Jumat, 01 November 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 8 : Chapter 17 - Blood Flower Strike

Volume 8
Chapter 17 - Blood Flower Strike


“Hei, itu terlihat cukup kuat. Baiklah, mari kita lakukan, Glass.”
“Ya!”
“Tepat! Aku sudah lama tidak melihat Skill Kizuna,” tambah L'Arc.
“Kizuna, semuanya bergantung padamu sekarang. Phantasm!” Glass berteriak, mengayunkan kipasnya dan menggunakan skill yang memenuhi udara dengan kelopak bunga. Bunga sakura yang halus melayang-layang di atas angin, membuat semuanya tampak merah muda dan fantastik.

Byakko itu bergoyang-goyang, mata mereka berputar-putar. Skill itu pasti membuat mereka pusing.
Apa yang sedang terjadi? Apa rencana mereka?

“Aku ikut membantu juga!” teriak L'Arc, melempar sabitnya. Tornado keluar dari tempat ia mendarat. Angin tornado muncul dan membuat Skill Glass lebih efektif.
“Wahai kekuatan permata besar nan luas, dengarkanlah permohonanku dan wujudkanlah dirimu. Namaku Therese Alexanderite, wahai rekan-rekanku. Pinjamkanlah aku kekuatan untuk menghentikan pergerakan mereka!”
“Shining Stones! Paralysis Wing!”

Kupu-kupu keluar dari tangannya dan bersatu dengan angin tornado dan kelopak bunga. Semua Byakko kehilangan momentum, melambat, dan kemudian berhenti total.

“Agak sulit untuk menghentikan sebanyak itu sekaligus. Ini akan lama jika hanya ada satu,” kata Kizuna, mengubah senjatanya menjadi pisau tuna.
“Tapi ini adalah akhirnya dan kita telah menang. Lihatlah kekuatan sebenarnya dari Pahlawan Alat Berburu,” kata Glass dan disaat yang bersamaan.
“Naofumi ... Sebenarnya, Raphtalia-san, kami juga akan membutuhkan bantuanmu. Ketika serangan ini terjadi, seranglah Byakko kuat yang dipegang Naofumi.”
“Baiklah,” kata Raphtalia, berbalik menghadap Sampah #2. Aku masih memojokkannya.

Kemudian Kizuna memegang pisau tuna-nya seperti Raphtalia memegang katananya, mengambil nafas, dan berlari mencari Byakko. Dalam sekejap, dia sudah selesai dengan mereka.

“Instant Blade: Mist!”
“Hunting Skill: Blood Flower Strike!”




Raphtalia memegang katana di kedua tangan dan terbang menuju Sampah #2. 

“Apa?!”
“Apa itu?”
“Bilahnya ... Rasanya aneh — seakan-akan memotongnya secara tidak wajar.”

Sampah #2 berusaha keluar dari genggamanku. Aku membiarkannya pergi. Dia bergetar dan menggigil, dan wajahnya pucat.

“Ugh ...”
“Oh, hal buruk akan terjadi jika kau bergerak. Sebaiknya kau tetap diam saja,” Kizuna menambahkan, memotong salinan Byakko yang membeku dengan ujung pisau tuna-nya sebelum kembali ke tempat Glass dan rekan-rekannya berdiri.

Aku belum melihat serangan sama sekali, tapi tiba-tiba semua Byakko kalah, terjatuh menjadi bongkahan darah.

Udara kental dengan aroma darah.
Aroma darah mengisi udara sekitar, seperti kelopak bunga merah yang mencocokkan warna merah muda. Skill yang digunakan Kizuna memiliki nama yang tepat, itu benar-benar terlihat seperti bunga darah bermekaran.

Wanita-wanita sampah #2 dan pasukan pendukungnya menatap kami tanpa berkata-kata. Mereka pasti menyadari kalau Sampah #2 bergerak sedikit, dia akan hancur berantakan, seperti apa yang terjadi pada Byakko.

“Bagaimana mungkin! Bagaimana bisa dia mengalahkan senjata paling kuat negara kami dengan mudah? Tidak mungkin! Mustahil!” kata salah satu bawahan pria itu, “Bagaimana mungkin pahlawan terlemah bisa melakukan semua ini?!” lanjutnya.

Kizuna memperhatikan ekspresi terkejut mereka.
Aku tahu bagaimana rasanya. Aku sudah terbiasa dengan orang-orang yang mengatakan hal yang sama tentangku. Kurasa orang hanya menghormatimu jika kau bisa melawan orang lain. Lalu, logikanya di mana jika lemah melawan orang saja?

“Hei, apa kalian tahu kemampuan Pahlawan Alat Berburu? Aku yakin kalian menyadari kalau semua pahlawan memiliki spesialisasi mereka ...”

Benar. Kizuna sudah mengatakan sesuatu tentang itu. Dia tidak bisa menyerang orang, tapi dia bisa melawan semua monster berkat kemampuan spesialnya.

“Lalu, meski aku tidak bisa melawan orang, bukan berarti aku tidak bisa bertarung. Aku yakin jika tidak bisa membeda mana yang fakta dan rumor, maka kematian bisa ada di hadapannya langsung, aku yakin itu sudah biasa terjadi.”
<Poo : that’s a great quote :”>

Bala bantuan mulai berdatangan.

Itu menakjubkan. Glass dan rekan-rekannya sudah bertarung penuh melawan banyak Byakko, dan Kizuna menghabisi mereka semua dengan satu serangan. Dia menakutkan!

Mengingat kembali waktu yang kami habiskan bersama, aku tak bisa memikirkan satu kali pun aku melihat bertarung, kecuali ketika kami berhadapan dengan manusia. Dia selalu mengalahkan monster tanpa berkeringat.

Aku tak sadar betapa menakutkan rekan perjalananku sebenarnya!
Aku ingin tahu apakah dia merasakan hal yang sama tentangku, lagipula, aku juga seorang pahlawan suci.

Aku tak bisa berbuat banyak untuk menyerang, tapi ketika untuk pertahanan, aku jauh lebih mengesankan daripada orang lain yang kutemui.
Aku selamat dari serangan utama Spirit Tortoise, bukankah itu bukti yang cukup?

Sama sepertiku, Kizuna tak bisa menyerang manusia, tapi ketika untuk menyerang monster, dia adalah orang yang paling kuat di sini. Aku sebenarnya bersyukur kalau spesialisasinya bukan sebaliknya ... Bagaimana jika ada pahlawan suci di luar sana yang berspesialisasi untuk bertarung dengan manusia? Bukankah itu menakutkan?

“Baiklah... Kalian sudah melihat betapa mudahnya kami mengalahkan komandan serta senjata terkuat kalian. Tidak bisakah kalian membiarkan kami pergi sekarang?” kata Kizuna mengancam mereka, dia memutar pisau tuna-nya sehingga melintas di bawah sinar matahari.
“Fueee ...”
“Rishia, Kizuna ada di pihak kita. Jangan takut padanya.”
“Tuan Naofumi, kau kemari membawa orang yang luar biasa sekali ...”
“Kurasa begitu.”
“Rafu?”

Raph-chan tetap diam selama pertempuran. Atau kurasa dia memang berusaha melindungi Rishia. Itu tidak masalah. Aku tak pernah berharap dia akan banyak berguna dalam pertempuran.

Di sisi lain, aku sudah melihat shikigami Glass dan Kizuna, Chris, melakukan semua yang bisa dilakukan untuk melindungi mereka selama pertempuran. Aku masih belum memiliki pemahaman yang kuat tentang apa yang bisa mereka lakukan, aku terlalu sibuk berurusan dengan Sampah #2.

“Raphtalia, seranganmu juga sangat mengesankan. Kau pasti semakin kuat sejak dari sebelumnya.”
“Kau pikir begitu? Aku sangat sibuk sejak aku tiba di sini jadi aku tak punya waktu untuk berhenti dan merenungkannya.”

Serangannya itu benar-benar sesuatu. Aku yakin akan hal itu.

Jelas tidak aneh kalau dia dipilih oleh vassal katana, tapi sekarang sudah mulai terasa seperti takdir. Dia benar-benar menempatkan dirinya dengan baik dalam pertempuran.

Dia pasti sudah melalui begitu banyak hal sejak kami berpisah, karna dia tampak lebih terampil daripada dia yang dulu. Jika kami harus berpisah lagi, aku penasaran apa dia akan mengembangkan otot-otot besar atau semacamnya.

“Kau pasti, sedang memikirkan hal yang tidak sopan, kan?”
“Menurutmu begitu? Aku hanya berpikir tentang sebanyak apa kau menjadi kuat dan sejauh mana kau bisa berguna.”
“Oh ... Baiklah ... Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Raphtalia, menatap katana di tangannya.

Itu pertanyaan yang bagus. Begitu kami kembali ke dunia tempat asal kami, apakah tidak masalah berjalan-jalan dengan senjata yang begitu penting di sini?

“Naofumi? Apakah kau tak akan menyerap bagian Byakko ini?”
“Ya, ya, tentu saja. Tapi aku punya sandera di sini, jadi aku belum bisa bergerak,” kataku, melihat bolak-balik antara Sampah #2 dan para wanitanya dan pasukan bala bantuan.

Dia pasti orang yang cukup penting, karena semua orang nampak kaget dengan penangkapannya. Mereka jelas tak tahu harus berbuat apa. Mereka tahu kalau jika mereka mencoba sesuatu yang lucu, dia akan terbelah menjadi dua, Sampah #2 tampaknya menyadari kalau dia tak bisa bergerak sama sekali.

“Perhatikan ini baik-baik. Jika kalian tetap mengejar kami, dia akan berakhir dengan tanpa nyawa,” kataku, mengeluarkan satu ancaman terakhir.
“Tuan Naofumi, kau suka sekali ya, mengancam orang.”
“Jika mereka tak benar-benar merasa takut, bawahannya ini tak akan pernah belajar.”
“Huh ... kurasa kau benar. Mengapa orang sepertinya selalu ada kemanapun kita pergi ...” Raphtalia bergumam. Dia benar. Dia mengingatkanku pada para pahlawan di dunia kami atau tentang Sampah # 1.
“Baiklah, kami berhak membawa Vassal katana. Seluruh kekacauan ini adalah karena kecerobohannya yang bodoh. Jangan lupakan itu.”

Bukankah ada orang di dunia ini yang peduli dengan para pahlawan suci? Bukankah mereka tidak menghormati Kizuna sama sekali?
Kurasa aku sudah melalui sesuatu yang serupa di dunia sebelumnya. Pasti ada orang yang tak percaya, atau percaya pada para pahlawan. Kau tak ingin ditangkap oleh orang-orang seperti itu.

Aku berjalan dan menyerap bagian-bagian Byakko ke dalam perisaiku, mengawasi para prajurit yang ragu-ragu berlari untuk menyelamatkan Sampah #2. Kami memiliki apa yang kami butuhkan, jadi kami meninggalkannya. Dalam perjalanan pergi, aku melihat sekelompok wanita melemparkan mantra penyembuhan padanya. Dia akan baik-baik saja ... mungkin.

“Jangan biarkan mereka pergi! Kau harus membunuh mereka semua! Lihatlah apa yang telah mereka lakukan padaku! Senjata Vassal itu milik negara kita. Kita tidak bisa membiarkan mereka melarikan diri—”

Raphtalia berbalik untuk menghentikan omelannya. 

“Itu terlalu cepat. Jika kau bergerak dalam sepuluh detik lagi, kau pasti akan mati. Lebih baik kau teruskan sihir penyembuhan untuk beberapa hari ke depan, sebab dia tidak bisa bergerak sampai sembuh total.” Raphtalia membungkuk dalam-dalam dan kemudian mengangkat wajahnya.  “Kami melakukan ini bukan untuk mengharapkan terjadinya perang. Kalian bisa pertimbangkan ini secara tenang, bila diperhatikan, membentuk aliansi dengan negara tempat Glass-san berasal akan menjadi sebuah keuntungan bagi kalian, aku harap kalian bisa menyimpulkan keputusan ini setelah berdiskusi dengan atasan kalian.” kemudian dia berbalik dan pamit pada mereka.

“Tunggu!”
“Jangan bergerak!”
“Jangan percayai kebohongannya! Aku sudah memberikan mantra penyembuhan pada diriku sendiri! Kau akan melihatnya!”

Perlahan, para wanita dan tentara mulai berjalan mengikuti kami. Sampah #2 bangkit berdiri untuk bergabung dengan keributan, Tetapi ...

“... Sayang sekali. Kami benar-benar ingin mengakhiri ini tanpa pertumpahan darah yang tidak perlu.” kata Raphtalia sambil menghela nafas.
“Aku setuju. Aku harap negara kalian bisa membentuk aliansi yang dapat mengantarkan era baru untuk masa depan dunia ini ...” Glass mengangguk setuju.
“Naofumi, kau sebaiknya tidak melihat ke belakang. Aku sudah melihat Glass dan L'Arc membantai orang-orang dengan cara ini sebelumnya,” kata Kizuna.

Itu hanya membuatku lebih ingin melihat ke belakang.
Raphtalia tampaknya pasrah dengan hasil ini, alasannya karena itu kesalahan mereka sendiri.

“Rishia onee-chan sebaiknya tidak melihat ini juga!”
“Rafu!”
“Fuee ... Kenapa? Memangnya kenapa?”

Filo dan Raph-chan berusaha mencegah Rishia melihatnya.
Aku sebenarnya tak perlu menontonnya untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Aku pernah melihatnya di anime sebelumnya, hal itu terjadi ketika seseorang  melangkah mengejar musuhnya.

“Apa yang sedang kau lakukan!? Cepat dan ... ugh ...”

Pertama-tama terdengar bunyi yang memuakkan dan hancur. Kemudian diikuti keluarnya darah yang menyembur ke udara.

“Kyaaaaaaaa!” teriak para wanita.
“Tuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan—!”

Aku tak bisa mendengar nama orang itu.
Sayangnya. Aku tak merasakan sedikit simpati untuknya. Aku mulai sedikit peduli dengan namanya, meski tidak ingin ...
Aku hanya bisa memikirkan satu hal untuk dikatakan.

“Kembali terulang, dunia ini telah kehilangan satu orang sampahnya lagi, heh, heh, heh ...”
“Tuan Naofumi!” Raphtalia berteriak marah padaku.

Aku tak melihat apa yang salah dengan apa yang kukatakan. Si pria ini berusaha membunuhnya! Dia sudah melakukan semua yang dia bisa untuk menghalangi kami.

“Bocah, aku tahu kau ingin terlihat keren, tapi aku tak akan tertawa. Kau tak akan ingin melihatnya secara tak sengaja.”
“Aku tak keberatan ... selama itu tak terlalu kotor.”

Aku tak benar-benar ingin berbalik dan melihat darah yang bercucuran di belakangku, tapi aku masih tak bisa melewatkan kesempatan untuk tertawa. Ada banyak orang di dunia tempatku berasal yang kuinginkan mati dengan cara ini, tapi jika mereka benar-benar melakukannya, maka itu tidak akan menjadi hal yang baik.


Bagaimanapun, itulah cara kami memenangkan pertempuran dan melarikan diri.
Kami meninggalkan kota melalui atap.

“Serangan macam apa itu?”

Itu sangat cepat sampai aku sebenarnya tak bisa melihat apa yang terjadi. Sepertinya dia baru saja memotong monster dengan pisaunya. Tapi itu tidak sesederhana itu? Apa saja yang sudah dia lakukan dengan umpan pancing sebelumnya? Itu mungkin merupakan urutan Skill, seperti ketika aku menggunakan Shield Prison dan kemudian Change Shield (Attack) dan dilanjutkan dengan Iron Maiden.

“Hm? Oh, skill itu menghubungkan semua titik lemah musuh dan kemudian memotongnya. Tapi itu tidak selalu membunuh mereka. Terkadang itu hanya memotong sangat dalam.”

Jadi itu sebenarnya serangan yang sangat kuat, dan musuh hanya akan hancur jika serangan itu cukup kuat untuk membunuh mereka.

“Apa yang kau lakukan dengan umpan pancingmu sebelumnya?”
“Itu adalah skill yang disebut Lure Needle, dan itu akan meningkatkan damage. Apa pun yang mengenai umpan itu akan menerima damage ganda pada serangan berikutnya.”

Itu sebabnya dia mengatakan kepada semua orang untuk tak menyerang sampai dia siap. Jika seseorang menyerang, maka itu akan menghilangkan pengaruh penggandaan damage dari serangan spesialnya.

“Efeknya hanya berlangsung sebentar, jadi aku terburu-buru. Jika musuh mengetahui apa yang terjadi terlalu cepat, mereka dapat membatalkan efeknya.”
“Itu serangan yang situasional.”

Jadi umpan itu menurunkan pertahanan musuh untuk serangan berikutnya. Serangan seperti itu benar-benar dapat mengacaukan strategiku.

“Tak sesederhana kelihatannya. Umpan itu hanya memengaruhi area yang disentuhnya, jadi kau harus memastikan kalau kau mengenai titik lemah musuh. Mungkin itu tak akan berpengaruh banyak terhadapmu.”

Aku memiliki pengalaman dengan hal serupa di beberapa game yang kumainkan. Ada skill yang bekerja dengan cara yang sama, itu memperkuat serangan selanjutnya secara berurutan. Aku biasanya menggunakannya sebagai kartu truf selama pertarungan dengan bos yang sulit. Tapi jika peringkat pertahanan bos sudah sangat tinggi, maka itu jelas tidak banyak membantu.

Efek skill hanya bertahan sebentar, yang membuatnya cukup sulit untuk digunakan dengan benar. Aku merasa seperti mengandalkan keberuntungan.
Kizuna jelas sangat ahli dalam hal itu. Dia pasti petarung yang luar biasa.

Dia tak bisa membuat damage secara langsung kepada lawan manusia, tapi dia mungkin bisa menggunakan Skill lure untuk membuat damage secara tidak langsung dengan bantuan rekan satu timnya.

Mungkin itulah sebabnya serangan Raphtalia lebih efektif daripada yang dia perkirakan. Mungkin itulah alasan dia memotongnya menjadi dua.

Mungkinkah mereka benar-benar menyelamatkannya jika mereka terus memberikan sihir penyembuhan padanya? Sejujurnya, aku tidak terlalu peduli kalau dia mati. Dunia menjadi lebih baik tanpa dia.

“Hei, bisakah kau menghubungi dia sekarang? Aku tak tahu berapa banyak orang yang bisa kubawa, tapi kita juga bisa menggunakan skillku.”
“Sebentar,” kata Kizuna, memegang ofuda ke dahinya dan berbisik pada dirinya sendiri,  “Ya, aku bisa menghubunginya. Dia bilang dia akan menemui kita di tempat yang disepakati. Kau ingin kembali duluan?”
“Boleh saja. Kau bersama Glass dan sisanya, jadi kau seharusnya baik-baik saja. Aku tak yakin berapa banyak orang yang bisa aku bawa melalui portal.”
“Kau menggunakan skill tapi tak tahu batasannya?”
“Aku tak pernah merasa perlu untuk mengujinya.”

Saat di Melromarc, aku tidak perlu melakukannya, satu-satunya rekanku adalah Raphtalia, Filo, dan Rishia. Aku tidak pernah mencoba menggunakan Skill dengan Eclair dan Wanita Tua atau Keel. Aku tak pernah mencoba berapa banyak orang yang bisa aku bawa. Waktu cooldown juga cukup lama, jadi aku berhati-hati untuk tak menyia-nyiakannya.

“Sesuatu memberitahuku kalau wanita-wanita itu akan pergi untuk membalaskan dendamnya...”
“Aku yakin kita bisa menanganinya, mereka tak punya Byakko lagi. Bukankah begitu, Kak L'Arc?”
“Tentu saja! Dengan Nona Kizuna di pihak kita, tidak perlu ada yang ditakuti!”

Kizuna sepertinya bisa menangani dirinya sendiri dengan baik, selama dia memiliki rekan tim untuk bekerja dengannya. Dia akan baik-baik saja, selama dia bersama Glass dan yang lainnya.
Di sisi lain. Jika Kizuna berbalik pada kami, kami tidak akan pernah selamat.

Kizuna, Glass, L'Arc, dan Therese ... Tiba-tiba aku membayangkan mereka berkhianat dan menyerangku. Aku tak berpikir aku bisa menang.
Seberapa besar aku benar-benar mempercayai mereka?

“Baiklah kalau begitu, kami akan menggunakan portalku untuk berteleportasi kembali ke negaramu duluan.”
“Oh, baiklah. Kita seharusnya baik-baik saja. Tak apa jika kita berpisah sementara.”
“Kita pasti segera bertemu lagi. Baiklah, kami pergi duluan. Portal Shield!

Jadi kami meninggalkan mereka dan berteleportasi kembali ke negara yang mereka sebut rumah. 





TL: Ryuusaku
EDITOR: Poo
Proofreader : Bajatsu, Hantu

0 komentar:

Posting Komentar