Kamis, 04 Maret 2021

Realist Maou ni yoru Seiiki naki Isekai Kaihaku Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 55. Pertarungan

 Chapter 55. Pertarungan




Ketika pertandingan dimulai, secara mengejutkan Jeanne menyerang pertama.

Dia menyerbu ke depan dengan ekspresi yang kejam sehingga sulit untuk membayangkan kalau biasanya dia adalah orang yang tenang.

“Akulah yang akan menemani Astaroth-sama! Akulah akan pergi ke dungeon bersamanya!" Teriak Jeanne saat dia bergerak maju

Sedangkan Hijikata,

“Aku bahkan tidak peduli tentang itu lagi. Tapi aku tidak bisa kalah darimu, nona. Aku tidak akan menahan diri."

Dia mengayunkan pedang bambunya hingga berbunyi. Suara ayunan pedangnya tidak terdengar seperti pedang bambu.

Whoosh!

Dia mengayunkan pedangnya seperti memotong udara. Bilahnya memotong udara dengan kecepatan yang membuatmu berpikir bahwa itu adalah suara tembakan.

Meskipun itu adalah pedang bambu, kau tidak akan terluka jika terkena serangan seperti itu.

Aku mulai berkeringat sedikit hanya dengan melihat mereka. Namun, pertarungan terus berlanjut tanpa satupun dari mereka bisa mendaratkan serangan.

Pertarungan ini mulai menggila, dan aku setengah berharap melihat bunga api beterbangan.

Tubuh Hijikata memang tidak terlalu besar, tapi tubuhnya masih lebih besar dari Jeanne, jadi dia sedikit lebih tinggi dari Jeanne.

Karena perbedaan ini, dan karena dia laki-laki, banyak yang mengira Hijikata diuntungkan dalam pertandingan ini. Namun, Jeanne memiliki pergerakan kaki yang bagus.

Sepertinya dia menyadari bahwa dia tidak bisa menang jika hanya mengandalkan kekuatan fisik. Jadi dia beberapa kali melancarkan tendangan kepada Hijikata.

Itu adalah gaya pertarungan yang jarang sekali dilakukan oleh seorang gadis, tetapi dia telah bertarung di medan perang Prancis.

Kau tidak akan menyangka kalau Jeanne akan bertarung seperti itu. Namun sepertinya Hijikata tampaknya telah memperkirakan hal itu, jadi dia menghindari serangan itu dan melompat mundur.

Semua ini terjadi dalam sekejab.

Segalanya bergerak sangat cepat dalam gerakan halus.

Penonton menyaksikan dengan konsentrasi penuh sampai ada yang lupa bernapas. Begitu juga denganku.

Aku terpikat oleh gerakan kedua Pahlawan ini.

Mereka terus bertukar tebasan pedang dengan kencang.

Tapi tidak ada yang berhasil mengenai lawan. Tidak ada tanda kalau pertandingan ini akan berakhir. Mungkin mereka imbang.

“Apakah ini akan berlangsung selamanya?” Tanya Eve 

Aku menggelengkan kepala.

“Ini akan segera berakhir. Perkiraanku Jeanne lah yang akan menang."

"Bagaimana Anda bisa tahu?" Eve tampak terkejut. Aku menjelaskan kepadanya kalau melihat Jeanne dari dekat akan lebih baik daripada penjelasan apa pun.

“Pedang bambu itu memang tahan lama, tapi tidak akan bertahan selamanya. Itu akan segera rusak.”

Dan prediksiku akurat.

Saat pedang Hijikata dan Jeanne bersentuhan lagi, pedang mereka langsung bengkok.

Eve menyaksikan dengan tidak percaya.

“Apakah anda adalah seorang penerawang, Astaroth-sama?”

“Jangan terlalu berlebihan. Yah, seharusnya dengan kejadian itu pertarungan seharusnya sudah selesai, tapi aku tidak terlalu yakin mereka akan membiarkannya berakhir di sini. Mungkin karena mereka terlalu bersemangat.”

Ketika aku mengatakan ini, Hijika dan Jeanne langsung membuang pedang bambu mereka dan pergi untuk mengambil senjata masing-masing.

Hijikata meraih pedang Izuminokami Kanesada miliknya. Sedangkan Jeanne mengambil pedang sucinya, Nouvelle Joyeuse. Kemudian mereka saling menyerang satu sama lain dengan sungguh-sungguh. Bukan karena kebencian, itu adalah semangat juang mereka. Dan tidak ada yang bisa menghapus keinginan prajurit untuk bertarung.

Mereka mengabaikan sinyal dari wasit, dan terus bertarung.

Pedang diayunkan satu sama lain tetapi tidak pernah ada serangan fatal.

Pedang Hijikata menebas sisi Jeanne, memotong sedikit pakaiannya.

Pada saat yang sama, pedang Jeanne melewati wajah Hijikata, nyaris menggores pipinya.

Namun, gerakan mereka semakin ganas dan mematikan setelah itu.

Sepertinya mereka sekarang saling menargetkan organ vital.

Jika ini terus berlanjut, mereka bisa mati.

Saat aku memikirkan ini, aku menggunakan sihir teleportasi untuk berpindah di antara mereka.

Aku meraih pedang Hijikata dengan tangan kananku dan pedang Jeanne dengan tangan kiriku.

Setelah kedua serangan dihentikan, aku berteriak.

"Cukup!"

Suaraku sudah cukup untuk membuat mereka berdua kembali sadar.

Mereka menyarungkan pedang mereka.

“… Mungkin aku menjadi terlalu marah.” Guman Hijikata.

“… Aku terlalu bersemangat.”

Jeanne mengaku kepada tuhannya.

Dan seperti itu, pertarungan pertama antara dua Pahlawan ini berakhir imbang. Ini adalah kekecewaan bagi mereka yang bertaruh pada mereka, tetapi sebagian besar penonton merasa puas dan meneriakkan suara mereka dan bersorak.

“Jeanne! Jeanne! Jeanne! "

“Hijikata! Hijikata! Hijikata!”

Sorakan dan teriakan pujian kepada mereka mulai terdengar.

Karena mereka terlihat agak bingung, aku menyuruh mereka berdua melambai kepada orang-orang, dan mereka melakukannya.

Kemudian orang banyak itu mengaum dan memanggil nama ku.

“Raja Iblis! Raja Iblis Ashtaroth! Yang terkuat dari semua raja. Dia telah memberkati kita! Semoga anda memerintah selamanya !!”

Sepertinya sorakan itu akan berlangsung cukup lama.


PREVIOUS CHAPTER       TOC        NEXT CHAPTER


TL: Tasha Godspell
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar