Jumat, 19 Maret 2021

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 2 : Chapter 28. Beruang Menuju Kediaman Tuan Tanah

Volume 2
Chapter 28. Beruang Menuju Kediaman Tuan Tanah


Keesokan harinya, aku mengikuti arahan Helen untuk sampai ke kediaman tuan tanah. Seorang penjaga berwajah seram bersiaga di sisi luar gerbang. Mereka tahu, kan, kalau aku akan datang hari ini? Ini memang merepotkan, tetapi aku meneguhkan hati dan berjalan mendekat.

Penjaga itu menoleh dan menatap kepadaku. Dia pasti berpikir kalau aku mencurigakan, dan yah, mau bagaimana lagi. Seseorang dalam kostum beruang mencoba mendekatinya, di dunia di mana kostum semacam itu tidak ada.

"Ada urusan apa kau kemari?” dia mengamatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku Yuna, seorang petualang. Tuan tanah yang menyuruhku kemari."

"Jadi kau orangnya...aku sudah dengar itu. Aku perlu mengecek kartu guildmu untuk memastikan."

Oh, bagus. Kurasa dia bukan orang bodoh yang memanggil orang lain datang tanpa memberi tahu bawahannya. Setelah penjaga tadi selesai memeriksa kartu guildku, dia memanduku sampai ke pintu masuk, di mana seorang maid pada awal umur dua puluhan mengambil alih untuk mengantarku setelahnya.

Jadi maid itu beneran ada ya, pikirku. Dia bahkan berseragam hitam-putih* lengkap. Orang dengan fetish* tertentu pasti kegirangan jika melihat ini.
<TLN: pakaian maid pada era viktoria terdiri dari dua warna, yaitu hitam dan putih. Fetish adalah sebuah kondisi saat seseorang akan merasakan kepuasan atau gairah seksual dari objek-objek yang sifatnya bukan genital atau bukan kelamin.>

Maid tersebut jelas terkejut dengan penampilanku, tetapi segera mendapat kembali ketenangannya. Dia memberi tahuku kalau namanya adalah Lala dan, setelah sedikit menundukkan kepala, dia memintaku untuk mengikutinya. Lala berjalan masuk ke dalam rumah dengan tenang. Dia berhenti di depan sebuah pintu, lantas mengetuknya.

"Master Cliff, saya telah membawa petualang Yuna."

"Masuklah," jawab sebuah suara dari dalam.

"Permisi." Lala membuka pintu dan menyuruhku masuk. Aku menurutinya, kemudian dia menutup kembali pintu tersebut. 

Ruangan tersebut benar-benar luas, berisi sebuah meja tulis besar dan sebuah meja yang diapit oleh beberapa sofa. Seorang pria berambut pirang di umur tiga puluhan duduk di belakang meja tulis tersebut.

"Silahkan duduk di sofa yang ada di sana," ujarnya. Aku melakukan seperti yang dia minta.

"Tampaknya kau benar-benar berpakaian mirip beruang."

Pria itu datang dan duduk di sofa yang ada di depanku. Salah satu sudut bibirnya naik saat dia menatapku. Tampaknya dia benar-benar bangsawan yang licik.

"Jika kau memanggilku kemari hanya untuk menertawakanku, lebih baik aku pulang saja."

"Oh, tidak. Aku minta maaf."

"Apa yang kau inginkan dariku kalau begitu?"

"Aku hanya ingin bertemu dengan beruang yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan." Bukannya Guildmaster mengatakan hal yang sama? "Putriku juga ingin bertemu denganmu."

"Putrimu?"

"Kudengar dia pernah sekali bertemu denganmu di kota. Sejak saat itu, dia selalu memintaku membacakan setiap laporan tentangmu yang berakhir membuatku ikut tertarik denganmu juga."

Tunggu sebentar! Bukannya itu pelanggaran atas privasi orang lain ya?!

"Jadi alasanmu memanggilku kemari adalah karena putrimu?"

"Sebagian besar, iya, tetapi aku pribadi juga ingin bertemu dengan beruang yang sering diperbincangkan orang-orang."

Apakah aku seperti pameran kebun binatang, pikirku. "Namaku bukan 'beruang'—tapi Yuna."

"Benar juga. Aku Cliff. Kau pasti sudah tahu, tapi aku adalah pemimpin di kota ini."

"Yah, apa kau sudah puas sekarang setelah melihatku?"

"Jangan marah begitu. Wajah manismu akan rusak nanti."

Dipanggil manis saat berbincang empat mata seperti ini terasa memalukan. Aku menarik turun tudung kostumku, jadi dia tidak bisa melihat wajahku.

"Tetap saja, sulit dipercaya bahwa seorang gadis kecil sepertimu mampu mengalahkan Goblin King dan Tigerwolf."

"Mungkin itu semua bohong."

"Aku mencari tahu semua tentangmu dulu sebelum memanggilmu kemari—berhubung aku akan mempertemukanmu dengan putriku juga."

Dia selama ini telah menyelidikiku? Mengetahui hal tersebut membuatku tidak nyaman, toh, tak ada yang dapat kuperbuat juga.

Terdengar suara ketukan dari pintu. "Saya telah membawa nona Noir," seru Lala.

"Masuklah."

Seorang gadis kecil seumuran Fina dengan rambut panjang berwarna pirang memasuki ruangan. "Ayah, apa benar beruangnya ada di sini?!"

"Ini adalah putriku Noir. Dia sudah lama ingin bertemu denganmu."

Saat tatapannya jatuh padaku, mata gadis kecil itu berkilauan. Dia segera berlari ke arahku. "Apakah Anda nona beruang? Namaku adalah Noir. Tolong panggil aku Noa."

"Umm, namaku Yuna. Bisakah kau panggil aku dengan namaku alih-alih menyebutku beruang."

"Aku mengerti, Yuna-san."

Noa duduk di sebelahku sambil memandangiku dari atas sampai bawah.

"Um, bolehkah aku memelukmu?" Pintanya dengan malu-malu.

"Tentu."

Aku akan menolak jika yang meminta adalah anak laki-laki, meskipun dia masih kecil, tetapi aku tidak bisa menolak permintaan dari seorang gadis kecil imut sepertinya.

"Terima kasih banyak."

Noa memelukku. Aku mengelus kepalanya yang terdekap di dadaku. Mungkin aku lemah terhadap tipe adik kecil perempuan seperti dia dan Fina.

"Kau lembut. Dan juga wangi." Dia mengusap-usapkan kepalanya di perutku. "Aku pernah sekali bertemu denganmu di kota, Yuna-san."

Cliff tadi juga berkata hal yang serupa, kan?

"Aku cuma melihatmu dari jauh, tapi kau tampak begitu lucu sampai-sampai aku tidak bisa berhenti memandangimu. Sejak saat itu, aku selalu meminta ayah menceritakanku tentangmu. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu!"

"Jadi, kau ingin aku melakukan apa?" Tanyaku pada Cliff.

"Aku masih belum memutuskannya. Mengapa tidak coba berbincang dengan putriku saja?"

"Aku ingin mendengar bagaimana kau mengalahkan monster!"

Itu bukan cerita yang mengesankan—yang kulakukan cuma menembakkan sihir ke sana kemari. Tetap saja, gadis kecil itu benar-benar menikmatinya, dan aku tidak ingin mengecewakannya juga, jadi aku menceritakan kepadanya tentang pertarunganku melawan Goblin King dan Tigerwolf, membuang bagian suram dan tidak menarik untuk tidak diceritakan. Mata Noa berkilauan saat ia mendengar ceritaku. Cliff tetap diam dan menyeruput minumannya. 

"Itu menakjubkan!"

"Kau percaya padaku? Aku bisa saja berbohong lho."

"Aku percaya. Lagipula, ceritamu dan ayah sama."

"Seperti yang kubilang tadi, aku telah menyelidikimu. Setidaknya yang bisa kulakukan cuma mengecek kebenaran atas semua pencapaian yang kau raih," celetuk Cliff.

Kurasa itu karena waktu kematian monster dapat diketahui lewat kristal sihir yang diambil, satu-satunya yang tidak bisa diidentifikasi adalah apakah seseorang itu mengalahkan monster tersebut seorang diri atau tidak. Karena stok cerita pembasmian monsterku telah habis, kupikir sudah selesai, tetapi Noa belum melepaskan pandangannya dariku.

"Bolehkah aku meminta sesuatu darimu, Yuna-san?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa itu?" 

"Umm...maukah kau menunjukkan padaku beruang panggilanmu?"

"Beruang panggilanku?"

"Ya. Sejak pertama kali ayah menceritakannya, aku selalu ingin melihat beruang panggilanmu."

"Aku juga ingin melihatnya."

"Kau yakin? Mungkin berbahaya lho."

"Benarkah itu?" Tanya Cliff.

"Yah, kurasa tidak masalah selama kau tidak mencoba menyerang beruangnya atau menyakitiku."

"Aku tidak punya niat seperti itu. Tidak ada untungnya aku menyerangmu—justru putriku nanti akan membenciku jika aku melakukannya."

Dengan persetujuan dari Lord Cliff, aku memutuskan untuk memanggil Kumayuru dan Kumakyu di halaman mansion miliknya. Noa memandu kami ke sana dengan gembira sementara Lala mengikuti kami dari belakang.




TL: Boeya
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar