang vassal weapon, berusaha membunuh empat pahlawan suci, dan bahkan membunuh anggota keluarga kerajaan dari berbagai negara. Mereka mendapatkan ganjaran atas apa yang mereka lakukan,” kata Glass sambil mengangguk. Dia sepertinya telah menerimanya.

“Oh? Kau setuju, Glass?” Aku bertanya.

“Aku tidak tahu apa yang akan Kizuna katakan, tapi tidak ada cara untuk melarikan diri dari hukuman kejahatan seperti itu. Tidak peduli bagaimana kau berusaha membela mereka, itu pasti berakhir dengan hukuman mati. Hal yang sama berlaku di dunia ini. Sama seperti wanita di sana.” Glass memandangi wanita tawanan dari pertempuran. ”Kau sangat ceroboh dan egois. Bahkan Kizuna tidak akan pernah memaafkanmu atas semua ini.”

“Glass, Nona Glass, aku tahu itu benar, tapi tetap saja...” L'Arc mulai berkata.

“Merupakan tugas kita untuk mengatasi gelombang dan melindungi perdamaian dunia ini. Namun mereka ingin membunuh empat pahlawan suci dan mengabaikan tugas mereka sebagai pemegang vassal weapon. Setelah semua kerusakan tak terbantahkan yang telah mereka lakukan, kau masih akan memaafkan mereka?” Glass memojokkannya. ”Mereka mencuri vassal weaponmu sendiri!" Berdasarkan apa yang dikatakan Ethnobalt kepadaku, Glass dan semua orang di sini dalam masalah serius. Mungkin itulah yang membuatnya lebih bersimpati untuk memahami apa yang telah kita alami di dunia kita sendiri.

“Maksudku, aku tidak bisa menyangkal itu. Kami juga mengalami masa-masa sulit,” L'Arc mengakui.

"Beritahu aku detailnya," kataku.

“Pertarungan hari ini sama seperti saat melawan Kyo. Dan pria seperti Kyo itu yang memimpin mereka semua. Jadi setelah kehilangan ujung tombak mereka, bangsanya tidak punya pilihan selain menyerah,” kata Glass, menjelaskannya untukku.

“Segala macam hal terjadi. Kami telah berlatih di sela-sela gelombang. Dan selain Kizuna, kami telah berusaha keras untuk menghubungi para pahlawan suci lainnya,” lanjut L'Arc.

“Kizuna sangat santai. Aku yakin dia pergi memancing di suatu tempat, mengatakan 'apapun yang akan terjadi, terjadilah.' Atau sesuatu semacam itu,” kataku. Tidak ada jawaban. “Hei. Kau tidak akan menyangkalnya?” Sungguh! Aku sudah mengetahuinya, tapi Kizuna selalu memiliki pandangan hidup yang cukup positif. Dia telah memenuhi tugasnya sebagai pahlawan tanpa kehilangannya juga, yang berarti dunia ini mungkin lebih lembut.

Namun jika dipertimbangkan lagi, sifatnya yang santai adalah salah satu poin plus miliknya. Dia juga kuat, bahkan dengan kecacatan karena tidak bisa menyerang mahkluk selain monster secara langsung.

“Kami juga memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dengan para pahlawan suci lainnya. Mereka tidak tertarik dengan apa yang kami katakan — tidak sama sekali. Tapi Kizuna berkata dia mengerti apa yang kau alami,” lanjut L'Arc.

"Kedengarannya itu terjadi di setiap dunia," Itsuki berkomentar, masih dengan nada monoton. Aku tidak yakin dia benar-benar orang yang cocok berkomentar seperti itu. Tapi setidaknya aku telah memberitahu metode peningkatan kekuatan kepada para pahlawan lain, membuat mereka menjadi pasukanku, dan menyatukan kami melawan gelombang. Mungkin semuanya tidak terlalu buruk, aku mengakui.

“Aku sudah lama ingin bertanya... Kau—” L'Arc memulai.

“Ya, salah satu dari empat pahlawan suci dari dunia yang sama dengan Naofumi. Aku Itsuki Kawasumi, Pahlawan Busur. Senang bertemu denganmu." Itsuki menyelesaikan perkenalan dirinya dan menunjukkan busurnya.

"Benar. Kita bertempur bersama di pulau Cal Mira, bukan? Kupikir aku melihatmu pada saat insiden Roh Kura-kura juga, kan?” Kata L'Arc.

"Itu benar," kata Itsuki.

“Bocah, apakah orang ini waras? Suaranya terdengar monoton,” kata L'Arc. Dia hanya membutuhkan waktu sebentar untuk mulai memanggilku “Bocah” lagi!

"Itu benar. Itsuki telah melalui banyak hal. Dia dipengaruhi senjata terkutuk dan akhirnya menderita kelumpuhan individualitas dan emosi lainnya,” jelas Ethnobalt.

"Aku mengerti. Jadi inilah pahlawan yang dibicarakan Rishia dengan penuh semangat,” kata L'Arc. Itsuki tetap diam. Tapi apakah dia terlihat agak malu?

“Fehhhhh!” Aku mengabaikan Rishia, dengan suara aneh dan wajah merah cerahnya.

“Kami memiliki banyak masalah, tapi aku berhasil mengamankan tiga pahlawan lainnya, dan kami semua berbagi informasi sekarang. Bukankah Raphtalia memberitahumu ini?” Aku bertanya.

“Ya, dia memberitahuku. Sepertinya itu tidak mudah,” jawab L'Arc.

"Aku berharap Kizuna belajar lebih banyak darimu, Naofumi," komentar Glass.

"Tapi dia tidak terlalu malas, bukan?" Aku sudah memeriksa.

"Yah ... Kizuna mencoba yang terbaik saat bernegosiasi dengan mereka,” L'Arc mengakui. Aku mempertimbangkan Motoyasu, Ren, dan Itsuki, sepertinya butuh persyaratan menjadi orang aneh untuk terpilih sebagai salah satu dari empat pahlawan suci.

"Aku dengar ketika Kizuna sedang berbicara dengan mereka, sama seperti denganmu, Naofumi, mereka memiliki semacam pengetahuan yang lebih maju," jelas L'Arc.

“Jadi hal yang sama terjadi di sini. Menyebutnya ‘update’ atau semacamnya.” aku memperkirakan. Kupikir dengan negosiasi Kizuna, situasinya akan berbeda, tapi semuanya berubah seperti yang terjadi di duniaku. Menangkap atau menahan pahlawan yang bertentangan dengan keinginan mereka dapat menimbulkan masalah internasional. Satu-satunya cara adalah melakukannya secara perlahan, sedikit demi sedikit... seperti yang telah kulakukan.

Ada juga masalah dengan empat hewan suci yang memang ada di dunia ini dan mulai menyebabkan kekacauan, tapi Glass dan sekutunya telah mengalahkan mereka dengan cukup cepat. Itu berarti empat pahlawan suci di dunia ini tidak mengalami banyak kemunduran. Aku hampir merasa kasihan pada mereka.

“Kemudian suatu hari kami menerima laporan bahwa tiga pahlawan lainnya, semuanya selain Kizuna, tidak menanggapi lagi. Kami melakukan investigasi. Pemegang vassal weapon mengungkapkan bahwa mereka tidak pantas untuk menjadi empat pahlawan suci dan mengalahkan mereka,” kata Glass. Aku telah mendengar garis besarnya dari Ethnobalt, tetapi L'Arc dan yang lainnya melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menjelaskan detailnya. Terkejut dengan terbunuhnya anggota dari para pahlawan suci, Kizuna telah memimpin pertemuan sekutu dan perwakilan dari tiap negara. Masalah utamanya adalah pembersihan pemegang vassal weapon yang telah melakukan pembunuhan. Itu adalah fakta bahwa empat pahlawan suci merupakan pilar dunia tempat mereka dipanggil. Kehilangan bahkan salah satu dari mereka meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh gelombang. Saat diskusi beralih ke hukuman bagi yang bertanggung jawab, seseorang yang Kizuna anggap sebagai sekutu — tapi juga seseorang dengan sedikit masalah kepribadian — menyerang L'Arc tepat di tempat konferensi. Memiliki masalah kepribadian atau tidak, dia juga pernah menjadi petarung yang cukup baik.

Setelah terlibat dalam pertarungan jarak dekat, L'Arc mundur dan mencoba mengeluarkan beberapa skill hanya untuk melumpuhkan penyerang. Kemudian sabitnya lenyap dari tangannya dan dipindahkan ke pengkhianat itu. Musuh kemudian mulai memamerkan senjata suci yang mereka curi. Ada lebih dari satu pengkhianat juga, dan dihadapkan pada rintangan yang sangat besar — dan dengan para pemimpin dari setiap negara disandera — party tersebut terpaksa mundur. Selama mundur itulah Kizuna melangkah maju untuk mengulur waktu bagi Glass dan pemimpin lainnya agar dapat melarikan diri.

Meskipun dia tidak memiliki kemampuan untuk menyerang mahkluk selain monster, Kizuna memiliki akses ke senjata terlarang, dan dia terpaksa menggunakan itu untuk melindungi semua orang. Dia telah menggabungkan kekuatannya dengan Glass. Dan meskipun ganjarannya tinggi, mereka berusaha melewati krisis bersama-sama.

Namun, para pengkhianat bahkan telah membaca gerakan itu. Mereka menangkap Kizuna dan menggunakan teknik teleportasi misterius untuk membawanya pergi. Kedengarannya seperti sabit L'Arc dan Kizuna adalah satu-satunya target mereka dari awal.

Glass dan yang lainnya telah merencanakan operasi untuk menyelamatkan Kizuna. Tampaknya perang habis-habisan akan meletus dengan negara yang dikuasai pengkhianat... tapi kemudian terjadi masalah baru.

Penjelasannya dipotong sejenak untuk memproses semua fakta baru ini secara berurutan. Mengemas terlalu banyak informasi sekaligus hanya dapat membuat situasi menjadi lebih sulit untuk dipahami.

"Jadi kejadian sebenarnya sedikit berbeda, tapi sepertinya masalah intinya sama dengan apa yang kami hadapi," kataku.

"Ya, benar," Glass setuju. Pada saat itu, Therese, yang diam sepanjang waktu, mulai menangis.

“Master Craftsman...” dia terisak.

"Tolong jangan panggil aku seperti itu," kataku padanya.

“Item yang kau berikan padaku...” Dia terdiam dan kemudian menunjukkan padaku pecahan-pecahan Gelang Orichal Starfire miliknya.

"Benar. Saat kami dalam bahaya, aksesori yang kau buat inilah yang menyelamatkan kami, Naofumi. Tanpanya, aku rasa kita mungkin telah terbunuh,” kata L'Arc dengan ekspresi yang agak sedih.

“Kami berhasil bertahan hidup hanya karena ia memilih untuk mengorbankan diri dengan melepaskan seluruh kekuatannya,” jelas Therese. Selama pertempuran, setelah sabit diambil, tampaknya kekuatan aksesori yang kubuat untuknya yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Bukankah itu bagus jika itu berarti nyawa L'Arc dan yang lainnya telah terselamatkan?

"Aku sangat menyesal. Mengorbankan karya seni seperti ini...” Therese melanjutkan.

“Hei, Therese, tidak perlu meminta maaf sebanyak itu padaku. Lagipula, aku tidak suka sorot mata L'Arc,” kataku padanya.

"Dia kadang-kadang mirip denganmu, Tuan Naofumi," Raphtalia bergumam, melihat kedua wajah kami dan membandingkannya. Kapan aku pernah terlihat seperti itu? Aku tidak yakin seperti apa suasana yang sebenarnya, tapi rasanya — meskipun aku tidak ingin— aku seperti mencuri Therese dari L'Arc.

"Memang. Dia memang sangat mirip Naofumi,” Itsuki berkomentar.

“Fehhh! Itsuki, tolong diam!” Rishia mendesis. Aku mendukung pernyataannya, secara internal, dan dengan lebih bersemangat.

“Batu permatanya retak, tapi aku bisa memolesnya lagi, mengubah bentuk dan membuatnya kembali. Kuharap itu cukup untukmu,”kataku padanya. Aku tidak yakin mengapa aku harus menghiburnya. Namun, saranku membuatnya mengangkat kepala. Itu mungkin pilihan yang paling tepat.

"Benarkah? Kau bisa melakukannya?" dia bertanya.

“Tentu saja. Itu pada dasarnya adalah senjatamu, bukan, Therese? Jadi sangat berharga untuk membuatkannya lagi untukmu,” kataku padanya. Membuat aksesori untuk Therese memungkinkanku mengalami perasaan yang pasti dialami pak tua itu sepanjang waktu. Seperti menata kembali pedang yang patah, aku akan memikirkan cara menghidupkan kembali aksesori yang hancur ini. Ini mungkin tidak akan mudah, tapi sepertinya masih ada sisa sihir di dalamnya.

"Terima kasih banyak! Aku tidak bisa meminta lebih banyak!” Therese menundukkan kepalanya saat dia berterima kasih padaku dan kemudian melihat aksesori yang dibuat Imiya untukku dan benar-benar terdiam membeku. 

”Aaaaaa-apa itu ?!" dia akhirnya tergagap.

"Ini? Ini dibuat oleh... yah bisa dibilang, muridku,” kataku dan menunjukkan Therese Two Spirit Charm yang Imiya berikan padaku sebelum keberangkatanku.

"Ah! Itu terlihat sangat suci! Sangat indah!” Therese kagum. Seolah-olah itu terlalu cerah untuk dilihatnya, Therese menutupi wajahnya dengan tangannya dan memalingkan muka dari Two Spirit Charm. ”Ini sangat luar biasa," katanya, terengah-engah. ”Aku tidak pernah membayangkan ada karya sebagus ini."

Mampu mengeluarkan kekuatan aksesori berarti ini akan sangat efektif jika diberikan kepada Therese. Bisa dikatakan, Imiya lebih memikirkanku ketika dia membuatnya dan menyerahkannya. Namun, jika memegang ini membuat Therese lebih kuat, maka mungkin itulah nilai terbesar yang ditawarkannya.

“Therese, maafkan aku, tapi aku tidak bisa memberikan ini padamu... tapi aku bisa meminjamkannya padamu, hanya sampai aku kembali,” kataku. Imiya telah memberikan ini padaku, Imiya berharap bukan hanya aku yang kembali dengan selamat, namun semua orang termasuk mereka yang ada di dunia ini. Memanfaatkannya sebaik-baiknya sepertinya cara terbaik untuk mewujudkan keinginan itu.

“Apakah kau yakin?” serunya.

"Iya. Tapi itu hanya pinjaman. Ketika aku kembali, aku ingin membawanya... Aku tahu. Bagaimana kalau kau bisa menggunakannya sampai aku memperbaiki yang rusak?” Saranku.

"Aku akan menuruti semua perkataanmu!" Therese mulai bersujud di tanah sebagai tanda terima kasih.

“—Dan kemudian—” Filo melakukan yang terbaik untuk menerjemahkan kepada Sadeena dan yang lainnya, dibantu dengan catatan dari Rishia. Berdasarkan “Ara" yang datang dari Sadeena, mereka memahami intinya.

Bagaimana bisa sampai seperti ini? Therese jelas-jelas seperti memujaku. L'Arc juga memiliki pandangan yang sama di matanya — pandangan yang sama seperti yang seharusnya kulakukan.

Aku memberikan Two Spirit Charm kepada Therese. Perubahan itu segera terjadi. Tubuhnya mulai memancarkan cahaya, dan perban di lengan dan kakinya robek dan tertiup angin. Bekas kutukan dibaliknya juga menghilang begitu saja.

"Menarik. Aku telah melihat ini di anime dan game sebelumnya. Itu seperti saat unit diganti atau diupgrade. Unit baru datang untuk menggantikan yang rusak,” kata Itsuki. Dari sudut pandangku, dia hampir tidak masuk akal. Aku mengerti apa yang dia ingin sampaikan, tetapi dia benar-benar perlu memperbaiki cara menyampaikannya.

"Ini luar biasa," kata Therese, senang. “Aku merasa sangat kuat sehingga aku pikir aku akan meledak!” Dia benar-benar mulai melayang. Sayap api tumbuh dari punggungnya dan sepertinya dia juga bisa terbang sekarang! “Aku akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi harapanmu, Master Craftsman!"

“Dia menyembuhkan luka Therese... Luar biasa... Aku tidak bisa bersaing dengan itu...” L'Arc meratapi dirinya sendiri. Tunggu! Kau tidak harus bersaing denganku!

Jadi aku katakan padanya, ”Jagalah L'Arc juga, oke? Maksudku, jangan singkirkan dia, mengerti? Dan pastinya jangan mengatakan hal-hal seperti, 'Aku akan melakukan apapun, Master Craftsman!' Oke?" Aku menekan hal utama yang ingin kusampaikan dengan cukup keras. Tolong, demi Tuhan, jangan biarkan aku berakhir di jalur dimana aku mengambil seorang wanita dari L'Arc! Lagipula aku tidak tertarik melakukan hal seperti itu.

"Aku akan menuruti semua perkataanmu!" dia menjawab, agak mirip dengan hal yang tidak kuinginkan. Tetap saja, senang melihatnya penuh energi lagi. Mungkin dia cukup kuat sekarang untuk menjatuhkan musuh kita dengan satu pukulan.

Aksesori Imiya memang menakjubkan, itu pasti. Jika Imiya memiliki waktu, aku akan menyuruh dia membuatkan sesuatu khusus untuk Therese.

"Naofumi kecil, Raphtalia kecil," kata Sadeena, mendekati kami saat kami melihat Therese yang bertambah kuat. ”Awalnya kupikir Naofumi kecil telah membawa kami ke negara lain dengan salah satu keahlian teleportasinya, tapi ini bukanlah dunia yang kukenal,” kata Sadeena.

“Akhirnya kau paham, bukan?” Aku bertanya.

“Tentu tidak. Memang kenapa? Apakah kau menyadari sesuatu?” Tanya Raphtalia. Apa yang dia maksud?

“Apakah ada sesuatu di sini yang berbeda dari dunia kita?” Aku bertanya.

“Baiklah...” Sadeena bergumam, melihat dari halaman ke arah kota.”Pertama, aku tidak tahu apa yang dikatakan orang-orang. Satu katapun. Ini bukan seperti dialek atau hanya bahasa yang berbeda. Kau benar-benar pahlawan, bukan? Termasuk Raphtalia.”

"Aku mengerti. Aku tidak bisa mengerti apa yang orang katakan sampai aku mendapatkan katana ini,” jawab Raphtalia. Semua senjata pahlawan memiliki fungsi penerjemah. Tetapi bagi seseorang yang tidak memiliki kekuatan khusus — seseorang seperti Sadeena — masuk akal jika dia tidak tahu apa yang dikatakan orang-orang disini. Fungsi penerjemah adalah salah satu hal yang patut disyukuri dari senjata para pahlawan.

“Di Zeltoble, sebagai tempat tujuan dari orang-orang dari berbagai negara, aku menemukan beberapa bahasa yang belum pernah kudengar sebelumnya... tapi mereka tidak seperti ini. Ini sangat berbeda,” kata Sadeena.

"Rishia dapat mempelajarinya dalam beberapa minggu," jawabku.

“Rishia kecil sangat pintar. Aku tidak akan mampu melakukannya, aku bisa jamin itu,” jawab Sadeena. Mungkin itu jawaban normal. Butuh waktu lama bagiku untuk mempelajari alfabet Melromarc, dan alfabet sihir juga. Tidak adil menggunakan Rishia sebagai contoh.

"Akan lebih nyaman jika analisis aksesori terjemahan yang dibawa musuh S'yne itu membuat kemajuan," kataku. Aku telah menyerahkan tugas itu kepada dealer aksesori, tetapi aksesori yang dimaksud dibuat dari beberapa jenis bahan yang tidak diketahui dan tidak dapat diduplikasi. Familiar S'yne saat ini membawanya. Tanpa itu, komunikasi dengan S'yne hampir mustahil. Dia sepertinya mengerti apa yang kukatakan, tetapi hampir tidak ada selain suara aneh yang keluar dari mulutnya sendiri. Akhir-akhir ini situasinya menjadi lebih buruk, membuat kami kesulitan berkomunikasi bahkan pembicaraan sehari-hari sekalipun. Jika vassal weaponnya rusak total, dia mungkin tidak bisa berbicara sama sekali... tapi aku tidak berpikir itu akan terjadi.

“Hmmm,” Sadeena merenung.

“Filo juga dapat memahaminya, kan?” Kataku. Dia selalu tampak seperti orang bodoh, tetapi Filo juga memiliki kemampuan multibahasa. Dia bisa belajar bahasa baru dalam waktu yang sangat singkat.

Aku mulai bertanya-tanya apa sebenarnya arti ”menjadi pintar".

"Hei! Master sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan tentangku! Aku tidak bodoh!” Kata Filo.

"Aku tidak memikirkan hal semacam itu," balasku. Aku baru saja merenungkan beberapa misteri alam semesta.

“Misteri alam semesta?” dia bertanya.

"Raph?" Raph-chan juga bertanya.

Aku berpikir tentang betapa misteriusnya Filo yang terkadang bisa memahami sesuatu. Batasan bahasa tampak rendah tetapi sebenarnya cukup tinggi, namun ada banyak orang jenius di sekitar sini yang sepertinya dapat melompati batasan itu dengan mudah.

“Hei, Naofumi. Jika akan ada lebih banyak pertempuran, maka sebaiknya kita segera menaikkan level dan senjata kita,” saran Itsuki. Situasinya cukup mengerikan di sini, jadi aku bisa memahami kekhawatirannya.

“Apakah Kau memiliki earth crystal?” Aku bertanya. ”Orang-orang yang datang dari dunia kita bisa mengubahnya menjadi exp."

“Ah, tentu saja. Aku mendengar kau menggunakannya terakhir kali ketika kau berada di sini,” kata Glass. Tepat sekali. Crystal khusus ”earth crystal" hanya dapat ditemukan di dunia Kizuna. Mereka bisa diubah menjadi exp jika orang-orang dari dunia kita menggunakannya. Itu tergantung pada ukuran dan tingkat kemurniannya, tetapi menggunakannya pada level rendah dapat memberikan exp yang cukup besar. Itu tidak akan cukup untuk mencapai level yang sangat tinggi, tetapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Kemudian kami dapat mempertimbangkan situasinya dan pergi berburu untuk meningkatkan level kami dalam waktu singkat setelah itu.

“Begitulah situasinya, Itsuki. Aku tahu kau akan merasa tidak nyaman sampai kau bisa mendapatkan statusmu kembali, tapi bersabarlah,”kataku padanya.

“Baiklah,” jawabnya. Intonasi monotonnya tidak memunculkan kepercayaan diri, tetapi Rishia seharusnya mendukungnya. Dia tidak berbuat banyak kecuali membuat seruan konyolnya sejak kedatangan kami, tetapi dia sebenarnya baru saja terpilih sebagai salah satu dari tujuh pahlawan bintang dan juga bisa memasuki kondisi supernya sesuai perintah. Dia memiliki kekuatan yang melampaui level, dan dia juga individu yang sangat bisa dipercaya.

“Kita keluar dari topik. L'Arc, perbanmu itu — kau juga telah dikutuk?” Tanyaku, memeriksa kondisinya. Melihat dia masih mengenakan perban bahkan setelah sihir penyembuhan diterapkan, aku menduga luka-luka itu disebabkan oleh kutukan atau sesuatu yang serupa, jadi penyembuhannya tertunda.

"Benar sekali. Luka yang diberikan oleh orang yang mencuri vassal weaponku tidak sembuh dengan baik,” jawabnya.

“Liberation Heal X.” Aku mengulurkan lenganku ke arah L'Arc dan melantunkan sihir. Dia membuat seruan pelan karena terkejut saat sihir penyembuhan diterapkan. Aku fokus pada bintik-bintik yang terbungkus perban. Sihir kelas X bahkan bisa menyembuhkan kutukan. Satu-satunya masalah adalah butuh sedikit waktu.

“Tentu saja, Naofumi memiliki kemampuan untuk mengangkat kutukan dengan sihir penyembuhnya. Dia menyembuhkanku juga,” Ethnobalt menimpali. Beginilah cara aku menyembuhkannya.

“Dari mana 'X' itu berasal?” Tanya Raphtalia.

“Metode peningkatan kekuatan staff memungkinkanmu menggunakan poin untuk meningkatkan efek skill dan kemampuan. Aku memasukkan beberapa poin ke dalam sihir dan mendapatkan akses ke sihir tingkat X. Itu mantra yang kugunakan untuk mengalahkan Takt,” jelasku.

"Aku mengerti. Itu sangat luar biasa. Aku bahkan bisa melihat kutukan itu memudar dengan mata telanjang,” jawab Raphtalia.

“Meski begitu, sepertinya kutukan ini sudah mengakar cukup dalam. Ini akan membutuhkan banyak perawatan untuk sembuh sepenuhnya,” kataku. Setelah kami mengetahui bahwa itu memiliki efek penyembuhan kutukan, aku telah mencobanya pada Motoyasu juga, tetapi itu tidak berefek apa-apa padanya. Aku penasaran apa yang terjadi dengannya.

Itsuki, sementara itu, mungkin lebih mudah ditangani dalam kondisinya saat ini, jadi aku bahkan belum mencobanya. Aku tidak menginginkan dia mulai berbicara tentang keadilan dan berakhir dengan memusuhi kami kembali. Mungkin aku bisa bekerjasama dengannya kali ini, tapi dia tidak menimbulkan masalah saat ini. Jadi kubiarkan saja dia seperti itu. Jika dia terluka parah, tentu saja aku akan menggunakannya.

“Wow, aku merasa jauh lebih baik! Aku seperti melihat cahaya di ujung terowongan ini, terima kasih, Naofumi!” L'Arc sangat antusias. Dia mengayunkan lengannya, membuktikan bahwa kondisinya membaik, dan seringai muncul diwajahnya. ”Tidak yakin bagaimana aku harus berterima kasih!”

“Jangan khawatir tentang itu. Ada orang lain yang juga butuh pengobatan, bukan? Aku akan menyembuhkan mereka nanti. Selesaikan penjelasanmu tentang apa yang terjadi di sini dulu,” kataku padanya. Dari apa yang kami ketahui sejauh ini, aku masih tidak tahu bagaimana Raphtalia terlibat atau bagaimana kapal Ethnobalt telah dicuri.

“Benar, oke. Kembali ke topik. Itu terjadi saat kami membentuk party untuk menyelamatkan Kizuna — meski lukaku membuatku sulit untuk melakukan apapun. Glass mungkin bisa menjelaskan ini sedikit lebih baik,” kata L'Arc sambil menatapnya.

"Kami telah menyiapkan regu penyelamat dan berangkat untuk menyelamatkan Kizuna sementara L'Arc dan yang lainnya sedang memulihkan diri," kata Glass, melanjutkan ceritanya. ”Namun dalam perjalanan, kami diserang oleh kelompok yang terlihat seperti petualang. Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya, dari sihir yang mereka gunakan hingga gaya serangan mereka.” Ungkapan pertama yang terlintas di benakku adalah ”saat hujan, ia turun".

"Ethnobalt, kau memberiku penjelasan tentang itu, bukan?" Aku sudah mengkonfirmasinya.

"Benar sekali. Musuh baru ini juga memiliki kekuatan untuk mencuri vassal weapon, dan mereka menargetkan senjata Glass dan senjataku sendiri,” jawab Ethnobalt.

“Kami menghadapi serangan yang tidak diketahui dan dengan kekuatan bertarung yang lebih rendah. Sebagai kartu truf, aku menggunakan soul healing water dan melancarkan serangan, tetapi mereka sendiri sangat terampil. Menyadari situasi semakin memburuk, vassal weapon Ethnobalt berhasil dicuri. Aku juga hampir kehilangan kipasku.” Itu semua cocok dengan apa yang telah dikatakan Ethnobalt kepadaku. ”Kehilangan Ethnobalt berarti sarana perjalanan cepat kami hilang, yang merupakan kemunduran besar bagi rencana kami untuk menyelamatkan Kizuna," lanjut Glass. ”Kami juga harus berjuang untuk menangani salah satu gelombang. Dan kemudian, saat kita melawan serangan dari para pengkhianat.”

“Saat itulah aku dipanggil ke tengah-tengah krisis,” kata Raphtalia. Wah, kedengarannya dia benar-benar dipanggil ke tengah badai — meskipun, dari sudut pandang lain, ini mungkin waktu yang tepat. ”Aku bertarung sambil menggunakan ilusi sihir, tapi musuh lebih kuat. Saat pertempuran berlanjut, kami semakin kehilangan banyak tempat,” lanjut Raphtalia. Garis waktu tidak persis sama, tetapi melintasi dunia kemungkinan besar menyebabkan perbedaan semacam ini. ”Tuan Naofumi... tentang kekuatan misterius yang baru saja dibicarakan Glass...” Raphtalia memandang S'yne, yang tentu saja juga ikut. Aku secara naluriah tahu apa yang dia coba katakan. S'yne tampak memahaminya juga, karena dia memiliki ekspresi kaku dan tegas di wajahnya. “Dari deskripsi sihir mereka dan perlengkapan yang mereka bawa, kurasa mereka adalah musuh yang S’yne hadapi.”

"Aku mengerti," jawabku. Ini hanya membuat seluruh situasi menjadi lebih rumit. ”Kedengarannya seperti kau telah diserang dari semua sisi.” Mereka benar-benar terpukul, itu pasti. Aku cukup khawatir tentang apa yang mungkin terjadi jika kami tidak muncul. Kami telah melakukan banyak hal untuk membantu mereka selama kunjungan terakhir kami, dan ini hasilnya? Aku hampir menuduh mereka lalai. Bisa dikatakan, diserang oleh seseorang seperti Takt tanpa informasi sebelumnya dapat dengan mudah menyebabkan situasi seperti ini. Aku bisa memahaminya.

“Untungnya, terima kasih, Naofumi, kami berhasil melewati krisis lagi. Kau memiliki rasa terima kasih yang terdalam,” kata Glass.

Jika kita melihat orang-orang yang mencoba melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Takt, kita seharusnya bisa mengalahkan mereka jika kita semua bekerja sama. Aku banyak mengandalkan Liberation Aura X baru-baru ini. Tidak perlu berhenti sekarang. Sedikit agresif seharusnya dapat menyelesaikan semua ini!

"Lebih baik aku memberitahumu sesuatu yang kutemukan," kataku.

"Apa itu?" Glass bertanya.

"Saat aku terluka parah," lanjutku. ”Roh Perisai memberitahuku bahwa Takt adalah salah satu garis terdepan dari gelombang. Kami masih belum tahu persis musuh macam apa yang ada di balik gelombang, tapi harap ingat hal ini. Dari sikap Takt dan betapa miripnya dia dengan Kyo, menurutku Kyo juga begitu.”

“Apakah kau yakin?” Glass menanggapi.

"Kemungkinan besar. Jika mereka memiliki kekuatan untuk mencuri vassal weapon, maka aku yakin orang-orang itu terhubung,” kataku. Kemampuan mencuri senjata yang sama berarti mereka pasti berhubungan.

“Gelombang juga telah menyerang kita. Apakah itu berarti mereka lebih dari sekedar fenomena yang disebabkan oleh peleburan dunia?” Dapat dimengerti bahwa Glass kesulitan memahami besarnya musuh yang berdiri di hadapan kami.

“Itu, aku tidak bisa memberitahumu. Apakah gelombang memiliki niatnya sendiri-sendiri? Atau apakah ada alasan lain untuk semua ini?” Aku merenung dengan keras. Sekarang aku hanya dapat mengajukan pertanyaan. Fakta bahwa monster muncul bersamaan dengan gelombang adalah misteri yang tidak bisa dijelaskan. Informasi yang kami miliki saat ini tidak cukup untuk mencapai suatu jawaban.

"Mari kita kembali ke topik," kataku, lagi. ”Ada cara untuk mengatasi situasi ini... tapi apakah Kizuna baik-baik saja? Apakah dia masih hidup?” Aku bertanya.

"Kurasa ... dia mungkin masih hidup,” jawab Glass. ”Kizuna tidak bisa menyerang orang secara langsung, dan dia telah sangat dilemahkan oleh kutukan. Jika mereka membunuhnya, kita bisa memanggil empat pahlawan suci baru, jadi mereka kemungkinan besar akan menjaganya tetap hidup.” Jika Kizuna mati, mereka dapat memanggil empat pahlawan suci baru. Ada masalah saat pemanggilanku sebagai pahlawan, tapi itu bekerja dengan baik untuk orang lain. Roh dari senjata suci tidak akan menanggapi panggilan dari orang-orang yang tidak memiliki ketertarikan untuk menyelamatkan dunia. Itu berarti Glass dan sekutunya, yang berjuang demi dunia untuk menghentikan gelombang, memiliki keuntungan.

Jika situasi seperti ini telah dijelaskan kepada kami dari dulu, kami mungkin akan mendengarkan. Jika grup yang senang menggunakan pengetahuan game mereka untuk bertarung dipanggil ke dunia lain, kami mungkin bisa meyakinkan mereka juga. Musuh tidak akan mengambil risiko meningkatkan kekuatan musuh secara dramatis. Sebaliknya, jika mereka membiarkan Kizuna yang lemah tetap hidup tapi dipenjara, mereka bisa memojokkan Glass dan sekutunya lebih jauh.

“Jadi dia masih hidup, tapi kita tidak tahu apa yang telah dilakukan padanya. Satu gerakan salah dan Raphtalia bisa saja berakhir di posisi yang sama,” kataku.

“Itu benar,” Raphtalia setuju. Aku hanya berharap Kizuna baik-baik saja.

“Intinya, kita sudah berhasil menghabisi para pengkhianat sekarang. Kita perlu mengirimkan satu unit dan menyelamatkan Kizuna secepat mungkin,” kata L'Arc.

"Sepakat. Secepat mungkin,” jawabku. Sesuatu muncul di benakku. Aku langsung membayangkan game-game kejam yang melibatkan pemerkosaan. Kupikir kita juga harus mempertimbangkan betapa mengerikannya manusia. Kami mungkin harus menyiapkan obat penghapus ingatan untuk mengatasi masalah mental serius yang mungkin dihadapi Kizuna setelah penyelamatan. Kita tidak berada dalam cerita yang dibuat-buat, dan mereka yang ditangkap pasti akan disiksa. ”Tetap saja, aku masih penasaran... mengapa garis terdepan gelombang ini begitu egois? Bagaimana mereka dapat menempatkan keinginan mereka sendiri di atas kepentingan dunia ini?” Aku merenung dengan keras. Mereka sedikit berbeda dari otaku yang bermain video game yang dipanggil sebagai pahlawan — tidak ada rasa bahaya yang melekat pada tindakan mereka.

Lalu, bagaimana cara membalikkan ini semua?

“Aku membagi ofuda dengan Kizuna yang digunakan untuk memanggil Chris, tapi untuk beberapa alasan Chris tidak dapat menemukannya. Aku ingin pergi secepat mungkin,” kata Glass.

“Tenang, Glass. Aku tahu ini sulit. Aku akan memastikan kita bisa pergi hari ini. Jangan khawatir,” L'Arc meyakinkannya. Glass mencengkeram kipasnya dengan erat. Kemudian dia mengeluarkan seekor ofuda dan memanggil penguin, Chris.

"Pen!" Kata Chris.

"Raph!" Raph-chan menyapanya. Itu hampir seperti reuni antara dua teman lama.

"Pen! Pen-pen!” Chris melanjutkan.

"Raph...” Raph-chan bersimpati.

"Glass mencoba menyelamatkan berkali-kali, bahkan dengan semua orang yang mencoba menghentikannya," gumam Raphtalia pelan padaku. ”Tidak mudah menghentikannya juga.”

"Aku yakin tidak," jawabku. Kizuna itu bagi Glass seperti Raphtalia bagiku. Memiliki seseorang yang memahaminya telah membantu Glass tetap tenang.

"Untuk bisa bertemu kembali denganmu, Tuan Naofumi, aku melawan beberapa gelombang, berharap bisa kembali ke dunia asalku," kata Raphtalia.

"Tapi itu tidak terhubung, bukan?" Kataku. Satu-satunya gelombang yang terjadi di dunia kita adalah yang baru-baru ini muncul di Melromarc. Yang satu itu tidak terhubung dengan dunia Kizuna, artinya Raphtalia tidak punya cara untuk kembali.

“Kita hanya perlu pergi dan menyelamatkan Kizuna, bukan?” Kata L'Arc. Suaranya keras dan tinggi; dia berharap memanfaatkan momentum ini untuk meraih kemenangan. ”Senang mendapatkan bantuanmu — dan partymu, Naofumi — tapi apa rencananya setelah kita menyelamatkan Kizuna?”

“Baiklah... untuk kekuatan pencuri vassal weapon, jika aku dapat bersatu kembali dengan Kizuna, bersama-sama kita bisa langsung melemahkan mereka,” kataku.

"Apa?!" L'Arc berteriak.

“Aku sudah memberitahumu tentang Takt, pria yang kami hadapi di duniaku, kan?” Aku mengkonfirmasi.

“Ya, aku sudah mendengarnya. Tapi apakah sesederhana itu?” L'Arc bertanya. Maksudku, aku tidak yakin akan semudah itu, tetapi mengingat situasinya, jelas apa yang perlu kami prioritaskan.

“Senjata tujuh bintang di dunia kita sama dengan vassal weapon di dunia ini. Artinya pemegang senjata suci mengungguli mereka. Mereka seharusnya bisa dengan mudah melepaskan siapa saja yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai pemegang vassal weapon dari hak mereka untuk memegang senjata,” jelasku. Penghapusan otoritas yang aku terapkan pada Takt hanya akan bekerja pada senjata tujuh bintang. Aku tidak bisa, misalnya, menggunakannya pada S'yne. Aku juga mencobanya pada Rishia, Trash, dan Fohl, tetapi itu tidak berpengaruh pada mereka yang diakui oleh senjata mereka masing-masing. Sepertinya otoritas hanya dapat dicabut dari mereka yang telah memperoleh senjata dengan cara yang tidak adil atau yang telah mengabaikan tugas mereka.

Tetapi bahkan jika kami dapat mengambil semuanya kembali, kami tidak tahu lokasi dari beberapa senjata tujuh bintang.

“Sepertinya kau belum membuat banyak kemajuan dengan berbagi metode peningkatan kekuatan di dunia ini. Itulah mengapa kami mungkin menjadi sedikit lebih kuat darimu. Ngomong-ngomong, setelah persiapan selesai, haruskah kita memburu pemegang vassal weapon dulu?” Aku menyarankan. Salah satu prioritas adalah mendapatkan kembali vassal weapon Ethnobalt. Jika musuh mulai menggunakannya untuk berkeliling, kita akan mendapat lebih banyak masalah.

Bisa dikatakan, skill pergerakan yang ditemukan pada senjata di sini pada dasarnya berbeda dari skill yang kami miliki — seperti Scroll of Return atau Dragon Vein. Jika kita berhati-hati terhadap gangguan teleportasi, kita mungkin bisa melarikan diri atau kembali tanpa terlalu banyak mengalami masalah.

“Jika kau bersedia membantu, kedengarannya bagus bagiku,” kata L'Arc.

“Maka sudah disepakati. Hal pertama yang harus dilakukan...” Aku memandang Sadeena, Shildina, dan Itsuki. ”Bisakah kau berbagi beberapa earth crystal dengan kami? Aku ingin meningkatkan level sekutuku, agar lebih siap untuk apa pun yang akan datang. Kami tidak tahu kapan musuh akan menyerang, jadi tidak ada salahnya untuk bersiap.”

"Tentu! Kami juga mulai pulih sekarang! Aku hanya berharap Kizuna akan kembali kepada kita dengan selamat!” L'Arc berteriak. Kami memulai persiapan penyelamatannya.




TL: Isekai-Chan 
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar