Kamis, 31 Oktober 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 8 : Chapter 16 - Persiapan untuk Menggunakan Mantra

Volume 8
Chapter 16 - Persiapan untuk Menggunakan Mantra


Aku harus memahami apa yang akan kami lakukan.
Tanpa mengambil risiko yang tidak perlu, perisai terkuat yang bisa aku akses adalah Nue Shield. Itu tak memiliki serangan balik terbaik. Tapi aku sudah menggunakan semua metode peningkatan yang kuketahui sampai memiliki peringkat pertahanan yang sangat tinggi. Aku terpaksa menunda pengaktifannya karena kekurangan bahan.

Jika aku mengurutkan anggota tim ku dalam hal kekuatan, aku akan mulai dengan Glass, kemudian L'Arc, Kizuna, Raphtalia, Therese, Filo, dan diakhiri dengan Rishia. Aku tak tahu apa aku harus mempertimbangkan Chris dan Raph-chan sebagai petarung atau tidak.

Chris berdiri di depan untuk melindungi Kizuna dan sedang menatap Byakko. Raph-chan berdiri di sebelah Raphtalia, menonton pertarungan dengan bulunya yang menggembung seolah dia siap bergabung.

Jika salinan Byakko ini benar-benar seperti Spirit Tortoise, jika itu benar-benar disalin dari salah satu binatang pelindung dunia ini ... seberapa kuat kami seharusnya? Meremehkannya akan menjadi kesalahan, jadi aku putuskan untuk menganggap mereka sebagai lawan yang bahkan Glass akan mengalami kesulitan.

Adapun Tuan mereka, Sampah #2 ... Dia membawa semua wanita itu bersamanya, dan jika pertempuran berlarut-larut terlalu lama, bala bantuan mungkin akan muncul terus. Jika kami melarikan diri, mereka akan terus mengejar kami, dan jumlah pengejar kami hanya akan meningkat seiring waktu.
Kami memiliki peluang untuk menang yang kecil ... tapi tetap harus kami lakukan.

“Ha!”
“Grrrrr!”

Salah satu Byakko itu menyerang dengan cakarnya dan berlari ke arah Kizuna dan Glass. Glass membuka kipas dan memblok serangannya.

“Serangan itu terlalu naif!” Glass berteriak, mengayunkan kipas lainnya untuk melakukan serangan balik. Tapi Byakko itu cepat, dan melompat mundur untuk menghindari dampaknya.

Kecepatannya sangat mengesankan. Monster ini seperti Byakko, kan? Saat di duniaku dulu, aku selalu mendengar harimau adalah binatang terkuat di darat. Itu berarti mereka mungkin cukup kuat di dunia ini juga. Dan jika mereka disalin dari salah satu dari empat binatang suci dunia, maka tergantung pada gamenya, mereka mungkin salah satu dari bos terakhir.

Tapi, aku harus mengingatkan diriku sendiri ini bukan game. Tetap saja, aku beranggapan mereka sangatlah kuat.

“Fuee!”
“Rishia onee-chan! First Wind Cutter!

Seekor macan melompat ke Rishia, tapi aku meraih kaki belakangnya untuk menghentikannya tepat waktu agar mantra angin Filo bisa mengiris lehernya.

Itu tidak membuat banyak damage. Setidaknya kami menghentikan serangannya.
Sial ... Filo selalu menjadi salah satu penyerang terkuatku. Jika dia tidak bisa membuat banyak damage, maka pertempuran ini akan menjadi sulit.

“Jangan bergerak, Bocah! Flying Circle!” L'Arc menggunakan skill untuk mengirim cakram terbang ke arah Byakko yang masih kupegang.

Piringan itu menghantam Byakko dan semburan darah keluar dari lukanya, tapi itu tidak cukup untuk melukai monster itu. Bulu putih itu perlahan berubah merah.

“Grrrrrr!” Byakko menderu dengan marah.
“Naofumi-san! Shining Stones! Crimson Flame!” Therese berteriak, mengirim bola api yang meluncur ke arah Byakko dan aku. Bola api Therese memiliki sifat khusus, bola api itu tak pernah membakarku.

“Grrrrr!”

Byakko itu terbakar dan menggeliat kesakitan. 

“Jangan lupakan aku!”
“Siapa yang melupakanmu! Air Strike Shield!

Sebuah perisai muncul di udara untuk menghentikan katana Sampah #2. 

“Apa?!”
“Kurasa kau tidak tahu apa yang bisa dilakukan perisai ini, jadi kau sebaiknya berhati-hati. Kupikir kau sudah tahu itu terakhir kali kita bertemu!”

Dia mungkin tak menyadari kalau aku tak mampu menyerang hanya sendiri, yang merupakan alasan mengapa dia penasaran apa yang bisa aku lakukan.

“Arrggh!”
“Apa?!”

Aku mengkokohkan pijakanku ke tanah dan mengeluarkan semua tenaga untuk melempar Byakko ke Sampah #2. Dia terbang di udara dan menabraknya.

“Aghhh!”

Tidak ada damagenya, tapi itu cukup untuk membuat celah di pertahanannya tapi itu memberiku waktu untuk melantunkan mantra.
Aku ingin menggunakan apa yang diajarkan Ost kepadaku, Liberation.

Aku belum pernah menggunakannya, dan aku belum mengerti bagaimana mengatur rentang efeknya. Tapi aku harus melakukan apa pun yang kubisa untuk membantu yang lain dalam pertempuran, jadi aku memilih hal terbaik berikutnya.

“Zweite Aura!”

Pertama, aku mulai dengan Glass, yang akan membantunya membuat damage secepat mungkin. Aku memberikan mantra dukungan pada semua orang dalam menambah kekuatan mereka, yang seharusnya memaksimalkan utilitas mantra.

“Terima kasih banyak! Ayo!” Glass berteriak. Dia mencocokkan napasnya dengan Kizuna, membuka kipasnya, dan menggunakan mantra dengan anggun sehingga dia tampak seperti sedang menari.

“Circle Dance Zero Formation — Reverse Snow Moon Flower!”

Udara dipenuhi dengan kobaran api, seperti kelopak bunga, yang menembaki musuh. Tapi itu tak cukup untuk membunuh Byakko, yang mendengus pada kelopak yang menempel di wajahnya.
Monster itu tertutup kelopak kecil, tapi itu tidak cukup untuk mengubah gelombang pertempuran.

“Shining Stones! Protection Powder!” Therese melantunkan mantra yang menurunkan pertahanan Byakko.

L'Arc menemukan celah dan berlari ke monster itu, mengayunkan sabitnya dengan sekuat tenaga. Itu menacap jauh ke dalam daging monster itu, merobek kulit dan otot dan memperlihatkan tulang. Byakko yang terkejut itu melompat mundur.

“Seharusnya kau jangan pernah meremehkan kami.” kataku pada Sampah #2 sambil melihatnya. Dia terlihat tidak senang.
“Sombong sekali kalian ini. Aku akan memperlihatkan betapa seriusnya diriku sekarang! Lihat saja ini, pencuri senjata vassal dan kalian juga, pemegang vassal!”

Sampah #2 membuka tangannya dan mengarahkan telapak tangannya ke depan. Banyak bola api keluar dari sana dan menembaki kami.
Apa? Bagaimana dia melakukannya? Aku tidak pernah melihatnya melantunkan mantra.

Dia mungkin tahu bahwa jika dia mengirim bola api besar ke arah kami, kami akan memblokirnya dan mengirimkannya kembali kepadanya. Itu sebabnya dia memilih untuk menembak bola api yang lebih kecil.

“Dia tidak menggunakan mantra?!” Therese tersentak, tidak bisa mempercayai matanya.

Aku mengerti keterkejutannya. Penggunaan mantra biasanya melibatkan lantunan mantra. Aku pernah membaca sebuah cerita tentang seseorang yang dapat memanipulasi kekuatan sihir mereka tanpa harus melantunkan apa pun.

“Rasakan ini!”
“Tidak masalah,” kataku, dengan tenang memblokir bola api dengan perisaiku.

Berdasarkan apa yang ku lihat sejauh ini, itu lebih kuat daripada mantra tingkat pertama tapi kurang kuat dari mantra selevel Zweite.
Kukira mereka mungkin sulit dipertahankan, yang mungkin membuat mereka berguna melawan seseorang dengan pertahanan lebih rendah dariku.

Tetapi bola api kecil itu membuatku penasaran level pria ini. Mungkin dia sama sekali tidak kuat. Mungkin dia bisa membuat beberapa damage jika dia mendapat pukulan ketika aku tidak mengharapkannya, tapi dari apa yang kulihat, aku tidak berpikir dia bisa mengalahkan kita.

“Kau tak boleh meremehkannya. Dia memiliki kemampuan yang layak dimiliki oleh seorang pemegang senjata Vassal,” kata Glass, khawatir terlihat jelas di wajahnya. Aku kira level mereka mungkin cukup tinggi saat itu. 
“Hyaaaaaaa!”
“Aku akan membuatmu membayarnya!”
“Shooting Star Shield!”

Para wanita Sampah #2 berlari ke arah kami dengan pedang mereka, tapi aku mengerahkan penghalang Shooting Star Shield untuk memblokir mereka. Akan lebih mudah untuk memblokir mereka semua dengan penghalang daripada mencoba menghentikan setiap serangan mereka secara terpisah.

Serangan mereka berdentang terkena penghalang. Sebelumnya penghalang ini mudah rusak, tapi aku sudah meningkatkan penghalang ini kembali secara berkala sejak saat itu, dan sepertinya itu akan bertahan.

Jika penghalang itu akan bertahan, maka ...
Aku bergegas maju, menggunakan penghalang untuk mendorong musuh mundur.

“Aku akan menyerangnya!” Raphtalia berteriak. Penghalang itu membuat para wanita tidak seimbang, dan dia bergegas maju untuk mengambil keuntungan dari celah tersebut.
“Itu tidak akan kubiarkan!” Sampah #2 menyalak, mengirimkan rentetan api yang terbang ke Raphtalia untuk mengganggu serangannya.

Dia berputar, mengayunkan katana di sekelilingnya untuk menangkis bola api, dan kemudian melompat kembali ke belakangku. Dia melakukan semuanya dalam satu gerakan lincah, dan harus kukatakan, dia terlihat sangat keren saat melakukannya.

“Terima ini!” teriak seorang wanita. Dia melemparkan tombak ke arah penghalang, menarik kodachi dari kantongnya, dan melompat ke arahku.
“Naofumi-san!” Rishia berteriak, melempar ofuda yang dia terima dari Kizuna.

Mungkin karena sihir misterius di dalamnya, ofuda terbang di jalur yang luar biasa melintasi kami dan menempelkan dirinya ke tangan wanita yang menyerang, yang kemudian terbakar.

“Argh!” teriaknya, berlari kebelakang Sampah #2.

Rishia berhasil melakukannya! Mungkin dia punya bakat untuk melempar ofuda.
Sebenarnya, itu mengingatkanku pada pertempuran kami dengan Kyo. Dia melempar pedang ke arah Kyo dan mengenainya dengan pedang itu. Mungkin dia cocok untuk melemparkan senjata.

“Kami belum menyerah! Jangan kira ini cukup untuk menghentikan kami!” Teriak Sampah #2, menembakkan sejumlah mantra sihir dengan cepat.

Yang pertama adalah api, lalu air, lalu angin, lalu cahaya, secara terus menerus. Dia terus melemparkan mantra demi mantra padaku, mengganti elemennya berkali-kali.

Aku tidak keluar dari sana tanpa luka, tapi itu tidak terlalu sakit. Seperti aku terus tergores atau ditampar.

“HA! Terima ini! HA! ORA!”

Bola-bola sihir terbang begitu cepat sehingga udara di sekitar kami dipenuhi debu, membuat kami semakin sulit melihat.

“Zweite Aura!”

Sementara udara dipenuhi dengan debu dan asap, aku mengambil kesempatan untuk memberikan mantra peningkatan pada semua orang, termasuk diriku sendiri. Setelah statistik kami ditingkatkan, mantra yang menghujani kami mulai tidak efektif.
Rasanya seperti berjalan di tengah hujan tanpa payung.

“Grrrraw!” Geram Byakko lain yang melompat pada kami dari balik asap.

Byakko adalah pemain ofensif utama musuh. Aku ingin berpikir kalau Sampah #2 menyembunyikan kekuatan sejatinya untuk mengejutkan kami, tapi sepertinya dia sudah menggunakan semua yang dia miliki pada kami.

“Kizuna! Ada Byakko lain di sini!”
“Ya, ada banyak dari mereka! Beri aku waktu sebentar! Bisakah kau menahannya?”

Aku harus puas dengan apa yang kumiliki untuk saat ini, ada terlalu banyak musuh yang harus dihadapi Kizuna.
Hujan mantra berlanjut, menjengkelkan seperti biasa.

Kelompok sampah #2 tidak bergegas untuk menyerang. Mereka pasti rentan terhadap hujan mantra. Sebaliknya, mereka mundur dan melemparkan mantra. Terkadang mereka menembakkan panah atau melemparkan shuriken.

“Filo.”
“Apa?”
“Apa yang kau pikirkan?”
“Hm ...”

Dia mengarahkan jarinya ke Sampah #2.'

“Tei!”

Bilah angin bertiup dari jarinya dan mengiris lengannya.

“Ah?! Apa?! Bagaimana?!”

Pisau itu telah memotong jauh ke dalam lengannya, dan dia dipaksa untuk berhenti melemparkan mantra, sehingga dia bisa menyembuhkan lukanya.

“Kau tampaknya bangga pada dirimu sendiri karena menggunakan mantra tanpa spelling ... tapi bukankah kau melupakan hal yang paling penting?”

Mungkin aku seharusnya tidak memberikan saran musuh, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk memanggilnya saat asap itu hilang. 

“Sebagai sumber kekuatan Pahlawan Perisai memerintahmu. Aku membacamu untuk menguraikan hukum alam. Sembuhkan mereka!”
“Zweite Heal!”

Mantra tunggal itu sudah cukup untuk menyembuhkan semua kerusakan yang disebabkan rentetan mantra-mantranya, dan kami langsung pulih dari luka yang kami derita.

“Sihir apa itu? Aku belum pernah mendengar ini!”

Cukup mengesankan bahwa dia bisa menggunakan mantra tanpa spelling, tetapi Filo menyalinnya tanpa kesulitan.

Aku pernah membaca sesuatu yang mirip di buku sihir. Dikatakan kalau penyihir berpengalaman bisa menggunakan mantra tanpa spelling tapi kekuatan mantra yang dikeluarkan akan jauh lebih rendah. Seharusnya itu sudah jelas, itu seperti mengayunkan senjata tanpa berlatih keras.

Jika kau mengayunkan pedang tanpa memasukkan energi ke dalam ayunan, itu mungkin merusak kulit tapi tidak akan melakukan lebih dari itu. Damage yang disebabkan oleh serangan sebanding dengan jumlah kekuatan di belakangnya. Itu sebabnya mantranya sangat lemah.

Kurasa itu mungkin berguna sebagai serangan balasan cepat seperti pisau lempar atau semacamnya, tapi masalah utamanya jika tidak ada serangan lanjutan setelah mantra tersebut.

“Jawab aku!”
“Untuk apa kau tahu ini?”

Spelling adalah langkah penting dalam membentuk kekuatan sihirmu. Itu adalah langkah di mana kau memfokuskan kekuatanmu sehingga kau bisa menggunakannya. Benar, itu memang menceritakan pengalamannya kalau dia bisa menggunakan mantra tanpa spelling, tapi melewatkan spelling pasti akan membatasi tingkat sihir yang bisa dia gunakan. Itu berarti kalau dia melewatkan langkah ketika memberi bentuk pada kekuatannya.

Mungkin itu berguna dengan mantra sederhana, tapi karena mantra tumbuh lebih kuat dan kompleks, itu tumbuh lebih sulit untuk membentuk kekuatan mantra tanpa spelling.

Ngomong-ngomong, kami berada di dunia yang berbeda sekarang, jadi sihir itu tampaknya bekerja sedikit berbeda di sini dan menilai dari reaksinya, dia belum pernah melihat mantra yang kami gunakan.

“Um ... Tuan? Firo merasa tidak memiliki kekuatan sihir yang cukup untuk melakukan serangan sekuat ini!”
“Oh? Apa kau pikir kau bisa membuatnya lebih kuat jika kau naik level lebih tinggi?”
“Ya! Firo bisa mengisi daya dan bam, langsung penuh lagi!”

Aku tak tahu apa yang dia katakan, tapi jika si jenius Filo mengatakan dia bisa melakukannya, maka kukira dia bisa melakukannya.

“Tapi ... harus, um, melantunkannya dulu...”
“Filo, aku tahu.”
“Oh!”

Aku memotongnya. Aku tak ingin memberikan petunjuk kepada musuh lebih dari yang kubutuhkan.

Dia benar. Jika seseorang cukup kuat untuk membuat mantra tanpa menggunakan pengucapan, seberapa kuat spell mereka jika mereka menggunakan waktu yang lama untuk menggunakannya?

Pengaturan waktu itu penting dalam pertempuran, tapi jika dia bisa meluangkan waktu untuk mengucapkan mantra tanpa terganggu, mantranya akan jauh lebih kuat. Menggunakan mantra tanpa pengucapan akan baik untuk menangkap musuh saat lengah, tapi secara umum mungkin lebih baik untuk mengucapkan mantra ketika kau menemukan waktu di tengah pertempuran.

Itulah yang dilakukan Therese. Dia melantunkan mantra sambil mengawasi jalannya pertempuran.

Apa Sampah #2 hanya mencoba pamer? Mengapa seorang penyihir dipilih untuk menggunakan vassal katana? Dia tampaknya tidak memiliki kemampuan yang hebat. Dia mengambil katana laun dari sarung di pinggangnya dan berlari ke arah kami.

“Rasakan tajamnya katanaku!”

Dia jauh lebih cepat daripada yang kuharapkan. Mungkin sihir bukanlah spesialisasinya.

Terakhir kali kami bertemu, aku tidak melihat level skillnya dengan baik karena aku hanya memblokir serangannya dengan perisaiku, tapi sekarang aku bisa melihat kalau gerakannya sangat terampil.

Setelah aku menggunakan semua metode peningkatan kekuatan pahlawan lain, gerakan petualang normal tampak lambat dan melelahkan bagiku. Tapi pria ini sangat cepat. Aku tak yakin bisa mengikutinya. Tentu saja itu mungkin karena aku berada di level yang lebih rendah sekarang.

Kakinya cepat. Sekarang aku bisa melihat mengapa dia menginginkan katana. Tapi itu tidak menjelaskan mengapa dia memiliki Skill untuk menggunakan sihir tanpa spelling.

“Grrrrrrraw!”

Seekor Byakko meraung dan melompat ke arahku untuk bergabung dengan serangannya. Tunggu, tidak itu mengarah ke Raphtalia.
Aku tidak membiarkan itu terjadi! Ekornya yang mengibas menghantamku, aku menangkap dan meraihnya, menghentikan pergerakannya.

“Grrrraw!”

Byakko itu sangat marah, dan berbalik untuk menyerangku bersama Sampah #2.
Baguslah. Selama itu membuat Raphtalia terluka.

“Tuan Naofumi!” teriaknya, mengacungkan katana-nya dan bergegas ke arah Byakko.

“Crescent Moon Sword!”

Kilatan cahaya seperti bulan sabit melesat dari pedangnya dan merobek kulit dari punggung Byakko.

“...!”

Aku menghentikan katana Sampah #2 dengan perisai, dan serangan balik Nue Shield mengaktifkan Lightning Shield (Medium).

“Ap ... Ahhhhh!”

Disengat listrik, Sampah #2 menjatuhkan katana-nya dan melompat menjauh dariku.

“Apa yang ...? Apaan kau?! Bagaimana kau menghentikan seranganku?!”
“Bukan kah kau seharusnya tahu?”

Dia pasti mengira aku adalah seorang MOB.
MOB adalah istilah yang kami gunakan dalam game online yang dulu aku mainkan untuk merujuk pada pemain yang lemah atau cadangan.

Dia pasti terkejut ketika mengetahui kalau pertahananku sebenarnya jauh lebih tinggi daripada MOB. Siapa kroco yang lemah sekarang!?

“Pengguna Perisai Aneh! Aku tahu kau bersama para pencuri ini, tapi kau layak memperkenalkan namamu!”

Dia berbicara omong kosong lagi. Aku mengabaikannya dan mencari Kizuna. Dia sedang bertempur dengan salah satu wanita Sampah #2.

“Kizuna, serahkan manusia pada Glass atau aku!”
“Itulah yang aku pikirkan! Apakah bisa?”
“Aku tidak suka menerima perintah dari Naofumi, tapi kurasa dia benar. L'Arc, Therese, ikuti aku! ”Glass memberitahu.
“Oke!”
“Dimengerti. Itu penting agar Kizuna bisa menggunakan Skillnya dengan baik.”
“Wahai kekuatan permata besar nan luas, dengarkanlah permohonanku dan wujudkanlah dirimu. Namaku Therese Alexanderite, wahai rekan-rekanku. Pinjamkanlah aku kekuatan untuk menghancurkan mereka!”

Senjata Glass dan L’Arc dikelilingi oleh api permata dari Therese.

“Fusion Technique: Burning Disc!”
“Fusion Form: Reverse Burning Snow Moon Flower!”

Skill Glass dan L'Arc dikombinasikan membentuk kobaran api, mengirim wanita yang menyerang Kizuna terbang jauh.

“Gyahhhhhh!”

Tapi itu tidak cukup untuk membunuhnya. Dia perlahan terhuyung-huyung kembali ke tempat Sampah #2 berdiri dan mulai memberikan sihir penyembuhan pada dirinya sendiri.
Kami tidak cukup kuat untuk menghabisi mereka.

“Orang-orang ini lebih tangguh daripada yang aku kira. Jangan lengah, Bocah!”
“Siapa yang lengah? Aku hanya mengatasi yang lemah, jadi kurasa aku mungkin sedikit ceroboh.”
“Apa kau bilang? Berani sekali kau meremehkanku!” Sampah #2 mengeluh.

Aku tidak peduli.
Bahkan setelah melihat keahliannya dengan pedang, masih jelas bagiku kalau salinan Byakko adalah ancaman yang lebih besar.

Glass dan L'Arc adalah pemegang senjata Vassal dari dunia ini, jadi mereka benar-benar kuat. Aku telah melihat kekuatan mereka secara langsung di pulau Cal Mira. Ketika kami bertemu mereka selama insiden Spirit Tortoise, mereka agak melemah. Tapi ternyata mereka jelas jauh lebih kuat sekarang karena telah kembali ke dunia mereka sendiri. 

“Sebutkan namamu!” Sampah #2 berteriak dengan marah.
“Tenanglah sedikit, oke? Jika kau ingin tahu itu, aku akan memberi tahumu. Aku Pahlawan ... Perisai. Aku memiliki perisai ini, tapi yang bisa kulakukan adalah melindungi orang. Namaku Iwatani Naofumi. Aku dari dunia lain.”

Mendengar diriku mengatakan itu semua terasa sangat aneh ... Aku adalah Pahlawan Perisai yang berasal dunia lain yang datang dari dunia lain ... Berapa banyak dunia lain yang perlu aku sebut? Apa pun itu, itu adalah kebenaran.

“Apa? Tidak ada yang namanya senjata suci perisai! Omong kosong!”
“Kalau begitu jangan tanya!”

Aku tidak peduli jika dia tak memercayaiku. Sebenarnya, semakin sedikit yang dia tahu tentang Pahlawan Perisai, semakin baik.

“Dengarkan! Kita harus fokus pada pria ini sekarang!”
“““Oke!”””

Kawanan wanita berteriak serempak.
Baik, baik. Mari kulihat ... Kizuna berurusan dengan Byakko.

Dia mungkin ingin menggunakan Byakko untuk melawan Glass dan L'Arc, karena mereka yang terkuat. Lalu dia akan fokus membunuhku, karena aku yang melindungi semua orang. Tujuan utamanya adalah untuk membunuh Raphtalia dan mengambil kembali katana yang dipegangnya. Itu adalah rencana yang baik, tapi dia tak akan bisa melewatiku.

“Shooting Star Shield!”

Aku memunculkan kembali penghalang Shooting Star Shield.

“Tuan Naofumi ...”
“Kita akan baik-baik saja. Rishia, Filo, kalian harus hati-hati.”
“Mereka tak akan menangkapkuuuu!”
“Bagus.”
“Fuee ...” Rishia merintih, tapi dia memegang ofuda, siap untuk menyerang.

Semuanya terlihat bagus.
Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, Sampah #2 benar-benar bangga pada dirinya sendiri karena bisa menggunakan sihir tanpa spelling, tapi tak ada yang bisa melakukan itu jika mereka menggunakan ofuda?

“Heh! Sekarang aku akan menunjukkan betapa seriusnya aku!” Katanya, menarik keluar ofuda.

Apakah dia mencoba berpura-pura menahan diri?
Dia jelas tak sekuat Kyo, jadi mengapa dia perlu repot-repot menahan diri?
Tidak apa jika melihat ada Rishia dan Filo, tapi  di sisiku orang-orang yang dipilih oleh senjata Vassal. Jika dia tak mengerahkan semua yang dia miliki, dia akan berakhir dengan kematian.
Bala bantuannya akan muncul sebentar lagi. Sudah waktunya untuk mengakhiri ini. 

“Terima ini!”

Sampah #2 memfokuskan kekuatan sihirnya pada ofuda di tangannya sementara dia mengirim mantra pada kami tanpa melantunkan mantra.

“Sekarang! Air Strike Shield!

Tepat sebelum dia bisa menembakkan mantra pada kami, aku mengerahkan Air Strike Shield langsung di depannya. Dia selalu menyerang secara langsung, melempar mantranya dalam garis lurus sempurna. Aku tak sabar untuk melihat bagaimana dia bereaksi terhadap ini.

“Ap—”

Mantra itu menghantam perisai dan meledak di wajahnya.

“Ahhhh!” dia terperangkap dalam kobaran api, berteriak dan melompat mundur.

Ha! Itu bekerja lebih baik daripada yang ku perkirakan. Glass atau L'Arc tidak akan kesulitan untuk menghindarinya.

“Kau! Beraninya kau melakukan ini pada Tuan!” rekan-rekan Sampah #2 mengacungkan senjata mereka kepada kami. 
“Second Shield!”

Aku memunculkan perisai lain untuk melindungi kami dan kemudian dengan cepat melihat ke arah Filo. Mengetahui apa yang ku maksud, dia mengangguk dan mulai melantunkan mantra.

“Sebagai sumber kekuatan Firo memerintahmu. Firo membacamu untuk menguraikan hukum alam, hancurkanlah mereka dengan tornado ganas dari langit!”
“Zweite Tornado!”

Nama Skill baru yang tersedia muncul di bidang pandangku. Aku pernah menggunakannya sebelumnya. Itu adalah skill kombo yang memiliki beberapa kemampuan ofensif.

“Tornado Shield!”

Sebuah perisai angin puyuh muncul di hadapan para wanita yang menyerang, dan ketika mereka secara serampangan menyerangnya, mereka memicu serangan balik.

“Ahhhhhh!” teriak mereka.

Tornado besar keluar dari perisai dan menarik para wanita ke dalamnya, dan mereka naik ke atas langit.

“Tuan Naofumi! Aku akan menyerang!”

Tepat ketika aku akan menyarankan Raphtalia untuk menggunakan mantra ilusi, dia langsung menuju ke arah Sampah #2.

“Tak peduli berapa kali kami mencoba untuk bicara baik-baik denganmu, tapi kau tetap haus dengan kerakusan akan senjata ini. Aku tidak tahan lagi. Dengan ini semuanya akan berakhir,” teriaknya. Dia mengayunkan katana secara horizontal, dan kemudian meneriakkan nama skillnya.
“Powder Snow!”
“Apa—”

Bilah itu berhasil menebasnya dan irisannya dipenuhi dengan darah.
Dia memutar pedang untuk membuang darah yang menempel pada pedang. Kemudian berbalik untuk menghadapi kerumunan pendukungnya.
Sampah #2 memegangi pinggangnya setelah menerima serangan yang begitu hebat. Namun dia tidak bergerak sedikitpun, tapi kemudian efek skillnya menjadi jelas.

“Ah?!”

Salju halus keluar dari celah yang dibuatnya, mengisi udara dan mengubah segalanya menjadi putih.
Apa itu ...? Itu adalah ... salju?
Salju mencair sesaat kemudian, dan Sampah #2 terhuyung-huyung mundur.

“Itu ... cukup bagus ... Kau mencuri ... mencuri sumber kekuatan sihirku.”

Skill itu pasti telah mengubah kekuatan sihir dari siapa pun yang ditebasnya dan mengubahnya menjadi salju.
Sampah #2 mencengkeram earth crystal yang pasti memiliki sifat penyembuhan. Dia berusaha menyembuhkan dirinya sendiri.
Aku tidak akan membiarkannya. Aku berjalan mendekat dan meraih crystal di tangannya. 

“Jangan sentuh itu! Argh...”

Dia mengayunkan pedangnya ke arahku, tapi aku menghalanginya, dan sekali lagi, Lightning Shield (medium) aktif dan menyetrumnya.

Lukanya... Ya, lukanya masih terbuka.
Itu tidak mengirisnya terlalu dalam. Aku kira skill itu lebih fokus pada mencuri kekuatan sihir musuh daripada damage secara langsung.

“Tuan!”

Bala bantuan telah tiba dan mulai mengelilingi Filo dan Rishia.

Glass dan yang lainnya perlahan-lahan menghabisi salinan Byakko, tetapi semakin banyak dari mereka yang terus muncul.
Di tengah semua itu, satu orang bertingkah aneh, dia adalah Kizuna.
Dia terus mengayunkan pancingnya dan memukul Byakko dengan umpannya.

Glass dan L'Arc tak fokus menyerang Byakko, mereka jelas berfokus pada pertahanan. Byakko itu tampaknya mengabaikan Kizuna karena suatu alasan.

Aku penasaran apakah monster tersebut memiliki semacam ketakutan naluriah terhadap Pahlawan Alat Berburu. Kail Kizuna mengenai Sampah #2 selanjutnya, tapi tidak ada yang terjadi.

“Naofumi, jangan menyerang apa pun yang disentuh oleh kailku sampai aku mengatakannya, oke?”
“Ah, baiklah. Tapi...”

Apa yang dia rencanakan? Aku menebak itu adalah Skill yang menurunkan pertahanan mereka atau semacamnya, tapi aku tidak yakin.

“Grrrraaaw!”

Seekor Byakko yang sangat besar muncul di tengah-tengah kumpulan monster yang berkeliaran.
Apakah itu pemimpin mereka? Tidak ... Aku yakin kalau Sampah #2 mengendalikan mereka, sehingga itu akan menjadikannya pemimpin.
Tetapi, tidak diragukan lagi kalau salinan Byakko terkuat baru saja bergabung dalam pertarungan.





TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan
Proofreader : Bajatsu, Hantu

0 komentar:

Posting Komentar