Jumat, 03 April 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 109. Alasan Penolakan

Chapter 109. Alasan Penolakan


Motoyasu menceritakan semua hal yang terjadi pada Rishia dengan wajah pucat.

“Awalnya Aku cuma penasaran saja apa yang membuatnya menangis karena Aku mulai khawatir jadi Aku menanyakannya.... tapi, maaf.... Aku.... tidak bisa menangani hal seperti itu.... tapi Aku tidak mau membiarkannya begitu saja. Oleh karena itu, bisakah kau menanganinya?”

Aku tidak mengira Motoyasu akan menjelaskan semuanya sampai bagian akhir.
Kalau Aku ingat kembali, Motoyasu itu terbunuh dan dikirimkan ke dunia ini karena kepopularitasannya.
Itulah yang menyebabkannya tidak bisa menangani gadis kelam seperti ini.

Gadis seperti ini muncul dalam game-game romance, ini gadis bertipe yandere, kan?
Dalam duniaku, gadis bertipe seperti dalam game itu benar adanya.
Game itu menjadi terkenal karena akhir yang mengerikan.
Sepertinya yang dikatakan oleh Rishia menyebabkan trauma, atau ingatan mengerikan muncul kembali. Dan itu membuatnya berhenti ditengah jalan.
<TLN : https://id.wikipedia.org/wiki/Yandere>

Tapi itu bukan masalah utamanya!

Dari cerita tadi, Rishia tidak bersalah.
Atau lebih tepatnya, Rishia lah yang disalahkan.
Aku sangat benci tuduhan palsu! Tak akan ku maafkan mereka!
Itulah yang menyebabkan Aku menuju kamar Itsuki dengan dendam pribadiku.

“Ketika Aku bilang tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi, dia malah mengadukan ini kepada hero lain...... Apa kau pikir dengan begitu dia bisa kembali ke tempatku?”
“Rishia tidak mengatakan apapun kepadaku. Dia mengatakan semua pada Si Penggoda Wanita, Motoyasu menceritakannya padaku.”
“Yang ku katakan itu sudah pasti. Rishia-san lah yang berbohong. Sepertinya dia melupakan hutang yang dia miliki, bahkan sampai dia mencoba untuk memanfaatkanku. Dengan begitu hal ini lah yang pasti terjadi.”
“Kau tidak meragukan dia itu berbohong atau tidak?”
“Ya ampun..... Memangnya kau tahu, diantara rekanku ada yang berbohong? Tidak tahu kan. Yang patut dicurigai itu Rishia-san, dia masih baru di partyku. Aku akan tetap mempercayai perkataan rekanku.”

Orang ini..... mengatakan omong kosong belaka, karena ia menganggap Aku tidak mengetahui apapun.
Aku sudah mengumpulkan semua informasi sebelum Aku menemuinya.
Kau pikir Aku yang sering menerima tuduhan palsu akan datang ke sini tanpa membawa bukti apapun? Mungkinkah Aku datang ke sini karena menduga-duga saja?
Pelakunya bukan Rishia, dan Aku sudah tahu siapa pelaku dibalik semua ini.
Walaupun... kebanyakan informasi yang Aku dapat berasal dari Shadow.

Pelakunya berasal dari anggota party-nya Itsuki.
Shadow sudah memberi tahu akar masalah yang terjadi pada Itsuki, tapi Itsuki masih tetap memilih untuk mempercayai perkataan rekannya daripada perkataan Shadow.
Padahal Shadow sudah memberi tahu isi percakapan biang keroknya.
Aku sudah sampai sejauh ini, sudah waktunya Aku melakukan serangan balik.

“Apapun yang kau katakan, ada saksi matanya! Dan saksinya itu orang yang tidak mengenal kita, mana mungkin saksi itu berkata bohong. Dan yang janggal itu, ketika rekanmu melihat pelakunya, kenapa mereka tidak menangkapnya langsung!”
“Ternyata kau sudah menyelidiki sampai sejauh ini.... apa boleh buat. Ini semua untuk kebaikannya. Mereka itu hanya ingin memberikan hal yang terbaik kepadanya. Mereka berusaha untuk menjauhkan Rishia-san dari hal yang jahat, dan untuk melakukan itu kita harus mengeluarkannya.”
“Tunggu. Apa yang sedang kau bicarakan?.”
“Rishia-san menyebut anggota partyku itu seperti penjahat, setelah itu dia meninggalkan partyku. Dia sama sekali tidak mempercayai rekannya.”
“.....?”

Apa yang ia maksud?
Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Mungkinkah ini sebuah konspirasi? Apa sebuah tuduhan palsu dibuat untuk mengeluarkannya dari party saja?

“Ya sudah. Rishia-san tidak cocok untuk bertarung. Kita semua sudah mendiskusikan ini dan keputusan terbaik untuk memulangkannya ke kampung halamannya dengan begitu dia bisa hidup tenang.”
“Iya, semua itu untuk kebaikan Rishia.”

Si Zirah menuju kemari untuk memastikan perkataan Itsuki, tapi Aku tidak mengerti arah dari percakapan ini.
Bukankah itu berati Rishia sudah dituduh tanpa alasan yang jelas?
Coba saja kau kembalikan dia ke kampung halamannya. Memangnya kau tahu apa yang harus dikatakan.

Itu berarti.
Yang Itsuki ketahui, masalah dengan Rishia sudah selesai. Akan tetapi, Rishia yang dibiarkan begitu saja, sedang dalam masalah.
Jadi Itsuki dan rekannya sepakat untuk memaksa dia keluar dengan memberikan tuduhan palsu.
Itu lah kejahatan yang sebenarnya.
Saling mempercayai rekan? Omong kosong.
Apa mungkin kau terpaksa untuk memberikan keputusan terburuk yang mungkin menjadi kebiasaanmu.

Ini bukan game!

Dalam game kau bisa mengeluarkannya dari party hanya dengan menekan tombol.
Kalau tidak salah ia memainkan game console.
Apa ia menganggap Anggota Party-nya adalah NPC?

Aku merasa kasihan melihat Rishia yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Sekarang juga, Rishia terlihat sedang menahan air matanya, sambil melihat Itsuki diam-diam.

“Sejujurnya, dalam party-ku, Rishia-san adalah orang yang sulit menyeimbangkan kekuatannya.... daripada membuatnya dalam bahaya, akan lebih untuk membiarkannya hidup dengan tenang.”
“Kau hanya menghindari masalah utamanya! Kau tidak memikirkan perasaannya!”
“Mana mungkin, sebuah pertarungan bisa dimenangkan oleh perasaan belaka!”
“Lalu kenapa kau tidak memberitahu alasannya sebelum mengeluarkannya.”
“Baiklah akan Aku katakan yang sebenarnya. Dia itu tidak memiliki kekuatan yang berguna. Aku kira dia akan bertambah kuat seiring berjalannya waktu, tapi jika dia tidak bisa menaikkan skill nya, maka yang terbaik hanya lah mengembalikannya ke kampung halamannya!”

Ah. Omong kosong.
Yang berarti, kalian hanya ingin tidak dipandang buruk oleh orang lain, kan.

“Terus kenapa kau tidak mengatakannya dengan jujur? Apa kau takut menjadi seorang penjahat?”
“Mana mungkin! Kenapa kau selalu memiliki pemikiran pendek.”
“Untuk dirimu sendiri, kau sampai menjebak orang lain untuk membersihkan namamu sendiri, itulah yang ingin kau katakan, benar, kan.”
“Dari kemampuan dia yang sebenarnya, akan sulit untuknya melanjutkan perjalanan ini. Kita sampai meneteskan air mata untuk mendoakan kebaikannya.”
“Itu hanya pemikiranmu saja! Apa yang kau pikirkan tentang kehidupan orang lain?!”

Dari sudut pandangku, dia itu sangat berpotensi dalam menggunakan mantra sihir.
Akan tetapi, karena dirimu, dia memaksakan diri untuk mengayunkan pedang bahkan sampai memilih kenaikan kelas yang sesuai dengan cara bertarungmu.
Dan kau masih mau meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Lalu kau membenarkan perbuatanmu dengan alasan yang tepat.
Yang benar saja!

Dia akan mengerti bila kau memberi tahunya.
Pada akhirnya, kau hanya ingin tidak dipandang sebagai penjahat saja.

Bukankah hal yang sama ini pernah menimpaku juga?
Sebelum Aku memutuskan apapun, kejadian sudah berakhir. Sepertinya Itsuki sangat percaya diri bahwa masalah ini sudah selesai.

“Kebetulan sekali. Rishia, Aku tidak bisa melanjutkan ini denganmu. Sebenarnya, kau itu lemah.”

Pada akhirnya ia menjadi seperti ini.
Untuk meyakinkan keadaannya tidak semak memburuk, ia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.
Dan karena ia merasa sudah dipojokkan, akhirnya ia memutuskan untuk menjadikan Rishia sebagai pelakunya.

Keadilan macam apa itu? Dasar orang munafik rendahan.
Bahkan Penjual Aksesori Palsu dan Pedagang Budak lebih baik dari ini.
Setidaknya mereka tahu dimana kesalahan mereka berada.
Katakanlah pada waktu yang tepat.
Ada juga yang mengatakannya sesuai dengan suasana hatinya saat itu juga.

“Itsu—“

Perkataan Itsuki membuat Rishia terdiam, sampai membuatnya lari tanpa mengatakan apapun.

“Rishia!?”
“Dia hanya mencari simpati saja. Cepat pergilah.”
“Orang-orang sepertimu...... apa mau mengulang tuduhan palsu lagi?”
“Sejak kapan Aku melakukan tuduhan palsu!”
“Aku tidak akan membiarkanmu melupakannya! Ingatkah kasus Bitch dan kasus peniru itu?”
“Masalah yang menyangkut Bitch-san tidak ada hubungannya denganku.”

Apa maksudmu dengan ‘tidak ada hubungannya denganku’?
Tidak ada perkataan maaf bagi orang yang biasa menganggap dirinya adil.

“Kita masih belum memutuskan bahwa si Peniru itu bukan dirimu.”
“Kau masih belum menyadarinya? Pelakunya sudah temukan tahu.”
“Apa!? Jangan asal ngomong!”
“Jangan bilang kau tidak mengetahuinya.”
“Jangan meremehkan kami. Jika kau tahu siapa pelakunya, maka sebutkan siapa.”

Ha~a.... kukira, pelakunya adalah dia.... dengan begitu sindikat yang mengancam Ratu akan diberhentikan, kemudian ia merasa akan mendapatkan hadiah atas pencapaiannya, namun kenyataannya berbeda.
Padahal kau bersih keras mengatakan bahwa Akulah pelakunya.

“Pelakunya Gereja Tiga Hero.”
“Apa yang kau katakan? Apa kau waras?”
“Itsuki, sebenarnya kau tidak pintar?”
“Gu-! Kenapa kau malah berpikiran seperti itu?”

Aku tidak menganggap diriku ini pintar
 Aku itu sangat bodoh.
Jika Aku pintar, maka Aku tidak akan tertipu oleh rayuan Bitch.
Nilaiku itu kebanyakan rata-rata, dan orang tuaku sudah menyerah untuk menyekolahkanku.
Walau seperti itu, aku masih mengetahui siapa pelakunya dibandingkan dengan ia yang tidak mengetahuinya.

“Paus agung yang mengambilnya. Senjata berwujud busur.”
“Ah...”

Akhirnya ia menyadarinya. Ia terlihat terkejut.
Secara pribadi Paus agung, ia membenci Hero Busur. Itu sudah cukup untuk dijadikan motif kejahatannya.
Ngomong-ngomong, di hari pertama Aku bertemu dengan Paus agung, Itsuki mendatangiku sambil menuduhku.
Tepat di depan gereja.
Jika dipikirkan kembali, bodoh sekali ya, dia ini.

“Ma, masalah ini dengan itu berbeda ya.”
“Itsuki, kau itu....!”

Mau sampai kapan kau menjadi egois? Apa kau pernah memikirkan perasaan orang lain.
Aku merasakan kemarahan meluap dari diriku.
Darah yang mendidih sampai kepala ini masih belum mendingin sedikitpun.
Aku merasakan hal yang sama ketika Aku dituduh oleh Bitch, tapi ini terasa berbeda.
Ini itu....

“Begitu ya, kukira kau itu memiliki jiwa keadilan yang tinggi, tapi kau itu seorang Hero yang dipenuhi oleh masalah, namun kau itu orangnya cukup rajin. Seharusnya itu bagian terbaiknya. Tapi, kau mengecewakanku.”

Aku meninggalkan kamar dengan tatap seram.
Aku pernah mendengar hal seperti ini.
Kebalikan dari cinta itu bukan benci. Melainkan Acuh.
Acuh juga bisa menjadi kebalikan dari benci.
Menurutku, Itsuki itu sudah tidak tertarik akan suatu hal.
Tidak ada guna memarahi orang yang sudah tidak tertarik akan suatu hal.

“Hah, kau itu tidak memilik hak untuk mengatakan hal seperti itu kepadaku! Mulai sekarang jangan mendekatiku lagi!”

Sebelum Itsuki pergi, ia meneriakiku dengan keras dari yang sebelumnya.
Ah. Aku mengerti.
Dari sifatnya, itu seperti anak kecil yang sangat ingin di puji. Ia sangat membenci perkataan orang yang bisa menjatuhkannya. Mungkin hal seperti itu akan membuatnya trauma.

“Peduli amat, Aku sudah tidak akan menemani orang egois sepertimu. Ku harap kau tidak mengecewakan ekspektasiku yang lain.”
“Sudah pergilah!”

Aku berjalan sambil menghiraukan Itsuki yang sedang menarik busurnya.

“Kau bisa seberani ini hanya kali ini saja.”

Mana ku tahu.


Aku kembali ke dek kapal untuk mengecek keadaan Rishia.... Ke mana dia.
Jangan-jangan....
Ketika Aku lari menuju pinggir kapal, Aku melihat Filo yang melompat ke laut, lalu dia kembali ke dek kapal lagi.
Di punggungnya terdapat Rishia yang basah kuyup.

“Onee-chan ini, tiba-tiba terjatuh, lalu dia tenggelam begitu saja, jadi Firo bantu dia naik ke kapal lagi.”
“Menenggelamkan diri....”

Kesedihan yang berlebih ini sampai membuatnya bunuh diri...... jahat sekali.
Aku sedikit mengerti kelemahan Motoyasu dalam mengatasi masalah seperti ini.
Walaupun orang yang kau cintai mengatakan hal buruk mengenaimu, kau tidak perlu bunuh diri.

“Pintar sekali, Filo.”
“Hore~”

Aku mengelus kepala Filo.
Jika Filo tidak ada disana, maka akhir ceritanya akan berakhir dengan buruk.
Jika hal seperti itu terjadi, Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Itu karena Aku sudah memutuskannya.

“Baiklah, Rishia.”
“Uhuk! Uhuk!”

Aku menepuk punggung Rishia yang sedang batuk, bercampur air laut yang keluar dari mulutnya.

“Jika kau tenggelam disini, satu-satunya nyawa milikmu akan hilang. Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan nyawa yang diselamatkan itu?”
“.....Biarkan aku mati. Itsuki-sama sudah membuangku begitu saja, sudah tidak ada gunanya Aku hidup lagi.”
“Orang yang memutuskan itu bukan orang lain selain dirimu sendiri.”
“Kalau begitu, biarkan Aku mati....”
“Kalau kau berpikiran begitu, itu boleh saja....Tapi, tidak akan kumaafkan.”

Sudah kuduga, menyimpan amarah ini tidak akan membuatku tenang.

“Apa kau menerima tuduhan palsu ini? Apa kau tidak ingin membalas mereka?”
“Tapi, kan!”
“Apa kau tidak mau Itsuki mengatakan. “Kumohon, kembalilah. Aku sangat membutuhkanmu!”?”
“Ak-aku sangat tahu bahwa diriku ini lemah....”
“Siapa yang bilang kau itu lemah? Itu kan hanya Itsuki saja. Bukan berarti kau itu akan terus menjadi lemah.”

Sebenarnya, Aku itu disebut lemah, Hero lain juga merendahkanku.
Itulah yang menyebabkan Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja.

“.....Benarkah?..... Aku bisa menjadi kuat?”
“Aku janji, suatu saat Itsuki akan menganggapmu kuat.”

Akan kubuat dia berpikir, ‘seharusnya Aku tidak mengeluarkannya waktu itu’.

“Dengar, Rishia. Sampai kau menemukan cara untuk menjadi kuat, aku akan membantumu. Tidak, akan kubuat kau menjadi kuat.”

Ini itu terlalu kejam.
Dia telah di fitnah, disebut lemah, dan telah direndahkan juga. Aku melihat diriku dalam Rishia. Akan kupastikan dia menjadi kuat dan membuat Itsuki menyesal.

“Ikutlah denganku!”
Aku mengulurkan lenganku kepada Rishia. Walaupun ragu-ragu, dia mengapainya.



“Hatiku itu hanya milik Itsuki-sama.”
“Ah, terserah. Aku tidak memintamu untuk mempercayaiku. Yang perlu kau lakukan hanya memikirkan dirimu saja.”

Bukan berarti, Aku melakukannya karena Rishia itu seorang wanita.
Demi kepentingan dirinya, ia dengan mudahnya mengeluarkan Rishia. Tak akan ku maafkan itu.
Ini juga karena ada kesamaan antara Aku dan Rishia.
Itulah yang menyebabkan Aku yakin akan perbuatanku ini.

“Akan kubuat kau menjadi kuat. Apapun caranya.”




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan 

0 komentar:

Posting Komentar