Selasa, 07 April 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 11 : Chapter 18 - Kilatan Cahaya

Volume 11
Chapter 18 - Kilatan Cahaya


Keduanya bertarung, dan kami semua mundur untuk menonton duel mereka. Motoyasu tampak seperti sedang menunggu kesempatan untuk menikam Ren sampai mati dari belakang.

“Jangan ikut campur, Motoyasu.”
“Aku mengerti!”

Dia sedang membantu untuk saat ini, tetapi.... sepertinya aku masih perlu meluruskannya. Dia tampaknya mendengarkanku, lebih dari pada Ren, tetapi dia memiliki kebiasaan yang sangat buruk untuk melarikan diri.

Tusukan tajam Eclair mengarah tepat ke bahu Ren. Itu tidak benar-benar menusuk kulitnya, tapi itu memberi satu poin baginya.

“Hmph, hanya ini saja? Kau tidak selamban ini sebelumnya.”

Setelah mendengar provokasi Eclair, mata Ren terbuka lebar dan dia mencengkeram erat-erat pedangnya.

“Aku tidak... akan kalah. Aku lah yang terkuat... Demi mendapatkan kekuatan itu... Demi mendapatkan segalanya... Dan demi melahap segalanya...!”

Perkataan Ren terpotong-potong dan pedangnya, yang awalnya merupakan pedang satu tangan menyeramkan, berubah menjadi pedang panjang berwarna hitam pekat. Selain itu, aura hitam yang telah dipancarkannya semakin meningkat.

Apakah Eclair akan baik-baik saja? Pedang itu.... Aku tidak akan terkejut jika statistiknya telah meningkat cukup tinggi untuk menembus pertahananku sekarang. Melihat lebih dekat, aku perhatikan ada banyak hiasan kecil pada pedang. Ada binatang yang tampak seperti anjing penjaga.... rubah, mungkin. Aku bisa melihat sesuatu yang tampak seperti babi di gagangnya juga.

Tapi ucapan Ren semakin aneh begitu pedang itu berubah. Demi mendapatkan segalanya... Dan demi melahap segalanya? Jika “melahap” dalam arti literal, maka mungkin dia membangkitkan kutukan kerakusan juga.

“Aku... akan menjadi yang terkuat! Saat ini juga, aku sedang berkembang dan.... Aku akan memanfaatkan.... jumlah kekuatan yang tak terduga.... dan mengalahkan kalian semua.... dan melahap semua exp kalian!”

Ren mengayunkan pedang panjang itu ke udara dan berlari ke depan. Gerakannya canggung, tetapi juga cukup cepat.

“Raahhhhh!”

Ren mulai mengayunkan pedang panjangnya penuh dengan amarah. Sama sekali tidak ada perkataan atau alasan untuk serangannya. Eclair berjongkok, membungkuk, dan bermanuver untuk menghindari semua serangan.

“Ilmu pedangmu membosankan dan sederhana. Tidak peduli berapa banyak kemampuanmu yang punya, keterampilanmu itu tidak akan bisa mengenaiku sekarang atau nanti!”

Oh bagus! Dia benar. Gerakannya cepat, tetapi sederhana. Aku kira jika seseorang telah mengayunkan pedang seperti Eclair, mereka akan dapat menghindar serangan semacam itu. Aku punya perasaan situasinya mirip saat Raphtalia dan Sadeena latihan. Sadeena benar-benar membaca semua serangan Raphtalia dan menghindarinya dengan cepat. Itu adalah prestasi yang luar biasa. Jadi sekarang Eclair menjadi cukup kuat untuk melakukan hal yang sama pada Ren.

“Ugh.... Kena kau! Setiap seranganku seharusnya cukup kuat untuk menghancurkan apa pun yang dikenainya!”

Statistik dan kemampuan Ren kemungkinan besar jauh di depan Eclair. Alasan dia masih tidak bisa mengenainya mungkin karena perbedaan besar dalam tingkat ilmu pedang mereka.

“Mengapa?! Tidak kena?!”
“Tidak mungkin bisa kena. Tidak dengan teknik lesu itu. Serangan asal dan tak menentu itu, tidak berusaha menebasku sama sekali.”
“Tutup mulutmu!”

Aku penasaran bagaimana Raphtalia atau Filo akan menghindar jika salah satu dari mereka bertarung dengannya. Mereka mungkin tidak akan mengelak dengan jarak sehelai rambut seperti itu. Mereka mungkin hanya akan menggunakan kecepatan murni. Itu mungkin karena dia selalu bertarung bersamaku, tetapi Raphtalia cenderung untuk bertarung dengan sangat agresif. Aku kira itu hanya masuk akal. Dalam semua pertempuran kami, tugasnya adalah mencoba mendaratkan serangan yang paling menakutkan sambil menggunakanku sebagai perisai daripada menghindari serangannya. Mungkin sudah waktunya bagi kami untuk menjalani pelatihan serius juga.

Untuk mendapatkan gagasan yang lebih baik tentang skill Eclair, aku putuskan untuk bertanya kepada rekannya, Rishia, mengenai pendapatnya melihat duel mereka.

“Hei, Rishia. Sejauh ini, apa perkembangan duel ini?”
“Fueh? Umm, semua serangan Tuan Pahlawan Pedang agak monoton. Aku yakin siapa pun yang berpengalaman dapat menghindarinya.”
“Hmm....”

Aku rasa begitu. Ren cepat, tapi aku mungkin bisa menghindari serangan itu. Itulah gambaran dari serangannya yang berulang-ulang dan membosankan saat dia mengayunkan pedangnya. Sebagian besar, serangannya hanya memotong lurus ke bawah atau ke samping. Sesekali dia akan berbelok ke kanan atau semacamnya, tapi itu selalu sangat jelas dia akan mengubah arahnya.

Dari segi teknik, L’Arc dan Glass mungkin jauh lebih unggul. Dibandingkan dengan mereka, serangan Ren ini seperti permainan pedang anak-anak. Kekuatan yang didapat dari kutukan pada dasarnya adalah peningkatan statistik. Aku punya perasaan Ren bertarung lebih pintar dan lebih kuat sebelum dia dikonsumsi oleh kutukan.

“Baiklah, kurasa hanya itu yang dapat kau tunjukkan padaku. Kalau begitu, sekarang giliranku.”
“Grr.... Aku belum selesai! Kemenanganku sudah dipastikan!”

Perkataan yang luar biasa. Dia mengatakan dia harus menyerang terus menerus, dan lawannya tidak boleh melakukan serangan balik. Oh ya, Ren pernah bilang class perisai mati karena tidak ada yang pakai dalam game VRMMO yang biasa dia mainkan. Mungkin itu sebabnya dia begitu terobsesi untuk mengalahkan musuh-musuhnya sebelum mereka bisa melakukan serangan balik. Namun, dia juga mengatakan sesuatu tentang menghindarinya. 

Karena dalam game online jadul, biasanya dalam mode PVP class defensif benar-benar membuat perbedaan. Bagiku, sepertinya Motoyasu, Ren, dan Itsuki adalah pemula total bila berhadapan dengan manusia. Tentu saja, hal-hal mungkin bekerja seperti yang mereka katakan di game mereka sendiri. Tapi itu bukan cara kerjanya di dunia ini. Itulah yang kuyakini.

“Terima ini!”

Ren mengayunkan pedangnya ke bawah dengan keras dan gegabah. Begitu ujung pedangnya menyentuh tanah, bumi bergetar dan terbelah. Oh, jadi itu salah satu dari serangan yang membelah bumi. Tampaknya cukup kuat.

“Celah!”

Mengincar pundak Ren, Eclair melepaskan tusukan tajam seperti terakhir kali mereka bertarung. Dengan bunyi dentuman, serangannya memantul dari bahu Ren, tidak efektif. Jelas bahwa pertahanan Ren telah meningkat lebih tinggi dari sebelumnya.

“Mu-ha-ha! Pedang yang aku gunakan saat ini memiliki fitur perbaikan otomatis tertinggi. Seranganmu sangat tidak berarti. Diamlah dan terima kekalahanmu!”

Mata Ren berbinar saat dia tertawa sinis. Aku rasa dia tertawa karena dia menyadari Eclair tidak bisa memberikan damage yang signifikan. Tapi apa maksud perkataannya itu? Sebenarnya, armor yang telah aku kenakan sebelumnya juga memiliki fungsi perbaikan otomatis.

“Hmm... dibandingkan dengan Iwatani-dono, yang kau miliki masih terlalu lembek, tapi segera pulih begitu aku lukai. Itu menyulitkan.”

Eclair bergumam sambil melihat ujung pedangnya. Dia pasti masih cukup santai, karena tidak ada satu butir keringat pun di alisnya.

“Diamlah, terima kekalahanmu dan beri aku poin expmu! Rasestsu! Shooting Star Sword!”

Skill itu lagi! Aku kira itu karena pedangnya memanjang sekarang, tetapi awan hitam berhias bintang tersebar ke area yang lebih besar. Sosok Eclair mulai.... kabur saat dia berusaha menghindari setiap serangannya.

“Itu... Itu salah satu Teknik Hengen Musou untuk menghindari serangan musuh,  Shimmer!”

Umm, ya. Rishia mungkin juga memiliki dunia fantasinya sendiri.

“Rishia, kau tak usah memerankan karakter pemberi penjelasan. Karena jika kau bilang ‘Apa! Itu kan jurus?!’ tidak akan aku mengerti.”
“Yah.... Kamu benar. Tetapi melihat Rishia-san dan Eclair-san bertarung membuat aku berpikir kita perlu melakukan pelatihan juga,” kata Raphtalia.

Raphtalia benar sekali. Aku mulai merasa seperti aku tertinggal di belakang mereka berdua, dari perspektif teknik. Sepertinya mereka juga berkembang baru-baru ini.

“Ya... benar. Aku merasa harus latihan serius sekali.”

Jika mempelajarinya bisa membuat kami bergerak seperti itu, mungkin bukan ide yang buruk untuk memprioritaskannya. Senjata pahlawan membuatnya lebih sulit dikuasai. Tapi bagaimanapun juga tidak ada salahnya untuk mempelajarinya. Mungkin kami harus bertapa jauh di pegunungan untuk sementara waktu. Demi bertahan dari apa yang akan datang.

“Aku belum selesai! Bind Chain!
“Hmph!”

Rantai yang dipanggil Ren terbang menuju Eclair, tapi dia mengayunkan pedangnya dan menghancurkan berkeping-keping rantai itu.

“Apa?!”
“Sudah kuduga. Rantai yang kuat atau pertahanan yang tangguh saja bisa aku hancurkan dengan mudah.”
“Belum selesai! Terimalah serangan pamungkasku! Hide Sword!”

Ren mulai bergoyang dan kemudian menghilang. Idiot sekali dia. Dia terus menggunakan serangan yang sama. Kenapa tidak pakai Hundred Swords? Atau Thunder Sword? Tidak masalah dia punya = banyak serangan. Tapi tanpa penggunaan yang tepat, dia tidak akan bisa mengalahkan Eclair.

“Trik murahan. Raphtalia pernah menghilang di depanku, aku tidak dapat mendeteksi energi Kii miliknya.”

Eclair menghunuskan pedangnya ke samping. Hanya itu yang dibutuhkan agar skill sembunyi Ren dibatalkan, membuatnya terlihat kembali. Bagus, Itu sangat mengesankan.

“Tadi Eclair bilang begitu, apa yang dia katakan benar?”
“Soal itu... Aku kan memang spesialisasi dalam sihir itu.”

Aku menyedihkan sekali jika Ren menang dari sihir spesialisasinya. Aku sendiri akan terganggu jika dia mengalahkan pertahananku.

“Nah, bagaimana? Mau mencicipi serangan lainku.”

Eclair berjongkok rendah sebelum melompat ke arah Ren, mengayunkan pedangnya ke arahnya. Ren tidak merasa perlu untuk bertahan. Tidak, dia tiba-tiba melompat mundur dari Eclair.

“Tidak ada gunanya.”

Eclair bergerak lebih cepat daripada Ren dan melompat ke arahnya.

“Four Cross!”

Pedang pendeknya bercahaya saat jejak pedangnya membentuk salib. Itu adalah salah satu teknik pedang sihir. Itu berada dalam kategori yang terpisah dari skill dan sihir. Eclair juga pernah menggunakannya pada musuh kami sebelumnya.

“Ugh....”

Serangan Eclair mengenai Ren. Aku bisa melihat semacam cahaya menembus tubuh Ren. Tetapi pada saat yang sama ia mendapatkan damage, lukanya mulai menutup. Ren berdiri sambil menyeringai seolah tidak ada yang terjadi.

“Tak kusangka kau bisa melukaiku. Tidak terlalu buruk. Mungkin aku bersungguh-sungguh saja sedikit melawanmu.”

Apa yang dia katakan? Ren sudah kesulitan sejauh ini, dan sekarang dia bilang itu semua hanyalah sebuah akting? Sadar diri lah! Jika kami serius, hal mudah untuk mengurusimu, Ren.

Tapi, apa dia tidak menerima efek samping penggunaan curse series? Dia tidak merasakan efeknya? Dia sepertinya bergerak dengan normal. Aku ingin membuat komentar lucu tentang hal itu, tetapi aku tutup mulut. Komentarku seperti, kutukan ini tidak ada apa-apanya bagiku, justru kutukan ini lah yang memberiku kekuatan!. Ya semacam itu.

“Omong kosong! Menahan diri saja merupakan bentuk penghinaan kepada lawan! Berhentilah berpura-pura lemah, bodoh!”

Ya ampun, Ren membuat Eclair marah lagi. Keduanya sama-sama tidak cocok. Meski begitu, Eclair melihat semua gerakan Ren. Dia cepat, tapi hanya itu yang dia lakukan. Eclair bisa membaca setiap gerakannya. Jika itu masalahnya, cepat tidak ada gunanya.

Namun sepertinya serangan Eclair juga tidak memiliki kekuatan. Bahkan jika dia menguasai serangan berbasis pertahanan musuh milik Wanita Tua, itu tidak akan sangat berguna kecuali lawan memiliki pertahanan yang sangat tinggi, sepertiku. Aku yakin keahlian pedangnya luar biasa, tetapi melawan pahlawan yang dikonsumsi oleh kutukan menempatkannya pada posisi yang sulit.

Serangan berbasis pertahanan musuh itu tidak benar-benar masuk akal sejak awal. Itu hampir seolah-olah dibuat untuk digunakan melawan Pahlawan Perisai. Aku tidak tahu dari mana Teknik Hengen Musou berasal, tetapi jika itu Melromarc, maka mungkin permusuhan terhadap negara-negara tertentu mendorong mereka untuk mengembangkan teknik untuk tujuan yang tepat.

“Seranganku akan melahap segalanya. Ya, termasuk poin expmu!”
“Mau sekuat apapun serangannya, tak kena ya tak ada gunanya!”

Pertarungan telah mencapai jalan buntu. Ren tidak bisa mendaratkan serangan apa pun, dan serangan Eclair tidak efektif. Pertempuran yang panjang akan membuat Eclair lebih dirugikan. Serangan Ren tidak mendarat, tetapi itu tidak berarti mereka tidak kuat.
Menilai dari keadaan sekarang, ada kemungkinan besar Ren memenangkan pertarungan ini.

“Sekarang mau bagaimana, Eclair? Jika terus berlanjut, kau pasti akan berakhir kalah?”
“Iwatani-dono, beri aku sedikit waktu lagi! Aku hampir mencapai hati Pahlawan Pedang.”

Hati, ya? Mungkin dia berurusan dengan sesuatu yang tidak bisa aku mengerti, karena aku hanya bisa menggunakan perisai. Aku merenungkan itu dan Eclair mengajukan pertanyaan kepada Ren.

“Katakan, Pahlawan Pedang. Apa tujuanmu? Iwatani-dono bilang ingin untuk kembali ke dunianya asalnya.”
“Jangan bawa-bawa namaku!”

Ren terobsesi untuk menjadi yang terkuat, membawa namaku di duel mereka hanya akan membuat dia mengejarku! Huuuh.... Oh Ren sepertinya tidak tahu bagaimana menjawab. Hmm.... Mungkin ini benar-benar kunci untuk menyadarkannya.

“Aku.... Aku...”
“Aku menanyakan tujuanmu. Apa yang ingin kau capai dengan menjadi kuat?!”

Oh ayolah. Mengajukan pertanyaan kepadanya seperti itu hanya akan mendapatkan respons yang bodoh. Bisa dilihat dari mata Ren yang seperti orang gila. Dia sudah tidak berpikir jernih, atau bahkan tidak berpikir sama sekali.

“Aku tidak tahan kalau aku tidak menjadi yang terkuat! Di semua dunia, di semua waktu, di semua ruang, aku akan jadi yang terkuat!! Ini keserakahanku! Ini adalah kerakusanku yang mencari dan melahap semua poin exp!”

Ren menuntaskan omong kosongnya dan aura hitam pekat yang keluar dari tubuhnya meningkat. Aku tahu dia akan menggunakan skill.

“Demi mewujudkan itu, kau harus jadi poin exp untukku!”
“Nama hukuman yang telah kuputuskan bagi pendosa bodoh ini adalah mempersembahkan diri kepada dewa! Terimalah segala persembahan yang telah aku siapkan di wilayah ini! Nikmatilah pembusukan yang akan melahapmu akibat pelepasan kekuatan dewa.”
“Strong Decline!”

Ren mengepalkan tangannya dengan erat. Seluruh tubuhnya mulai bersinar seperti kunang-kunang dan kemudian cahaya merembes ke tanah dan menghilang. Tanah mulai bergetar dan kemudian tiba-tiba terbelah di bawah kaki Eclair. Ah, jadi ini pasti semacam evolusi dari serangan lain yang menyebabkan celah sebelumnya. Mantra itu mirip dengan mantra yang aku gunakan untuk Blood Sacrifice. Taring tumbuh dari tanah dan berusaha menggigit Eclair.

“Seranganmu penuh celah! Jika ini adalah serangan Iwatani-dono, aku tidak akan bisa menghindarinya!”
“Berhentilah membandingkan aku dengannya! Yang ada nanti Ren akan mengejarku!”
“Tuan Naofumi, kita diam saja dan perhatikan mereka.”
“Tapi....”
“Ini akan baik-baik saja. Aku merasa ini akan berhasil. Percayalah pada Eclair-san.”

Apa seyakin itukah dia? Aku bisa mengerti pemahamannya berasal dari penilaian aksi seni bela diri. Tetapi jika Raphtalia berpikir dia akan berhasil, maka aku akan percaya padanya.

Omong-omong, Eclair berhasil menghindari serangan Ren. Itu tampak seperti serangan yang persis sama dengan Blood Sacrifice. Tidak, tunggu, aku itu berbeda. Benda seperti cairan abu-abu, berbau busuk mulai menyembur keluar dari tanah seperti geyser. Patung emas sebelumnya masih bisa diterima, tapi ini menjijikkan. Apa pun itu, mengenainya akan berdampak buruk, bahkan bagiku.

Tapi itu meleset dari Eclair. Sama seperti Blood Sacrifice, berarti pengguna harus membayar harga yang pantas untuk menggunakannya tanpa imbalan apa pun. Dalam kasusku, itu akan menjadi tragedi total, mengingat kondisiku saat ini. Ya, jika aku perlu menggunakannya lagi, aku harus memastikan itu tidak akan meleset. Aku tidak bisa lupa alasan aku berhasil memakai itu pada paus agung adalah karena ratu membuatnya tetap berada pada tempatnya.

“F-f-Fuueh.... Benda apa itu?!”
“Entahlah? Ada baiknya untuk tidak menyentuh itu.”

Kami menjaga jarak, jadi aku pikir kami tidak dalam bahaya, tetapi tanah di dekat tempat serangan terjadi mulai larut menjadi lumpur. Daerah sekitarnya tampak seperti telah dihancurkan oleh api, dan bau tengik yang luar biasa memenuhi daerah itu seperti jamur-jamur mulai menyembul keluar dari tanah. Bumi yang membusuk telah menjadi lautan yang membusuk, dan makhluk-makhluk yang menyerupai lalat mengerikan mulai terbentuk di perairan berlumpur. Itu adalah skill terkutuk jika aku perlu menyebutnya. Eclair tampaknya menjadi satu-satunya target. Tak lama, monster itu terbang ke Eclair.

“Arahkan seranganmu! Seranganmu kurang tekad! Iwatani-dono melepaskan serangan terakhirnya sambil memikul keinginan terakhir Ost, dia berhati-hati dan memastikan serangannya tidak terbuang sia-sia, serangannya penuh dengan tekad. Aku percaya tekad itulah yang merupakan kekuatan sejati.”

Serangan lalat monster terkutuk menerjang Eclair.... Dia dengan cepat melompat lurus ke atas makhluk-makhluk itu dan mendarat langsung di depan Ren. Setelah kehilangan target mereka, monster itu terus menyerang ke depan dengan sedih sebelum hancur dan menghilang beberapa saat kemudian.

Waduh. Aku merasa seluruh area sini telah terkontaminasi dengan mengerikan. Tampaknya tidak ada habisnya kerusakan yang dilakukan dia ini kepada orang lain.

“Sekarang, akan kutanyakan satu hal lagi. Apa yang kau inginkan setelah kau menjadi yang terkuat?”
“Setelah.... menjadi yang terkuat? Setelah itu?!”
“Benar. Bukankah kau sendiri yang bilang sudah menjadi terkuat sekarang? Setelah punya kekuatan itu, apa yang akan kau lakukan?”
“Euuh....”

Ren tidak tahu bagaimana harus meresponsnya. Ah, jadi begitu. Sekarang aku mengerti mengapa keserakahan Ren terasa sangat lemah. Aku sudah menyadari dalam proses dan tujuannya telah tertukar. Tetapi di luar proses itu, tidak ada lagi yang lebih dari keserakahan Ren.

Mungkin itulah sebabnya aku tidak membangkitkan curse ini. Dengan rakus aku ingin menghasilkan uang. Tetapi bagiku, uang dunia ini hanyalah sesuatu yang aku butuhkan untuk bertahan hidup dari gelombang, dan sejauh itulah minatku terhadapnya. Aku akan kembali ke duniaku sendiri pada akhirnya. Jadi waktunya tiba, aku akan memberikan semua uang yang aku hasilkan kepada Raphtalia, sebagai bayaran telah melayaniku selama ini. Tentu saja, aku akan berbohong jika berkata tidak ingin merasakan hidup sedikit lebih mewah. Tetapi jika aku punya uang sebanyak itu, aku akan belanja banyak peralatan atau menginvestasikannya.

Hal yang sama berlaku untuk kerakusan Ren. Mungkin terbangun sebagai perpanjangan dari keinginannya untuk menjadi lebih kuat, tetapi setelah dia mengonsumsi poin exp lawan, tidak ada yang tersisa. Setelah dia menjadi yang terkuat, dia puas. Kerakusannya akan terpuaskan begitu perutnya kenyang. Itu bukan jenis kerakusan yang berasal dari kelaparan yang tak pernah puas, di mana seseorang bisa terus makan dan tidak pernah puas.

Kutukanku amarah. Aku dipenuhi dengan rasa marah yang luar biasa terhadap ketidakadilan. Objek dari kemarahan itu adalah seluruh dunia ini, dimulai dengan Witch. Tentu saja, aku berharap kemarahanku akan hilang begitu kembali ke duniaku sendiri, tetapi.... kemungkinan besar, aku masih akan memendam amarah tanpa alasan setelah kembali ke duniaku sendiri. Aku hanya harus melakukan yang terbaik untuk mengendalikannya.

Jadi antara dihabiskan terus-menerus oleh amarah yang tak henti-hentinya dan keinginan yang tak terpenuhi untuk menjadi yang terkuat, mana yang lebih menyakitkan? Mungkin alasanku bisa menahan amarahku belakangan ini, karena aku bisa membalas dendam pada Witch dan Sampah sampai batas tertentu. Mungkin saja kekuatan dari seri kutukan akan berubah tergantung pada intensitas emosi sang pahlawan.

“Aku... akan menjadi yang terkuat.... demi menyelamatkan dunia!”
“Jangan bahas tugas yang diserahkan orang kepadamu! Kurang meyakinkan sekali tujuanmu itu!” Eclair membuang jawabannya tanpa ragu-ragu. Mata dan suaranya sama sekali tidak memiliki keyakinan. “Jika sesulit itu untuk mengakuinya, biar kuucapkan langsung padamu. Apa yang sebenarnya kau inginkan.”
“Apa?!” Ren mulai gemetar hebat, dan Eclair akhirnya memberikan jawabannya.
“Kau tidak ingin menjadi kuat, kau sebenarnya ingin mendapatkan kembali semua yang telah hilang darimu!”
“Ugh....”
“Karena tindakan bodohmu, maju tanpa perhitungan, membuat rekan yang percaya padamu hilang, semua kepercayaan orang padamu hilang. Semua itulah yang ingin kau renggut kembali dan dengan menjadi yang terkuat, kau harap itu semua bisa kembali!”
“Di .... diam!”
“Hal semacam itu, bahkan dewa saja... Tidak, kau yang merupakan pahlawan adalah dewa di dunia ini tidak bisa membawa mereka kembali. Apa iya yang seharusnya kau gapai sekarang ini, adalah menjadi yang terkuat?!”
“Tutup mulutmu!”

Ren mengayunkan pedangnya dengan liar ke Eclair. Aku ragu harus ikut campur. Aku mulai melangkah maju, tetapi Eclair mengulurkan tangannya sebagai tanda bahwa aku tidak boleh ikut campur. Dia kemudian membaca dan menghindari setiap serangan Ren dengan jarak setipis mungkin. Astaga, dia sangat hebat.

“Sebenarnya kau sudah tahu ini. Kau tahu tak punya waktu untuk diam dan berbuat apa-apa di sini!”
“Tutup mulutmu! Tak perlu menilaiku!”

Ren tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti dan terus mengayunkan pedangnya ke arah Eclair.

“Atas nama rekan-rekanmu yang percaya sampai akhir hidupnya, aku acungkan pedang ini padamu!”

Eclair mengangkat pedangnya di depan dadanya dan kemudian meluncurkan skill serangan langsung ke Ren.

“Teknik Pedang Hengen Musou! Demolition Multistrike!”

Eclair melepaskan serangkaian serangan yang mengarah langsung ke Ren. Aku bisa melihat aliran sihir.... apa itu yang disebut energi Kii? Aku tidak begitu yakin. Itu tampak seperti efek khusus, tapi kurasa aku benar. Bagaimanapun juga, semacam cahaya mulai keluar dari dalam Ren. Seolah-olah teknik itu menghancurkannya dari dalam ke luar. Itu pasti salah satu serangan berbasis pertahanan khusus milik Wanita Tua. Itu tampak mirip dengan yang dia gunakan padaku sebelumnya. Menerima banyak serangan berbasis pertahanan itu seperti neraka bagiku. Dan karena aku sangat lemah terhadap serangan seperti itu, hanya menontonnya saja sudah membuatku merinding.

“Gah!”
“Pahlawan Pedang, kau memang lemah. Terimalah kenyataan itu agar kau bisa menjadi lebih kuat lagi.” Eclair berhenti dan mengembalikan pedangnya ke sarungnya. “Mereka yang hilang darimu tidak akan kembali lagi. Tapi mulai sekarang, kau boleh hidup dan bertarung menggantikan peranan yang mereka miliki. Aku akan membantumu sebisa mungkin.”

Dia membuat dirinya terlihat keren, tetapi Ren tidak benar-benar menerima banyak damage. Tetapi sekali lagi, dia adalah seorang pahlawan, dia memang seorang yang lemah, tetapi dia telah membuka dua curse series. Bagi Eclair, itu mungkin pertarungan yang sangat sulit. Jika dia menerima satu dari serangan Ren, dia mungkin akan terbelah menjadi dua sekarang.

“U.... urgah....”

Dan kemudian Ren runtuh. Ya ampun, melihat kekalahan semacam anime secara langsung itu. Maksudku, ayolah, dia jelas masih punya banyak stamina yang tersisa.

“Jangan lari dari dosa-dosamu. Setiap kalinya kau mencoba lari dari dosa, aku akan berdiri menghalangimu. Demi rekan-rekanmu yang telah mati.”
“Urgh....”

Ren masih tergeletak di tanah, dia menangis. Dia tidak disengaja, kan? Dia benar-benar diam sebaliknya. Pedang panjangnya telah berubah kembali menjadi pedang normal, dan aura menyeramkan juga menghilang. Eclair akhirnya berbalik dan aku memanggilnya.

“Jadi serang dia secara psikologis, lumayan juga kau ini.”

Memujinya terlalu terang-terangan akan tidak sesuai dengan karakterku, jadi aku menutupi pujian itu sebagai sarkasme. Menyatakannya seperti itu mungkin adalah taruhan yang aman.

“Rasanya kau mengatakan hal yang tidak seharusnya.” Eclair merespons dengan menyedihkan, tetapi memang benar dia tidak mengalahkannya secara fisik.
“Seharusnya ini menjadi momen keharmonisan dari dua orang yang telah berduel sambung ilmu pedang agar bisa saling mengerti dan berdamai. Tapi suasananya hancur karenamu, Tuan Naofumi.”  Sekarang Raphtalia menatapku seperti penjahat.
“Apa benar?”

Tapi serius, dasarnya dia menyerang secara psikologis, kan?

“Oh, kalian bisa juga ya. Eeehehe!”

Waktu kemunculan paling terburuk, dua pria yang melarikan diri tadi datang kembali. Apa yang mereka lakukan di sini?! Ini bukan saatnya bagi mereka untuk datang lagi! Kalau lari kabur ya lanjut saja kabur!

“Kami tadinya mau lari jauh, tetapi begitu kami melihat awan asap dan kami memutuskan untuk memeriksanya. Dan hasilnya, ada pahlawan suci lain.”
“Sial....”

Ini gawat. Ren dan Motoyasu sangat lemah sehingga mereka tidak bisa dibandingkan denganku. Belum lagi, Ren sudah pingsan dan bahkan tidak bisa bergerak.

“Siapa mereka?”

Entah kenapa, dia kebingungan oleh pertarungan Ren dan Eclair, dan hanya berdiri terdiam. Dia jelas tidak tahu apa yang sedang terjadi.

“Menilai dari kekuatan serangan dan keterampilannya, dia pasti lemah, tidak seperti Pahlawan Perisai.”
“Tidak ada alasan melewatkan kesempatan emas. Kita habisi saja mereka sekarang.”
“Aku tidak akan membiarkan itu!”

Eclair mengarahkan pedangnya pada dua pria itu dan menyiapkan dirinya untuk melindungi Ren. Aku juga tidak bisa membiarkan Ren dan Motoyasu terbunuh. Bagaimanapun juga, itu hanya akan membuat segalanya lebih rumit bagiku.

“Matilah, pahlawan suci!”

Pria pendek mulai membaca mantra dan pria tinggi mulai memutar kusarigama-nya dan berlari ke arah kami.

“Tak akan kubiarkan!”
“Tidak akan terjadi!”
“Cepatlah sampai!”

Raphtalia dan aku dengan cepat lari, dan Rishia melemparkan pisaunya dan berusaha menghalanginya dengan membuat mereka terjebak dalam tali. Haruskah aku pakai Attack Support dan melepaskan skill? Aku hampir cukup dekat dengan Ren agar dia berada dalam jangkauan Air Strike Shield. Pria tinggi menuju ke Ren yang pingsan dan tidak akan lama sampai dia mencapainya. Baik Eclair maupun Motoyasu tidak memiliki serangan yang cukup kuat untuk memberikan pukulan yang menentukan.

“Jurus itu masih belum sempurna, sekarang tidak ada pilihan lain!”

Eclair berjongkok rendah dan menyiapkan diri untuk melakukan semacam teknik. Apa yang akan dia lakukan?

“Iwatani-dono! Aku tidak bisa bergerak setelah memakai teknik ini, tetapi itu akan memberimu waktu. Aku serahkan Pahlawan Pedang padamu!”
“Oke!”

Aku kira dia masih memiliki kartu as di lengan bajunya. Eclair akan memberi kami waktu agar aku bisa melindungi Ren.

“Aku juga akan membantu! Musou----”

Rishia fokus dalam persiapan untuk menggunakan semacam teknik juga. Aku ingin memaksanya agar tidak menunggu sampai detik terakhir untuk memainkan kartu trufnya, tapi aku kira ini bukan waktu yang tepat.

“Mereka ini musuhmu, Ayah? Aku tidak akan kalah dari mereka!”

Motoyasu melompat maju dan berdiri di sebelah Eclair.

“Mundurlah, Motoyasu! Kau belum bisa melawan mereka!”

Usahanya terpuji, tetapi terus terang, dia terjun ke medan hanya akan membuat segalanya berantakan. Apa yang akan aku lakukan jika Ren dan Motoyasu keduanya mati?!

“Teknik Rahasia Hengen Musou Outer ----”
“Sepertinya kita memenangkan ini!”

Pria tinggi menyeringai dan mengayunkan kusarigama-nya ke arah Motoyasu dan Ren, sementara meteorit yang dipanggil oleh pria pendek muncul di atas mereka. Aku harus berharap bahwa serangan Eclair dan Rishia akan tepat waktu. Aku berkonsentrasi sambil berlari untuk mempersiapkan sihir dukunganku pada Raphtalia dan kami semua.

Akhirnya! Ren dan Motoyasu akhirnya berada dalam jangkauan skill pertahananku!

“Air Strike Shield! Second Shield!”

Aku memanggil dua perisai untuk melindungi mereka, itu seharusnya cukup memberi kami sedikit waktu.

“Makan ini!”

Motoyasu menusukkan tombaknya ke pria tinggi dari balik perisai yang muncul di depannya. Musuh juga memiliki penghalang pertahanan misterius. Serangan Motoyasu tidak akan bisa menyentuhnya! Meski Ren tadi memakai dua curse sekaligus, serangannya tidak akan cukup kuat untuk---

 DUAR! Suara seperti balon Meletus bergema. Aku yakin itu lebih keras daripada ketika Filo dan Rishia berhasil menerobos penghalangnya.

“Gah!”

Tombak Motoyasu telah menembus penghalang dengan mudah dan langsung tertuju pada dada pria tinggi. Tombak melesat dengan cantik melewati pria tinggi, dan Motoyasu mulai mengayunkan tombaknya seperti mainan, padahal pria tinggi masih tertusuk di ujung tombaknya.

“Ap.... apa?”

Baik pria tinggi dan pria pendek terkejut.

“Ugh.... gah... berhenti .... sial!”

Pria tinggi berjuang untuk membebaskan dirinya dari tombak sambil dilemparkan ke mana-mana.

“Ada meteor yang datang ke sini. Sebaiknya kau jangan berani-berani mengacungkan tangan pada Ayah.” Motoyasu menatap langit dan menatap meteorit yang bergegas ke arahnya. “Mau sampai kapan kau diam dalam tusukan tombakku! Menghalangi tahu!”

Dia orang yang telah menusuknya, Motoyasu menegur pria tinggi sambil memandangnya seolah dia adalah sepotong sampah.

“S.... sialaan kauu! Urgah....”

Hanya itu yang bisa dilakukan pria tingi. Darah menyembur keluar dari mulutnya. Dia hampir berhasil menarik tombak dari dadanya.

“Sepertinya kalian berdua adalah musuh Ayah. Mati bagi musuh!”

Motoyasu mencengkeram tombaknya dengan erat.

“Burst Lance!”

Ujung tombak Motoyasu mulai bersinar merah terang.

“Wha.... urgaaaahhhhh!”

Pria tinggi berteriak mencoba membebaskan dirinya dari tusukkan tombak, tetapi ledakan keras bergema dan ledakan besar terjadi di ujung tombak Motoyasu.

“Gaaahhhhh!”

Masih menempel di ujung tombak Motoyasu, pria tinggi meledak berkeping-keping tepat di depan mata kami. Untungnya itu bukan salah satu adegan menjijikkan di mana potongan daging terbang. Ledakan itu telah merubannya menjadi atom.

“Ap.... apa... Kau bercanda kan?”

Pria pendek tercengang. Tapi dia pasti sudah menyadarkan dirinya dengan cepat, karena dia menyeringai sebelum berkomentar.

“Eehehehe.... Aku tidak menyangka dia akan terbunuh semudah itu. Membangkitkannya kembali akan menyebalkan.”

Dia tertawa seenaknya tentang kematian temannya sendiri. Membuatku merinding memikirkan mereka benar-benar memiliki pola pikir seperti dalam game. Mereka lebih buruk daripada Ren.

“Translocating Light.... sepertinya tidak bisa digunakan. Ini ternyata sangat merepotkan.”
“Selanjutnya dirimu!”
“Cobalah jika kau bisa!”

Pria pendek mengeluarkan shamshirnya dan menyiapkan diri untuk menyerang setiap saat. Lalu dia berbalik ke arah Motoyasu dan tepat saat dia akan berlari ke depan.... Motoyasu sudah berdiri tepat di depannya. Kapan itu terjadi?! Selain pertahanan, semua statistikku saat ini berkurang lebih dari setengah karena kutukan, tetapi meskipun demikian, tentu saja dia tidak bisa bergerak begitu cepat sehingga aku tidak bisa melihatnya, kan?!

“T.... Tuan Naofumi?! Pahlawan Tombak mungkin saja dia....”
“Pahlawan Tombak-dono?!”
“Fuueh....”

Motoyasu baru saja meledakkan seseorang hingga hancur berkeping-keping, namun dia bertindak seolah benar-benar tidak terpengaruh. Ekspresinya tampak gila. Oh itu benar. Motoyasu juga terpengaruh oleh curse series. Aku lupa karena dia mendengarkan perkataanku, tetapi Motoyasu jelas tidak waras.

“Rah!”
“Terlalu lambat! Musuh Ayah harus mati!”

Motoyasu mengayunkan tombaknya ke samping. Teriris bersih memotong shamshir pria pendek.... dan lehernya juga.

“Apa....”

Darah menyembur ke seluruh tubuh Motoyasu. Merah adalah memang salah satu warna favoritnya, dan sekarang dia merah berlumuran darah. Baru saja melihat dua musuh yang tampaknya tangguh dengan mudah terbunuh dalam satu waktu telah membuat kami tak bisa berkata-kata.

“Motoyasu... Kau ... mendapat kekuatan dari mana?”
“Semua perkataan dari Ayah tidak mungkin tidak benar!”
“Itu berarti, kau menerapkan metode penguatan yang aku beri tahu?”

Motoyasu mengangguk tanpa ragu, seolah menyiratkan itu adalah hal yang wajar. Itu berarti Motoyasu telah menerapkan semua metode penguatan dari empat pahlawan suci. Selain itu, dia mungkin juga akan membangkitkan senjata curse series juga. Itu mungkin sudah pada tingkat IV, seperti Wrath Shield, atau mungkin bahkan tingkat V.

Perisai itu telah membuat perbedaan besar setelah melawan Spirit Tortoise dan Kyo. Itu sangat sulit dikendalikan dan memiliki kemampuan yang kuat, tetapi bagaimana dengan Motoyasu? Itu masuk akal jika senjatanya akan memiliki kekuatan serangan yang sangat tinggi. Dengan kata lain, Motoyasu sekarang memiliki kekuatan yang sangat besar. Itu akan jauh dari kekuatan biasa-biasa saja yang ditunjukkan Ren. Itu tentu meyakinkan.

Gila. Melihat dia dengan mudah dan brutal memusnahkan musuh yang membuatku kesulitan.

“Semua musuh sudah dibunuh!”
“Ya, benar.”

Musuh muncul secara tak terduga, tapi kami berhasil melindungi Ren, berkat bantuan Motoyasu. Pergantian peristiwa yang benar-benar tidak terduga telah membuatku bingung, tetapi sekarang kami harus fokus pada Ren.

“Sekarang, ayo kita amankan Ren.”
“Oke.”

Dari sudut mataku, aku melihat mayat pendek yang jatuh saat Eclair dan aku mengangkat Ren dari tanah.

“Masukkan dia ke dalam kereta dan bawa dia ke desa,” kataku.
“Itu benar, tadi keretanya diparkirkan di sebelah pintu masuk persembunyian bandit ya?” tanya Eclair.
“Iya. Kita juga perlu memanggil Filo,” kata Raphtalia.
“Ya, karena dia lari ke suatu tempat bersama Raph-chan.”
“Fuuueeh.... Terus kita harus bagaimana sekarang?!”

Rishia baru saja menyadari keadaan dan membuat keributan. Penasaran, aku melihat sekeliling dengan cepat. Mayat tanpa kepala. Bumi yang rusak. Akan sulit untuk menggambarkan pertempuran sengit yang terjadi di sini hanya dalam kata-kata singkat.

Tapi tunggu dulu, mayat mereka belum berubah menjadi cahaya. Aku penasaran mengapa. Aku harap ada petunjuk dengan meneliti tubuh mereka.

“Baiklah, Motoyasu, kau juga i----”

Aku melihat ke tempat dimana Motoyasu berdiri, tetapi dia tidak ada di sana. Kemudian aku mendengar suara bernada tinggi, jadi aku melihat ke arah itu. Tidak jauh dari situ, Motoyasu berjalan pergi sambil bersiul, entah kenapa.

“Motoyasu!”

Aku akan memanggilnya untuk menghentikannya, tetapi dia berbalik dan menjawab.

“Sampai nanti, Ayah! Hero harus menghilang dari panggung mereka melawan musuh!”
“Menghilang apa maksudmu! Berhentilah bercanda!”

Sekarang itu kau sedang memakai senjata terkutuk. Yang ada malah tambah masalah jika kau menghilang! Aku tidak tahu apa konsekuensinya untuk menggunakannya, tetapi aku yakin itu tidak akan mengenakan! Tapi sebelum aku menanyakan itu, ada yang datang melaju ke arah Motoyasu dari belakang. Itu.... Kereta Filo?

“Aaa! Kereta Firo!”

Hah? Filo berlari dari jarak yang cukup dekat.

“Gweh!”

Kereta Filo ditarik oleh.... Hah? Ada tiga Filolial, satu merah, satu biru, dan satu hijau yang menarik kereta Filo.

“Salam perpisahan!”

Motoyasu pergi lari ke samping kereta  yang berjalan seolah-olah dia bersiap untuk melompat dan dia berhasil menaiki kereta itu.

“Filo-tan! Ayah! Diriku ini pasti akan tiba di wilayahmu, Ayah!”
“Kembalikan kereta Firooo!”

Filo mengejar Motoyasu dengan pipinya yang menggembung dan marah. Aku menghela nafas. Tapi kurasa aku juga akan marah, jika seseorang pergi dan menggunakan sesuatu milikku, seolah itu milik mereka. Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya.

“Rafu!”

Saat Filo lari melewati kami, Raph-chan melompat turun darinya dan naik ke pundakku.

“Selamat datang kembali, Raph-chan.”

Dia mungkin mengalami masa sulit, dia bersama Filo entah kemana. Filo mengejar Motoyasu, jadi jika semuanya berhasil, mungkin kami bisa menangkapnya juga. Meskipun, dengan cara dia sekarang, itu tidak akan mudah.

“Rafu! Rafu rafu!”

Untuk suatu alasan, Raph-chan melompat ke atas kepalaku dan menunjuk sesuatu seperti yang telah dia lakukan ketika melihat jiwa Kyo. Tiba-tiba aku bisa melihat jiwa dua pria yang baru saja kami kalahkan.

“Oh? Pahlawan Perisai dapat melihat kita. Eeehehe.”
“Oh ya? Peduli amat! Kali ini kita memang kalah, tapi lain waktu pasti akan kubunuh mereka semua! Mereka harus membayar atas tindakan mereka ke kita.”

Hmm? Sepertinya... aku punya cara mengatasi ini.

“S’yne, aku bisa melihat jiwa-jiwa mereka itu di sana.”
“Iya. Selama --- jiwa mereka, ----- ---- bangkit kembali.”

Perkataannya terputus seperti biasa dan aku tidak bisa mengerti apa yang dia katakan. Tapi! Aku tahu serangan yang mungkin akan efektif melawan musuh seperti mereka. Ya .... Situasinya persis seperti ketika kami mengalahkan Kyo.

“Raphtalia, jiwa hantu disana, potong mereka pakai Spirit Blade.”
“Ya.... baik!”
“Ap.... apa?!”

Mereka teriak kaget. Mereka mungkin mengira tidak ada yang bisa kami lakukan pada jiwa mereka, tetapi mereka salah. Tak perlu ada rasa ampun bagi orang yang berusaha merenggut nyawa pahlawan. Jika kami tidak melakukan apa-apa sekarang, mereka hanya akan kembali untuk membalas dendam. Kami perlu mengambil tindakan sekarang selama masih ada kesempatan. Jika kami berhasil membunuh mereka, jackpot besar. Itu berarti kami telah menemukan cara untuk mencegah musuh bangkit kembali.

Namun dalam game online, setiap kali bangkit kembali, Kau akan kembali ke semacam save point. Jadi mengapa jiwa mereka hanya berkeliaran di sini? Kemudian aku ingat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. Sekarang masuk akal. Motoyasu dan Ren telah mengacaukan medan magnet di sekitar area ini. Jiwa mereka pasti terjebak di sini karena alasan yang sama dengan skill teleportasi yang tidak dapat digunakan.

“Eek! S-s-stop! Menjauh!” 
“Tunggu! Dengarkan! Jika kami dibiarkan lari, kami akan memberi pengecualian pada----”
“Sayangnya, aku tidak percaya ucapan seperti itu dari orang manapun. Raphtalia, habisi mereka.”
“Ya. Spirit Blade! Soul Slice!”

Raphtalia memakai katana yang dia buka dengan menyerap material Soul Eater dan mengiris udara tempatku menunjuk.

““Gaaahhhhh!””

Skill Raphtalia berhasil mengenai dan mengiris mereka, kemudian mereka hilang. Ini sudah diluar kendali jika mereka masih bisa bangkit kembali. Aku melihat kembali mayat mereka, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan berubah menjadi cahaya. Aku kira mereka benar-benar sudah mati sekarang.

“Kita ------- menang, dengan ---- --- kita berhasil menang?”

Terdengar S’yne berbisik. Ekspresi kelegaan di wajahnya. Aku tidak yakin apa yang dia coba katakan, tapi aku cukup mengerti bagaimana perasaannya. Kami akhirnya mengalahkan musuh yang terus hidup kembali, tidak peduli berapa kali mereka terbunuh. Tentu saja dia akan lega.

“Kami akhirnya harus mengambil nyawa mereka. Tapi rasa tidak enak masih tersisa,” bisik Raphtalia ketika dia mengembalikan katana ke sarungnya.
“Mereka sendiri yang biadab dan bilang dunia mereka lah yang terkuat. Tujuan mereka tidak mulia seperti Glass, mereka hanya menyuarkan tujuan tak penting. Tidak perlu merasa kasihan pada mereka,” kataku padanya.

Aku tahu mereka bukan tipe orang yang mau mendengarkan. Rasanya seperti kami melawan anak-anak dalam tubuh orang dewasa. Pertempuran adalah permainan bagi mereka. Aku yakin mereka bisa bicara dengan leluasa seperti dalam pertempuran tadi karena yakin tak masalah jika mereka mati. Nyawa yang miliki hanya satu, sedangkan nyawa mereka tak terhingga... Tidak, terima kasih.

Aku ingin sekali mencari alasan dan mengeluhkan semua masalah yang terus bertumpuk pada satu waktu, tapi.... kurasa sekarang aku seharusnya senang bisa menang.

“Mungkin teman lainnya masih ada di dunia ini, kita harus waspada selama perjalanan pulang. Jangan lengah.”
“Dimengerti.”

Kami menunggu Filo kembali dan kemudian kembali ke desa.

Ngomong-ngomong, Filo mengejar Motoyasu tetapi kehabisan tenaga sebelum bisa menyusulnya. Astaga.... Motoyasu hanyalah menambah masalahku. Namun, aku ingin meyakini apa yang dia lakukan atas namaku itu bentuk sifatnya telah berubah. Jika dia sekuat itu, aku yakin dia tidak akan mati dengan mudah.





TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar