Minggu, 26 April 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 2 - Alkemis

Volume 12
Chapter 2 - Alkemis


Aku berjalan menuju toko senjata dan masuk ke dalam. Paman Imiya sedang berdiri di belakang meja depan. 

“Oh halo, Tuan Pahlawan Perisai.”
“Hei. Bagaimana kabarmu?”
“Senjata-senjata buatan kami terjual secepat kilat. Aku menyisihkan sebagian dari keuntungan untuk peralatanmu.”

Oh! Aku senang mendengarnya! Dengan semua yang aku lakukan, sepertinya aku selalu rugi belakangan ini. Aku masih tidak punya uang yang cukup untuk membeli peralatan. Jika pekerjaan Paman Imiya dapat mengurangi biaya peralatan, itu adalah hal yang baik.

“Terima kasih. Di mulai Imiya dan sekarang kalian, kalian semua sangat membantuku.”
“Jangan sungkan begitu! Kami sendiri tidak bisa cukup berterima kasih karena Anda telah memberi kami pekerjaan yang sesuai kemampuan kami.”

Paman Imiya adalah sejenis therianthrope yang disebut ras lumo. Mereka tampak seperti tikus tanah. Imiya adalah ras lumo pertama yang aku beli dari pedagang budak. Ras mereka cukup terampil dalam membuat kerajinan tangan, jadi aku memutuskan untuk membeli lebih banyak budak ras lumo. Ketika aku mencari budak ras lumo lagi, ternyata aku malah bertemu adalah pamannya Imiya, jadi aku hanya menyebutnya sebagai Paman Imiya di kepalaku. Dia punya nama, tapi... namanya apa ya? Semua ras lumo ini tampaknya memiliki nama yang sangat panjang.

Aku meminta Pak Tua menjadikan Paman Imiya sebagai muridnya agar aku akan memiliki seseorang yang dapat membuat peralatan untuk keperluan desa. Jadi aku membawa Paman Imiya ke toko dan memperkenalkannya pada Pak Tua, dan ternyata keduanya sudah saling kenal. Rupanya, Paman Imiya dan Pak Tua belajar di tempat yang sama dan mereka berdua sudah dekat.

“Kami masih berusaha untuk mencari keunikan dari segunung material itu. Kami menghabiskan seluruh waktu untuk berdebat cara pemanfaatan dan pengolahannya. Itu bahkan menjadi sedikit baku hantam tadi malam.”
“Itu tidak kuduga.”

Dia terlibat pertengkaran dengan Pak Tua yang akhirnya menjadi adu fisik, tapi inilah dia, bersikap sangat normal dan mengurus toko sekarang. Aku merasa keduanya benar-benar saling percaya.

“Siapa yang datang?”

Pak Tua berjalan keluar dari bagian belakang toko. Dia memegang palu di satu tangan. Sepertinya dia sedang mengerjakannya.

“Oh? Itu kau, Nak! Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?”
“Tidak buruk. Aku sedang sedikit mengikuti pelatihan belakangan ini. Bagaimana denganmu? Apakah peralatannya sudah jadi?”
“Belum ada banyak kemajuan, apalagi proses pengerjaannya masih bisa dihitung jari. Apa kau kemari hanya untuk menanyakan itu?”

Pak Tua menanggapi dengan riang, jadi aku merenungkan apakah ada hal lain yang kubutuhkan untuk sesaat. Lalu aku perlahan memandang ke arah Raphtalia dan Atla, yang ikut bersamaku.

“Hmm…”

Aku benar-benar tidak punya uang untuk dibelanjakan, tapi kupikir Paman Imiya bekerja di sini membuatku seperti memiliki jalur kredit. Kalau begitu, ada sesuatu yang aku pertimbangkan untuk meminta Pak Tua lakukan untukku.

“Pak Tua, masih ingat Siderite Shield yang kau tunjukkan padaku sebelumnya.”
“Hmm? Memangnya kenapa? Kau ingin perisai itu diperkuat lagi agar bisa bertarung lebih leluasa lagi?”
“Tidak, bukan itu. Shooting Star Shield sudah bagus sekali.”

Sejujurnya, aku sudah menggunakan Shooting Star Shield dalam pertempuran tanpa henti sejak aku mempelajarinya. Itu adalah Skill serbaguna yang akan tetap berguna untuk waktu yang lama kedepan. Pertempuranku memperjelas hal itu. Plus, itu mungkin akan lebih efektif jika aku menggunakan aksesori pada perisai itu.

“Aku penasaran apa Siderite Shield yang kau simpan selama ini punya makna khusus untukmu.”
“Hmm... Aku tidak ingin menjualnya karena bahannya sangat langka, jadi aku amankan di gudang. Memang kenapa?”
“Oh jadi karena itu? Kalau begitu, mungkin tidak ada salahnya aku membuat pesanan ini.”
“Apa itu? Katakan saja, Nak.”

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Raphtalia dan memberi tahu Pak Tua apa yang ada dalam benakku.

“Apa sekiranya bisa Siderite Shield ini dileburkan lalu dijadikan katana? Siderite Katana?”

Pak Tua dan Raphtalia keduanya mengangguk bersamaan, seolah saranku masuk akal.

“Sewaktu kau kembali, aku penasaran sekali sama senjata yang dipakai Nona Muda sekarang. Apa senjatanya semacam perisai milikmu, Nak?”

Ah, benar juga. Aku masih belum memberi tahu Pak Tua tentang katana yang dipakai Raphtalia. Itu adalah senjata vassal dari dunia lain, yang membuatnya seperti senjata bintang milik pahlawan bintang. Raphtalia menarik keluar katananya dari sarung dan menunjukkannya pada Pak Tua.

“Itu dari dunia lain. Dikenal senjata vassal, yang kemungkinan besar setara dengan apa yang kita sebut senjata bintang milik pahlawan bintang di dunia ini,” jelasku.
“Aku mengerti niatmu. Jadi maksudmu, kau punya ide dengan melebur kembali Siderite Shield dan mengolahnya menjadi katana, maka Nona Muda akan mendapatkan semacam Skill yang kuat.”
“Betul. Bisa kau usahakan?”
“Tuan Naofumi memesan senjata khusus untuknya. Aku cemburu! Aku ingin senjata juga.”

Aku mengabaikan ucapan Atla. Dia bisa bertarung dengan baik menggunakan tangan kosong. Dia tidak membutuhkan senjata.

“Kurasa itu mungkin,” kata Pak Tua.
“Maukah kau melakukannya?”
“Tentu. Kebetulan aku juga lagi memikirkan cara agar itu tidak menjadi koleksi dan ada di gudang terus. Dengan senang hati aku akan melakukan itu demi kalian berdua.”
“Kalau begitu, mau aku siapkan barangnya di bengkel sekarang?” tanya Paman Imiya padanya dan Pak Tua mengangguk.
“Tapi, membuat katana ya...” Pak Tua melihat ke kejauhan. Dia tampaknya tenggelam dalam pikirannya.
“Apa ada masalah?” aku bertanya.

Pak Tua dan Paman Imiya keduanya seperti merenung sekarang.

“Tuan Pahlawan Perisai, guru kami seorang pandai besi yang ahli membuat katana,” jawab Paman Imiya.
“Ya, bisnis guru kami memang menjual katana, tapi dia masih bisa dan hebat membuat senjata lain juga,” tambah Pak Tua.
“Oh begitu.”

Aku ingat pernah dengar tentang pandai besi yang berspesialisasi dalam jenis senjata tertentu. Di Eropa sejak dahulu kala, di duniaku, semua perincian itu diputuskan oleh izin dan sertifikasi. Tentu saja, ini adalah dunia lain dan perkara itu bekerja secara berbeda di sini. Pak Tua tampaknya mampu membuat apa saja, jadi aku membuat semua jenis permintaan. Tapi mungkin saja Pak Tua dan Paman Imiya memang luar biasa dalam pandai besi.

“Pada akhirnya, aku berhasil mendapat nilai dan diberi sertifikasi dari guru. Tapi jujur saja, aku merasa tidak pernah mendekati kemampuan pandai besi yang setara dengannya.”
“Hmm.”

Aku ingat mereka bilang soal guru mereka yang memiliki sifat pembuat onar dan cari wanita. Dia adalah jenis pengrajin yang memiliki Skill mengesankan meskipun memiliki kepribadian yang bermasalah. Dan spesialisasinya adalah katana.

“Aku sudah memiliki semua bahannya, jadi tidak akan memakan waktu lama. Kembalilah lagi dalam dua atau tiga hari.”
“Oke. Mengenai pembayaran...”
“Aku yakin kau tidak akan membeli dan membawanya? Ini bisa menjadi latihan buatku juga. Kau tidak perlu membayarku untuk Nona kecil ini yang hanya akan mencobanya sekali.”

Itulah yang aku sukai dari Pak Tua. Kemurahan hatinya benar-benar membuat segalanya mudah bagiku.

“Terima kasih. Lain waktu aku akan memesan banyak peralatan untuk keperluan desa di tempatmu.”
“Siap!”

Itu sebabnya aku ingin membayar Pak Tua kembali dengan cara apa pun yang kubisa.

“Lalu jangan malu bertanya jika kau menemukan bijih unik atau ingin memesan barang dariku. Baiklah, kalau begitu sampai nanti.”
“Sampai nanti, pak,” tambah Raphtalia. 
“Sampai berjumpa lagi,” kata Atla.
“Iya. Semakin banyak orang yang berada di dekatmu, Nak. Aku ikut merasa senang, Nak.”

Kami berpisah dengan Pak Tua dan bergegas kembali ke desa.

“Tuan! Onee-chan dan Kak Atla! Selamat datang kembali!”

Oh Filo sudah kembali ke desa. Dia datang berlari ke arahku dalam bentuk Filolialnya. 

“Oh, hei, Pahlawan Perisai. Selamat datang kembali.”

Salah satu budak yang menaruh minat khusus pada monster menyambutku kembali. Itu tidak biasa.

“Pahlawan Perisai, kita kedatangan tamu dari luar desa, kami tidak tahu harus berbuat apa,” kata budak itu.
“Hah?”

Eclair dan Ren muncul beberapa saat setelah budak penggila monster. Eclair tampak agak gelisah. Aku penasaran apa yang sedang terjadi.

“Tunggu, jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Lagi pula, dia sedang kita awasi,” kata Ren.
“Tapi dia sudah hampir lolos beberapa kali!” kata budak penggila monster.
“Apa yang sedang terjadi?” aku bertanya sambil melihat Ren.
“Aku tidak begitu tahu. Dia sepertinya bertamu untuk mencarimu, Naofumi.”
“Bukannya kau bisa berurusan dengan pengunjung, Ren.”
“Yah... kau benar, tapi...” Ren bertingkah aneh juga.
“Yang bertamu kali ini agak berbeda. Dia bilang dia ingin segera bertemu denganmu, Iwatani-dono,” kata Eclair.
“Huh.... Siapa dia ini?”
“Dia adalah seorang Alkemis yang diduga sumber jenis semua masalah di Faubrey,” jawab Eclair.

Apa katamu? Faubrey adalah negara adikuasa yang menyembah Empat Pahlawan Suci. Mengapa seorang Alkemis dari Faubrey ada di sini?

“Aku baru menerima kabar ini dari ratu beberapa hari yang lalu. Yang Mulia bilang, tampaknya ada Alkemis yang dianggap sesat dan diusir dari Faubrey telah mendatangi Melromarc.”

Alkemis macam apa ini?

“Jika sudah jelas mencurigakan, langsung usir saja dia, tidak perlu bertanya lagi!”
“Yah, ratu juga bilang soal racun bisa menjadi obat tergantung pemakaiannya. Jadi kupikir sebaiknya kami diskusi dulu padamu, Naofumi,” kata Ren.

Hmm, dia ada benarnya, kurasa.

“Alkemis ini terus berguam setelah dia melihat monster yang kau besarkan, Iwatani-dono, dan dia dengan sangat meminta--”
“Oh... Jadi ini adalah burung suci yang terkenal!”

Seorang wanita asing muncul entah dari mana dan mulai menyodok dan menggelitik Filo.

“Ap-ap-ap-ap?!”
“Whoa!”
“Kapan dia ada di sini?! Aku tidak menyadarinya!” teriak Raphtalia.
“Kecepatan yang mengesankan! Dia bahkan menyaingi kakak yang gila karena ingin dekat aku,” komentar Atla.
“Tu.. TUAAAAN!”

Filo berteriak. Responsnya mengingatkanku pada saat Motoyasu memeluknya.

“Oh, sepertinya dia juga mengerti bahasa verbal. Ini pastilah varian Ratu Filolial yang dibicarakan dalam legenda!”

Wanita itu memiliki rambut pirang panjang berwarna keperakan dan kulit coklat gelap. Dia tampak seperti manusia. Mungkin berusia pertengahan dua puluhan. Dia memiliki lekukan di semua tempat dan dia mengenakan jas lab. Dia sepertinya cocok dengan peran “kakak perempuan yang hot”* di duniaku. Tapi peran kakak apa pun hanya membuatku memikirkan Sadeena.
<TLN: hmm…... lo pada tau sendiri artinya apa ya. Hahaha :v>

“Bulu-bulunya sangat tebal. Aku ingin tahu bentuk kelenjar yang memproduksi bulu-bulu ini.”

Alkemis ini? Dia dengan paksa membuka mulut Filo dan meraih lidahnya. Filo berusaha untuk berontak tapi dengan mudah ditundukkan. Alkemis tampaknya bisa menahannya dengan mudah seolah-olah dia mengambil permen dari bayi.

“Mmmrrghhhh!”

Alkemis memasukkan kepalanya jauh ke dalam mulut Filo, tapi Filo mengepakkan sayapnya dengan keras dan berusaha melepeh kepala Alkemis.

“Kalau banyak gerak, bagaimana bisa aku memeriksamu? Sudah, diam dulu.”

Tepat sebelum Filo bisa membuangnya, Alkemis mengeluarkan jarum suntik dan menusukkannya ke arah Filo. Tidak bisa menghindar tepat waktu, jarum menusuk Filo tepat di mulut.

“Ah, tidak...”

Filo jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk. 

“Kok... Lemas sekali...”
“Eh, hei...”
“Sabar dulu. Aku sedang di tengah-tengah memeriksa monster ini.”
“Yah, monster ini milikku, sebagai pemiliknya aku keberatan kau bertindak seenaknya.”
“Oh?”

Ketika dia mendengar apa yang aku katakan, Alkemis tampaknya kehilangan minat pada Filo untuk sementara waktu.

 
“Apa itu berarti kau Tuan Pahlawan Perisai?”
“Umm, benar... dan siapa kau?”
“Aku? Aku Ratotille Anthreya. Teman dekatku memanggil aku Rat.”
“Umm, begitu. Aku Naofumi Iwatani. Panggil saja aku Naofumi.”
“Senang bertemu denganmu, Naofumi-san.”

Mata Rat tertuju pada Filo, yang masih terkapar di tanah. 

“Jadi, apa kau keberatan jika aku memeriksa monster milikmu ini?”
“Tu...TUUAAAN! Tidak!”

Hmm... Aku punya firasat bahwa misteri Filo akan terungkap jika aku setuju, tapi aku juga tidak bisa menahan perasaan bahwa akan ada konsekuensi yang signifikan bagi Filo.

“Hmm... Aku harus menolak untuk saat ini.”
“Ah, itu sangat disayangkan.”

Filo pasti sudah mulai pulih, karena dia berdiri perlahan.

“Wah, sepertinya aku harus menggunakan obat penenang yang lebih kuat untuk memeriksanya.”
“Tidaaaak! Tolong! Mel-chaaaan!”

Filo lari dan menghilang. Aku merasa dia tidak akan kembali untuk sementara waktu.

“Jadi aku dengar kau ingin menemuiku. Apa perlumu?”
“Tepat sekali. Tadi aku sudah diberi izin untuk melihat-lihat monster di kandang desa dan juga jenis flora yang sebelumnya aku liat di desa tertentu.”
“Huh…?”
“Aku tertarik dengan semua itu. Jadi aku ingin sedikit bermain-main dengan semua itu, jika kau tidak keberatan.”
“Apa maksudmu dari bermain-main...”

Apa yang wanita ini rencanakan? Sepertinya dia sudah tahu tentang Bio Plant, jadi dia pasti sudah mencari tahu tentang desa ini sebelum datang kemari.

“Kau alkemis yang menimbulkan masalah di Faubrey, kan?”
“Masalah? Itu keliru. Orang-orang idiot itu tidak mau mengakui ketidaktahuan mereka sendiri. Mereka tidak bisa memahami penelitianku.” Dia jelas salah satu dari tipe ilmuwan gila. “Para idiot itu menyebut penelitianku sebagai bentuk dari ‘melawan hukum dan kehendak dewa’. Atas dasar itu mereka mengeluarkan putusan pengasingan diriku. Dewa yang mereka sembah adalah Keempat Pahlawan Suci dan Ketujuh Pahlawan Bintang, kan?”
“Jadi? Kau ingin salah satu dari empat pahlawan suci mengakui penelitianmu dan itulah sebabnya kau datang ke sini?”

Aku melirik Ren, tapi dia menggelengkan kepalanya. 

“Bukan karena itu,” jawab Rat.
“Lalu mengapa kau datang ke sini?”
“Aku awalnya datang untuk menyelidiki sisa Spirit Tortoise. Tapi minatku sudah mulai bergeser.”

Rat mengulurkan tangan untuk meraih tanganku dengan penuh gairah di matanya. Aku menarik tanganku dan berkata.

“Jangan sentuh aku. Aku tidak suka dengan wanita sepertimu.”
“Oh? Kalau aku tak akan menyentuhmu, tapi aku masih ingin mendapat izin bermain-main dengan semua monstermu.”

Semua monsterku, ya? Aku tidak merasa memiliki banyak monster di sini.

“Masing-masing dari mereka menunjukkan perkembangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku ingin sekali mengamati mereka.”

Aku tidak bisa menyangkal kalau semua monsterku mulai menunjukkan perkembangan abnormal. Rata-rata mereka berada di sekitar level 25, tapi aku diberitahu kalau mereka semua lebih besar dari biasanya.

Aku melihat ke tiga ekor Caterpilland, monster yang seperti ulat. Mereka membantu para budak membersihkan tanaman Bio Plant yang tumbuh terlalu besar. Tunggu... tiga ekor? Aku hanya membeli dua ulat. Satu... dua... tiga... Aku menghitungnya berkali-kali, dan ada satu tambahan monster! Ada apa ini?! Misterius sekali! Sewaktu pagi aku ingat ada dua ekor!

“Siapa yang memelihara satu Caterpilland baru tanpa seizinku?!”
“Uh gawat!”

Mendengar perkataanku, baru saja ada satu budak yang berdiri di dekat kami berusaha menyembunyikan salah satu Caterpilland dengan tergesa-gesa.

“Usahamu sudah terlambat!”

Budak ini pasti salah satu penyebabnya. Dan Caterpilland yang dia sembunyikan adalah yang terbesar pula. Karena aku belum melihatnya pagi ini, aman untuk berasumsi kalau mereka menyembunyikannya di suatu tempat dan membesarkannya secara rahasia. Kami telah memperluas lahan Bio Plant. Jadi ada area desa yang mulai terlihat seperti hutan. Mungkin di situlah mereka menyembunyikannya. Selain itu, aku bisa memeriksa statistiknya, yang berarti sudah terdaftar menjadi monsterku!

Budak penggila monster menggunakan seluruh tubuhnya untuk mencoba menyembunyikan Caterpilland itu, tapi itu tidak cukup. Dan di belakang mereka ada Bio Plant. Usaha yang dia coba lakukan ini merasa pernah aku lihat. Aku merasa pernah melihat ini tapi tampilannya warna hitam putih, mungkin itu hanyalah imajinasiku, aku yakin.

“Aku merasa pernah melihat ini... di anime lama...” kata Ren.

Rupanya dunia Ren memiliki anime yang serupa juga. Tapi itu tak perlu dibahas karena memang bagus pembawaannya.

“Tidak ada Caterpilland baru! Tidak ada Caterpilland baru di sini!”
“Dia itu sangat besar! Aku masih bisa melihatnya meski kau coba menutupi dia!”

Apa dia serius mencoba berpura-pura tidak ada Caterpilland baru? Dari lembah mana putri ini berasal? Caterpilland di belakangnya besar dan tampak seperti salah satu serangga itu!

“Sudah, mengaku saja!”

Para budak mengarahkan pandangan mereka ke bawah. Di saat seperti ini, Atla melangkah maju tanpa alasan. Kenapa kau malah ke depan mereka.

“Sudah waktunya menerima hukuman. Kalian masing-masing akan dihukum berat, atas perintah Tuan Naofumi. Yang pertama dihu--”
“Umm... Atla, kau tidak usah ikut campur. Biar aku yang menanyai mereka dan memutuskan kedepannya nanti bagaimana.”

Apa yang Atla rencanakan pada mereka? Aku bisa dengan mudah membayangkan dia memilih hukuman yang jauh lebih berat dari apa yang mungkin aku lakukan.

“Baiklah, aku ingin tahu bagaimana ini bisa terjadi.”
“Ini apa, ini bukan karena kami ingin membuat Kaka repot.”

Keel melangkah maju dan berbicara membela budak penggila monster. 

“Kalau itu mau kalian, kenapa bisa ada dalam daftar monsterku?!”
“Pria yang menjual budak diam-diam melakukannya untuk kami.”
“Pedagang Budak!”

Kapan dia melakukan itu?!

“Kenapa Pedagang Budak mau....?!”
“Itu adalah telur pertama yang kami temukan bersama!”
“Hah?”

Mereka mulai menjelaskan kejadiannya. Mereka telah mengambil sebutir telur dari sarang monster yang mereka temukan ketika melakukan leveling di luar. Membawanya kembali ke desa cukup mudah, tapi mereka tidak tahu bagaimana cara agar mereka bisa menetaskan telur itu.

“Apa Raphtalia tahu tentang ini?”
“Aku tidak tahu!”
“Jika kami memberi tahu Kak Raphtalia, dia pasti akan bilang ke Kaka, bukan?” kata Keel.
“Tentu saja! Apa yang kamu pikirkan, Keel-kun?!”

Keel melanjutkan penjelasannya. Para budak tahu betul kalau menetaskan telur monster tanpa mendaftarkan seseorang sebagai pemilik monster itu akan berbahaya. Mereka berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan, lalu pada saat itu pedagang budak sedang mampir ke desa.

Aku sudah memberi mereka sejumlah uang jajan untuk menemani kebutuhan yang harus dibeli saat mereka pergi berdagang keliling, itu pun bila ada. Mereka semua mengumpulkan apa yang tersisa dari uang itu dan membayar pedagang budak untuk mengurus pendaftaran. Bukannya menjadikan salah satu budak sebagai pemilik monster itu, pedagang budak membujuk mereka dengan kalimat yang menyatakan pertumbuhan monster itu akan jauh lebih baik jika menjadikan aku sebagai pemiliknya dan akhirnya inilah yang terjadi sekarang.

Hmm... Aku sengaja menyesuaikan level Caterpilland untuk menjaga mereka agar tidak terlalu besar, namun yang ini masih besar. Dia lima puluh persen lebih besar dari Caterpilland lainnya. Aku tidak yakin apa yang harus aku lakukan.

“Kumohon jangan bunuh dia!”
“Diam kau, gadis yang ada di lembah!”
“Apa yang dimaksud dengan ‘lembah’, Kaka?” tanya Keel.
“Aku menduga ada karakter dari cerita di dunia Naofumi yang melakukan hal serupa,” kata Ren.

Ren mengerti dan dengan tenang menjelaskan leluconku. Ya sudahlah. Lagipula aku tidak ingin menjelaskannya. Tapi sialnya, anak-anak nakal ini hanya melakukan apa pun yang mereka inginkan. Budak yang terus mengikuti gadis lembah melakukan yang terbaik untuk membela Caterpilland.

“Dengar, jika kau ingin seenaknya saja bertindak, yang kena masalah bukan hanya budak lain, tapi aku juga ikut terlibat masalah karenamu! Jika sebegitu inginnya kau memelihara monster baru, pastikan untuk bilang dulu padaku!”

Aku sudah melakukan transaksi sendiri dengan pedagang budak, jadi jika mereka melakukan sesuatu sendiri, kemungkinan besar hanya akan melipatgandakan upaya yang terlibat.

“Selain itu, jangan lupa untuk mengurusinya dengan baik. Jika aku melihat kau melepas tanggung jawab ini pada orang lain, aku akan menjualnya tanpa berpikir dua kali.”
“Aku... Aku akan melakukannya!”

Hadeh... Anak nakal ini hanya menyebabkan satu masalah demi satu. 

“Naofumi, kau seperti penjaga anak saja,” kata Ren.
“Apa maksudmu?!”

Sialan itu orang! Apa yang dia pikirkan sampai mengatakan itu?! Aku penjaga anak? Dia sudah keterlaluan! Aku memelototi Ren dan mau memberinya sebagian dari pikiranku, tapi Keel mulai ramai akan suatu hal.

“Lihat, apa kubilang! Sudah kubilang Kaka akan memaafkanmu!”
“Tapi Keel-chan bilang Kak Perisai akan menjualnya jika dia tahu. Kau juga bilang ke kita harus merahasiakan soal ini. Karena begitu dia tahu soal ini maka sudah dipastikan Caterpilland ini akan dijual olehnya, karena kau bilang dia itu mata duitan.”
“Jangan panggil aku pakai ‘chan’!”
“Kalian ini…”

Dasar bocah semua... Tunggu, bukankah bocah ini mengatakan bahwa itu adalah telur pertama yang mereka temukan? 

“Apakah ini satu-satunya telur yang menetas?”
“Um iyaaa.”
“IYA YA?!”

Para budak menggelengkan kepala mereka. Mereka pasti sangat pandai menemukan sarang monster, karena mereka mulai mengeluarkan banyak telur yang mereka sembunyikan di tempat tinggal mereka.

“Pedagang budak akan memprosesnya untuk kami setelah kami punya cukup uang dari tabungan kami.”
“Banyak sekali! Apa yang kau rencanakan setelah menetaskan semua itu tanpa bertanya padaku?!”

Itu akan menjadi bencana. Kurasa lebih mudah untuk membasmi monster yang masih kecil.

“Kami tidak merencanakan sejauh itu...”

Aku tidak pernah benar-benar berpikir tentang ada telur monster di alam liar. Kami bisa menggunakannya sebagai tambahan untuk membuat makanan. Aku merasa mereka akan marah padaku jika aku mengatakan itu.

“Apakah itu semua telur Caterpilland?”
“Kami kurang yakin? Kami mengumpulkannya dari banyak tempat berbeda, jadi aku tidak tahu.”

Rat meletakkan tangannya di pundakku.

“Apa? Aku sibuk. Kita akan bicara nanti,” kataku padanya.
“Aku akan menganalisis dan menetaskan telur-telur itu secara gratis, jadi bolehkan aku melakukan penelitianku di sini.”

Hmm... Aku dengar satu kata, ‘gratis’ selalu menarik perhatianku. Tapi, mereka bilang tidak ada yang namanya makan siang gratis juga. Aku bingung mau mengambil keputusan yang mana.

“Aku tidak mau!”

Budak penggila monster, alias gadis lembah, menolak sebelum aku bisa menjawab. Bocah kecil itu tampaknya menjadi sangat agresif setiap kali berurusan dengan monster.

“Tunggu, sabar dulu. Biarkan aku pikirkan dulu itu,” kataku.

Tergantung situasi, Rat yang merawat semua itu mungkin bukan ide yang buruk. Bagaimanapun juga, dia adalah ahli monster. Ada banyak cara untuk memanfaatkannya. Aku mungkin berharap terlalu banyak, tapi mereka memang memanggilnya seorang Alkemis. Mungkin dia bisa mengambil alih pekerjaan memodifikasi Bio Plant dan monster untukku. Namun, waktu kemunculannya terlalu sempurna.

“Hei kalian, pastinya kalian tidak merencanakan semua ini, kan? Kalian bekerja sama agar bisa mendapatkan persetujuan dariku?”
“Tidak!” teriak Keel.
“Naofumi, aku setuju kalau ini semua waktunya kelihatan terlalu pas, tapi kurasa itu tidak terjadi,” Kata Ren.

Hmm... Jadi bukan hanya aku yang berpikir waktunya terlalu pas. Tapi hanya mengatakan itu tidak akan mencapai apa pun. Dalam hal ini, aku akan mencoba pendekatan yang berbeda.

“Rat, apa yang ingin kau capai? Tergantung pada jawabanmu, aku mungkin mempertimbangkan untuk membiarkanmu tinggal.”
“Capaianku? Aku ingin membuat monster yang kuat.”
“Oh?”

Jadi dia ingin membuat monster yang kuat. Itu sangat sederhana dan mudah. Aku tahu game yang memiliki sistem penggabungan monster, jadi bukannya aku tidak paham maksud tujuannya. Tapi kurasa jika seseorang benar-benar mencoba melakukan sesuatu seperti itu dengan makhluk hidup sungguhan, wajar kalau itu akan ditolak, seperti yang terjadi di Faubrey.

“Untuk melakukan itu, aku perlu menganalisis monster dan menggabungkan berbagai teknik Alkemis dengan sihir. Tapi orang-orang bodoh itu menyebut penelitianku jahat dan bilang tindakan itu sudah di luar pengampunan para dewa karena melawan hukum dan kehendak dewa. Atas dasar itu mereka menghancurkan labku dan membunuh subjek penelitianku. Berantakan sekali.”
“Umm... Jadi mudahnya, kau pada dasarnya penjinak monster yang sedang meneliti bagaimana membuat monster lebih kuat melalui ilmu Alkemis.”
“Kurang lebih seperti itu.”

Hoo. Aku mengatakan itu dengan perkiraan dia akan menentang pendapatku, tapi kurasa dia tidak keberatan dianggap penjinak monster. Kupikir dia hanyalah orang gila, tapi dia tampaknya bisa melihat hal-hal secara obyektif juga. Namun jika tidak berhati-hati, hasilnya akan berantakan.

“Mari kita lihat ini dari sudut pandang akal sehat umum. Eclair, aku ingin tahu pendapatmu.”
“Hah? Pendapatku?” Ekspresi waspada Eclair berubah menjadi kebingungan ketika aku bertanya padanya.
“Menurutmu, penelitian yang dia lakukan telah melewati batas?”
“Aku tidak terlalu mengerti, secara pribadi. Namun, setelah melihat Filo-dono aktif di medan perang, aku yakin kalau monster harus dianggap sebagai bagian dari kekuatan tempur kita.”

Itu adalah jawaban yang jujur. Tapi itu tidak menjawab pertanyaan dariku. Ada kemungkinan besar kalau penelitian ini tidak akan diterima secara terbuka. Tapi aku masih tidak yakin apa yang harus aku lakukan.

“Rat, apa penelitianmu mencakup pembuatan klon Spirit Tortoise dan menggunakannya untuk bertarung?”
“Kurang lebih seperti itu yang akan aku pikirkan. Gelar bangsawan apa yang kau terima, Pahlawan Perisai?”
“Iwatani-dono menerima gelar Count,” jawab Eclair.
“Baiklah, Count. Apa yang katakan tadi itu ide yang menarik. Apa itu penelitian yang sedang kau cari?”
“Aku jelaskan dulu. Kurasa kau mendengar desas-desus tentang kami pergi ke dunia lain, kan?”
“Ya. Aku mendengar kalau kau mengejar musuh dan kemudian kembali setelah berhasil mengalahkannya.”
“Di dunia lain itu, ada seorang Alkemis yang menciptakan klon binatang buas tertentu yang setidaknya sekuat Spirit Tortoise.”

Jika seseorang mencoba melakukan hal yang sama di dunia ini, aku tidak bisa mempercayai mereka. Aku memberikan ide itu untuk melihat bagaimana dia merespons. Jika dia tertarik, dia akan kutolak.

“Oh, jadi karena itu. Aku tidak tertarik pada penelitian yang telah dilakukan orang lain.” Jawab Rat sambil menyisir rambutnya. Jawabannya terdengar seperti dia benar-benar jujur. “Awalnya itu ide yang menarik. Tetapi jika sudah dilakukan, itu tidak lebih dari bahan referensi.”

Hmm... Aku pikir dia mungkin gila, tapi dia nampaknya punya filosofinya sendiri. Dia tidak tertarik meniru orang lain.

“Aku masih belum mengerti. Apa kita sedang membahas tentang cara penjinakan monster, seperti dalam game?” Ren mencoba memasukkannya ke dalam pengaturan game saat dia bertanya padaku dan Rat.
“Untuk lebih spesifik, salah satu tujuanku adalah Filolial.”

Filolial normal tak terlalu kuat. Dia mungkin mengacu pada Fitoria atau semacamnya. Fitoria memang sangat kuat. Dia adalah orang yang telah menahan Spirit Tortoise saat keadaan menjadi sulit. Dia dianggap legenda, tapi keterlibatannya dalam pertarungan sudah membuktikan keberadaannya pada dunia.

“Ini hanya apa yang sudah berhasil kuketahui sendiri, tapi ada teori kalau pahlawan menciptakan Filolial legendaris. Dewa burung yang seharusnya sekuat kaisar naga terkenal itu. Aku ingin membuat monster seperti itu. Yang akan diingat untuk generasi yang akan datang. Yang akan bertarung untuk orang-orang.” Itu masuk akal. Dia ingin membuat monster legendaris sendiri, dengan kata lain. “Filolial dijadikan sebagai transportasi, sehingga mereka dapat ditemukan tinggal di sebagian besar wilayah. Aku ingin membuat monster yang akan bermanfaat bagi orang-orang.”
“Aku bisa mengerti tujuanmu,” kataku.

Aku juga sudah mencoba menjadi penjinak monster dalam game. Aku sebenarnya penasaran belakangan ini apakah ada cara agar aku bisa membuat Raph-chan menjadi lebih kuat. Tanpa Raphtalia ketahui. Tapi jika aku memberi Rat kebebasan untuk melakukan hal itu dan ternyata aku bisa memercayainya, mungkin ada baiknya meminta bantuannya.

“Aku tidak suka seorang pembohong. Aku akan setuju jika kau bersedia menjadi budakku, agar tidak ada kebohongan di antara kita semua. Apa kau masih tertarik?”
“Dijadikan budak? Naofumi, kau ini selalu saja begini,” kata Ren. 
“Sudah tidak perlu dipertanyakan lagi kenapa.”
“Baiklah kalau begitu. Jika itu yang diperlukan, aku dengan senang hati menyerahkan martabatku,” jawab Rat.

Dia dengan senang hati menerima tawaranku tanpa mengedipkan mata. Tapi aku tidak suka cara dia mengatakannya. Bagaimanapun juga, aku merasa bisa memercayainya sampai batas tertentu. Selama dia adalah seorang budak, akan mudah menghukumnya jika dia berbohong.

“Hmm...”

Jadi pada dasarnya, jika aku mengizinkan dia tinggal dan memulai penelitiannya di desa, maka dia bisa membantu menguatkan semua monster. Sebagai sumber daya manusia, dia bukanlah orang yang buruk. Selama segel budak melekat padanya, aku selalu bisa memanfaatkan dia secara paksa jika dia mulai menyebabkan masalah nanti.

Ada juga banyak hal yang bisa dia bantu selain merawat telur yang dibawa Keel dan yang lainnya. Itu bisa bekerja dengan baik. Rat dapat membuat kemajuan dengan penelitiannya, dan kekuatan tempur kami akan meningkat untuk menghadapi gelombang yang datang dengan lebih baik.

“Aku mempekerjakan monsterku dengan keras. Bagimu, itu tidak masalah? Aku mempekerjakan mereka seperti budak. Termasuk dirimu juga akan mengalami itu.”
“Manusia atau demi-human, budak adalah budak. Memperlakukan mereka secara khusus karena kau merasa kasihan pada mereka hanyalah bentuk diskriminasi lainnya.”

Oh, perlakuan khusus adalah diskriminasi, ya? Dia punya beberapa ide menarik. Itu mengingatkanku. Saat di duniaku dulu, aku ingat pernah mendengar tentang wanita di luar Jepang yang menuntut kesetaraan dan tidak ingin diperlakukan secara khusus. Di kota-kota besar di Jepang, mereka memiliki tempat di kereta yang diperuntukkan bagi wanita. Orang-orang yang menginginkan kesetaraan sejati tidak menyukainya. Apa yang dikatakan Rat mirip dengan itu, kurasa.

“Aku tidak tahan jika harus melindungi makhluk hidup tertentu sementara mengabaikan sisanya.”
“Oh?”
“Aku menolak untuk mempercayai teori bahwa monster adalah hasil dari gelombang. Karena, monster bisa bertarung melawan gelombang juga, seperti para pahlawan!”

Gadis lembah menatap Rat dengan penuh amarah. Dia jelas menyadari kalau mereka berdua berbeda terlepas dari keduanya memiliki ketertarikan pada monster.

“Kurasa aku mengerti apa yang ingin kau lakukan. Kau percaya monster bisa memberikan kontribusi besar untuk pertarungan kita melawan gelombang.”
“Ya!”
“Lalu bagaimana dengan ini...”

Aku menunjukkan pada Rat salah satu biji Bio Plant.

“Ini adalah tanaman. Itu bisa diubah menjadi sesuatu seperti monster, tergantung bagaimana modifikasinya. Tapi mengubah itu juga bisa membuatnya menghasilkan obat yang bermanfaat. Apa pendapatmu tentang ini?”
“Sesuatu seperti itu akan sangat mudah buatku!”

Hmm... Garis pemikirannya sepertinya cocok sekali dengan apa yang ingin kulakukan.

“Tuan Naofumi, apa kamu yakin akan menerima dia melakukan penelitiannya di sini?”

Raphtalia jelas skeptis. Aku tidak bisa membantah kalau Rat tampak mencurigakan. Tapi kecurigaan itu dan kesediaannya untuk menggunakan cara apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan kepercayaanku telah mendapatkan poinnya dalam bukuku.

“Kita akan mulai dengan periode uji coba sementara dan melihat bagaimana hasilnya. Itu seharusnya tidak masalah.”

Kami membutuhkan lebih banyak spesialis di desa. S’yne adalah kasus serupa. Tidak adil menerima S’yne, tapi tidak memberi Rat kesempatan.

Aku menjabat tangan Rat.

“Aku tak sabar untuk bekerja denganmu,” kata Rat.

Eclair tiba-tiba angkat bicara.

“Maaf menyela, karena masalahnya sudah tuntas, ada hal lain yang harus kau lihat,” katanya padaku.
“Apa, masih ada lagi? Bukankah ini yang kau ingin aku atasi?”
“Oh! Itu benar, Pahlawan Perisai! Kami punya masalah lain!”

Gadis lembah mendekat dan mulai mencoba memberitahuku sesuatu. Kenapa dia masih di sini? 

“Kami menemukan sesuatu saat kau keluar, Naofumi,” tambah Ren.

Ternyata masih ada masalah lain? Aku meninggalkan para budak di belakang dan mengikuti Eclair keluar dari desa.

Rat tampak ingin tahu dan ikut. Gadis lembah juga mengikuti kami, tanpa bertanya, tentu saja.




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar