Minggu, 05 April 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 11 : Chapter 17 - Temptation

Volume 11
Chapter 17 - Temptation


“Ada apa kali ini?!”

Apakah musuh tadi sudah kembali? Atau Ren?

“Ugh ... Apa itu?”

Raphtalia memegangi kepalanya dan menggelengkan kepalanya sambil melihat sekeliling.

“Hmm? Perutku terasa aneh!”

Filo merasakannya juga.

“Ugh ...”

Rasanya seperti semacam gelombang kejut, tapi kami sepertinya tidak menerima damage. Tetapi yang lain bereaksi aneh.

“Atla!”
“Tuan Naofumi! Lepaskan aku, Onii-sama! Lepaskan!”
“Atla! Atla! Atla!”
“Fueeeeeeeh?!”
“Aku ... aku tidak tahu apa yang terjadi... Ugh, perasaan apa ini?”

Aku berbalik dan melihat semua orang bertingkah aneh. Umm... Aku akan mengabaikan kakak adik hakuko. Menyelamatkan Fohl akan merepotkan, dan menyelamatkan Atla mungkin akan merepotkan juga. Keadaanku... Aku tidak begitu yakin. Rishia dan Eclair sepertinya tidak terlalu terpengaruh. Mereka menggeliat-geliat sedikit, tapi itu saja. Apa yang terjadi sekarang? Terlalu sedikit informasi, aku tidak tahu bagaimana cara meresponsnya.

“Tuan ... huuu ... huuu ...”

Untuk Filo, uhh.... Dia menatapku dengan mata merah. Aku tidak yakin apa aku harus lari. Menilai dari cara Fohl dan Filo bereaksi, itu pasti memiliki semacam efek khusus.

“Rafu!”

Raph-chan memukul pipi Filo. Filo berkedip beberapa kali dan kemudian kembali ke dirinya yang normal.

“Hah? Apa yang terjadi?”
“Rafu!”

Raph-chan melompat ke atas kepala Filo dan mulai melakukan sesuatu. Aku yakin dia menciptakan semacam penghalang. Raph-chan memiliki beberapa kemampuan yang bagus.

“--- di sana.” S’yne menunjuk ke suatu arah.
“Ada apa?”
“Sebaiknya kau lihat sendiri.”

Sesaat kemudian, awan debu keluar dari arah tersebut.

“Iwatani-dono!”
“Tuan Naofumi!”
“Ya, kurasa lebih baik kita melihat apa yang terjadi.”

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi kami berlari keluar dari tempat persembunyian untuk mencari tahu.

“Onii-sama! Lepaskan aku!”
“Atla!”

Umm... ya, aku akan biarkan mereka. Mempertimbangkan level mereka, mungkin terlalu berbahaya bagi mereka, apa pun itu. Jika masalah di luar cukup berbahaya dan incarannya hanya mengejar nyawa pahlawan, kakak adik Hakuko sebaiknya tetap di dalam.

“Aiyaaaah! Ya, iyya! Lemah! Terlalu lemah!”
“S.... sial!”

Kami tiba dan di sana...

“Motoyasu?!”
“Oh! Ayah! Aku tidak bisa mengecewakanmu!”

Aku merasa Motoyasu terdengar lebih aneh dari sebelumnya. Dia menahan pedang Ren dengan tombaknya sambil melambai padaku dengan senyuman lebar. Sial, dia menyebalkan. Siapa yang dia panggil “Ayah”? Siapa yang melambai di tengah bertarung?!

“Uhh... kau sedang apa?”
“Aku dengar Ayah ingin menangkap Ren hidup-hidup! Aku buat dia keluar dan berhasil menahannya sampai sekarang!”
“Tuan Naofumi! Jangan-jangan tadi orang yang bersembunyi dibalik pintu tempat persembunyian ini adalah Pahlawan Tombak...” tebak Raphtalia.
“Mungkin kau benar.”

Jadi dia mendengar kami berbicara tentang menangkap Ren dan pergi mendahului kami untuk mencoba membantu walaupun kami tidak memintanya! Saat kami kehilangan target, musuh baru muncul di tempat persembunyian. Tapiii, Motoyasu tidak ingin dirinya juga salah satu orang yang ingin aku amankan?! Ini semua mulai membuat kepalaku sakit.

“Transport Sword!”

Sial Ren menyadari kedatangan kami dan berusaha lari!

“....”

Ren dan aku berdiri di sana, saling menatap dalam diam. Tetapi skillnya pasti gagal untuk diaktifkan, karena tidak ada yang terjadi. Mungkinkah gelombang kejut aneh dari sebelumnya mengganggu skillnya?

“Ha! Ha! Ha! Kekuatan Temptationku membuatmu tidak bisa lari dari sini!”

Itu pasti skill Motoyasu. Tapi... Tombak Motoyasu tampaknya memiliki semacam desain mosaik hitam sekarang. Apa aku tidak salah lihat? Menilai dari nama skillnya dan efeknya mempengaruhi Fohl tadi, itu pasti menghasilkan area yang memicu semacam jenis efek memikat. Itu sangat cocok untuk Motoyasu.

Hah? Apa itu tadi? Motoyasu tiba-tiba terlihat sangat tampan. Rambut emasnya yang berkilauan dengan latar belakang merah muda. Oh tidak.... sangat indah.... Aku akan senang tunduk pada seorang pria tampan....

“Tidak mungkin terjadi padaku!”

Aku menggelengkan kepalaku dengan kuat dan menyadarkan diriku kembali. Hampir saja. Aku hampir saja melewati titik dimana aku tidak dapat kembali lagi. Area ini menghasilkan efek status yang benar-benar hebat.

“Apa kalian baik-baik saja?”
“Y.... ya...”

Raphtalia sepertinya tidak terpengaruh. Resistensinya terhadap sihir tipe ilusi dan skillnya tinggi, jadi dia mungkin bisa memblokir efek Temptation juga. Itu akan sangat menyedihkan jika Raphtalia tertarik pada Motoyasu, jika itu karena efek status. Syukurlah dia memiliki resistensi sihir ilusi. Kurasa menjadi demi-human raccon membuatnya sama liciknya seperti tanuki. Hore untuk racoons!

“Uh.... ya....”

Aku tidak bisa tidak bertanya tentang respons Eclair. Tapi aku ingin percaya dia baik-baik saja.

“Aku... masih punya Tuan Itsuki! Aku tidak boleh!”

Rishia bertingkah agak aneh. Sepertinya skill memikat memaksanya untuk memutuskan antara Itsuki dan Motoyasu.

“Firo juga baik-baik sajaa!”
“Rafu!”

Filo, kau baik-baik saja karena Raph-chan duduk di bahunya. Dia pasti sudah lupa bahwa dia akan mendatangiku dengan mata merah beberapa saat sebelumnya. Untuk S’yne....

“--- baik.”

Dia tampak baik-baik saja. Aku tidak benar-benar yakin bagaimana perasaan tentang area ini yang memicu efek khusus, tetapi Motoyasu telah menciptakan kesempatan bagi kami dan melewatkan itu akan sia-sia.

“Ahem.... Jadi, Ren. Mari kita sudahi kejar-kejarannya.”

Aku tidak begitu yakin bagaimana harus merespons, tetapi Ren tidak bisa melarikan diri adalah hal yang baik. Aku hanya perlu mengabaikan semua yang sudah terjadi, karena sepertinya Motoyasu benar-benar berusaha membantu.

“Filo-tan!”
“Tidaaaak!”

Filo memandang Motoyasu dan mulai menjauh darinya sebelum berbalik dan melarikan diri.

“Filo! Berhenti! Kemana kau pergi?!” Raphtalia memanggil.
“Rafuuuu!”
“Hei! Tinggalkan Raph-chan!”

Raph-chan masih duduk di bahu Filo.... Apa apaan ini? Jumlah kami menyusut dengan cepat. Saat ini, aku bersama Raphtalia, Eclair, Rishia, dan S’yne. Menangkap Ren dan Motoyasu pada saat yang sama hanya dengan mereka.... mungkin masih bisa?

“Waktu penebusan dosa, Ren!”
“Menebus dosa? Itu perkataanku!”

Mereka sudah mulai berdebat tanpaku, sial. Ya, sepertinya Motoyasu ingin bekerja sama, jadi itu seharusnya membuat penangkapan Ren jauh lebih mudah. Ren masih menolak menghadapi kenyataan, seperti biasanya.

“Aku tidak mengira orang lemah bersama orang-orangnya berani menantang aku ini.”
“Terserah apa katamu, penyendiri. Jangan anggap aku sudah lupa perbuatanmu sebelumnya.”

Ren membuatku kesal, jadi aku menghinanya kembali.

“Satu lawan satu saja aku menang, aku tidak mungkin kalah dari sekelompok pengecut yang suka mainnya keroyokan!”
“Apa menggunakan skill yang bisa menyembunyikan diri lalu menyerang secara tiba-tiba tidak termasuk tindakan pengecut?”
“Itu salahmu karena tidak bisa mendeteksiku.”
“Bodoh. Aku berhasil mendeteksi pergerakanmu, berkat bantuan temanku. Ya, aku punya teman, tidak sepertimu, pecundang.”

Ren terdiam. Semua yang dia lakukan adalah benar dan semua orang lain salah. Dia berbicara dan bertingkah aneh, hampir seolah-olah pikiran bawah sadarnya telah muncul ke permukaan atau semacamnya. Dia bertingkah seperti.... Tidak, dia bertindak persis seperti salah satu dari orang-orang di game online yang benar-benar terobsesi menjadi pemain terkuat. Sejujurnya, aku ingin menekankan bahwa tidak punya teman adalah alasan utama dia gagal, tapi sepertinya dia tidak benar-benar mendengarkan.

“Persiapkan dirimu!”
“Dengarkan aku!”

Sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, Ren mendorong Motoyasu dan menghampiriku.

“Ah! Diam dulu kau!”

Aku cukup memblokir serangannya untuk saat ini. Lalu aku bisa memberi Raphtalia dan Eclair perintah untuk menyerang. Mereka berdua tampaknya mengerti, karena mereka mundur. S’yne juga menggunakanku sebagai perisai. Rishia.... masih terguncang, sial. Bersiaplah untuk bertarung! Astaga. Aku tidak bisa berhenti khawatir, tetapi sepertinya kami dapat berkoordinasi dengan baik.

Ren mengangkat pedangnya dan bergegas ke arahku.... Tidak tunggu, dia tiba-tiba berganti target ke Rishia dan bergegas ke arahnya. Oh ayolah! Seperti yang aku kira, Ren sudah gila. Dia sudah tidak bisa berpikir. Atau mungkin dia berpikir lebih akurat.

“Fueh?!”

Rishia menjerit karena Ren tiba-tiba mengubah arah serangannya. Jika aku harus menebak, dia itu mengincar orang yang terlihat paling lemah di sini. Mengalahkan yang lemah terlebih dahulu adalah aturan dasar perang, tapi apa yang terjadi pada “adil dan jujur”? Masalah lainnya, dia, Ren telah membuat kesalahan besar. Rishia yang sekarang sudah berbeda.

“Hai-yaaahhhhhh!”

Ren berteriak menebaskan pedangnya pada Rishia.

“Fueehhh!”

Tapi Rishia langsung berjongkok, dan sebelum aku menyadarinya, dia meluncurkan pisau lemparnya ke pohon terdekat dan kemudian menggunakan tali yang terpasang untuk dengan cepat menarik dirinya keluar dari jangkauan Ren. Ketika menarik diri, dia secara bersamaan meluncurkan empat atau lima paku besi ke arah Ren.

“Mengejutkan sekali!”
“Tidak, kau yang mengejutkanku.”

Bicara tentang kecepatan dia menghindar. Ada apa dengan cara menghindarnya itu? Reaksinya pada dasarnya instan. Sepertinya dia bertarung pada tingkat yang sama sekali berbeda dari kami semua. Tapi tidak, aku bisa melihat dia bergerak, jadi sepertinya aku tidak akan bisa bertahan melawan mereka.

“Rishia-san, kamu benar-benar sesuatu.”

Kan? Dengan gerakan yang mencolok, tentu saja Raphtalia pun akan terkesan. Di mana dia menyembunyikan paku besi itu? Itu mungkin semacam senjata tersembunyi Hengen Musou atau semacamnya.

“Grr....”

Paku tidak mengenainya, tapi Ren mengerang kesal karena tidak berjalan sesuai keinginannya.

“Sebaiknya kau tidak melupakanku!”
“Tapi aku lebih suka melupakanmu,” balasku.

Aku tidak bisa membiarkan Motoyasu mengambil alih. Aku benar-benar berharap dia mundur, sebenarnya. Aku memiliki beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepada Ren sekarang, sementara dia tidak bisa lari. Seperti siapa yang ada di belakang.... di belakang Ren.... Tidak! Aku tidak berbicara tentang Motoyasu!

“Hei! Apa Witch tidak bersamamu?”
“....”

Ren meringis ketika aku bertanya tentang Penyihir, dan kekuatan menyeramkan yang berasal dari pedangnya semakin kuat.

“Sepertinya kau salah ucap, Iwatani-don.”

Hmm.... Kurasa mengajukan pertanyaan yang salah akan berakhir merugikan. Itu akan membuat kami sulit mendapatkan informasi darinya. Aku ingin mencari tahu di mana dia bersembunyi.

“Intinya, Ren, aku bukan musuhmu. Kau tidak akan dapat apa-apa dengan mengikuti perintah wanita busuk itu, apa lagi kau sampai menjadi ketua bandit demi----”
“Rahhhhh!”

Sebelum aku selesai bicara, Ren marah dan mengayunkan pedangnya tinggi-tinggi ke udara dan lari menyerangku.

“Kau hanyalah iblis yang berpura-pura jadi pahlawan! Akan aku adili kau!”

Dia ini tidak sadar akan realitas. Dia jelas tidak menyadari bahwa dialah yang disudutkan.

“Kekuatan dalam diriku! Bangkitlah! Dalam pertempuran, aku akan menjadi lebih kuat!”

Hentikan! Itu menyakitkan! Aku merasakan hawa dingin menusuk tulang belakangku. Dia mengatakan kata-kata chuunibyou hingga ke tingkat lain.

“Binasalah!”
“Jangan bunuh dia!”

Motoyasu mengangkat tombaknya dalam persiapan untuk menghabisi Ren, tapi aku menghentikannya. Pedang Ren menghantam perisaiku dengan dentang keras. Hmm.... Seperti yang aku harapkan, serangannya tidak terlalu kuat. Aku mungkin bisa mengambil pedangnya dengan tangan kosong. Haruskah aku mencobanya? Mungkin dia akan menyerah jika dia melihat seberapa besar jarak kekuatan di antara kami.

“Aku akan menjadi kuat dari siapapun yang ada! Iya! Keinginanku tiada batasnya! Ini adalah momen aku membangkitkan kekuatan baru dan mengalahkanmu! Tidak ada batasan bagi keinginanku! Keinginanku akan membuatku menjadi lebih kuat! Aku akan membangkitkan kekuatan baru! Menang darimu! Aku dapatkan peralatan terbaik, semua uang, dan semua kekuatan! Aku akan menjadi yang terkuat di seluruh dunia! Aku akan membuat seluruh dunia mengharapkan kehadiranku!”

Umm.... Kepala dia baik-baik saja, kan? Dia terus mengulangi hal yang sama. Keinginan ini, keinginan itu. Itu menyebalkan. Membangkitkan kekuatan baru? Dia sudah membangkitkan kekuatan Pahlawan Pedang.... Aku rasa dikonsumsi oleh kutukan akan membuat seseorang menjadi gila. Dia benar-benar sudah terlalu dalam.

Berkat dua orang musuh kami sebelumnya, semua hal tentang menjadi yang terkuat di seluruh dunia benar-benar mengejutkan. Tapi... Aku punya firasat aku tahu curse mana yang dikonsumsi Ren.

 Keserakahan.

Tapi ada yang aneh. Rasanya sangat sepele untuk keserakahan. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya sekarang ini termasuk tindakan serakah. Keserakahan seharusnya menjadi keinginan yang tak pernah terpuaskan, bukan? Keinginan tak terbatas yang membuat seseorang menginginkan apa saja. Tapi Ren hanya fokus untuk menjadi kuat. Tentu saja, aku tidak berusaha mengatakan itu bukan keinginan. Tetapi orang-orang yang benar-benar didorong oleh keserakahan jauh lebih tercela, dan mereka ingin memiliki segalanya.

Tetapi pada akhirnya, yang diinginkan Ren hanyalah kekuatan.... Ah, jadi begitu. Aku akhirnya mengerti. Jika aku harus mengejanya, aku akan mengatakan itu adalah proses yang dia kejar. Dengan keserakahan, jika menginginkan sesuatu, maka harus didapatkan. Setelah dapat itu, masih menginginkan sesuatu yang lain, dan kembali lagi, harus diperolehnya. Itulah dasarnya. Tetapi untuk Ren, tujuannya adalah menjadi kuat. Bukannya dia ingin menjadi lebih kuat karena dia ingin sesuatu.
Proses dan hasilnya telah bertukar tempat.

Lebih masuk akal setelah mengalami sesuatu yang serupa dengan diriku. Sewaktu aku masih menghabiskan banyak waktu menjajakan dagangan, aku awalnya mencari uang agar kami bisa mendapatkan peralatan yang lebih baik. Tetapi sebelum aku menyadarinya, tujuanku telah menjadi tindakan menghasilkan uang itu sendiri.

Jadi aku kira sesuatu sekecil itu dapat membuka curse series. Tapi itu juga sebabnya dia tidak bisa menang melawan kemarahanku. Tidak peduli seberapa kuat kutukannya tumbuh, keserakahan yang menyedihkan tidak akan pernah bisa mengatasi kemarahan. Itu hanyalah sementara, keserakahan akan game.

Senjatanya adalah bagian dari curse series. Aku sangat yakin akan hal itu. Yang berarti harus ada alasan kutukan tersebut muncul. Bagiku, itu saat Witch mengganggu duelku melawan Motoyasu. Curse series masih belum aktif sepenuhnya, tetapi kemudian aku mengira Filo mati dimakan dragon zombie, Rage Shield baru pertama kali muncul.

Senjata yang digunakan Motoyasu tampak seperti buatan curse series juga. Hmm.... Mungkin curse series dapat dipicu pengguna senjata legendaris ketika mengalami tekanan psikologis yang ekstrim atau semacamnya. Motoyasu dan aku sama-sama berada dalam situasi yang sangat buruk. Keadaan psikologis kami sudah cukup buruk sehingga bunuh diri tidak asing lagi. Kondisi mental itu yang bisa dibilang tidak aneh bagi kami memutuskan untuk bunuh diri. Jika pahlawan suci mati, itu bisa berarti kehancuran dunia itu sendiri. Bunuh diri tidak bisa diterima.

Kurasa akhirnya aku mengerti. Sederhananya, curse series adalah mekanisme pertahanan yang terwujud ketika seorang pahlawan menderita masalah psikologis. Tetap saja.... jika itu benar, apa yang mendorong Ren sejauh ini? Paling tidak, dia masih cukup tenang untuk diajak bertukar kalimat sebelum dia bertemu wanita busuk. Saat itu juga dia bersih keras rekannya mati karena mereka lemah.

“Aku lah pahlawan terkuat, pahlawan penyelamat dunia!”

Kata-kata Ren membuatku kesal, menyela pikiranku. Dia ini selalu memedulikan sesuatu yang sangat tidak penting! Aku harap dia sadar untuk berhenti! Aku tidak peduli apa yang membuatnya bisa mengaktifkan curse series. Aku hanya ingin membuatnya diam.

“Penyelamat dunia? Kalau begitu selamatkanlah dunia, bodoh! Penyelamat dunia macam apa yang malah diam di sini dan menjadi ketua bandit?!”

Yang terkuat? Penyelamat dunia? Dia bermain-main itu sebagai ketua bandit dan menyergap siapa pun yang tidak ia sukai, terus-menerus tentang siapa yang menang atau kalah? Jika dia bisa menyelamatkan dunia busuk ini dengan melakukan itu, maka dia dipersilakan untuk terus melakukan itu! Tapi itu tidak akan menyelamatkan dunia, dan tidak menghentikan gelombang.

“Aku bosan mendengar candaanmu sudah menjadi kuat! Aku tidak punya waktu untuk berurusan dengan bocah nakal yang mencoba menjadi raja di tengah-tengah pegunungan entah berantah!”
“Tunggu! Ini belum berakhir! Terimalah kekuatan besarku!”

Pedang Ren berubah lagi. Sudah berevolusi ke tahap berikutnya? Sewaktu dulu Rage Shield berevolusi menjadi Wrath Shield. Bisa dibilang keadaan serupa sedang terulang. Itu artinya, sangat mungkin pedang Ren baru saja berubah menjadi versi superior dari dirinya sendiri.

“Iya! Ada skill baru! Rasetsu! Shooting Star Sword!

Dia sudah pakai itu waktu melawanku tadi! Dia bertingkah seperti dia baru saja mendapatkan skill yang telah dia gunakan selama ini. Menggunakan skill yang sama berulang kali tidak akan berhasil bahkan di manga paling klise. Serius, apa-apaan dia ini?

“Nama hukuman yang telah kuputuskan bagi pendosa bodoh ini adalah mati ditindih atas nama dewa! Terimalah segala harta kekayaanku untuk membayar serangan dahsyat dari dewa!”
“Gold Rebellion!”

Ren mengangkat pedangnya ke atas dan koin emas dan harta-harta lainnya mulai muncul entah dari mana untuk membentuk citra manusia di langit. Itu adalah patung menyeramkan dan luar biasa mencolok yang terbuat dari emas. Menerima serangan itu dari awal mungkin akan membuatku terkena luka gores, tetapi aku sedang bersama yang lain, dan aku menduga tidak semua dari mereka akan dapat menghindarinya. Sialan. Kurasa aku harus menerima serangan menjijikkan ini. Itu akan membuat siapa pun ingin menghela nafas.

Apa maksudnya Rasetsu. Shooting Star Sword? Ini jelas skill yang sangat berbeda. Triknya menjadi semakin pengecut. Mungkinkah ini disebut sebagai keserakahan untuk menang? Skill itu.... Aku menduga itu setara dengan Blood Sacrifice. Kemungkinan besar akan ada konsekuensi untuk menggunakannya. Ah, jadi itu sebabnya peralatan Ren begitu lusuh.

“Terima ini!”
“Mundur, semuanya!”
“B.... baik!”
“Apa kamu yakin bisa, Tuan Naofumi? Statistikmu saat ini....”
“Kita tidak punya waktu untuk menghindar.”

Mungkin kami bisa lari jika salah satu dari kami yang bisa terbang atau apalah. Akan lebih baik jika Filo masih bisa terbang seperti waktu kami berada di dunia Kizuna. Dia cukup besar pada saat kami pergi sehingga aku mungkin bisa menungganginya. Aku membayangkannya saat patung tersebut menghantamku. Itu mengirimkan gelombang kejut yang bergema di seluruh tubuh dan terasa seperti mengeluarkan seluruh organku. Sial .... Dilemahkan oleh kutukan membuatku merasa sedikit kesakitan.

“Raphtalia!”
“Ya!”

Raphtalia menyarungkan katananya dan mengambil sikap cepat sebelum melompat ke arah patung yang sedang kutahan.
“Instant Blade! Mist!”

Suara ‘sring’ yang sangat bersih memenuhi udara saat Raphtalia menghunuskan katananya. Dia kemudian mendarat dengan kuat di tanah dan mengembalikan katananya ke sarungnya. Sebuah dentuman yang keras terdengar dan celah dari jalur hunusan pedangnya mulai terbuka di permukaan patung itu sebelum hancur dan menghilang.

Sheesh.... Aku ingin sekali dia menghentikan semua ini.

“Iwatani-dono....”
“Ya aku tahu. Aku mungkin tangguh, tapi tetap ada batasannya.”

Jika Eclair dan yang lainnya bisa pergi, maka masuk akal untuk menghindari serangan seperti itu. Meski begitu, aku tidak berbuat banyak. Dengan bertambahnya jumlah orang yang terlibat, kemampuan kami untuk merespons dengan cepat akan terus menurun. Aku ingin kami dapat merespons sedikit lebih cepat. Melihatnya dari perspektif yang berbeda, kami bisa menganggap sebagai tanda kekuatan tempur kami bertambah, seperti Kizuna.

Kurasa aku harus fokus pada Ren sekarang.

“Sial.... Ini belum selesai .... Aku masih bisa menjadi lebih kuat.... Aku harus memberi lebih banyak.... Aku harus menang, meski itu berarti harus mengorbankan segalanya!”
“Kendalikan dirimu!”

Berniat memotongku, Ren mengangkat pedangnya dan mengayunkannya dari atas kepala, dan menusukkan dadaku, membuat luka diagonal ke bawah.... dan terus menerus menggunakan segala macam serangan.
Aku menghindari, memblokir, dan menangkis, dan tidak ada satu pun kena.

Aku tidak punya waktu untuk ini. Dia lebih memilih perkataan Witch yang merupakan perkataan yang ingin dia dengar, tetapi dia tidak percaya padaku. Sekarang dia berada di sini, mengayunkan buatan curse series dan terus menggonggong telah menjadi kuat. Baik saat insiden Spirit Tortoise dan kejadian-kejadian sebelumnya. Itu semua dianggap game olehnya! Dia menyerah berlatih Teknik Hengen Musou karena itu membosankan. Dia tidak mencoba percaya metode penguatan yang aku beritahu, karena baginya sangat mustahil bisa diterapkan.

Aku sudah tidak sabar lagi. Mungkin yang terbaik adalah memotong anggota tubuhnya dan mengurungnya di suatu tempat, sehingga dia tidak terbunuh. Bagaimanapun juga, itu hanya akan menimbulkan masalah jika dia mati.

“Bolehkah aku!?”
“Sudah kubilang jangan membunuhnya!”

Motoyasu benar-benar gatal untuk membunuh Ren. Atau setidaknya begitulah caranya membuatnya terdengar. Kenapa dia berpura-pura berada di pihak kami?

“S’yne, nanti kau ikat Ren dengan skill agar dia tidak memakai skill lain. Setelah itu kita akan melumpuhkannya bersama dan membawa ke desa. Jika masih tidak berhasil, maka....” Aku berhenti di tengah-tengah kalimatku, tetapi semua orang tampaknya mengerti apa yang ingin aku katakan.
“Aku rasa kita memang tidak punya pilihan lain.” Raphtalia mengangguk menyesal.
“Tidak. Tunggu dulu.”

Satu orang tampaknya menolak saranku.

“Iwatani-dono.... bolehkah aku mendapat izin untuk satu lawan saru melawan Pahlawan Pedang.”
“Apa alasannya?”
“Aku teringat sesuatu, sewaktu dulu berduel dengannya. Ini hanya firasatku saja, mungkin aku bisa berbicaranya bila kami sambung ilmu pedang.”
“Kau tahu itu hanya berlaku pada orang berotak otot dan terobsesi pada latihan saja disetiap harinya?”
“Ya. Aku juga, kesabaranku mulai menipis. Aku ingin membuat Pedang Pahlawan yang egois gemetar ketakutan. Biarkan aku melawannya satu lawan satu.”
“Setidaknya apa yang kau minta lumayan bagus. Aku akan turun tangan jika keadaan mulai terlihat berbahaya. Kau tidak masalah?”

Itu mungkin tidak sesuai dengan cita-cita ksatria Eclair, tapi dia adalah kekuatan tempur yang berharga.... Kedengarannya tidak keluar begitu saja dari mulutku, tetapi dia adalah teman berharga bagiku. Aku tidak akan bersikap naif dan mengatakan aku tidak siap untuk menerima pengorbanan apa pun dalam perjuangan demi perdamaian dunia ini. Tapi paling tidak, hidupnya bukan yang bisa aku korbankan untuk sesuatu yang sebodoh ini. Bukan hanya itu, aku tahu dia punya skill dan ilmu pedang yang kuat, aku merasa khawatir saja membiarkan Eclair melawan pahlawan suci.

“Aku akan memberi dukungan sihir padamu, Eclair, agar kau bisa menyaingi kekuatan tambahan dari senjatanya. Aku tidak setuju jika kau menolaknya. Itu karena tidak adil.”
“Iya, tak masalah. Aku berterima kasih atas pertimbanganmu dalam membuat duel kami seadil mungkin.”

Aku menggunakan Zweite Aura pada Eclair. Jika Sadeena ada di sini, kami bisa menggunakan Descent of Thunder God padanya, tapi sudahlah. Ini adalah hal terbaik yang bisa kulakukan sekarang. Tetapi.... memakai Sacrifice Aura padanya pasti terlalu berlebihan.

Begitu sihir dukunganku mulai bekerja, Eclair menoleh ke arah Ren dan menyiapkan pedangnya! Ren sudah bersiap untuk mengejar Rishia, tetapi Eclair melangkah di depannya dan menghalangi jalannya.

“Pahlawan Pedang, Amaki-dono! Ini kedua kalinya kita sambung ilmu pedang.” Dengan cepat dia mengarahkan ujung pedangnya ke Ren. “Jika kau ingin melawan Iwatani-dono atau Pahlawan Tombak, Kitamura-dono, kau harus mengalahkan aku dulu!”
“Hmph! Mau siapa pun orangnya, tak mungkin menang dariku!”
“Waktu itu, karena ada gangguan kecil sehingga duel dulu kita terhenti! Mari kita tentukan siapakah pemenangnya sekarang! Pahlawan Pedang! Namaku Eclair Seaetto, demi meluruskan ego melencengmu, aku acungkan pedang pemberian Yang Mulia Ratu ini kepadamu!” Eclair menyelesaikan deklarasinya dan duel mereka dimulai.





TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar