Chapter 56. Pesan Ilahi Jeanne
Jeanne melambai ke arah penonton hingga akhir. Dia mengitari arena dan melambaikan tangannya ke semua orang. Sedangkan Hijikata mengabaikan penonton dan langsung pergi.
Jeanne memikirkan Hijitaka ketika dia pergi.
Hijikata itu kuat.
Jika kekuatan Jeanne adalah 8, maka kekuatan Hijikata adalah 10.
Walaupun pertarungan berakhir imbang, Jeanne dinyatakan sebagai pemenang.
Seseorang harus menemani Raja Iblis ke Dungeon, dan Jeanne ingin ada keputusan yang jelas. Dan dia yang menjadi pemenangnya.
Ada dua alasan untuk ini.
Satu karena aku memutuskan itu.
Hijikata beralasan itu karena serangan terakhir Jeanne sebelum mereka berhasil kupisahkan.
Jeanne berhasil menyayat pipi Hijikata, sedangkan Hijikata hanya berhasil memotong sedikit pakaian Jeanne.
Dua, karena Hijikata sendiri mengaku kalah.
“Ucapan Ashtaroth-sama benar.” Ujar Hijikata sambil menyarungkan pedangnya dan pergi tanpa sepatah kata pun.
Tetap saja, dia tampak tenang dan puas.
Namun, Jeanne tampak tidak terlalu senang.
Jelas baginya kalau Hijikata menahan diri di saat-saat terakhir. Dia bisa saja mengarahkan serangan ke wajah Jeanne, tetapi Hijikata malah mengincar tulang rusuknya.
Kesalahan inilah yang menjadi faktor penentu, tetapi bagi Jeanne, itu terasa seperti simpati. Hijikata melakukannya dengan sengaja.
Jeanne mengetahui hal itu setelah melawan Hijikata.
Faktanya, Hijikata tidak pernah mengincar wajah Jeanne selama pertarungan. Dia hanya menyerangnya di daerah bawah leher Jeanne. Apakah karena dia seorang wanita?
Meskipun Hijikata tidak mengatakan apa-apa, namun caranya bertarung seolah mengatakan 'wajah wanita adalah hidup mereka'.
Tapi Jeanne tahu kalau Hijikata tidak akan pernah mengakuinya jika dia bertanya. Dan itulah yang membuatnya kesal.
Jenis kelamin tidak berlaku di medan perang. Dia telah hidup dengan keyakinan ini.
Bagi Jeanne, Hijikata adalah pria yang sangat menyebalkan.
Tetap saja, kekesalannya melemah ketika dia memikirkan fakta lain.
Ya, memang Hijikata menyebalkan, tapi dia juga sangat kuat. Jeanne bisa mengakui hal itu. Tapi dia bukanlah orang terkuat yang ada disini.
Itu adalah Raja Iblis Astaroth.
Begitu pertarungan mereka menjadi terlalu serius, dia langsung berteleportasi diantara mereka dalam sekejap dan menghentikan pertarungan. Dia bisa menghentikan tebasan pedang Hijikata sekaligus menghalau pedangnya.
Tidak ada penyihir biasa yang bisa melakukan itu. Hanya seorang Raja Iblis yang bisa melakukan hal itu. Jeanne merasa merinding hanya mengingat kejadian itu.
Tentu saja, dia juga baik dan penyayang. Jika mereka terus bertarung, kemungkinan besar salah satu dari mereka bisa terluka. Dan dia tidak menginginkan hal itu. Itulah mengapa Raja Iblis Astaroth masuk untuk menghentikan pertarungan mereka.
“Raja Iblis yang dipilih oleh Tuhan. Seorang raja dengan kasih sayang. Mereka yang bekerja untuknya pasti sangat bahagia.” Kemudian dia ingat bahwa dia adalah salah satu dari mereka.
Dia adalah bawahannya dan bekerja sebagai salah satu jenderalnya.
Raja Iblis Astaroth juga mau menghabiskan waktu bersamanya ketika dia bisa dan biasanya mereka akan makan bersama. Bahkan Raja Iblis Astaroth mulai membantunya untuk belajar membaca.
Saat datang ke dunia ini, Jeanne pernah mendengar suara Tuhan.
'Jeanne. Selamatkan dunia ini. Sama seperti kau menyelamatkan Prancis, selamatkan dunia ini.’
Itu adalah suara yang sama dengan yang dia dengar ketika dia berumur dua belas tahun saat masih berada di rumahnya.
Tuhan menyuruhnya untuk melayani Raja Iblis.
Salah satu dari sedikit Raja Iblis di dunia ini yang peduli dengan keadilan. Dia adalah seorang realis yang berbicara tentang Machiavellianisme. Tapi dia tidak kejam. Dia tenang.
Jeanne telah diberitahu untuk melayani Raja Iblis dengan penuh kasih sayang. Dan dia diberi tahu bahwa nama raja iblis yang akan dilayani adalah Raja Iblis Astaroth.
Sejak dia mendengar kata-kata itu, Jeanne telah berkeliling dunia dan mencarinya. Tetapi dia tidak bisa menemukannya. Itu tidak mengherankan.
Bagaimanapun juga, Raja Iblis Astaroth tidak ada di dunia ini waktu itu. Raja Iblis Astaroth baru lahir beberapa bulan yang lalu.
Dia adalah Raja Iblis yang baru saja lahir. Namun, Jeanne bertemu dengannya tak lama setelah itu. Itu pasti benar-benar kehendak Tuhan. Jeanne pergi ke kastil yang telah ditinggalkan dan menemukannya.
Dia tahu pada pandangan pertama bahwa Raja Iblis yang sedang dia lihat adalah yang terpilih. Seseorang yang Tuhan katakan akan, 'Membawa keseimbangan pada yang baik dan yang jahat.'
Semua ini kembali padanya sekarang saat dia mencengkeram salib di lehernya.
Tidak ada salib di dunia ini. Jadi dia membuatnya sendiri dari kayu. Walaupun tekstur Salib itu terasa kasar dan polos tapi dia merasa hangat saat memegangnya, seolah-olah dia sedang memegang tangan Raja Iblis Astaroth.
EDITOR: Isekai-Chan
0 komentar:
Posting Komentar