Jumat, 19 Maret 2021

Realist Maou ni yoru Seiiki naki Isekai Kaihaku Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 57. Menuju Ke Selatan

 Chapter 57. Menuju Ke Selatan




Tujuan dari pertandingan kemarin adalah untuk menentukan siapa prajurit terkuat dari pasukan Astaroth. Dan pemenangnya akan menemaniku untuk pergi ke selatan.

'Ruin of Ashgold.'

Itu adalah nama Dungeon yang akan kami tuju. Dan Jeanne-lah yang akan menemani kami.

Meskipun tidak ada yang benar-benar menang, karena pertandingan berakhir seri, aku telah melihat pedang Jeanne mengenai tubuh lawannya.

Sulit untuk mengetahui apa yang akan terjadi seandainya pertarungan berlanjut, tetapi pada titik tertentu, Jeanne lah yang menang.

“Jika itu berarti aku bisa bepergian denganmu, aku tidak peduli tentang detail lainnya.” Kata Jeanne.

Dan untuk Toshizou,

“Itu sudah jelas walaupun hanya goresan.” Katanya sambil mengusap-usap pipinya.

Jadi diputuskan bahwa Eve dan Jeanne akan pergi denganku.

Kobold Ninja, Hanzo juga akan ikut dengan kita sebagai pemandu.

Dia menundukkan kepalanya sangat rendah dan berkata,

“Merupakan kehormatan terbesar bisa menemani Anda, Astaroth-sama.”

Kami akan menuju Ruin of Ashgold dengan kelompok kecil.

Eve telah membuat persiapan. Dia telah mengatur segalanya pada saat yang sama saat dia melakukan persiapan untuk pertarungan ini. Dan karena kami memiliki dana lebih dari yang kuperkirakan, kami sekarang akan naik kereta kuda dengan atap yang layak.

Dan untuk kudanya.

Kuda putih.

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya apakah pantas seorang Raja Iblis ditarik oleh kuda putih, tapi aku merasa kalau menggunakan kuda hitam atau Sleipnir seperti memberitahu kepada dunia bahwa ada Raja Iblis ada di dalam kereta.

Aku harus ingat bahwa nyawa Raja Iblis selalu dalam bahaya.

Di luar kastil, akan lebih baik kalau menjadi pemuda biasa, Asta. Jadi aku tidak akan pergi sebagai Astaroth. Kami akan menjadi pedagang dari utara. Dan kami akan menyamar.

“Dimengerti!” Kata Hanzo dengan membungkuk.

"Baiklah, tuan muda." Kata Eve, yang kemudian segera perlakukanku seperti anak dari keluarga pedagang.

Jeanne adalah satu-satunya orang yang tampaknya lambat mengerti.

"Begitu rupanya, Astaroth-sama." gumamnya.

Dia selalu memanggilku begitu. Aku hanya berharap dia tidak akan menggunakan panggilan itu pada saat-saat genting.

Tapi sekali lagi, kami menuju ke Dungeon ‘Ruin of Ashgold.

Kami tidak punya rencana untuk bertemu siapa pun, dan sepertinya tidak akan bertemu dengan siapapun juga.

Bagaimanapun juga, setelah Eve selesai mengemasi semuanya, kami akan segera pergi. Secara mengejutkan Jeanne telah siap bersiap-siap.

Kupikir sebagai wanita dia mungkin membutuhkan waktu lebih lama, tetapi sepertinya itu tidak terjadi.

Kemudian dia memberitahuku alasannya.

“Aku berniat untuk ikut pergi sejak awal. Jadi aku sudah bersiap dari jauh-jauh hari. "

Dia bahkan membeli pakaian dalam baru di kota.

 “Apakah kau ingin melihatnya?” Tanyanya dengan polos. Tapi aku mengabaikan pertanyaan itu dan naik ke kereta.

Kereta yang akan kugunakan bukanlah jenis kereta yang biasa digunakan bangsawan. Tetapi kereta untuk pedagang dan barang dagangan mereka.

Dengan kata lain, tidak ada tempat duduk di dalam kereta itu.

Jadi aku duduk di atas beberapa lembar kain. Kami tidak punya pilihan selain menikmati perjalanan dengan kereta bergoyang-goyang.

Dan untuk pengemudinya, yaitu Hanzo, menyamar sebagai manusia.

Hanya Eve, Jeanne, dan aku yang berada di dalam gerbong. Dan secara mengejutkan ini adalah perjalanan yang cukup sepi.

Ini karena, aku memperkirakan Jeanne akan berisik, tapi ternyata dia mudah sakit.

Bagaimanapun juga, Kereta ini bergoyang dan bergetar sepanjang waktu. Aku merasa sangat kasihan padanya sehingga aku meminta Hanzo untuk mengendarai Kereta lebih lambat. Mungkin aku juga mempertimbangkan untuk meminta para Dwarf menambahkan suspensi pada kereta nanti.

Ketika Jeanne mendengar ini dia tersenyum dan berkata ‘kau sangat baik hati, Astaroth-sama.' Tapi di saat berikutnya, dia menjulurkan kepalanya keluar jendela dengan wajah pucat. Dan kemudian dia muntah.

Saint yang muntah.

Saint telah muncul dalam banyak cerita selama berabad-abad, tetapi aku ragu ada Saint yang muntah seperti dirinya.

Aku memikirkan hal-hal seperti itu saat aku mengusap dan menepuk punggungnya.

Itu adalah cara yang menarik untuk memulai perjalanan kami, dan hal-hal tidak membaik setelah itu.

Jeanne masih merasa mual selama beberapa hari kemudian, jadi kami berhenti di tepi danau untuk beristirahat. Pada saat itulah kami menemui beberapa pembuat onar.

Bandit.

Ternyata menyamar sebagai pedagang ada kekurangannya, dan kami telah menjadi sasaran.

Aku mendesah.

"…Sial. Ini benar-benar sangat klasik. Ngomong-ngomong, siapa orang yang mengatur wilayah ini? "

Eve dengan cepat menjawab.

“Kami berada di dekat perbatasan antara tanah Raja Iblis Zagam dan Raja Iblis Decarbia.”

"Begitu rupanya. Itu sebabnya para bandit ini bisa berkeliaran di sekitar sini. Itu karena tidak jelas tanah siapa yang mereka teror."

"Tepat sekali, Astaroth-sama."

Dari apa yang bisa kulihat, semua bandit itu manusia. Mereka kurus dan sorot mata mereka tampak menjengkelkan.

Mereka sepertinya baru saja lolos dari wilayah Raja Iblis.

Tetapi jika hanya seperti itu, aku mungkin bisa bersimpati dengan mereka. Tapi sepertinya mereka meninggalkan kemanusiaan mereka saat melarikan diri.

Ketika mereka melihat Jeanne dan Eve, mereka tertawa dengan pandangan mesum dan mengucapkan kalimat yang khas.

“Jangan bunuh wanita-wanita itu.”

"Bagaimana kalau kita bunuh mereka secara acak."

Kosakata para penjahat yang terbatas sering membuatku ingin muntah.

Jelas tidak perlu menahan diri di sini.

Dengan pemikiran seperti itu, aku mulai merapalkan sihir. Segera, tanaman mulai tumbuh di kaki mereka.

Pada awalnya tanaman itu cukup kecil, akan tetapi beberapa saat kemudian tanaman itu tumbuh menjadi tanaman merambat

Tanaman merambat itu tumbuh meliuk seperti ular, mengikat kaki para bandit dan akhirnya seluruh tubuh mereka.

Itu adalah mantra pengikat.

Saat aku meremas tangan kananku, ikatan tanaman itu mengencang.

Dan saat tanaman merambat mengencang…

“AGHHHHGHHH !!!”

"Tolong aku!!"

Mereka berteriak.

Aku hanya perlu mengencangkan tanaman merambat yang berada di sekitar leher mereka untuk membunuh mereka.

Hidup mereka ada di telapak tanganku.

Aku dengan bercanda bertanya pada Eve,

“Jadi, apa yang harus kulakukan dengan mereka? Sebagai Raja Iblis.”

“Mereka ingin menodai kami. Sepuluh ribu kematian akan pantas bagi mereka."

"Dengan mencekik mereka seperti ini?"

“Itu terlalu lembut. Anda harus melemparkan mereka ke babi hutan layaknya makanan pada saat mereka masih hidup."

Eve tersenyum seperti putri iblis.

Para bandit menjadi pucat ketika mereka mendengar ini. Jeanne, yang selalu tidak bisa membaca situasi, membuka mulutnya.

“Astaroth-sama. Itu akan menjadi pembunuhan yang tidak perlu."

Yah, meski mereka penjahat, itu masih termasuk percobaan tidak manusiawi. Aku bisa saja memberi mereka kutukan dan membebaskan mereka.

Saat aku mempertimbangkan hal ini, tiba-tiba pengelihatanku menjadi gelap.

Awalnya, aku tidak tahu apa yang terjadi. Ada hembusan angin dan pasir masuk ke mataku. Dalam sekejap, aku melihat sesuatu yang mengejutkan. Tubuh seorang bandit sekarang terbaring di sana, tanpa kepala.

Seekor Wyvern telah menukik turun dari langit dan memakannya. Taringnya yang panjang merobek kepala bandit itu.

Seolah-olah binatang itu menyukai rasa otak. Dia dengan cepat mulai mencari lebih banyak kepala.

Sial! Pikirku saat aku menonaktifkan mantranya. Lalu aku berteriak.

“Wyvern ini berbahaya! Lari!"

Bisa dikatakan, orang-orang ini bukanlah Prajurit yang terlatih. Mereka hanya bisa berdiri temenung.

Wyvern dengan mudah menangkap mangsa keduanya dan merobek kepalanya.

“Kupikir kita tidak punya pilihan. Kita akan bertarung!" Teriakku. Kemudian Jeanne memasuki mode pertarungannya.

Seperti biasa, Eve mundur selangkah dan menonton.

"Astaroth-sama. Lakukan yang terbaik!"

Saat dia mengatakan ini, Jeanne dan aku maju untuk menghadapi Wyvern itu.


PREVIOUS CHAPTER       TOC        NEXT CHAPTER


TL: Tasha Godspell
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar